Alat suplementasi O2
1. Nasal Kanul (1-5 L) FiO2 40%
- SpO2 95-100%
2. Simple mask (6-10 L) FiO2 35-60%
- SpO2 90-94%
3. NRM (9-15 L) FiO2 90-100%
- SpO2 85-89%
4. Partial Rebreather Mask
- SpO2 85-89%
5. Ventilasi tekanan positif (Ambu bag & T-Piece Resuscitator)
- SpO2 <85%
DEFIBRILASI
VF, VT tanpa nadi, VT polimorfik (torsade de pointes)
VF dapat menjadi asistol dalam hitungan menit. Angka kematian menigkat 10% tiap
menitnya bila tanpa resusitasi
Defibrilator bifasik lebih baik dari pada monofasik, karena lebih aman dan efektif untuk VF.
1 kejut bifasik > 3 kali kejut monofasik
Dosis bifasik 200 J untuk dosis awal
Dosis monofasik 360 J unutk semua kejut
Dosis anak 4-10 J/KgBB, untuk usia 1-8 tahun 2 J/KgBB awal, selanjutnya 4 J/KgBB
AED
- Hanya untuk VF/VT tanpa nadi
- Dianjurkan untuk VT monomorfik dan polimorfik bila frekuensi gel. R > normal.
Tindakan Defib
1. Tetap alnjutkan CPR
2. Mengalakan alat defib dengan dosis maksimum
3. Siapkan gel pada paddel
4. Letakkan paddel kiri di dada sternum dan kanan pada apex
5. Lakukan charging dengan menekan tombol CHARGE pada padel kanan
6. Setelah di-charge penuh hentikan CPR, dan jangan menyentuh pasien
7. EVERYBODY CLEAR!, mata ke monitor pastikan masih VT/VF
8. Tekan tombol SHOCK di kedua paddle bersamaan sambil memberikan tekanan 12,5kg
9. Langsung lanjutkan CPR 5 siklus atau 2 menit
10. Evaluasi irama setelah 5 siklus CPR
KARDIOVERSI
Dikatakan tersingronisasi karena hantaran kejut bersamaan dengan komplex QRS, sehingga
dapat menghindari masa refrakter relatif siklus jantung.
Kardioverisi listrik hanya untuk Taki-aritmia dengan hemodinamik tidak stabil : Hipotensi,
penurunan kesadaran, tanda syok, nyeri dada iskemik, sesak napas akibat gagal jantung
akut
Kardioversi medikamentosa bila hemodinamik stabil
Indikasi : Takiaritmia tidak stabli dengan nadi + kompleks QRS = SVT, Atrial Fibrilasi, Atrial
Flutter. dan VT monomorfik + nadi dengan hemodinamik tidak stabil
Kontraindikasi : irama sinus, AF yang sudah > 48 jam (kecuali dalam antikoagulan
adekuat/terbukti tidak ada trombus di jantung dengan echo)
Menggunakan energi yang lebih rendah dari Defib, namun bila tidak tersingkron maka
dapat memicu VF
DOSIS
-AF : dosis awal 120-200 J bifasik atau 200 J untuk monofasik
-Atrial Flutter atau SVT : 50-100 J
-VT monomorfik + nadi + hemodinamik tidak stabil = 100 J dosis awal
-Anak : 0,5-1 J/KgBB. Max 2 J/KgBB untuk SVT dan VT
Persiapan Penolong
- Panggil tim asisten
- Bersiap untuk bradipneu/apneu setelah sedasi
- Bersiap CPR
- Pasang lead EKG + persiapan bagging
Tindakan Kardioversi
1. Sedasi dengan bolus pelan Midazolam 0,05-0,1 mg IV
2. Nyalakan alat kardioversi, atur dosis, mode sinkronisasi on!
3. Atur Dosis :
SVT, Atrial flutter (Takikardi QRS sempit) : mulai 50-100 J
VT (Takikardi QRS lebar) : mulai 100 J
Atrial Fibrilasi (Takikardi QRS sempit irreguler) : mulai 120-200 J untuk bifasik dan 200 J
