Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
1
CEREBRAL PHYSIOLOGY
1. CEREBRAL METABOLISME 2. CEREBRAL BLOOD FLOW 3. REGULATION of CEREBRAL BLOOD FLOW 4. BLOOD BRAIN BARRIER 5. CEREBROSPINAL FLUID
6. INTRACRANIAL PRESSURE
METABOLISME CEREBRAL
Secara normal, konsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen tubuh.
Penggunaan oksigen cerebral (60%) untuk menghasilkan ATP untuk aktivitas listrik dari sel neuron
METABOLISME CEREBRAL
Jika aliran darah tidak kembali dalam 3-8 , ATP yang tersimpan akan dilepaskan dan terjadi cedera seluler yang irreversibel. Hippocampus dan cerebellum sangat sensitif terhadap cedera yang menyebabkan hipoksia. Glukosa sumber energi utama, 90% dimetabolisme secara aerob, konsumsi rata-rata 5mg/100g/menit. Walaupun otak juga mengambil dan memetabolisme laktat, fungsi cerebral secara normal tergantung pada cadangan glukosa yang berkesinambungan.
CBF regional sebanding dengan aktivitas metabolik dan dapat berubah dari 10-300 mL/100 g/min.
CBF Rata-rata 50 mL/100 g/min, pada gray matter 80 mL/100 g/min, white matter 20 mL/100 g/min.
Total CBF dewasa sekitar 750ml/min (15-20% cardiac output) <20-25 EEG ml/100g/min cerebralimpairment,slow
Autonomic
Vaskularisasi cerebral secara cepat (10-60) perubahan pada CPP, tetapi perubahan yang tiba-tiba pada MAP dapat menyebabkan perubahan sementara pada CBF meskipun, autoregulasi intak.
CPP vasodilatasi, CPP vasokonstriksi, Normal CBF konstan pada MAP 60 dan 160 mmHg. Bila melebihi, merusak BBB edema serebral dan hemoragi
9
Terapi antihipertensi jangka panjang dapat memulihkan autoregulasi cerebral mendekati batas normal. Myogenic dan metabolic mechanisme autoregulasi otak
Myogenic respons intrinsik sel otot polos dalam arteriol cerebral mengubah MAP
Kebutuhan metabolik cerebral menentukan tonus arteriol, saat kebutuhan jaringan melebihi aliran darah, pelepasan metabolit jaringan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran.
10
12
13
Innervasi otonom memegang peranan penting vasospame cerebral mengiringi cedera otak dan stroke.
14
Hubungan antar sel endotel vaskular otak memiliki struktur khas. Jarak antara sel yang berdekatan tersebut yang dimaksud blood brain barrier. Barrier lipid menyebabkan pengangkutan zat-zat yang larut dalam lemak, tetapi mengurangi pergerakan ion-ion atau berat molekul yang lebih besar. Faktor-faktor : Ukuran Muatan Lipid solubility Derajat protein binding dalam darah
15
16
Pergerakan air melalui gradien osmotik Hipertonisitas plasma akut air ke luar otak, hipotonisitas air masuk ke dalam otak; efek ini berlangsung sebentar dan ditandai oleh pergeseran cairan yang cepat dalam otak, sampai terjadi keseimbangan. Mannitol (larutan osmotik aktif) yang tidak dapat melewati blood brain barrier, menyebabkan penurunan terus menerus kadar air dalam otak dan sering digunakan untuk menurunkan volume otak. BBB dapat dirusak oleh: hipertensi, tumor, trauma, stroke, infeksi, hipoksia, hiperkapnia, aktivitas kejang terus menerus
17
CEREBROSPINAL FLUID
CSF terdapat dalam ventrikel, sisterna, dan ruang subarachnoid di sekitar otak dan spinal cord. Fungsi utama CSF : melindungi CNS terhadap trauma. Sebagian besar dibentuk oleh plexus choroideus (terutama di ventrikel lateral), sebagian kecil dibentuk secara langsung oleh sel ependimal yang terdapat di lapisan ventrikel dan sejumlah kecil dari bocornya cairan ke dalam rongga perivaskuler sekeliling pembuluh cerebral (kebocoran pada blood brain barrier). Dewasa : produksi total CSF 21 mL/h (500 mL/d), volume total 150 mL.
