Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 3 NOMOR 3, AGUSTUS 2016

TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESI BEDAH SARAF (TRAUMA)

Yusmein Uyun, Sri Rahardjo, Bayu Sunartejo*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRACT
Traumatic brain injury (TBI) is a major public health problem and the leading cause of death and disability
worldwide. Approximately 1.7 million people sustain TBI every year in the United States, leading to 275,000
hospitalizations and 52,000 deaths.[1] TBI is a contributing factor in about 30.5% of all injury-related deaths
in the United States. Traumatic Brain Injury (TBI) is a complex condition affecting not just the encephalon, but
also the function of other body systems with multiple clinical presentations. 20% of the patients that arrive at
the hospital die as a result of TBI. Anesthetic management of the patient with head trauma is complicated by
the challenging combination of a “tight” head, full stom-ach, and potentially unstable cervical spine. While
following the “ABCs” (Airway Breating Circulation) of resuscitation, the anesthesiologist should ascertain the
mechanism and extent of injury. Cervical spinal cord injury must be suspected and the neck stabilized until
cervical vertebral fracture is excluded. Anesthetic goals for intracranial procedures include hypnosis, amnesia,
immobility, control of ICP and CPP, and a “relaxed brain” (i.e., optimal surgical conditions).

ABSTRAK
Traumatic brain injury (TBI) merupakan masalah kesehatan masyarakat utama dan penyebab utama
kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Sekitar 1,7 juta orang dengan TBI setiap tahun di Amerika Serikat,
yang mengarah ke 275.000 rawat inap dan 52.000 kematian. TBI adalah 30,5% dari semua kematian terkait
cedera di Amerika Serikat. TBI terjadi paling sering pada anak usia 0-4 tahun, remaja berusia 15-19 tahun
dan lansia berusia 65 tahun dan lebih. Dalam semua kelompok umur, laki-laki memiliki insidensi lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Terjatuh dan cedera lalu-lintas adalah penyebab utama dari TBI di Amerika
Serikat. TBI adalah suatu kondisi yang kompleks yang mempengaruhi bukan hanya encephalon, tetapi juga
fungsi sistem tubuh lainnya dengan beberapa presentasi klinis. Dari 20% pasien yang tiba di rumah sakit
meninggal akibat TBI. Saat mengikuti algoritma ABC (Airway Breating Circulation) dari resusitasi, ahli anestesi
harus memastikan mekanisme dan luasnya cedera. Cidera cervical harus dicurigai sampai benar-benar bisa
disingkirkan. Tujuan anestesi untuk prosedur intrakranial adalah meliputi hipnosis, amnesia, imobilitas,
kontrol ICP dan CPP, dan “relaxed brain” (yaitu, optimal untuk kondisi bedah). 1

TINJAUAN PUSTAKA vasoaktif, dan regulasi neurogenik . Otak menerima


Cerebral blood flow(CBF) adalah sama dengan sekitar 15 % dari curah jantung. 1
cerebral perfusion pressure (CPP) dibagi dengan CBF dipertahankan konstan oleh konstriksi dan
resistensi pembuluh darah otak. CPP didefinisikan dilatasi arteriol (autoregulasi) ketika MAP adalah
sebagai perbedaan antara tekanan rata-rata arteri antara 50 dan 150 mm Hg. Ketika MAP dluar batas
( MAP ) dan tekanan intrakranial (ICP) atau tekanan autoregulasi ini, CBF akan bervariasi. Hipertensi
vena sentral , mana yang lebih tinggi. CBF rata-rata kronis menggeser kurva autoregulatory ke kanan,
normalnya 50 mL/100 gram jaringan otak per menit pasien hipertensi rentan terhadap iskemia serebral
dan dipengaruhi oleh tekanan darah, kebutuhan karena pada tekanan darah yang normal pada orang
metabolik , PaCO2 , PaO2, kekentalan darah, agen sehat CBF sudah turun. Terapi lama antihipertensi