monofasik
4. Siapkan gel di paddle
5. Posisikan paddle di sternal dan apex. Charging!
6. EVERYBODY CLEAR!
7. Beri tekanan 12,5 kg. SHOCK!!
8. EVALUASI MONITOR EKG, cek nadi
9. Bila belum teratasi, ulang kardioversi dengan menaikan 50 J dari dosis awal
PASCA ROSC
Fase stabilisasi awal
A. Manajemen airway
1. Intubasi endotrakeal
2. Pastikan tidak ada sumbatan jalan napas
3. Suction bila perlu
4. Pemasanan kapnografi untuk konfirmasi ketepatan posisi intub
B. Breathing
1. Hindari hipoksia dengan O2 konsentrasi tinggi
2. Jika sudah menggunakan ventilator, titrasi FiO2 sampai mencapai target SpO2 92-98%
3. Volume tidal 6-8 ml/kgBB
4. Pertahankan laju napas mulai dari 10x/i
5. Titrasi ventilasi/i hingga target PaCO2 35-45%
6. Hindari hiperventilasi agar tidak menyebabkan penurunan curah jantung dan iskemia otak
7. RO thorax untuk memastikan posisi pipa endotrakeal dan diagnostik
3. Sirkulasi
1. Monitoring irama dan tekanan darah
2. Target sistolik > 90 mmHg
3. Jaga tenakan darah dengan MAP >65 mmHg. 3 masalah penyebab Hipotensi : rate/irama,
volume pompa
4. Pastikan kecukupan cairan intravaskular, koreksi dengan pemberian cairan (kecuali
hipotensi disebabkan oleh dekompensasi jantung kiri)
5. Dosis uji cairan NaCl 0,9% atau RL 2-4 cc/kgBB dalam 10 menit awal
6. Pemberian obat vasoaktif, dengan efek kronotropik (laju jantung), efek inotropik
(konrtraktilitas miokard), efek vasokontriksi (meningkatkan takanan arteri), atau efek
vasodilator (mengurangi afterload).
7. Obat inotropik dan vasopresor dapat meningkatkan kemungkinan aritmia dan
memperburuk iskemia miokard.
8. Lakukan EKG 12 sadapan, bila terdapat ST elevasi (kasus IMA EST), syok kardiogenik, dan
pasien yang memerlukan sirkulasi mekanik maka perlu dilakukan intervensi dan angiografi
Manajemen berkelanjutan
a. Evaluasi penyebab reversibel henti jantung
b. Evaluasi fungsi neurologis
1. Pada pasien penurunan kesadaran, lakukan Target Temperatur Management pada pasien
koma. Pasien dibuat hipotermi (32-36%) selama 24 jam
2. Pantau suhu inti (esofageal, kemih)
3. Pantau O2, normocapnea, dan GDS
4. CT Scan
5. EEG
c. Evaluasi fungsi metabolik dan tangani etiologi henti jantung
1. Libatkan DPJP
2. RO Thorax
3. AGD, pada asidosis metabolik berat dapat diberikan infus sodium bikarbonat
4. Elektrolit. Target K 3.5-5 mEq/L
-- 5H
Hipovolemia
Hipoksia
Ion Hidrogen (asidosis)