18
CEREBROSPINAL FLUID
Aliran CSF : ventrikel lateral interventrikuler / Monro) ventrikel ketiga (melalui foramen
sisterna cerebellomedullary / sisterna magna melalui foramen Magendie (median) dan foramen Luschka (lateral)
ruang subarachnoid Sirkulasi sekitar otak dan spinal cord sebelum diabsorbsi Absorpsi di granulasi arachnoid pada hemispher cerebri
19
20
CEREBROSPINAL FLUID
Pembentukan CSF melibatkan sekresi aktif Na dalam plexuis choroideus dan menghasilkan cairan isotonis dengan plasma
Carbonic anhydrase inhibitors (Acetazolamide), kortikosteroid, spironolakton, furosemide, isoflurane, dan vasokonstriktor menurunkan produksi CSF. Absorpsi CSF melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid menuju sinus venosus cerebral, sebagian kecil diabsorbsi pada ujung saraf dan limpatic meningeal
21
INTRACRANIAL PRESSURE
Struktur rigid dengan volume total tetap, terdiri dari : otak (80%), darah (12%), dan CSF (8%) ICP : tekanan supratentorial CSF yang diukur dalam ventrikel lateral atau melalui cortex cerebral (normal : <= 10 mmHg) Tekanan CSF lumbal secara normal mendekati supratentorial, pada lateral recumbent position tekanan
Intracranial compliance ditentukan dengan mengukur perubahan dalam ICP sebagai respons terhadap perubahan dalam volume intrakranial
22
INTRACRANIAL PRESSURE
Mekanisme kompensasi utama : 1. Perpindahan CSF dari cranial menuju spinal 2. Peningkatan absorpsi CSF 3. Penurunan produksi CSF 4. Penurunan total CBV (terutama di vena) Intracranial compliance dipengaruhi TD dan PaCO2
Peningkatan tekanan darah dapat menurunkan CBV karena autoregulasi yang menyebabkan vasokonstriksi untuk mempertahankan CBF, dan sebaliknya. CBV akan meningkat 0.05 ml/100g tiap kenaikan 1 mmHg PaCO2
23
INTRACRANIAL PRESSURE
Peningkatan ICP secara terus menerus dapat mengakibatkan herniasi otak, dan herniasi dapat terjadi di : 1. Cingulate gyrus di bawah falx cerebri 2. Uncinate gyrus melalui tentorium cerebelli 3. Cerebellar tonsils melalui foramen magnum 4. Area yang lain di bawah defek pada skull (transcalvarial)
24
25
Penentuan efek obat-obat tersebut cukup sulit seiring dengan pemberian obat lain, stimulasi pembedahan, intracranial compliance, tekanan darah, dan tekanan CO2, contoh : hipokapnia atau pemberian Thiopental bolus sebelumnya dapat meningkatkan CBF dan ICP dimana hal ini biasa terjadi pada penggunaan Ketamine dan obat volatil.
27
28
30
Halothane : menghalangi absorbsi CSF tetapi hanya minimal memperlambat pembentukan CSF. Isoflurane : memfasilitasi absorbsi dan merupakan volatil yang berefek baik terhadap CSF.
32
Isoflurane merupakan volatil pilihan pada pasien dengan penurunan intracranial compliance.
33
Nitrous Oxide
Pada umumnya berefek ringan dan mudah dikendalikan dengan obat lain atau perubahan tekanan CO2. Kombinasi dengan obat intravena meminimalkan efek terhadap CBF, CMR, dan ICP. Penambahan volatil meningkatkan CBF Pemberian tunggal menyebabkan vasodilatasi cerebral ringan dan cenderung meningkatkan ICP.
34
Kecuali Ketamine, semua obat intravena mempunyai efek yang kecil terhadap atau mengurangi CMR dan CBF.
Perubahan aliran darah pada umumnya sebanding dengan perubahan laju metabolisme. Obat induksi intravena Yaitu : a. Barbiturat c. Etomidat b. Opioid d. Propofol
e. Benzodiazepin
f. Ketamin
35
Barbiturat
Mempunyai 4 cara kerja utama pada CNS: Hipnosis Depresi CMR Mengurangi CBF dengan meningkatkan CVR Antikonvulsan
Thiopental lebih sering digunakan sebagai obat induksi pada neuroanestesi. Menurunkan CMR dan CBF sampai gambaran EEG isoelektrik (penurunan hampir 50%). Merangsang vasokonstriksi cerebral yang terjadi di area normal, cenderung me-redistribusi aliran darah dari daerah normal ke daerah iskemik otak (Robinhood / reverse steal phenomenon).