53
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

dapat menormalkan kisaran autoregulatory. nitrat. Faktor lain yang memodulasi CMRO2 adalah
Cerebral iskemia, trauma, hipoksia, hiperkarbia, sebagai berikut:
edema, massa, dan anestesi volatile mengurangi 1. Efek anestesi.
atau menghilangkan autoregulasi dan membuat 2. Temperature. Hypothermia menurun CMRO2 7%
aliran darah ke otak tergantung pada MAP. 7 tiap penurunan suhu 1 ° C, pada suhu di bawah
PaCO2 memiliki efek penting pada CBF karena 37 ° C. Hipertermia meningkatkan CMRO2.
efeknya pada pH cairan ekstraseluler (ECF) otak. 3. Kejang meningkatkan CMRO2.
CBF linear dengan meningkatnya PaCO2 dalam 4. Nyeri meningkatkan CMRO2.
kisaran 20 sampai 80 mm Hg, dengan perubahan ICP mencerminkan hubungan antara volume
mutlak 1 sampai 2 mL / 100 gram / menit untuk intrakranial (otak, darah, dan CSF) dan volume
setiap perubahan mm Hg dari PaCO2. Efek dari cranium. Normal ICP adalah 5 sampai 15 mm Hg.
PaCO2 terhadap penurunan CBF memerlukan wktu Peningkatan ICP lebih besar dari 15 sampai 20 mm
lebih dari 6 sampai 24 jam, ini karena adaptasi Hg dalam pengaturan autoregulasi intrakranial
lambat dari perubahan konsentrasi bikarbonat ECF dianggap abnormal. 1
otak. Hiperventilasi berkelanjutan menyebabkan 1. Cranium yang konstan dan kapasitas untuk
cairan serebrospinal (CSF) menurunkan produksi menampung kenaikan volume intracranial
bikarbonat, sehingga pH CSF akan normal secara terbatas. Massa intrakranial naik (misalnya,
bertahap. Normalisasi cepat dari PaCO2 setelah tumor, edema, hematoma, atau hidrosefalus)
periode hiperventilasi secara signifikan berefek awalnya mendesak darah dan CSF, dalam
asidosis dalam CSF sehingga terjadi vasodilatasi hal ini ICP masih relatif normal. Peningkatan
dan peningkatan ICP. 7 volume intrakranial lebih lanjut, menurunkian
PaO2. Hypoxia adalah vasodilator serebral yang compliance intrakranial dan ICP akan naik.
kuat. Peningkatan CBF secara nyata akan terjadi 2. ICP yang tinggi akan menurunkan CPP
pada PaO2 di bawah 60 mm Hg. PaO2 di atas 60 dan menyebabkan iskemia di daerah otak,
mm Hg memiliki pengaruh kecil pada CBF. yang mana autoregulasi telah rusak dan
Regulasi neurogenik. Pembuluh darah CBF tergantung pada CPP. Tanda dan gejala
otak menerima jalur cholinergic, adrenergik, peningkatan ICP adalah; sakit kepala, mual,
serotonergik, dan persarafan GABA-nergic, muntah, penglihatan kabur, papilledema, dan
meskipun peran sistem ini dalam regulasi CBF tidak penurunan tingkat kesadaran. Herniasi otak
jelas. Bukti menunjukkan bahwa peningkatan tonus dapat terjadi dan menyebabkan cedera mekanik
simpatik di shock hemoragik membuat ujung bawah atau iskemia ke batang otak dan saraf kranial.
kurva autoregulasi begeser ke kanan dan hasilnya Hal ini dapat mengakibatkan hipertensi dengan
CBF lebih rendah pada MAP yang diberikan. 1 bradiaritmia atau takiaritmia, respirasi tidak
Viscosity. Normal hematokrit (33% sampai teratur, kelumpuhan nervus okulomotorius
45%), dalam otak yang normal memiliki sedikit (kranial ketiga) yang mengarah ke dilatasi pupil
pengaruh pada CBF. Selama focal iskemia serebral, ipsilateral tanpa refleks cahaya, kelumpuhan
pengurangan viskositas oleh hemodilusi (hematokrit saraf abducens (enam kranial), hemiparesis
30% sampai 34%) dapat meningkatkan CBF pada kontralateral atau hemiplegia, dan akhirnya
wilayah iskemik. koma dan henti napas.
Cerebral metabolic rate (CMRO2) dan CBF erat 3. Penanganan terhadap peningkatan ICP
kaitannya, karena otak membutuhkan pasokan yang melibatkan strategi yang bertujuan untuk
konstan untuk memenuhi tuntutan metabolism menurunkan volume dari komponen intrakranial:
yang tinggi. Peningkatatan regional atau global 1. Hipoksia dan hiperkarbia menyebabkan
CMRO2 dapat menimbulkan peningkatan dari CBF, vasodilatasi cerebral dan harus dihindari.
mungkin dimediasi oleh molekul seperti oksida Hiperventilasi pada PCO2 25 sampai 30