Hipo/hiper-kalemia
Hipotermia
-- 5T
Tension pneumotorax
Tamponade jantung
Toksin
Trombosis pulmonal
Trombosis koroner
EKG
Baca cepat EKG
1. Komplex QRS? bila (-) asistol/VF, bila (+)
2. Cepat/Lambat? taki/bradi
3. QRS lebar/sempit? lebar+taki VT konsul SpJP, sempit SVT
4. QRS regu/irreguler?
5. Gelombang P normal/abnormal?
6. Gel. P diikuti QRS?
BRADIKARDIA
TAKIKARDIA
- Takiaritmia ekstrim >150x/i, sering asimtomatik karena menurunan afterload dan hipoksia
miokard
A. Takiaritmia QRS Sempit (QRS <0,12 detik)
1. Sinus Takikardi
2. AF
3. Atrial Flutter
4. Re-entry nodus AV (SVT)
5. Takikardia dimediasi-jalur aksesoris
6. Takikardia atrium
7. Multifokal atrial takikardi
8. Juntional takikardi (bayi)
Tatalaksana
airway dan breathing. pasang O2
pasang monitor
pasang IV line
EKG 12 lead
SVT dengan hemodinamik stabil
a. Manuver vagal (pijat sinus karotis lebih efektif)
Kontraindikasi :
1. riwayat infark miokard
2. riwayat TIA/Stroke dalam 3 bulan terakhri
3. riwayat VF/VT
4. Bruit pada a. carotis
pasang monitor EKG
posisi telentang kepala sedikit ekstensi dan berpaling ke arah kontralateral
cari titik arteri karotis
pijat arteri karotis dengan gerakan sirkuler selama 5-10 detik sambil terus lihat monitor
bila tidak berhasil ulang pada sisi sebaliknya
b. Adenosin
diberikan jika tidak respon dengan vagal manuver
persiapkan alat defibrilator untuk antisipasi kemungkinan muncul AF pasca tindakan
Dosis 6 mg IV cepat pada vena besar, lalu flush cairan NaCl 0,9% 20 cc
bila irama tidak berubah dalam 1-2 menit, maka berikan adenosin 12 mg IV dengan cara yg
sama
bila menggunakan Adenosis ATP, dosis awal 10 mg IV dan ulangan 20 mg IV
konversi PSVT menggunakan adenosis lebih cepat daripada CCB (verapamil), dan amiodaron
dosis awal harus dikurangi 3 mg pada pasien yang mengonsumsi dipiridamol/karbamazepin,
pasca transplantasi jantung, atau jika pemberian menggunakan akses vena sentral
Efek samping sementara : flushing, dispnea, nyeri dada
Kontraindikasi : asma
Klasifikasi Takikardia
1. QRS Sempit
a) Teratur
- Sinus takikardi
- P-SVT
- Atrial flutter
- Atrial Tarkikardi
- Juntional takikardi
b) Tidak teratur
- AF
- Multifokal atrial takikardi
2. QRS lebar
a) Teratur
- VT monomorfik
- SVT aberans
b) Tidak teratur
- Atrial fibrilasi aberan
- VT polimorfik
Hemodinamk Stabil --> Terapi Obat
A. QRS sempit reguler
1. manuver vagal
2. adenosin
3. verapamil*
4. diltiazem*
B. QRS sempit irreguler
1. Digoxin
2. Diltiazem*
3. Verapamil*untuk ritme kontrol
4. Amiodaron
C. QRS lebar reguler
1. Amiodaron
2. Adenosin (untuk diagnostik membedakan VT dengan SVT aberans)
Tindakan
Manuver vagal (Pijat sinus karotis)
Indikasi :
- Takikardi ekstirm QRS sempit + reguler
Kontraindikasi :
1. riwayat infark miokard
2. riwayat TIA/Stroke dalam 3 bulan terakhri
3. riwayat VF/VT
4. Bruit pada a. carotis (auskultasi a. karitis)
pasang monitor EKG
posisi telentang kepala sedikit ekstensi dan berpaling ke arah kontralateral
cari titik arteri karotis kiri/kanan
pijat arteri karotis dengan gerakan sirkuler selama 5-10 detik sambil terus lihat monitor
bila tidak berhasil ulang pada sisi sebelahnya
STEMI
- Oklusi total