36
Barbiturat
Mempermudah absorbsi CSF, hasilnya merupakan penurunan CSF volume, penurunan CBF dan CBV,
sangat efektif menurunkan ICP Efek antikonvulsan menguntungkan pada neurosurgical yang mempunyai resiko tinggi kejang. pasien
Menghambat Na channels, mengurangi masuknya Ca intraselluler, membuang atau menekan pembentukan radikal bebas dan memperlambat edema cerebri akibat cedera otak iskemik. Pemberian profilaksis efektif dalam mencegah cedera otak selama iskemik fokal.
37
Opioids
Mempunyai efek yang minimal terhadap CBF, CMR, ICP, Peningkatan ICP pada pasien dengan tumor intrakranial setelah pemberian sulfentanil Penurunan tekanan darah signifikan dapat mempengaruhi CPP tanpa tergantung jenis opiodnya. Dosis kecil alfentanil (< 50 g/kg) menyebabkan fokus kejang pada pasien epilepsi. Morphin mempunyai kelarutan yang rendah dalam lemak, penetrasi yang lambat, dan efek sedasi yang lebih panjang. Tidak optimal pada neurosurgery Normoperidine dapat menyebabkan kejang, khususnya bila renal failure, juga mendepresi jantung penggunaan meperidin perioperatif dibatasi 38
Etomidate
Menurunkan CMR, CBF, dan ICP seperti Thiopental.
Penurunan CMR lebih banyak di cortex daripada brainstem menurunkan produksi CSF dan meningkatkan absorbsinya. Insidens yang tinggi terjadinya mioklonik saat induksi tapi tidak ada hubungannya dengan aktifitas kejang pada EEG individu normal Pada dosis kecil dapat memicu fokus kejang pada pasien dengan epilepsi.
39
Propofol
Mengurangi CBF dan CMR seperti barbiturat dan etomidat, bermanfaat untuk menurunkan ICP.
signifikan sebagai antikonvulsan.
Waktu paruh eliminasi yang pendek, bermanfaat sebagai obat yang digunakan dalam neuroanestesi
Hipotensi dan depresi jantung yang berlebihan pada pasien geriatri atau yang tidak stabil, dapat membahayakan CPP.
40
Benzodiazepines
Menurunkan CBF dan CMR tetapi tidak lebih rendah dari barbiturat, etomidate, dan propofol.
Bermanfaat sebagai antikonvulsan. Midazolam merupakan pilihan karena waktu paruhnya yang pendek. Induksi dengan Midazolam menurunkan CPP pada pasien geriatri dan yang tidak stabil, dan memperpanjang kegawatan. Terutama pasien dengan renal failure atau penggunaan sebagai continuos infusion.
41
Ketamine
Menyebabkan dilatasi pada pembuluh darah cerebral, dan meningkatkan CBF (50-60%).
Menghambat absorbsi pembentukannya. CSF tanpa mempengaruhi
Peningkatan CBF, CBV, dan volume CSF dapat meningkatkan ICP pada pasien yang mengalami penurunan intracranial compliance.
42
3. Vasopressor
Meningkatkan CBF bila MAP di bawah 50-60 mmHg atau di atas 150-160 mmHg, dengan autoregulasi normal dan blood brain barrier yang intak.
Bila tidak ada autoregulasi, vasopressor meningkatkan CBF dengan mempengaruhi CPP. -Adrenergik, efek terbesar bila BBB terganggu 1-receptor, meningkatkan CMR dan CBF -adrenergik blokers, no effect 2-adrenergik agonis, cerebral vasoconstriction Peningkatan tekanan darah oleh obat-obatan dapat merusak blood brain barrier.
44
4. Vasodilators
Menyebabkan vasodilatasi cerebral dan meningkatkan CBF bila tidak terjadi hipotensi. Trimetaphan tidak menimbulkan efek pada CBF dan CBV, tetapi menyebabkan konstriksi pupil, sehingga mengganggu pemeriksaan neurologis.
