ROSC
- Tujuan:
o Optimalisasi fungsi kardiopulmoner dan organ vital
o Persiapan transportasi pasien ke tempat perawatan dengan fasilitas lebih baik
o Identifikasi faktor pencetus dan mencegah terjadinya henti jantung kembali
- Komponen yang harus dievaluasi
o Ventilasi dan oksigenasi
Pertahankan saturasi >94%
Pertimbangkan penggunaan alat bantu napas lanjut/intubasi dan
capnography target end tidal co2 (ETCO2) 35-40 mmHg
Ventilasi mekanik: volume tidal 6-8 ml/kgbb, RR: minimal 10x/min
Jika sadar penuh intubasi tidak perlu
Jangan hiperventilasi
o Hemodinamik & Kardiovaskular
Apakah masih hipotensi/syok?
Sistol <90% cairan, inotropic/vasopressor sesuai indikasi
Cairan: Nacl 0,9% / RL 2-4 cc/kgbb dalam 10 menit
Epinefrin drip: 0,1-0,5 mikrogram/kgbb/min
Dopamine drip: 5-10 mikrogram/kgbb/min
Norepinefrin drip: 0,1-0,5 mikrogram/kgbb/min
Rawat intensif jantung
Cek ekg, troponin
Reversible cause (5H5T)
Hypovolemia
Hipoksia
Hydrogen ion (asidosis)
Hipo/hyperkalemia
Hipotermia
Tension pneumothorax
Tamponade cardiac
Toksin
Thrombosis, pulmonary
Thrombosis coronary
Cek: PF, saturasi, rontgen thorax, AGD, suhu, ekg 12 lead (SKA,
aritmia), elektrolit, echo (jika perlu)
Tatalaksana myocardial stunning
Nilai status volume pasien: fluid challenge 2-4 cc/kgbb
Dobutamine 5-10 mikrogram/kgbb/min
Intra aortic ballon pump jika perlu
Jika ska angiography koroner
o Neurologis
Jika henti jantung 3-5 menit hipoksia otak kerusakan otak
Apakah masih bisa mengikuti perintah? Tidak gangguan perfusi otak
mulai targeted temperature management
Jika tidak ada gangguan perfusi otak pindahkan ke ruangan intensif
lanjutan
Targeted temperature management
Suhu 32-36 selama 24 ham selanjutnya naik 0,25C/jam hingga
normotermia
Bisa dengan nacl dingin, selimut dingin atau ice pack di lipatan tubuh
Harus dilakukan di ICU
Komplikasi: aritmia, infeksi, gangguan metabolic
Perawatan intensif lanjutan
Pengelolaan kejang
Penggunaan obat- obatan neuroprotector jika perlu
Terapi emboli paru
Pemberian sedasi
Intervensi perawatan kritis lain: pengendalian gula darah, steroid,
hemofiltrasi
Prognositifikasi: klinis, penunjang (Ct scan, eeg)
o Metabolic
HIPOTENSI, SYOK DAN EDEMA PARU AKUT
- Hipotensi sistol <100
- Syok kumpulan gejala akibat gangguan selular, karena pasokan O2 tidak bisa memenuhi
kebutuhan metabolic seluler
- Patofisiologi hipotensi/syok mencangkup triad kardiovaskular dasar diagnosis gangguan
hemodinamik
o Irama jantung (rate): bradikardi, takikardia
o Volume: primer, sekunder
o Miokardium (pompa): volume loss, SVR (vasodilatasi, redistribusi)
- Tekanan darah: cardiac output x total peripheral resistance
- Cardiac ouput: stroke volume x heart rate
- Stroke volume: preload, contractility, afterload
- Syok kompensasi, dekompensasi (syok yang dtg ke igd) syok ireversibel
- Klinis syok
o Kardiovaskuler: sistol <90, sinus takikardia >100
o Respirasi: RR <7/>29
o Ginjal: urine <0,5 cc/kg/jam
o Asidosis metabolic, hiperlaktatemia
o SSP: gelisah
o Liver: fungsi meningkat (SGOT,SGPT)
o Hipotermia
o Gangguan elektrolit
o Gangguan pembekuan darah
o Multi organ failure
o Kematian
- Terapi syok
o Sesuai penyebab
o Ventilasi dan oksigenasi
o Sirkulasi: sesuai dengan triad kardiovaskular
Volume: cairan atau darah
Obat-obatan: norepinefrin, epinefrin, dopamine, dobutamine, atropine
Alat: kardioversi, alat pacu jantung, transkutan, pungsi pericardium, wsd
- HR <50/>150 masuk algoritma takikardi/bradikardi tidak stabil
- Bila tidak masuk fluid challenge 2-4 cc/kgbb dalam 10 menit (nacl 0,9%/RL) respon
diulang cairan hingga target MAP >65
- Bila tidak respon masalah pompa
- Masalah pompa
o TD <70 mmhg dengan tanda syok norepinefrin 0,1-0,5 mikrogram/kgbb/min IV
o 70-100 mmhg dengan tanda syok dopamine 2-20 mikrogram/kgbb/min IV