54
Anestesi Bedah Saraf (Trauma) ...

mm Hg menghasilkan vasokonstriksi
serebral dan dapat digunakan sebagai cara
pengelolaan sementara peningkatan ICP
akut. Hiperventilasi dapat menyebabkan
iskemia pada cedera otak dimana CBF
rendah.
2. Menurunkan tekanan vena jugularis. Me-
ngangkat kepala setidaknya 30 derajat
menyebabkan drainase vena meningkat dan
menurunkan volume darah intra-cranial.
Hindari fleksi berlebihan atau rotasi leher
dan cegah peningkatan tekanan intratoraks
Gambar 1. Kurva compliance intracranial. Dalam
(misalnya; batuk dan mengedan). Positive
rentang ICP normal (A), peningkatan volume
end expiratory pressure harus diminimalkan
intracranial menghasilkan perubahan minimal di
sehingga mempertahankan aliran darah ICP. Sedangkan peningkatan kecil di ICP setelah
ke paru-paru memadai. “siku” darikurva dapat menghasilkan peningkatan
3. Kontrol CMRO2. Barbiturates merupakan mendadak dalam ICP. 1
vasokonstriktor kuat yang mengurangi
volume darah otak dan menurunkan Farmakologi
CMRO2. Mencegah peningkatan CMOR2 Agen anestesi berikut ini ada yang dapat
karena kejang dengan sedasi yang memadai mempengaruhi CMRO2 dan CBF. Anestesi
dan profilaksis kejang jika diperlukan. inhalasi menghasilkan pengurangan CMRO2 yang
4. Pertahankan osmolalitas serum yang tinggi berhubungan dengan dosis dimana menyebabkan
(305-320 mOsm / kg) dapat mengurangi peningkatan CBF. Nitrous oxide dapat menyebabkan
edema serebral dan penurunan volume peningkatan CMRO2, CBF, dan ICP. efek ini dapat
otak. Selain itu, manitol (0,5 sampai 2,0 g / sangat dilemahkan atau dihapuskan bila diberikan
kg intravena) dan furosemide menghasilkan dalam conjunction dengan agen IV anestesi. Nitrous
keadaan hyperosmolar dan efektif dalam oxide harus dihindar ketika airspaces intrakranial
pengurangan ICP akut. Hipertonik saline (misalnya, pneumocephalus) ada, karena berdifusi
bisa sebagi alternatif selain manitol. lebih cepat ke dalam ruang dan dapat menghasilkan
5. Volume CSF dapat dikurangi dengan peningkatan akut di ICP
pengambilan CSF melalui kateter Dianjurkan untuk mempertahankan dibawah
ventriculostomy atau aspirasi jarum intra- MAC saat menggunakan agen anestesi inhalasi untuk
operatif. menghindari efek vasodilator serebral. Perlu juga
6. Operasi pengangkatan tumor, hematoma, untuk menggunakan narkotika yang mempotensiasi
atau kraniektomi dekompresi dapat efek agen anestesi tanpa mempengaruhi volume
mengurangi volume intrakranial dan ICP. darah otak. Jika pasien dengan anestesi inhalasi
7. Steroid dapat mengurangi edema serebral dan ada edema serebral yang tidak dapat dikontrol,
yang berhubungan dengan tumor. direkomendasi untuk mengubah ke teknik total

55
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

anestesi intravena (TIVA) menggunakan Propofol intrakranial normal. Agen ini harus digunakan
atau Thiopental. Ada risiko yang lebih tinggi dari dengan hati-hati pada pasien dengan tekanan
hipotensi intrasurgical saat CT-scan menunjukkan intrakranial tinggi (misalnya, lesi massa intracranial
hematoma besar atau multipel, atau kompresi yang besar dan hematoma intrakranial akut). 1
ganglia basalis. Anestesi volatile menghasilkan pengurangan
Agen volatil menyebabkan peningkatan CBF metabolism (CMRO2) tergantung dosis, mungkin
karena vasodilatasi langsung. Autoregulasi dapat akibat penurunan aktivitas listrik neuron. Isoflurane
dilemahkan atau menghilang dengan meningkatkan yang paling poten dalam hal tersebut dan satu-
konsentrasi, tetapi respon terhadap karbon dioksida satunya agen yang menginduksi dengan gambaran
dipertahankan. Efek vasodilatasi agen inhalsi tidak isoelektrik electroencephalogram (EEG) pada
signifikan secara klinis pada pasien dengan tekanan konsentrasi yang relevan secara klinis (2 × MAC). 1

Tabel 1. Pengaruh inhalasi anestesi pada fisiologi cerebral. 1

Anestesi intravena menyebabkan pengurangan menghasilkan peningkatan CMRO2 dan CBF yang
ganda pada CBF dan CMRO2 tergantung dosis. dapat meningkat pada kerusakan sawar darah otak.
Hal ini disebabkan depresi dari metabolism otak. Dopamin menyebabkan peningkatan CBF dengan
Barbiturat, etomidate, dan propofol menurunkan sedikit perubahan pada CMRO2.
CBF dan CMRO2 dan dapat menghasilkan isoelektrik
pada EEG. Etomidate telah dikaitkan dengan kejang Perlindungan cerebral
dan sebaiknya dihindari pada pasien rawan kejang. Iskemik fokal ditandai dengan daerah jaringan
Lidocaine pada dosis terapi mengurangi CBF dan padat iskemik yang dikelilingi oleh otak noniskemik,
CMRO2. Ketamine, sebaliknya meningkatkan CBF dimana terdapat aliran kolateral untuk batas
dan CMRO2 dan jarang digunakan di neuroanesthesia. penumbra. Aliran darah kolateral ini memungkinkan
Opioid dan benzodiazepine menghasilkan perubahan neuron untuk bertahan hidup untuk jangka waktu
minimal pada CBF dan CMRO2. Autoregulasi dan yang bervariasi (thrombolysis dalam waktu 3 jam
respon karbon dioksida dijaga dengan agen IV. setelah onset stroke dapat mencegah infark penuh). 1
Relaksan otot tidak memiliki efek langsung pada Iskemia global lengkap adalah ditandai dengan
CBF dan CMRO2. Relaksan otot dapat mengubah tidak adanya CBF (contoh karena henti jantung).
hemodinamik otak secara tidak langsung melalui Toleransi untuk bertahan pada iskemia global adalah
pengaruhnya terhadap tekanan darah. Suksinilkolin dalam hitungan menit.
menghasilkan peningkatan sementara ICP, dan Agen anestesi IV: dosis tinggi barbiturate sedikit
dapat dilemahkan dengan pemberian sebelumnya meningkatkan pemulihan neurologikal dari iskemia
dari barbiturat atau dosis defasciculating dari fokal, dengan mengurangi tingkat metabolik atau
relaksan otot nondepolarisasi. mungkin efek farmakologis langsung. Propofol
Agonis adrenergic, α-adrenergik agonis dan dosis juga mengurangi cedera otak pada iskemik fokal,
rendah β-adrenergik agonis memiliki sedikit pengaruh meskipun tidak dipelajari secara jelas seperti pada
pada CBF jika MAP dalam batas-batas autoregulasi. barbiturat. Etomidate memperburuk kerusakan
Dosis yang lebih besar dari agonis β-adrenergik dapat otak iskemik. Laporan klinis awal menunjukkan