45
46
Obat-obat Anestesi
Barbiturat, etomidat, propofol, dan isofluran dapat menyebabkan aktivitas elektrik yang rendah pada otak. Barbiturat dapat menyebabkan inverse steal, mengurangi edema cerebri dan masuknya calsium, menghambat pembentukan radikal bebas, dan menghambat sodium channel, sehingga efektif sebagai pelindung otak pada iskemia fokal. Tidak ada obat anestesi yang dapat melindungi otak secara konsisten terhadap iskemia global. 51
52
Mempertahankan CPP yang optimal Tekanan darah arterial normal atau meningkat ringan; peningkatan tekanan vena dan ICP harus dihindari. Oxygen carrying capacity dipertahankan dengan hematokrit minimal 30-34% dan tekanan oksigen arteri normal. Hiperglikemia memperburuk cedera neurologis baik iskemia fokal maupun global, harus dihindari bila >180mg/dL. Normokarbia dipertahankan karena hipokarbia menyebabkan vasokonstriksi cerebral yang memperburuk iskemia, sedangkan hiperkarbia menyebabkan steal phenomena (dengan fokal iskemia) atau memperburuk asidosis intraseluler.
53
Monitoring Elektrofisiologi digunakan untuk menilai integritas fungsional dari CNS. Alat monitor yang sering digunakan pada Neurosurgery adalah EEG dan Evoked Potential
54
Elektroencephalografi
Monitoring EEG :
menilai perfusi cerebral pada carotid endarterectomy / CEA memantau hipotensi
Elektroencephalografi
Obat Anestesi Inhalasi
Halothane menghasilkan pattern biphasic, Isoflurane : gambaran isoelektrik pada dosis klinis yang tinggi (1-2 MAC), desflurane dan sevoflurane : gambaran supresi yang mendadak pada dosis tinggi (> 1.2 dan > 1.5 MAC).
Obat Intravena
Benzodiazepine, barbiturat, etomidat, dan propofol menghasilkan gambaran biphasic; Opioid menghasilkan gambaran monophasic; Ketamin menghasilkan high-amplitudo theta activity diikuti veryhigh amplitudo gamma dan low-amplitudo beta activity.
56
DEPRESI
Obat Inhalasi (1-2 MAC) Barbiturat Opioids
Etomidate
Propofol Hypocapnia Marked Hypercapnia Hypothermia Hypoxia (lanjut) Ischemia
57
Evoked Potentials
Somatosensory evoked potentials (SSEPs) merupakan tes integritas columna spinal dorsalis dan cortex sensoris, yang bermanfaat selama reseksi tumor spinal, instrumentasi pada spinal, carotid endarterectomy, dan pembedahan aorta. Perfusi adekuat pada spinal cord selama pembedahan aorta mungkin lebih baik disimpulkan dengan motor evoked potentials. Brainstem auditorik EP : integritas N VIII dan lintasan auditorik di atas pons. Visual EP : monitor nervus optikus dan brainstem atas selama reseksi tumor pituitary yang besar. Interpretasi evoked potentials lebih kompleks daripada EEG.
58
Evoked Potentials
Obat Anestesi Inhalasi Volatil menghasilkan efek yang paling besar pada evoked potentials, menyebabkan penurunan amplitudo gelombang dan meningkatkan latensi. Untuk memperkecil perubahan akibat obat anestesi, direkomendasikan pembatasan konsentrasi isoflurane dan enflurane sampai 0.5 MAC dan halothane sampai 1 MAC. Obat Anestesi Intravena Mempunyai efek yang lebih rendah dari volatil pada evoke potential, namun pada dosis tinggi juga menurunkan amplitudo dan meningkatkan latensi. Barbiturat melindungi evoked potentials karena menghasilkan gambaran isoelektrik. Etomidate dan Ketamin meningkatkan latensi SSEP. Opioid meningkatkan latensi SSEP dan menurunkan amplitudo gelombang, sedangkan meperidine meningkatkan amplitudo 59
Barbiturat
Opioid2 Etomidate Propofol
+
+
+
+
+
+
+
+
Benzodiazepin
Ketamine
Naik; Turun; + Sedikit atau tidak berubah; SSEP = SomatoSensory evoked potentials; VER = Visual evoked respone; BAER = Brainstem auditory evoked response; Amp=Amplitudo; Lat=Latency; 2 pada dosis yang sangat tinggi, dapat menurunkan latency dan menurunkan amplitudo pada SSEP
60
Terima kasih
Back
62
Back
63
Back
64
DISKUSI KASUS :
65
66
Arteri carotis interna dan vertebralis dari masing-masing sisi memberikan suplai ke semua aliran darah otak. Arteri carotis interna berasal dari percabangan arteri carotis communis di leher dan berlanjut ke cranium melalui os temporal. Arteri vertebralis adalah cabang dari arteri subclavia dan naik melalui prosessus tranversus pada vertebre cervical (mulai C6), berlanjut ke kepala melalui foramen magnum. Hubungan anastomose antara pembuluh darah kolateral dan antara sistem carotis interna dan vertebral membentuk sirkuit arteri yang lengkap di dasar otak ( sirkulus Willis). Anastomose ini memberikan aliran darah kolateral dan melindungi otak dari iskemia di mana aliran darah berhenti pada salah satu dari pembuluh darah proksimal dari lingkaran Willis.
