B. Secondary Injury
muncul dalam hitungan menit, jam, atau hari setelah cedera primer
hipoksia serebral dan iskemia
Penyebab:
◦Gangguan pernapasan: hipoksemia, hipercapnia
◦Gangguan hemodinamik: hipotensi, low CO
◦Peningkatan ICP
◦Gangguan metabolik
Lesi Intrakranial pada
Cedera Kepala
1. Diffuse brain injury
◦ Brain concussion: hilang kesadaran < 6 jam
◦ Diffuse axonal injury: traumatic coma > 6 jam
SDH:
◦ akut
- Tebal > 10 mm atau midline shift > 5 mm
- Tebal < 10 mm, GCS < 9 ICP monitoring
Indikasi Pembedahan –
ICH
Bukan kandidat
◦ Perdarahan kecil (<10cm3 ) defisit neurologis minimal
◦ GCS ≤ 4
Kandidat
◦ Perdarahan cerebelar > 3cm dengan defisit neurologis atau kompresi batang
otak dan hidrocephalus
◦ ICH dengan lesi struktural (aneurisma, AVM) jika pasien memiliki prognosis
baik dan lesinya dapat diakses.
◦ Pasien muda dengan perdarahan lobus yang besar (≥50cm 3) atau sedang
dengan defisit neurologis
Patofisiologi – Efek
Sistemik
Kardiovaskular:
◦ hipertensi, takikardi, CO meningkat
◦ Hipotensi bila terjadi kehilangan darah signifikan
Respirasi:
◦ Apneu atau pola napas abnormal
◦ Central neurogenic pulmonary edema
◦ Aspirasi
Suhu : hipertermia
Patofisiologi – Perubahan Sirkulasi
Dan Metabolisme Serebral
Focal brain injury
◦ CBF dan CMRO2 menurun pada
daerah core dan penumbra
◦ Bila ICP ↑ CPP ↓ terjadi
hipoperfusi dan hipometabolisme
lanjut (CPP = MAP – ICP)
Edema serebral
◦ Tipe vasogenik rusaknya BBB
◦ Tipe sitotoksik iskemia
Indikasi Intubasi:
◦ GCS ≤ 8
◦ Pernafasan ireguler
◦ RR < 10 atau > 40
◦ Volume tidal < 3.5 ml/kg
◦ Vital capacity < 15 ml/kg
◦ PaO2 < 70 mmhg
◦ PaCO2 > 50 mmhg
Stabilisasi Kardiovaskular
Resusitasi cairan
◦ Koreksi hipovolemia normovolemia dgn pedoman urin output dan CVP
◦ Osmolalitas total faktor penting terjadinya edema otak
◦ Pilihan cairan: kristaloid, koloid, saline hipertonik
◦ Kristaloid pilihan: Nacl 0.9% (308mOsm/L) dibanding RL (273 mOsm/L)
◦ Koloid: HES (max. 1.5L) dan albumin
◦ Saline hipertonik: dipertimbangkan pada hipertensi intrakranial yang
refrakter mengurangi cairan sel otak
Stabilisasi Kardiovaskular
Darah dan produk darah
◦ Target hematokrit >30% optimalisasi oxygen delivery
◦ Cedera kepala tromboplastin jaringan ↑ DIC pemberian FFP, TC
2. Diuretik
◦ Manitol 1g/kg dalam 10 menit bila terdapat herniasi transtentorial
◦ Less acute: 0.25 – 1 g/kg dalam 10-20 menit
◦ Osmolalitas serum dijaga ≤ 320 mOsm/L
6. Craniektomi dekompresi
Penelitian masih berlangsung membandingkan terapi medikamentosa v
operatif.
Tatalaksana Kejang &
proteksi serebral
Pemberian anti kejang profilaksis tidak mencegah kejang pasca trauma
lanjut.
hipotermia 33-35oC ↓ kebutuhan metabolik, excitotoxicity,
pembentukan radikal bebas, dan edema cerebri.
Hipotermia hipotensi, aritmia, koagulopati, infeksi. Rewarming
bertahap
Tatalaksana durante
operasi
Tujuan:
◦ Optimalisasi CPP dan oksigenasi
◦ Mencegah secondary brain injury
◦ Memfasilitasi pembedahan
Induksi
Pertahankan jalan napas dan oksigenasi
Pertimbangkan: lambung penuh, hipovolemi, cedera servikal, monitor arteri invasif.