56
Anestesi Bedah Saraf (Trauma) ...

bahwa dosis rendah profilaksis lidocaine memiliki utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia.
efek neuroprotektif pada pasien nondiabet. 3 Sekitar 1,7 juta orang dengan TBI setiap tahun di
Agen anestesi volatil dapat memberikan Amerika Serikat, yang mengarah ke 275.000 rawat
perlindungan otak, tapi belum jelas cara kerjanya. 1 inap dan 52.000 kematian. TBI adalah 30,5% dari
Nimodipine mempunyai efek menguntungkan semua kematian terkait cedera di Amerika Serikat.
pada vasospasme setelah perdarahan subarachnoid TBI terjadi paling sering pada anak usia 0-4 tahun,
(SAH) yang kemungkinan dimediasi melalui saraf, remaja berusia 15-19 tahun dan lansia berusia 65
daripada pembuluh darah. Tetapi uji klinis tidak tahun atau lebih. Dalam semua kelompok umur,
menguntungkan pada stroke. laki-laki memiliki insidensi lebih tinggi dibandingkan
Steroid tidak terbukti bermanfaat pada pasien perempuan. Terjatuh dan cedera lalu-lintas adalah
setelah stoke maupun cidera kepala berat. 1 penyebab utama dari TBI di Amerika Serikat. 5
Magnesium memberikan pelindung saraf Traumatic brain injury (TBI) berat didefinisikan
yang signifikan pada hewan percobaan. Namun, sebagai GCS skor ≤8, sedang 9 sampai 12, dan ringan
uji coba klinis tidak menunjukkan perlindungan 13 sampai 15. GCS merupakan panduan prognostik
pada stroke akut. yang berguna tetapi sedikit informasi tentang
Hipotermia mengurangi metabolisme untuk patologi pada jaringan otak. Pasien dengan lesi
saraf dan fungsi sel karena itu mungkin bermanfaat massa, hematoma epidural, hematoma intrakranial
pada pasien dengan penurunan perfusi serebral. dan memar, pembengkakan difus, atau perdarahan
Sebaliknya, dua studi klinis tidak menunjukkan subarachnoid dapat hadir dengan skor GCS yang
peningkatan hasil ketika diberikan hipotermia sama. Computed tomography (CT) membantu
ringan pada pasien setelah cedera kepala berat atau menentukan gambaran kerusakan intracranial. 6
intraoperatif untuk operasi aneurisma. TBI adalah suatu kondisi yang kompleks yang
Hipertermia memperburuk iskemia serebral mempengaruhi bukan hanya encephalon, tetapi
fokal dan harus dihindari. juga fungsi sistem tubuh lainnya dengan beberapa
Hiperglikemia sedang (> 170 mg / dL) presentasi klinis. Pada 20% pasien yang tiba di
memperparah kerusakan neurologis setelah rumah sakit meninggal akibat TBI.
iskemik. Ada data menunjukkan bahwa glukosa Compliance intracranial dapat berkurang akibat
darah normal menyebabkan hasil yang lebih baik lesi massa intracranial (misalnya, tumor, hematoma,
pada pasien stroke. atau abses). Jaringan otak disekitar jaringan yang
Selain yang disebutkan di atas, manajemen normal dapat terkompresi dan menyebabkan sawar
tekanan perfusi, PCO2, pO2, normalisasi pH, dan darah otak berubah, edema serebral, dan hilangnya
profilaksis kejang berkontribusi signifikan untuk autoregulasi serebral.
meningkatkan hasil neurologis pada iskemia Computed tomography (CT) atau magnetic
otak. Pemeliharaan normal-tinggi CPP dapat resonance imaging dapat menggambarkan
meningkatkan aliran kolateral CBF. Sebaliknya, pergeseran garis tengah, hilangnya sulkus, dan
hipotensi mengurangin CBF dan memperburuk pendataran ventricular, dimana hal tersebut
cedera. Normocapnia harus dipelihara. Kejang, yang menunjukkan adanya peningkatan ICP. Tingkat
dapat meningkatkan CBF dan ICP dan menurunkan keparahan edema otak disekitar massa atau lesi
CPP, harus dicegah dan diobati. 1 dalam kaitannya dengan pembuluh darah utama
Ada bukti awal bahwa hormon seks perempuan intrakranial harus diperhatikan. Lesi dekat sinus
memberikan beberapa pelindung saraf setelah TBI. 1 vena dural mungkin memaparkan sinus ke atmosfer
dan mungkin terkait dengan risiko yang lebih tinggi
Pertimbangan Preoperatif pada Prosedur Bedah dari emboli udara vena.
Saraf Cairan dan elektrolit praoperasi, ketidak
Traumatic brain injury (TBI) merupakan masalah seimbangan dan intoleransi glukosa mungkin karena
kesehatan masyarakat utama dan penyebab asupan oral yang buruk, penggunaan diuretik dan

