Anda di halaman 1dari 13

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMK Nurul Istiqomah terletak di Desa Kalidilem, Kecamatan Randu Agung,

Kabupaten Lumajang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah bernama Drs. H. Abdul

Quddus Zoher Zulqudsie, M.Pd dengan dibantu 2 guru. Jumlah seluruh siswa SMK Nurul

Istiqomah adalah 42 siswa yang terdiri dari 13 siswa kelas X, 14 siswa kelas XI, 19 siswa

kelas XI 9 orang. Lokasi SMK Nurul Istiqomah termasuk tempat pedesaan yang strategis

untuk diteliti karena kasus HIV/AIDS pertahun di desa ini meningkat dan dengan fasilitas

umum yang belum cukup dekat dengan sumber informasi seperti internet, media elektronik,

dan media massa. Fasilitas yang terdapat di SMK Nurul Istiqomah yaitu terdiri dari ruang

Bimbingan Konseling (BK), ruang guru, ruang Tata Usaha (TU), kantin, mushola,

perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang laboratorium komputer, tempat parkir (guru dan

siswa).

Proses peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja khusunya

HIV/AIDS di MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta diperoleh dari bimbingan

konseling (BK) dan mata pelajaran yang ada. MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta belum pernah mendapatkan penyuluhan secara menyeluruh tentang HIV/AIDS

di sekolah.
4.1.2 Analisa Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang HIV/AIDS

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta berusia 17

tahun memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 9 orang (20.0%). Berdasarkan

karakteristik kelas,

didapatkan hasil sebagian besar siswa SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang

kelas XII memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 11 orang (24.4%). Berdasarkan

karakteristik jenis kelamin, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan yang cukup

sebanyak 20 orang (44.4%). Berdasarkan karakteristik sumber informasi, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta

mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan yang cukup

sebanyak 18 orang (40.0%). Berdasarkan total keseluruhan siswa M Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS

sebanyak 28 orang (62.2%)


B. Tingkat pengetahuan tentang pengertian HIV/AIDS

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Pengertian HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta berusia 16

sampai 17

tahun memiliki pengetahuan tentang pengertian HIV/AIDS yang baik sebanyak 12 orang

(26.7%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta kelas XII memiliki pengetahuan tentang

pengertian HIV/AIDS yang baik sebanyak 14 orang (31.1%). Berdasarkan karakteristik

jenis kelamin, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan tentang pengertian

HIV/AIDS yang baik sebanyak 25 orang (55.6%). Berdasarkan karakteristik sumber

informasi, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan tentang

pengertian HIV/AIDS yang baik sebanyak 22 orang (48.9%). Berdasarkan total

keseluruhan siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta mempunyai

pengetahuan yang baik tentang pengertian HIV/AIDS sebanyak 37 orang (82.2%).


C. Tingkat pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Cara Penularan HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta berusia 17

tahun memiliki pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang cukup sebanyak 7

orang (15.6%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta kelas XII memiliki pengetahuan tentang cara

penularan HIV/AIDS yang cukup sebanyak 10 orang (22.2%). Berdasarkan karakteristik

jenis kelamin, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan tentang cara penularan

HIV/AIDS dengan kategori yang sama yaitu cukup dan kurang sebanyak 12 orang (26.7%).

Berdasarkan karakteristik sumber informasi, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang lain

memiliki pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang kurang sebanyak 12 orang

(26.7%). Berdasarkan total keseluruhan siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta mempunyai pengetahuandengan kategori yang sama yaitu cukup dan kurang

tentang cara penularan HIV/AIDS sebanyak 19 orang (42.2%).


D. Tingkat pengetahuan tentang tanda gejala HIV/AIDS

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Tanda Gejala HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta berusia 17

tahun memiliki pengetahuan tentang tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 13

orang (28.9%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta kelas XI memiliki pengetahuan tentang

tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 13 orang (28.9%). Berdasarkan karakteristik

jenis kelamin, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan tentang tanda gejala

HIV/AIDS yang baik sebanyak 23 orang (51.1%). Berdasarkan karakteristik sumber

informasi, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan tentang

tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 18 orang (40.0%). Berdasarkan total

keseluruhan siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta mempunyai

pengetahuan yang baik tentang tanda gejala HIV/AIDS sebanyak 36 orang (80.0%)
E. Tingkat Pengetahuan Faktor Resiko SMK Nurul Istiqomah Randu Agung l

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tentang Faktor Resiko HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik usia, didapatkan

hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta berusia 17

tahun memiliki pengetahuan tentang faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 7

orang (15.6%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta kelas XII memiliki pengetahuan tentang

faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 9 orang (20.0%). Berdasarkan

karakteristik jenis kelamin, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan tentang

faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 14 orang (31.1%). Berdasarkan

karakteristik sumber informasi, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang

lain memiliki pengetahuan tentang faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 13

orang (28.9%). Berdasarkan total keseluruhan siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang faktor resiko HIV/AIDS

sebanyak 19 orang (42.2%).