RSI
◦ Hemodinamik stabil full dose
◦ Hemodinamik tidak stabil turunkan dosis
◦ Resiko: peningkatan TD dan TIK
◦ NMBA: Sux (meskipun dapat meningkatkan TIK) dan Rocuronium
Induksi Intravena
◦ Tidak lambung penuh
◦ Dosis titrasi tiopental atau propofol
◦ Fentanil 1-4 mcg/kg blunting intubasi depresi napas, meningkatkan PaCO2 ↑TIK
◦ Lidocain 1.5mg/kg dapat membantu mengurangi ↑TIK
◦ NMBA
Pemeliharaan Anestesi
Tujuan: menurunkan TIK, menjaga suplai O2, melindungi dari gangguan
iskemik-metabolik.
Anestesi intravena
◦ Barbiturat ↓ CBF, CBV, TIK, CMRO2; depresi kardiovaskular; persisten
sedative effect.
◦ Etomidate ↓ CBF, CBV, TIK, CMRO2; hipotensi minimal; belum ada bukti
proteksi otak.
◦ Propofol setara barbiturat; benefit: rapid emergence, ↓PONV
◦ Benzodiazepin benefit: efek hemodinamik minimal; kerugian durasi lama.
◦ Opioid ↓ CBF, CMRO2 minimal-moderat; fentanil sedikit meningkatkan
TIK
◦ Ketamin dihindari respon simpatis, psikomimetik, dan recovery
terhambat. Bermanfaat pada hemodinamik tidak stabil.
Anestesi Inhalasi
Cerebral vasodilator dan ↓CMRO2
Isofluran ↓CMRO2 poten, efek thd CBF dan ICP <<halotan
Sevofluran efek hemodinamik serebral lebih ringan sampai sebanding
dengan isofluran. Benefit lain: rapid emergence, cererbral protectant
Desfluran pada konsentrasi tinggi meningkatkan TIK
N2O dilatasi pembuluh serebral meningkatkan TIK .
Penggunaannya dihindari terutama bila terdapat pneumochepalus
Pelumpuh Otot
Relaksasi otot yang adekuat penting fasilitasi ventilasi mekanik dan ↓
TIK
Dipilih yang tidak histamin release.
Vecuronium minimal atau tidak ada efek pada TIK, TD, HR obat
pilihan.
Cis-atracurium efek minimal thd ICP, tidak histamin release
Rocuronium rapid onset, tidak ada efek intrakranial
Pancuronium tidak meningkatkan TIK, namun dapat menyebabkan
hipertensi dan takikardi karena efek vagolitik.
Tatalaksana Respirasi
Ventilasi mekanik
◦ PaCO2 dijaga sekitar 35 mmHg
◦ PaO2 > 100 mmHg
◦ Gunakan PEEP (terutama bila mengalami kontusio paru, aspirasi, edema
paru) jangan berlebih karena tekanan intratoraks↑ drainase vena↓
TIK ↑
◦ Hindari peak airway pressure ↑ karena sekret, kinking, bronkospasme
Tatalaksana Sirkulasi
Target CPP ≥60mmHg lebih tinggi pada orang tua, riw. HT.
Hipotensi cukupi ventilasi, oksigenasi, cairan; inotropik atau
vasopresor bila perlu
Hipertensi hati-hati kompensasi simpatis akibat kenaikan TIK dan
kompresi batang otak jaga ventilasi, oksigenasi, cairan, analgesik
Tatalaksana TIK
Posisi head up tilt 10-30o
Ventilasi PaCO2 ± 35 mmHg
Sirkulasi normotensi
Diuretik
◦ Manitol onset 15-30 menit; durasi 90 menit – 6 jam; dosis 0.25-1g/kg
◦ Furosemide dosis 0.5 – 1mg/kg
Acute Brain Swelling
Ventilasi, oksigenasi, kedalaman anestesi, dosis terakhir diuretik
Kompresi juguler, peningkatan airway pressure akibat
sekresi/bronkospasme, penggunaan vasodilator (termasuk agen
inhalasi)
Dapat digunakan thiopental, hiperventilasi, decompresif craniektomi,
drainase CSF
Post Operatif
Ekstubasi di OK
◦ Kesadaran preop baik
◦ Prosedur operasi tidak rumit
◦ Ekstubasi dalam
◦ Blunting: lidocain, opioid, antihipertensi
Ekstubasi di luar OK
◦ Kesadaran menurun saat preop
◦ Brain swelling
◦ Multipel trauma
◦ hipotermi
Post operatif – Komplikasi
Delayed awakening
◦ GCS preoperatif
◦ Efek obat yang tersisa
◦ Gangguan metabolik dan elektrolit
◦ Hipotermia
◦ Kejang
◦ TIK meningkat menetap (hematom, edema, pneumocephalus)
Komplikasi sistemik
◦ Perdarahan
◦ Gagal napas (aspirasi, edema paru, ARDS)
◦ Diabetes insipidus, SIADH
◦ DIC, stress ulcer, koma HONK