- Troponin meningkat
- Trombus platelet-fibrin
Diagnosis
1. Nyeri dada tipikal
- seperti diinjak, tertimpa, dada terasa penuh disertai
- menjalar kepunggung, lengan kiri, leher, punggung, atau epigastium disertai
- mual muntah, keringat dingin, pandangan melayang, sesak, pingsan
- dd/ :
1) Diseksi aorta : nyeri dada seperti dirobek
2) Pulmonary emboli : immobilisasi lama, spt pada pasien geriatri atau riw operasi
tulang belakang
3) Pneumotoraks akut : trauma, penyakit paru kronis
2. EKG
3. Tropini
Tatalaksana
1. Risiko sangat tinggi
- RS layanan PCI
- Invsif segera < 2 jam
2. Risiko tinggi
- RS layanan PCI
- Invsif dini< 24 jam
3. Risiko sedang
- RS biasa
- Invasif < 72 jam
4. Risiko rendah
- Pemeriksaan non-invasif sesuai indikasi
SYOK
Klinis
1. TD sistolik < 90 mmHg + Takikardi >100 x/i
2. RR <7 atau 29x/i
3. Urin output <0,5 cc/kgbb/jam
4. Asidosis metabolik, hiperlaktatemia
5. Gelisah/delirium
6. SGOT/SGPT meningkat
7. Hipotermia
8. Elektrolit imbalance
9. Gangguan pembekuan darah
10. Multi organ failur
11. Death
Trias Kardiovaskular
1. Rate : irama jantung
a. Sinus bradikardia
b. Takikardia
2. Pump
Primer
1) infark miokard
2) Kardiomiopati
3) Miokarditis
4) Ruptur chordae
5) Disfungsi katup prostetik
6) Ruptue septum ventrikel
Sekunder
1) Grug induce
2) Tamponade jantung
3) Emboli paru
4) Myxoma
5) Sindrom vena cava superior
3. Volume-SVR
Volume loss
1) Perdarahan
2) Diare
3) Urin
4) insensile water loss
5) insufisiensi adrenal
6) SVR (vasodilatasi-redistribusi)
7) cedera SSP
8) cedera spinal
9) third place water loss
10) insufisiensi adrenal
11) sepsis
12) drug induce
Syok Akut
1. Kompensasi : gejala minimal
2. Dekompensasi : klinis berat --> Syok Irreversibel
Tatalaksana Syok
1. Kenali tanda klinis : hipotensi, syok
2. Masalah irama : HR<50x/i atau >150x/i. (algoritma taki/bradikardi tidak stabil)
3. Masalah volume : Fluid challange kristaloid 2-4 cc/kgbb dalam 10 menit.
- Respon terhadap cairan bila Tensi naik+nadi turun. lanjutkan dengan Kristaloid 500cc dalam
1 jam
- Inkonklusif, bila tensi tetap+nadi tetap. Ulang fluid challange. bila TD tidak naik, nadi naik
maka lanjutkan dengan Kristaloid 500cc dalam 1 jam
- bila setelah 2 kali fluid challange maka pastikan Masalah pompa
*cairan dihentikan bila TDS >90 mmHg atau MAP >65 mmHg
4. Masalah Pompa*
- Hipotensi sistol <90 mmHg tanda syok (-)
# Dobutamin 2-20 mcg/kgbb/menit IV drip
- Hipotensi <90 mmHg tanda syok (+)
# HR <50x/i = Dopamin** 5-20 mcg/kgbb/menit IV drip
# HR >50x/i = Norepinefrin 0,1-0,5 mcg/kgbb/menit IV drip
Titrasi sampai tercapai target TDS >90 mmHg atau MAP >65 mmHg --> dipertahankan sampai
penyebab syok teratasi
*tetap optimalkan preload dulu dengan fluid challange
**risiko aritmia > epinefrin
EDEMA PARU
A. Kardiogenik
- gangguan antara beban pre-load dan beban after-load karena gagal kompensasi kardiovaskular
- Terjadi bendungan vaskular paru
- Terjadi ekstravasasi cairan ke jaringan interstisial dan alveoli (edema paru)
# riwayat penyakit :
- dyspneu on effort
- riwayat penyakit jantung akut/kronik dekompensasi
# klinis :
- Ortopneu (sesak yang memberat saat berbaring)