57
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

steroid, dan kelainan endokrin yang disebabkan Thiopental (3-7 mg / kg), propofol (2,0-2,5 mg
kerusakan sentral. / kg), midazolam (0,2-0,4 mg / kg), dan etomidate
Antikonvulsan mungkin diperlukan untuk (0,3-0,4 mg / kg) adalah agen induksi IV yang bias
mengontrol kejang. Kortikosteroid mungkin dipakai, efek terhadap hemodinamik oleh agen ini
diperlukan untuk mengobati edema. Obat ini harus harus diantisipasi.
dilanjutkan perioperatif. Masker airway yang memadai penting untuk
Premedikasi harus diresepkan dengan hati-hati, mencegah hipoventilasi dan peningkatan PaCO2
karena pasien dengan kelainan intrakranial mungkin setelah induksi, hiperventilasi dengan masker
sangat sensitif terhadap SSP depresan. Jika sedasi dapat dimulai dengan campuran nitrous oksida dan
diperlukan, diazepam (0,1-0,2 mg / kg secara oral) oksigen atau dengan 100% oksigen.
dapat digunakan. Sedasi tambahan dapat diberikan Dosis intubasi dari relaksan otot dapat
setelah pasien tiba di kamar operasi. Jika pasien telah diberikan. Agen nondepolarisasi biasanya dipilih.
terganggu coplience intrakranial atau ICP yang tinggi, Relaksasi yang cukup harus diperoleh sebelum
opioid harus dihindari karena mereka mendepresi laringoskopi dan intubasi untuk menghindari batuk
pernafasan dan menyebabkan peningkatan CBF dan mengejan.
akibat hiperkarbia. Opioid menyebabkan perubahan minimal
Selain pemantauan standar, kateter arteri pada hemodinamik otak dan berguna dalam
digunakan pada sebagian besar pasien yang menumpulkan respon untuk intubasi dan
menjalani kraniotomi. Kapnografi berguna ketika kraniotomi. Karena intubasi, penempatan pin
kita mengurangi ICP dengan hiperventilasi. Sebuah kepala, dan kraniotomi (sayatan kulit dan manipulasi
kateter urin untuk membantu manajemen cairan periosteum) merupakan nyeri paling merangsang
dan terapi diuretik. Pemantauan invasive (misalnya, selama prosedur intrakranial, dosis narkotika yang
kateter arteri pulmonalis) dapat diindikasikan untuk cukup harus diberikan sebelum manipulasi. Fentanil
pasien dengan gangguan jantung berat, penyakit (5 sampai 10 mcg / kg) dan remifentanil yang paling
ginjal, atau penyakit paru dalam konteks pergeseran sering digunakan, karena keduanya memiliki onset
cairan yang diinduksi diuretik. Karena akses ke yang cepat dan potensi tinggi. Lidocaine (1,5 mg / kg
leher terbatas selama neurosurgery, menempatkan IV) juga dapat digunakan untuk melemahkan respon
akses sentral pada brakialis atau subklavia harus kardiovaskular dan ICP untuk intubasi.
dipertimbangkan. Jalur IV kedua untuk pemberian Konsentrasi rendah dari agen volatil bisa
obat sering berguna. mencegah hipertensi selama stimulasi bedah awal
operasi.
Management Intraoperatif Setelah intubasi, mata ditutup dengan patch
Tujuan anestesi untuk prosedur intrakranial kedap air untuk menghindari iritasi dari larutan
adalah meliputi hipnosis, amnesia, imobilitas, antiseptik bedah, dan posisi kepala harus diperiksa
kontrol ICP dan CPP, dan “relaxed brain” (yaitu, pada posisi akhir yang aman untuk memastikan
optimal untuk kondisi bedah). Bila mungkin, aliran balik vena yang baik.
rencana anestesi dengan ekstubasi sadar dapat Karena akses ke jalan napas terbatas selama
dipilih sehingga pasien dapat dievaluasi kelainan prosedur bedah saraf, suara nafas dan ventilasi harus
neurologis pada akhir prosedur. diperiksa setelah posisi akhir untuk memastikan
Induksi anestesi harus dicapai tanpa meningkatkan penempatan yang tepat dari tabung endotrakeal,
ICP atau mengorbankan CBF. Hipertensi, hipotensi, tabung harus cukup terfiksasi, dan semua koneksi
hipoksia, hiperkarbia, dan batuk harus dihindari. di sirkuit pernafasan harus aman.

58
Anestesi Bedah Saraf (Trauma) ...

Tabel 2. Monitoring pada bedah saraf. 6


Monitoring Indikasi
 Blood pressure, SpO2, EtCO2, ECG  Monitoring minimal general anesthesia
 Central temperature  Risiko hipotermia karena trauma dan anestesi
 Pada TBI berat, atau TBI ringan dan sedang jika
 Arterial line pasien dioprasi dengan penyebab yang meragu-
kan
 Pada TBI berat, atau TBI ringan dan sedang jika
 Central venous catheter pasien akan dintubasi atau adanya perdarahan
mayor
 Pasien dengan kelain jantung
 Pulmonary artery catheter  Diperiksa setiap jam durante oprasi
 Glucometry (glycemia)  TBI berat dengan peningkatan ICP
 Jugular oxygen saturation  Melihat kecukupan oksigenasi
 Arterial blood gasses (oksigen)  Melihat adaptasi ventilasi dan keseimbangan
 Arterial blood gasses (pH dan CO2) asam-basa
 Di awal dan tiap 4 jam, terapi jika abnormal
 Serum Na, Cl, K, Mg  Di awal dan setelah transfusi
 Di awal dan setelah transfusi
 Hemoglobin/hematocrit  Di awal, setelah transfusi dan setelah pergantian
 Platelet count cairan yang banyak
 Koagulasi: PT, PTT atau Thromboelastography