B. Pembahasan

1. Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS di MA Muhammadiyah Gedongtengen

Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS di

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta menunjukkan pengetahuan dengan

kategori cukup yaitu sebanyak 28 siswa (62.2%). Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi

dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan social dan budaya.

Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung

maupun tidak langsung (Riyanto dan Budiman, 2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) di SMK

Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan 54 responden dengan hasil penelitian

pengetahuan HIV/AIDS cukup yaitu 64.8%. Hal ini dapat disebabkan karena responden

belum pernah mendapatkan informasi kesehatan mengenai HIV/AIDS seperti penyuluhan

tentang HIV/AIDS, dan sebagian besar responden memperoleh informasi mengenai

HIV/AIDS dari orang lain.

Banyaknya siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup tentang HIV/AIDS

dipengaruhi oleh faktor usia responden yang sebagian besar berada pada usia 17 tahun

sebanyak 15 siswa (33.3%).

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pomahla pikir, sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik (Riyanto dan Budiman, 2013). Tingkat pendidikan

juga mempengaruhi tingkat pengetahuan siswa. Tingkat pendidikan mempunyai daya

serap seseorang terhadap informasi yang diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka daya serap yang dimiliki akan semakin kuat sehingga menjadi daya ingat

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang dan semakin tinggi tingkat pendidikannya maka tingkat pengetahuan orang

tersebut akansemakin tinggi (Notoatmodjo, 2010)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktariana (2009) yang

mendapatkan adanya hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan HIV dan AIDS.

Responden dengan pendidikan tinggi cenderung tingkat pengetahuannya semakin baik.

Berdasarkan jenis kelamin siswa di MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta

mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29 siswa (64.4%) dan minoritas

perempuan sebanyak 16 siswa (35.6%). Pada masa remaja akhir mempunyai ciri-ciri

yaitu menampakkan pengungkapan kebebasan diri, mencari teman sabaya lebih selektif,

dapat mewujudkan perasaan cinta, dan mempunyai kemampuan berfikir khayal atau

abstrak (Widyastuti, 2009).

Menurut Pinem (2009) menjelaskan bahwa bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat

diperolehnya kebebasan sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala

bentuk pembatasan. Sehingga remaja laki-laki kadang sering mengekspresikan hal-hal

yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi lebih terbuka dan berani. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 45 siswa terdapat 28 siswa yang berpengetahuan

cukup. Hal itu terjadi karena siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta

belum pernah mendapat informasi kesehatan secara lengkap dan jelas mengenai
HIV/AIDS, dan sebagian besar dari mereka memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS

dari orang lain seperti guru, orang tua, saudara, dan teman sebanyak 27 siswa (60.0%),

siswa yang memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS dari media cetak/elektronik

seperti televisi, radio, internet, Koran, maupun majalah sebanyak 12 siswa (26.7%), dan

sebagian kecil mendapat informasi melalui pelajaran sekolah sebanyak 6 siswa (13.3%).

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang

mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik hal

itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sudikna (2011) tentang Pengetahuan

HIV dan AIDS di Indonesia. Masih minimnya informasi tentang HIV dan AIDS yang

diperoleh menjadi salah satu faktor kurangnya pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja.

2. Pengetahuan Siswa Tentang Pengertian HIV/AIDS di MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengetahuan siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta tentang HIV/AIDS menunjukkan

pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 37 siswa (82.2%) tentang pengertian

HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik

tentang pengertian HIV/AIDS menunjukkan bahwa siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta sudah banyak yang tahu dan paham tentang pengertian

HIV/AIDS. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta sudah mengerti tentang pengertian

HIV/AIDS. Mereka sudah mengerti definisi HIV dan definisi AIDS.


HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah

kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sekitar 89%

penderita HIV akan berkembang menjadi AIDS. Orang yang sudah memasuki tahap

AIDS, penderita semakin lama akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan

kematian, karena saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan

HIV/AIDS (Widyastuti, 2009)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fafi Rahmati (2014) dengan hasil

tingkat pengetahuan tentang pengertian HIV/AIDS baik yaitu (96%). Hal ini dapat

disebabkan karena sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan HIV/AIDS sangat

bervariasi oleh jawaban responden yang juga bervariasi.