- Akral dingin
- S3 gallop
- distensi vena jugularis
- rhonki basah, wheezing
# labor :
- EKG : LVF, iskemik/infark
- RO thorax : kardiomegali, distribusi edema perihiler
- Enzim jantung bisa saja meningkat
B. Non-Kardiogenik
# riwayat penyakit :
- selain jantung
# klinis :
- Akral hangat
- Gallop (-)
- distensi vena jugularis (-)
- rhonki kering, wheezing
# labor :
- EKG : normal
- RO thorax : kardiomegali (-), distribusi edema perihiler minimal
- Enzim jantung normal
Lini Pertama
- Pasien posisi duduk
- NRM O2 10-15 L/i
- Pasang monitor TD, HR, SpO2, EKG, dan IV line
- Lab, AGD, RO bila memungkinkan
Lini Kedua
- bila lini pertama tidak berhasil
- bila TD normal/tinggi
# Nitrogliserin IV 10-200 mcg/i
# ISDN 1-10 mg/jam
- bila TD turun
# tanda syok (-) : Dobutamin 2-20 mcg/kgbb/i IV
# tanda syok (+) :
HR >50x/i : Norepinefrin 0,1-0,5 mcg/kgbb/i IV atau
HR <50x/i : Dopamin 5-20 mcg/kgbb/i IV
Lini Ketiga
- bila line ke-2 tidak berhasil
- Tetap monitoring
- Konsul DPJP untuk tindakan invasif, yaitu
1. Arterial line, CVP atau Swan Ganz
2. IABP, PCI atau nedah pintas koroner
OBAT-OBATAN
A. Inotripik/Vasopresor
Inotropik (B1 adrenergik) peningkatan kontraktilitas jantung
Vasopresor (a1 adrenergik) konrtriksi atreiol, peningkatan tahan vaskular sistemik,
peningkatan tekanan darah
*Pemberian Inotropik/vasopresor pada Hipotensi harus diawali dengan koreksi cairan 10-15
menit hingga TDS >90 mmHg dan MAP >65 mmHg
B. Anti-Aritmia
Taki-Aritmia :
1. Amiodaron (sediaan 150mg/3ml)
Indikasi :
- VF/VT yang tidak respon dengan DC shock, RJP, dan epinefrin
- VT hemodinamik stabil
- AF untuk kontrol irama/nadi
- Obat pendukung kardioversi pada kasus SVT dan VT
Kontraindikasi :
- gangguan hepar
- QT interval memanjang
dosis Henti Jantung :
awal : Bolus 300mg dalam 20cc D5% IV
kedua : Bolus 150mg dalam 20cc D5% IV tiap 3-5 menit
dosis VT hemodinamik stabil
Drip 150 mg dalam 50cc D5% dalam 10 menit
Dosis maintenance :
awal : 1 mg/i selama 6 jam pertama
kedua : 0,5 mg/i selama 18 jam berikutnya
max. 2.2 g/hari
3. Adenosis/ATP
Indikasi :
- Lini pertama SVT
- Takikardi QRS lebar reguler
Cara pemberian :
- vena besar (mediana cubiti)
- pasang three-way
Dosis :
dosis awal : Bolus cepat 6mg Adenosis (atau 10mg ATP) dalam 1-3 detik diikuti flush
kristaloid 20cc, lengan diangkat 10-20 detik
bila tidak ada perubahan EKG masuk dosis kedua 1-2 menit setelah dosis awal : Bolus
12mg Adenosis (atau 20mg ATP) dalam 1-3 detik diikuti flush kristaloid 20cc
- pasien akan merasakan sensi dada terasa panas
- konversi cepat dalam hitungan detik
4. B-Blocker (Metoprolo)
Indikasi :
- Lini kedua SVT
- stelah adenosis tidak berhasil/tidak tersedia
- AF dan Atrial flutte sbg kontrol laju irama
-SKA sbg anti angina
dosis :
- Bolus lambat Metoprolol 5 mg tiap 5 menit, diulang 3 kali
- Oral : Metoprolol 25-50 mg selama 6-12 jam
5. CCB (Verapamil)
Indikasi :
- Lini kedua SVT
- stelah adenosis tidak berhasil/tidak tersedia
- AF dan Atrial flutte sbg kontrol laju irama
dosis :
Awal : 2,5-5 mg selama 2 menit
bila perlu, lanjut Bolus 5-10 mg 15-30 menit dari dosis awal. Max 20 mg
6. CCB (Diltiazem)
Indikasi :