Maintenance menunda emergence. Menjelang akhir prosedur


Kebutuhan anestesi lebih rendah setelah PaCO2 dinormalisasi. Hipertensi harus dikontrol
kraniotomi dan pembukaan dural, karena parenkim untuk meminimalkan pendarahan; agen IV seperti
otak adalah tanpa sensasi. Jika narkotika tambahan labetalol, esmolol,natrium nitroprusside, dan
diperlukan, dosis kecil morfin atau fentanyl dapat nitrogliserin yang sering digunakan. Relakasi otot
diberikan. Sebuah infus kontinu dari propofol (50 biasanya dipertahankan sampai oprasi kepala selesai
sampai 150 mg / kg / min) dan remifentanil (0,1 dan kemudian agen reversal diberikan. Sebelum
sampai 0,5 mg / kg / min) menghasilkan tingkat meninggalkan ruang operasi, pasien harus terjaga
anestesi yang stabil dan memungkinkan bangun sehingga pemeriksaan neurologis singkat dapat
yang cepat. Dosis besar narkotika long-acting dan dilakukan. Diferensial diagnosis pada pasien yang
obat penenang biasanya dihindari pada akhir 1 tetap tidak sadar setelah penghentian semua
sampai 2 jam dari prosedur untuk memfasilitasi anestesi adalah mencakup sisa efek dari anestesi,
pemeriksaan neurologis pada akhir operasi dan narcosis, hipotermia, hipoksia, hiperkapnia, blokade
menghindari sadasi dan hipoventilasi. 4 parsial neuromuskuler, penyebab metabolik, dan
Meskipun TIVA adalah teknik yang paling sering peningkatan ICP diinduksi pembedahan (perdarahan,
digunakan, anestesi inhalasi juga telah terbukti edema, dan hidrosefalus). Physostigmine (0,01-0,03
aman jika dilakukan secara titrasi, dan disediakan mg / kg IV) atau naloxone (0,04-0,4 mg IV) dapat
monitoring intraoperatif yang memadai dan membantu. Adanya defisit neurologis lokal atau
stabilitas hemodinamik otak. Pada pasien dengan umum yang baru muncul harus segera ditangani
compliance intrakranial normal, agen inhalasi (IA) dan dapat dievaluasi dengan CT dan bila diperlukan
adalah alternatif yang baik untuk TIVA, terutama di dilakukan reexploration bedah. 1
tempat-tempat di mana sumber daya rumah sakit Manajemen cairan perioperatif dirancang untuk
terbatas. 7 mengurangi kadar cairan otak, sehingga mengurangi
Relaksan otot sering berlanjut selama prosedur ICP dan memberikan relaksasi otak yang memadai,
untuk mencegah gerakan. Pasien yang minum sementara menjaga stabilitas hemodinamik dan CPP.
antikonvulsan (misalnya, phenytoin) mungkin harus Sawar darah otak adalah selektif permeabel.
lebih sering administrasi relaksan otot. Gradien osmotic untuk zat aktif menentukan
Emergence harus terjadi segera tanpa distribusi cairan antara otak dan ruang intra-vascular.
mengejan atau batuk. IV lidocaine dapat diberikan Air bebas melewati sawar darah-otak. Infus air
untuk menekan refleks batuk tapi mungkin bisa intravaskular dapat meningkatkan kadar air otak dan