o 70-100 mmhg tanpa tanda syok dobutamine 2-20 mikrogram /kgbb/min IV
- Edema paru: cairan di interstisial paru yag selanjutnya ke alveoli paru, melebihi aliran cairan
kembali ke darah atau melalui saluran limfatik
- Terbagi menjadi
o Kardiogenik (tersering)
o Non kardiogenik
- Patofisiologi
o Gangguan antara beban pengisian (preload) dan beban pengosongan karena
gagalnya kompensasi kardiovaskular
o Terjadi penumpukan darah di luar jantung sisi kiri/vascular paru (bendungan
vascular)
o Terjadi extravasasi ke jaringan interstisial dan alveoli (edema paru)
- Edema paru kardiak non kardiak
Kardiak Non kardiak
Riwayat penyakit: Riwayat penyakit: penyakit dasar di luar
Penyakit jantung akut/kronik dekompensasi jantung
akut
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik:
Akral dingin Akral hangat
S3 Gallop Gallop (-)
Distensi vena jugularis Distensi vena jugularis (-)
Ronkhi basah, wheezing Ronkhi kering, wheezing
Tes laboratorium: Tes laboratorium:
EKG: LVH, Iskemia/infark EKG: biasanya normal
Ro thorax: kardiomegali, distribusi edema Ro: kardiomegali (-), distribusi edema
perihilar, enzim jantung mungkin meningkat perifer, enzim jantung biasanya normal
Takikardia
EKG
- Rekaman potensial listrik yang timbul akibat aktivitas kontraksi otot jantung
- Ukuran milivolt
- Gelombang P: aktivitas atrium kanan dan kiri
- Segmen PR: garis antara p dan qrs
- QRS: depolarisasi ventrikel kanan dn kiri
- Segmen ST: garis antara qrs dan T
- Gel. T: repolarisasi kanan dan kiri
- Gel. U: asal blm jelas
- Penyebab gangguan irama jantung (aritmia)
o Gangguan otomatisasi
Percepatan atau perlambatan dari area otomatisasi, yaitu:
Nodus sinus
Nodus atrioventrikuler
Miokardium
Denyut jantung abnormal (depolarisasi) mungkin timbul melalui
mekanisme ini dari atrium, AV Junction atau ventrikel
o Gangguan konduksi
1) Konduksi terlalu cepat Wolf-Parkinson-White Syndrome
2) Konduksi terlalu lambat AV block
o Kombinasi gangguan otomatisasi dan konduksi
- Paper speed: 25 mm/sec
- 1 kotak kecil 0,04 sec
- 5 kotak kecil 1 kotak sedang 0,2 detik
- 5 kotak sedang 1 kotak besar 1 detik
- Menghitung laju jantung: 300 bagi jumlah kotak sedang (jika regular)
o Jika ireguler R-R dalam 6 kotak besar nanti jumlah R dikali 10 = HR
- Membaca irama EKG
o QRS kompleks tidak asistol atau VF
ya cepat/lambat takikardi >100, bradi <60
QRS lebar (>0,12 sec)/sempit
QRS lebar (ventricular) konsul
QRS sempit (supraventricular)
QRS regular/irregular?
gelombang P normal/abnormal
ada hubungan antara gel. P dan QRS kompleks
1 P diikuti 1 QRS
Jarak tepa tantara gelombang P dan QRS kompleks
- Ventrikel fibrilasi (VF)
o Kompleks QRS tidak dapat ditentukan
o Gelombang pada garis dasar terjadi antara 150-500x/menit
o Irama tidak dapat ditentukan: pola naik (pundak) dan turun (palung) yang tajam
o Amplitudo: diukur dari puncak ke palung: biasa dignakan secara subjektif untuk:
VF Halus: jarak puncak ke palung 2-4 mm
VF Sedang: jarak puncak ke palung 4-9 mm
VF Kasar: jarak puncak ke palung 10-14 mm
VF sangat kasar: jarak puncak ke palung >15 mm
- Pulseless electrical activity
o Nadi tidak teraba namun pada monitor EKG masih terdapat QRS kompleks
o Idioventricular rhythm irama dari ventrikel
o Aktivitas listrik tidak mampu membuat otot jantung berkontraksi
o Irama: menunjukkan aktivitas listrik/depolarisasi ventrikel (tapi bukan VF atau VT
tanpa denyut)
o Dapat berupa irama dengan QRS sempit (<0,12 sec) atau lebat (>0,12 sec), cepat
>100x/min atau lambat <60x/min
- Asistol
o Irama: tidak dapat ditetapkan; terkadang terlihat adanya gelombang P, tetapi
berdasarkan definisinya gelombang R harus tidak tampak
o Kompleks QRS: tidak terlihat defleksi yang konsisten dengan suatu kompleks QRS
- Takikardia