Aliran kolateral tambahan juga terdapat melalui hubungan anastomose antara cabang-cabang arteri carotis interna dan externa. Walaupun arteri carotis interna tidak mempunyai cabang utama extracranial, anastomose cabang ophthalmiknya dengan cabang arteri facialis (anak cabang arteri carotis externa) dalam lingkaran tersebut. Pengikatan arteri carotis interna 67 dilaporkan tanpa sekuele neurologis pada beberapa pasien.
Apa yang menjadi dasar anatomis terjadinya infark pada hemisfer cerebral pada kasus ini?
Anastomose pembuluh darah melengkapi lingkaran Willis (arteri communicating anterior dan posterior) tidak selalu berfungsi baik.
Variasi pada ukuran pembuluh darah sangat sering, dan satu atau dua arteri communicating posterior mungkin tidak ada. Selanjutnya, insidens yang signifikan terjadinya lesi atherosklerotic dalam sirkulasi cerebral meningkat sesuai umur (6-8% pada pasien usia 60-70 tahun). Sedangkan stenosis sedang sampai berat atau oklusi komplit mungkin asimtomatik di bawah kondisi normal, di mana lesi tersebut berbahaya bagi CBF tidak hanya predisposisi iskemik distal tetapi juga membatasi aliran darah kolateral menuju area lain di otak.
68
Apa yang menjadi dasar anatomis terjadinya infark pada hemisfer cerebral pada kasus ini?
Ketika klem ahli bedah ditempatkan pada arteri carotis interna kanan, aliran darah melalui arteri cerebral anterior dan medial kanan (cabang dari arteri carotis interna) menjadi tergantung pada aliran dari : 1. Sistem carotis kiri melalui arteri communicating anterior 2. Sistem vertebral-basilar melalui arteri communicating posterior 3. Anastomosis antara pembuluh darah carotis external dan internal sekitar lingkaran kanan. Adanya abnormalitas atau penyakit oklusi yang didapat pada pembuluh darah merupakan predisposisi pada pasien ini untuk terjadi infark cerebral.
69
Apa yang diukur, jika ada, yang dapat melindungi terhadap iskemik cerebral ?
Dengan shunt sementara yang dibuat oleh ahli bedah akan lebih efektif, tetapi ada resiko. Selanjutnya, penempatan shunt pada kasus ini bukan teknik yang mudah, atau ahli bedah tidak perlu menggunakan shunt. Secara teori, manipulasi tekanan gas respirasi, tekanan darah arteri, dan obat anestesi dapat juga mempengaruhi hasilnya. Hiperventilasi menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah cerebral, membatasi aliran darah kolateral, dan oleh karena itu harus dihindari. Hiperkapnia juga merusak jika menimbulkan fenomena cerebtal steal, Tekanan arterial CO2 yang optimal adalah normal atau sedikit meningkat.
70
Apa yang diukur, jika ada, yang dapat melindungi terhadap iskemik cerebral ?
N2O harus dihentikan dan konsentrasi oksigen inspirasi ditingkatkan 100 %. Meskipun hasilnya meningkatkan jumlah oksigen yang tidak larut dalam jumlah kecil bila dibandingkan yang berikatan dengan hemoglobin, secara teori sudah cukup untuk mencegah iskemia atau memperbaiki sejumlah jaringan yang mengalami infark. Karena volatil menyebabkan vasodilatasi cerebral dan CBF tergantung pada tekanan, tekanan darah arterial dipertahankan pada tingkat normal atau di atas normal (sistolik 140-150 mmHg).
71
Apa yang diukur, jika ada, yang dapat melindungi terhadap iskemik cerebral ?
Pertimbangkan penggantian isoflurane untuk enflurane. Pada dosis klinis, isoflurane kurang menyebabkan depresi kardiovaskuler dan lebih menyebabkan depresi CMR. Terakhir, profilaksis dengan hipotermia ringan dan thiopental untuk proteksi cerebral. Sedangkan pemberian thiopental sampai EEG isoelectric, secara empiris (500-1500 mg dosis total) dan tambahan 50 mg untuk mencegah hipotensi.
72