59
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

dapat meningkatkan ICP. Solusi glukosa isoosmotik dapat tersembunyi bawah linen. Juga cairan irigasi
(misalnya, 5% dextrose dalam air) memiliki efek digunakan oleh ahli bedah saraf.
yang sama, karena glukosa dimetabolisme dan Osmolaritas serum ditingkatkan menjadi
tersisa air. Ini biasanya dihindari selama bedah 305-320 mOsm / kg. Jika kebutuhan cairan banyak
saraf. Sawar darah-otak adalah kedap terhadap diperlukan, isoosmolar kristaloid solutions seperti
ion termasuk Na berbeda dengan pembuluh darah 0,9% salin normal (309 mOsm / kg) mungkin lebih
perifer, jumlah osmolalitas lebih berperan, bukan baik dari pada cairan hiposmolar seperti ringer laktat
tekanan onkotik colloid, dalam menentukan gradien (272 mOsm / kg).
tekanan osmotic yang melintasi sawar darah-otak. Namun volume besar 0,9% salin normal
Akibatnya, pemeliharaan osmolalitas serum yang dapat menyebabkan asidosis meta-bolic. Oleh
tinggi dapat menurunkan kadar air otak, sebaliknya karena itu, dilakukan pengecekan arteri gas darah
sejumlah besar cairan kristaloid hyposmolar dan mengganti cairan dengan ringer laktat jika
mungkin meningkatkannya kadar air otak. 1 diindikasikan. Mannitol (0,5-2,0 g / kg IV) dan atau
Molekul besar dan zat polar susah menyeberangi furosemide (5 sampai 20 mg IV) juga diperlukan.
sawar darah-otak. Albumin memiliki sedi-kit efek Efek diuresis dari agen tersebut memerlukan
pada ECF otak, karena tekanan koloid onkotiknya pemantauan volume intravaskular dan elektrolit. 7
hanya sebagian kecil memberikan kontribusi total Hypokalemia bisa berkembang akibat steroid
osmolalitas plasma (kira-kira 1 mOsm / L). atau diuretik boros potassium dan diperburuk
Jika sawar darah-otak terganggu (misalnya oleh oleh hiperventilasi. Namun demikian, pemberian
iskemia, trauma kepala, atau tumor), permeabilitas intraoperatif kalium jarang diperlukan.
untuk manitol, albumin, dan garam meningkat Hyponatremia disebabkan oleh diuretik atau
sehingga molekul-molekul ini memiliki akses sindrom inappropriate sekresi hormon antidiuretik
yang sama ke ECF otak. Dalam keadaan seperti (SIADH)
itu, isoosmolar koloid dan kristaloid tampaknya Hyperglycemia akan memperburuk defisit
memiliki efek yang sama pada pembentukan edema neurologis setelah iskemia. Larutan glukosa
dan ICP. 8 dihindari pada pasien dengan risiko iskemia CNS.
Retriksi cairan yang ketat dapat menyebabkan Pasien diamati ketat dalam sebuah ruang
hipovolemia, yang mengarah ke hipotensi, intensif. Kepala diangkat 30 derajat untuk membantu
penurunan CBF, dan iskemia otak dan organ lainnya, drainase vena. Fungsi neurologis, termasuk tingkat
sementara hanya sedikit mengurangi kadar air kesadaran, orientasi, ukuran pupil, dan kekuatan
otak. Hipervolemia yang berlebihan menyebabkan motorik, harus sering dinilai. Perburukan semua
hipertensi dan edema serebral. Tujuan keseluruhan fungsi neurologis menunjukkan perkembangan
adalah untuk mempertahankan volume intravas- edema otak, hematoma, hidrosefalus, atau herniasi.
kular normal dan untuk menghasilkan keadaan Ventilasi yang memadai dan oksigenasi
hiperosmolar. penting pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Difisit puasa semalam biasanya tidak diganti, Pemantauan terus menerus dari ICP diindikasikan
maka perlu diberikan cairan pemeliharaan fisiologis. jika ada hipertensi intrakranial pada saat penutupan
Hilangnya cairan ke ruang ketiga selama operasi dural atau pada periode postoperatif. Elektrolit
intrakranial minimal dan biasanya tidak memerlukan serum dan osmolaritas diperiksa secara berkala.
penggantian. Dua pertiga dari total urine output SIADH didiagnosis dengan hiponatremia dan
intraoperatif diganti dengan kristaloid. Jika tanda- serum hyposmolality dengan osmolalitas urin tinggi
tanda hipovolemia nampak, cairan tambahan dan diperlakukan dengan membatasi asupan cairan.
diberikan. Cerebral Salt Wasting Syndrome dapat terjadi
Penilaian kehilangan darah sulit selama pada cedera otak atau tumor otak. Hal ini ditandai
prosedur intracranial karena jumlah yang signifikan dengan hiponatremia dan poliuria. Polidipsia,