3. Pengetahuan Siswa Tentang Cara Penularan HIV/AIDS di MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengetahuan siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta tentang HIV/AIDS menunjukkan

pengetahuan dengan kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 19 siswa (42.2%) dengan

pengetahuan yang cukup tentang cara penularan dan sebanyak 19 siswa (42.2%) dengan

pengetahuan kurang tentang cara penularan HIV/AIDS. Pengetahuan yang cukup dan

kurang ini tentang cara penularan HIV/AIDS menunjukkan bahwa siswa MA

Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta masih banyak yang belum paham tentang

cara penularan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena belum adanya penyuluhan secara

lengkap dan jelas tentang HIV/AIDS.


Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta kurang mengerti tentang cara penularan HIV/AIDS. Mereka

beranggapan bahwa tinggal satu rumah dengan penderita AIDS dapat tertular AIDS. Ada

3 cara penularan HIV/AIDS adalah berhubungan seksualbaik secara vaginal, anal, dan

oral dengan penderita HIV, kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum

suntik, terjadi penularan secara vertikal seperti melalui ibu hamil pengidap HIV kepada

bayinya baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Jumlah virus

terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vaina, dan serviks, serta cairan dalam

otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat hanya ditemukan sedikit sekali

(Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) dengan

hasil tingkat pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang dilakukan di SMK

Muhammadiyah

Yogyakarta pada kelas XI adalah cukup. Hal ini dapat disebabkan karena responden

belum pernah mendapatkan informasi kesehatan mengenai HIV/AIDS seperti penyuluhan

tentang HIV/AIDS.

4. Pengetahuan Siswa Tentang Tanda Gejala HIV/AIDS di MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengetahuan siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta tentang HIV/AIDS menunjukkan

pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 36 siswa (80.0%) tentang tanda dan

gejala HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik ini tentang tanda gejala HIV/AIDS

menunjukkan bahwa siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta sudah

banyak yang paham dan tahu tentang tanda dan gejala HIV/AIDS. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti (2016) bahwa pengetahuan dengan

kategori baik dikarenakan sumber informasi yang mereka peroleh sebagian besar dari

media cetak/elektronik.

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta sudah mengertI tentang tanda gejala pada HIV/AIDS. Mereka

sudah mengetahui bahwa seorang yang menderita AIDS akan mengalami gejala seperti

lemah, demam, diare, kelenjar limfe membengkak dan penurunan berat badan.

Orang yang hidup dengan HIV umumnya tidak menyadari tentang status HIV mereka

tanpa tes HIV karena mereka terlihat sehat dan setelah beberapa minggu terinfeksi,

mereka mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala seperti demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, flu, diare (Najmah, 2016)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) dengan

hasil tingkat pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang dilakukan di SMK

Muhammadiyah Yogyakarta pada kelas XI adalah baik. Hal ini dapat disebabkan karena

sumber informasi yang mereka peroleh sebagian besar dari media cetak/elektronik.

5. Pengetahuan Siswa Tentang Faktor Resiko HIV/AIDS di MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pengetahuan siswa

MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta tentang HIV/AIDS menunjukkan

pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 19 siswa (42.2%) tentang faktor

resiko HIV/AIDS. Pengetahuan yang cukup ini tentang faktor resiko HIV/AIDS

menunjukkan bahwa siswa MA Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta masih


banyak yang belum paham dan tahu tentang faktor resiko HIV/AIDS. Hal ini

dikarenakan belum adanya penyuluhan yang lengkap dan jelas tentang HIV/AIDS.

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA Muhammadiyah

Gedongtengen Yogyakarta kurang mengerti tentang faktor resiko HIV/AIDS. Mereka

beranggapan HIV tidak menular dari ibu hamil pengidap HIV pada janin yang

dikandungnya.

Terjadinya penularan dari ibu pengidap HIV terhadap anaknya merupakan salah saru dari

faktor resiko. Ibu yang sedang hamil sangat beresiko menularkan virus HIV kepada janin

atau anak yang di kandungnya dan penularannya bisa terjadi pada sewaktu kehamilan,

persalinan maupun sewaktu menyusukan anaknya (Hutapea, 2014). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwam Hermanus (2010) dengan hasil

pengetahuan yang kurang baik terhadap faktor resiko HIV/AIDS. Hal ini dapat

disebabkan karena belum adanya peningkatan pengetahuan atau sosialisasi tentang

HIV/AIDS

Anda mungkin juga menyukai