o Takikardia supraventrikel
Sinus takikardi
Kecepatan >100x/min
Irama: sinus (di lead II positf, di lead AVR negative)
PR Interval: biasanya <0,20 detik
Kompleks QRS: bisa sempit atau lebar
Atrial fibrilasi
Kecepatan respon ventrikel: cepat, normal atau lambat
Irama: tidak teratur
Gelombang P
Hanya ada gelombang fibrilasi atrium yang kacau
Membuat garis dasar (baseline) yang berubah-ubah
Atrial flutter
Kecepatan
Kecepatan atrium 220-350x/min
Respon ventrikel jarang >150-180x/min, karena dibatasi oleh
konduksi nodus AV
Irama
Teratur (tidak seperti AF)
Irama ventrikel seringkali regular
Menetapkan rasio terhadap irama atrium, misalnya 2-1 atau 4-
1
Gelombang P
Gelombang flutter dalam pola “gigi gergaji” yang klasik
PR Interval: Tidak dapat diukur
Komplek QRS: <0,10-0,12 sec
Supraventricular takikardia
Kecepatan: seringkali 250x/min
Irama: regular
Gelombang P: jarang terlihat, karena kecepatan yang cepat
menyebabkan gelombang P “ tersembunyi” dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: sempit (<0,12 sec)
o Takikardi ventrikel
1) Ventricular takikardi monomorfik
Kecepatan ventrikel: <100x/min
Irama: regular
Gelombang P: jarang telrihat
Kompleks QRS: lebar dan aneh, kompleks >0,12 detik, dengan
gelombang T yang besar dan memiliki polaritas yang berlawanan
dengan QRS
PR Interval: tidak ada
2) Ventricular takikardi polimorfik
Kecepatan: >100x/min
Irama: hanya irama ventrikel
Gelombang P: jarang terlihat, VT merupakan suatu bentuk disosiasi AV
PR interval: tidak ada
Kompleks QRS: bervariasi dan tidak konsisten
3) Torsade de pointes (suatu subtiper VT polimorfik yang unik)
Kecepatan atrium tidak dapat ditentukan
Kecepatan ventrikel: 150-250x/min
Irama: hanya irama ventrikel regular
Gelombang p: tidak ada
Kompleks QRS menunjukkan pola kumparan nodus yang klasik
- Bradikardi
o Sinus bradikardi
Kecepatan: <60x/min
Irama: sinus regular, gelombang P regular diikuti komplek QRS regular
Interval PR: regular <0,20 detik
Gelombang P: ukuran dan bentuk normal
Kompleks QRS: sempit <0,10 sec
o AV Block derajat 1
Kecepatan: <60x/min
Irama: sinus, regular kedua atrium dan ventrikel
Interval PR: memanjang >0,20 detik (5 kotak) tetapi tetap (tidak
bervariasi)
Gel. P: ukuran dan bentuk normal: setiap gel. P diikuti kompleks QRS
Kompleks QRS: sempit <0,10 sec
o AV Block derajat 2 tipe 1 (Mobitz Wenckebach)
Perpanjangan interval PR yang progresif hingga satu gelombang P
tidak diikuti oleh kompleks QRS (dropped beat)
Irama: komoleks atrium regular dan kompleks ventrikel tidak regular
dalam hal waktu
Interval PR: memanjang progresif dari siklus ke siklus, kemudian satu
gelombang P tidak diikuti oleh kompleks QRS
Gel. P: ukuran dan bentuk tetap normal, sekali sekali tidak diikuti oleh
kompleks QRS
Kompleks QRS: paling sering <0,10 detik. Sebuah QRS hilang secara
berkala
o AV Block derajat 2 tipe 2 (infranodus, Mobitz II)
Kecepatan atrium: biasanya 60-100x/min
Kecepatan ventrikel: lebih lambat daripada atrium
Irama: atrium regular, ventrikel tidak regular
Interval PR: menajang konstan dan tetap
Gel. P: ukuran dan bentuk tetap normal. Beberapa gelombang P tidak
diikuti oleh kompleks QRS
Kompleks QRS: sempit (<0,10 detik)
o AV Block derajat 3 dan disosiasi atrioventricular
Kecepatan atrium: biasanya 60-100x/min: impuls benar-benar terpisah
dari kecepatan ventrikel yang lebih lambat
Kecepatan ventrikel
Kecepatan ventrikel < atrium = blok AV derajat 3
Kecepatan ventrikel > atrium = disosiasi av
Irama: irama atrium dan irama ventrikel regular tetapi independent
Interval PR: tidak ada hubungan antara gelombang P dan komoleks
QRS
Gelombang P: ukuran dan bentuk normal
Kompleks QRS:
Sempit <0,10 detik hambatan diatas nodus AV
Lebar (>0,12 detik) hambatan dibawah nodus AV
Bradikardia