Kabupaten Lumajang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah bernama Drs. H. Abdul
Quddus Zoher Zulqudsie, M.Pd dengan dibantu 2 guru. Jumlah seluruh siswa SMK Nurul
Istiqomah adalah 42 siswa yang terdiri dari 13 siswa kelas X, 14 siswa kelas XI, 19 siswa
kelas XI 9 orang. Lokasi SMK Nurul Istiqomah termasuk tempat pedesaan yang strategis
untuk diteliti karena kasus HIV/AIDS pertahun di desa ini meningkat dan dengan fasilitas
umum yang belum cukup dekat dengan sumber informasi seperti internet, media elektronik,
dan media massa. Fasilitas yang terdapat di SMK Nurul Istiqomah yaitu terdiri dari ruang
Bimbingan Konseling (BK), ruang guru, ruang Tata Usaha (TU), kantin, mushola,
perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang laboratorium komputer, tempat parkir (guru dan
siswa).
di sekolah.
4.1.2 Analisa Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS
karakteristik kelas,
didapatkan hasil sebagian besar siswa SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang
kelas XII memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 11 orang (24.4%). Berdasarkan
mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan yang cukup
sampai 17
tahun memiliki pengetahuan tentang pengertian HIV/AIDS yang baik sebanyak 12 orang
Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan tentang
Tentang Cara Penularan HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang
tahun memiliki pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang cukup sebanyak 7
orang (15.6%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa MA
HIV/AIDS dengan kategori yang sama yaitu cukup dan kurang sebanyak 12 orang (26.7%).
memiliki pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang kurang sebanyak 12 orang
Yogyakarta mempunyai pengetahuandengan kategori yang sama yaitu cukup dan kurang
Tentang Tanda Gejala HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang
tahun memiliki pengetahuan tentang tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 13
orang (28.9%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa
tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 13 orang (28.9%). Berdasarkan karakteristik
Yogyakarta mendapatkan sumber informasi dari orang lain memiliki pengetahuan tentang
tanda gejala HIV/AIDS yang baik sebanyak 18 orang (40.0%). Berdasarkan total
pengetahuan yang baik tentang tanda gejala HIV/AIDS sebanyak 36 orang (80.0%)
E. Tingkat Pengetahuan Faktor Resiko SMK Nurul Istiqomah Randu Agung l
Tentang Faktor Resiko HIV/AIDS di SMK Nurul Istiqomah Randu Agung Tentang
tahun memiliki pengetahuan tentang faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 7
orang (15.6%). Berdasarkan karakteristik kelas, didapatkan hasil sebagian besar siswa
lain memiliki pengetahuan tentang faktor resiko HIV/AIDS yang cukup sebanyak 13
kategori cukup yaitu sebanyak 28 siswa (62.2%). Menurut Kamus Besar Bahasa
pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi
dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan social dan budaya.
Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) di SMK
pengetahuan HIV/AIDS cukup yaitu 64.8%. Hal ini dapat disebabkan karena responden
dipengaruhi oleh faktor usia responden yang sebagian besar berada pada usia 17 tahun
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pomahla pikir, sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik (Riyanto dan Budiman, 2013). Tingkat pendidikan
serap seseorang terhadap informasi yang diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka daya serap yang dimiliki akan semakin kuat sehingga menjadi daya ingat
seseorang dan semakin tinggi tingkat pendidikannya maka tingkat pengetahuan orang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktariana (2009) yang
mendapatkan adanya hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan HIV dan AIDS.
mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29 siswa (64.4%) dan minoritas
perempuan sebanyak 16 siswa (35.6%). Pada masa remaja akhir mempunyai ciri-ciri
yaitu menampakkan pengungkapan kebebasan diri, mencari teman sabaya lebih selektif,
dapat mewujudkan perasaan cinta, dan mempunyai kemampuan berfikir khayal atau
Menurut Pinem (2009) menjelaskan bahwa bagi laki-laki, masa remaja merupakan saat
yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi lebih terbuka dan berani. Hasil
belum pernah mendapat informasi kesehatan secara lengkap dan jelas mengenai
HIV/AIDS, dan sebagian besar dari mereka memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS
dari orang lain seperti guru, orang tua, saudara, dan teman sebanyak 27 siswa (60.0%),
seperti televisi, radio, internet, Koran, maupun majalah sebanyak 12 siswa (26.7%), dan
sebagian kecil mendapat informasi melalui pelajaran sekolah sebanyak 6 siswa (13.3%).
mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik hal
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sudikna (2011) tentang Pengetahuan
HIV dan AIDS di Indonesia. Masih minimnya informasi tentang HIV dan AIDS yang
diperoleh menjadi salah satu faktor kurangnya pengetahuan HIV dan AIDS pada remaja.
pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 37 siswa (82.2%) tentang pengertian
Gedongtengen Yogyakarta sudah banyak yang tahu dan paham tentang pengertian
HIV/AIDS. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA
kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. Sekitar 89%
penderita HIV akan berkembang menjadi AIDS. Orang yang sudah memasuki tahap
AIDS, penderita semakin lama akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan
kematian, karena saat ini belum ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fafi Rahmati (2014) dengan hasil
tingkat pengetahuan tentang pengertian HIV/AIDS baik yaitu (96%). Hal ini dapat
pengetahuan dengan kategori cukup dan kurang yaitu sebanyak 19 siswa (42.2%) dengan
pengetahuan yang cukup tentang cara penularan dan sebanyak 19 siswa (42.2%) dengan
pengetahuan kurang tentang cara penularan HIV/AIDS. Pengetahuan yang cukup dan
cara penularan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena belum adanya penyuluhan secara
beranggapan bahwa tinggal satu rumah dengan penderita AIDS dapat tertular AIDS. Ada
3 cara penularan HIV/AIDS adalah berhubungan seksualbaik secara vaginal, anal, dan
oral dengan penderita HIV, kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum
suntik, terjadi penularan secara vertikal seperti melalui ibu hamil pengidap HIV kepada
bayinya baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Jumlah virus
terbanyak terdapat dalam darah, sperma, cairan vaina, dan serviks, serta cairan dalam
otak. Sedangkan di dalam saliva, air mata, urine, keringat hanya ditemukan sedikit sekali
(Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) dengan
hasil tingkat pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang dilakukan di SMK
Muhammadiyah
Yogyakarta pada kelas XI adalah cukup. Hal ini dapat disebabkan karena responden
tentang HIV/AIDS.
pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 36 siswa (80.0%) tentang tanda dan
gejala HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik ini tentang tanda gejala HIV/AIDS
banyak yang paham dan tahu tentang tanda dan gejala HIV/AIDS. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti (2016) bahwa pengetahuan dengan
kategori baik dikarenakan sumber informasi yang mereka peroleh sebagian besar dari
media cetak/elektronik.
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA Muhammadiyah
Gedongtengen Yogyakarta sudah mengertI tentang tanda gejala pada HIV/AIDS. Mereka
sudah mengetahui bahwa seorang yang menderita AIDS akan mengalami gejala seperti
lemah, demam, diare, kelenjar limfe membengkak dan penurunan berat badan.
Orang yang hidup dengan HIV umumnya tidak menyadari tentang status HIV mereka
tanpa tes HIV karena mereka terlihat sehat dan setelah beberapa minggu terinfeksi,
mereka mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala seperti demam, sakit kepala, sakit
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Insani (2016) dengan
hasil tingkat pengetahuan tentang cara penularan HIV/AIDS yang dilakukan di SMK
Muhammadiyah Yogyakarta pada kelas XI adalah baik. Hal ini dapat disebabkan karena
sumber informasi yang mereka peroleh sebagian besar dari media cetak/elektronik.
pengetahuan dengan kategori cukup yaitu sebanyak 19 siswa (42.2%) tentang faktor
resiko HIV/AIDS. Pengetahuan yang cukup ini tentang faktor resiko HIV/AIDS
dikarenakan belum adanya penyuluhan yang lengkap dan jelas tentang HIV/AIDS.
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa MA Muhammadiyah
beranggapan HIV tidak menular dari ibu hamil pengidap HIV pada janin yang
dikandungnya.
Terjadinya penularan dari ibu pengidap HIV terhadap anaknya merupakan salah saru dari
faktor resiko. Ibu yang sedang hamil sangat beresiko menularkan virus HIV kepada janin
atau anak yang di kandungnya dan penularannya bisa terjadi pada sewaktu kehamilan,
persalinan maupun sewaktu menyusukan anaknya (Hutapea, 2014). Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arwam Hermanus (2010) dengan hasil
pengetahuan yang kurang baik terhadap faktor resiko HIV/AIDS. Hal ini dapat
HIV/AIDS