- Alternatif verapamil
dosis :
15-20mg (0,25mg/kgbb)
dapat diulangi 15 menit kemudian 20-25mg (0,35mg/kgbb) selama 2 menit
maintenace : 5-15mg/jam
C. Anti-Trombotik
1. Aspirin (sediaan tab 80mg)
- pada semua pasien SKA
dosis :
- Loading 160-320 mg tab dikunyah cepat
3. Ticagrelor
- untuk pasien STEMI/NSTEMI yang akan dilakukan reperfusi
dosis :
- awal 180mg, lanjut 90mg/12 jam
5. Enoxaparin
- SKA + fungsi ginjal normal
Protokol STEMI :
usia < 75th
- bolus inisial 30 mg IV
- bolus kedua 1mg/kgbb SC 15 menit kemudian, ulangi 12 jam
usia > 75th
- bolus IV tidak diberikan
- bolus 0,75mg/kgbb SC tiap 12 jam
Protokol NSTEMI/AUP :
- hanya dosis maintenace 1mg/kgbb SC tiap 12 jam
- Jika eGFR <30ml/menit pemberian tiap 24 jam
6. Fundaparinux
- SKA
- Riwayat Heparin induced thrombositopenia (HIT)
dosis :
STEMI pasca Fibrinolitik :
- awal : Bolus 2,5mg IV
- lanjut 2,5mg SC tiap 24 jam
NSTEMI/UAP :
- Bolus 2,5mg SC tiap 24 jam
7. Streptokinasi
Indikasi :
- STEMI onset <3 jam, atau <12 jam
Cara pemberian :
- pastikan tidak ada kontraindikasi
- informed consent
- Infus 1,5 juta IU diencerkan dalam 100ml NaCL 0,9% dalam 30-60 menit
- Evaluasi tanda perdarahan, alergi, hipotensi, aritmia
Obat-Obatan lain
1. Nitrat
Indikasi :
- SKA sbg antiangina
- IMA disertai gagal jantung kongestif, hipertensi, atau nyeri dada refrakter
- Menurunkan preload pada gagal jantung kongestif mengurangi sesak
Cara pemberian :
- tepis kontraindikasi :
1. Hipotensi TDS <90 mmHg
2. Takikardi >150x/i atau Bradikardi <50x/i
3. Infark ventrikel kanan
4. konsumsi sildenafi <24 jam atau tadalafil <72 jam
dosis :
sublingual
- Nitrogliserin 500mcg SL, ulang 3 kali
- ISDN 5mg SL, ulang 3 kali
intravena
- Drip NTG 10-200 mcg/i, naikkan 10 mcg/5menit sesuai klinis
- Alternatif : Drip ISDN 1-10mg/jam
2. Morfin sulfat
- SKA sbg lini ke-2 antiangina
- Menurunkan preload pada ALO Kardiogenik (jika TD adekuat)
dosis : Morfin 10mg diencerkan dalam 10cc NaCl 0,9%
- STEMI : Bolus pelan 2-4 mg, dapat ditambah 2-8 mg jarak waktu 5-15 menit
- NSTEMI : Bolus pelan 1-5 mg
- pantau TD dan laju napas
3. Furosemid
- ALO dengan TDS >90-100 mmHg tanpa tanda syok
dosis :
- Bolus pelan 0,5-1 mg/kgbb selama 1-2 menit
- Pasang kateter urin
- jika tidak respon, dosis naikkan hingga 2 mg/kgbb
5. Kalsium Glukonas
- Mengurangi efek toksik hiperkalemi ke membran sel
- Intoksikasi B-Blocker atau CCB yang mengakibatkan hipotensi atau aritmia
dosis Hiperkalemia :
- Bolus 15-30 ml CaGlukonas 10%
- Onset efek 1-3 menit dengan durasi 30-60 menit
6. Sodium Bikarbonat/Bicnat
Indikasi :
- Hiperklemia
- Asidosis metabolik
- Resusitasi yang telah berlangsung lama disertai ventilasi yang sudah efektif/sudah terpasang
ETT
- ROSC yang sudah berlangsung lama (umumnya pasien gangguan perfusi dan asidosis
metabolik)
dosis Asidosis Metabolik :
- Bolus 1 mEq/kgbb
- atau lihat hasil AGDA sbg panduan pemberian bikarbonat
dosis Hiperkalemia :
- Bolus 50 mE IV, diulang 15 menit kemudian
*diencerkan
*suntikan pada vena besar
7. Midazolam
Indikasi :
- Sedasi untuk kardioversi/intubasi
dosis :
- 0,05 - 0,1 mg/kgbb (titrasi)
- Onset efek 2-5 menit, durasi 15-30 menit