60
Anestesi Bedah Saraf (Trauma) ...

menkonsumsi garam yang ekstrem, dan dehidrasi digunakan, saat laryngoscopi harus mengantisipasi
juga dapat dilihat. Ini adalah diagnosis eksklusi dan kemungkinan sulitnya visualisasi glotis karena
sulit untuk membedakan dari SIADH, perbedaan ekstensi leher terbatas.
adalah volume utama (hipovolemia pada Cerebral Intubasi sadar dapat dilakukan karena
Salt Wasting Syndrome dan normal untuk SIADH). pertimbangan lambung penuh. Perlu diperhatikan
Diabetes insipidus bisa terjadi setelah prosedur potensi memburuknya cedera leher selama
intrakranial tetapi yang paling umum setelah operasi manipulasi jalan napas, dan antisipasi jalan nafas
pituitari. Gejala yang muncul adalah polyuria terkait sulit karena terkait cedera wajah. Pendekatan
dengan hypernatremia, hiperosmolalitas serum, dan sadar sering tidak praktis atau tidak bijaksana pada
hiposmolalitas urin. pasien cedera kepala karena kurangnya kerjasama,
Kejang dapat menunjukkan adanya perluasan perdarahan saluran napas, dan peningkatan ICP.
intrakranial hematoma atau edema serebral. Jika Intubasi nasal dan penempatan tabung
kejang terjadi, patensi jalan napas, oksigenasi, dan nasogastrik kontraindikasi relatif dengan adanya
ventilasi harus dipastikan. Pasien harus dilindungi fraktur basiler tengkorak (misalnya, CSF rhinorrhea,
dari cedera dan IV diamankan. Untuk terapi akut otorrhea, atau Le Fort III fraktur wajah).
bisa diberikan thiopental (50 sampai 100 mg IV), Hipertensi pada pasien cedera kepala mungkin
midazolam (2 sampai 4 mg IV), atau lorazepam kompensasi upaya tubuh untuk mempertahankan
(2 mg). Fosphenytoin (15 sampai 20 mg / kg IV, CPP dalam menghadapi peningkatan ICP. CPP
100 sampai 150 mg / menit) dapat iberikan untuk harus dipertahankan pada 60 mm Hg. Hipotensi
mencegah kekambuhan. 7 dapat merugikan pasien dengan ICP tinggi dan,
Tension pneumocephalus bisa terjadi dan bila dikombinasikan dengan takikardia, harus
harus dicurigai jika terjadi kegagalan emergence. menduga pendarahan dari luka. Intervensi untuk
Radiografi atau CT scan untuk mengkonfirmasikan menghentikan pendarahan dan mengembalikan
diagnosis; penanganan adalah dengan membuka volume intravascular harus dilakukan terlebih dahulu.
dura untuk melepaskan udara. Hipoksia harus segera ditangani karena bisa
Manajemen anestesi pasien dengan trauma menyebabkan kerusakan neurologis pada pasien
kepala adalah rumit, kombinasi dari trauma kepala, cedera kepala.
lambung penuh, dan trauma tulang leher yang Hiperglikemia harus ditangani untuk
berpotensi tidak stabil. Saat mengikuti “ABC” dari meningkatkan hasil perbaikan neurologis.
resusitasi, ahli anestesi harus memastikan mekanisme Monitoring ICP dilakukan untuk melihat
dan luasnya cedera. Cidera cervical harus dicurigai peningkatan tekanan intrakranial parah atau
sampai benar-benar bias disingkirkan. hipertensi progresif.
Rapid sequence induction biasanya dilakukan. Kejang dapat menyertai cedera otak langsung
Jika fraktur tulang belakang leher belum bisa atau tanda ekspansi dari hematoma intracranial.
dikesampingkan, leher harus meenggunakan Contusion otak jenis yang paling umum dari
manual in-line stabilization (MILS). Anterior dari cedera kepala. Pembedahan biasanya dilakukan
cervical collar diberi lubang untuk menerapkan untuk epidural hematoma akut dan subdural
tekanan krikoid (tekanan yang berlebihan dapat hematoma akut. Subdural hematoma jauh lebih
memperberat patah tulang) dan juga didesain umum daripada epidural hematoma dan membawa
cukup untuk membuka mulut. Agen induksi short- prognosis yang lebih buruk. Hipertensi intrakranial
acting seperti propofol, thiopental, atau etomidate sering terlihat bahkan setelah evakuasi hematoma
digunakan untuk induksi, yang segera diikuti dengan karena pembengkakan otak berat.
dosis intubasi dari relaksan otot. Suksinilkolin dapat Luka tembus otak memerlukan debridement
digunakan dengan aman kecuali kontraindikasi. awal jaringan luka dan pengambilan fragmen tulang
Nondepolarisasi juga dapat digunakan. Ketika MILS dan hematoma. Patah tulang tengkorak mungkin

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

memerlukan debridement, cranioplasty, dan  Cidera cervical harus dicurigai sampai benar-
perbaikan laserasi dural. benar bias disingkirkan.
Manajemen anestesi sesuai aturan umum  Tujuan anestesi untuk prosedur intrakranial
yaitu mempertahankan CPP dan mengurangi ICP adalah meliputi hipnosis, amnesia, imobilitas,
dan edema serebral. Pasca operasi, intubasi dan kontrol ICP dan CPP, dan “relaxed brain” (yaitu,
dukungan ventilasi sering diperlukan untuk kontrol optimal untuk kondisi bedah).
ICP dan perlindungan saluran napas pada pasien
dengan kehilangan kesadaran berkepanjangan atau II. Referensi
belum adanya refleks muntah. Tingkat kesadaran 1. Dunn, Peter F. (2016). Clinical Anesthesia
praoperasi membantu dalam memprediksi Procedures of the Massachusetts General
kebutuhan untuk intubasi pasca operasi. Hospital, 7th Edition. Lippincott Williams &
Disseminated intravascular coagulationis Wilkins
komplikasi yang sering dari cedera kepala akut, 2. Ronald D, Miller. (2010). Neurosurgical
terutama yang berhubungan dengan subdural Anesthesia. Miller’s Anesthesia United States
hematoma. Pemantauan status koagulasi pasien of America
direkomendasikan untuk seluruh prosedur. 3. Morgan, Mikhail’s. (2013). Anesthesia for
Kortikosteroid tidak diindikasikan untuk trauma Neurosurgery. Clinical Anesthesiology. McGraw-
kepala dan dapat meningkatkan morbiditas dan Hill Education
mortalitas. 4. Barash, Paul G. (2009). Anesthesia for
Dahulu penggunaan steroid direkomendasikan Neurosurgery. Clinical Anesthesia, 6th Edition.
sebagai bagian dari pendekatan terapi TBI. Lippincott Williams & Wilkins
Namun, pada tahun 2004 jelas menunjukkan 5. Faul M. (2010). Traumatic brain injury in the
bahwa penggunaan metilprednisolon dosis tinggi United States: Emergency department visits,
meningkatkan angka kematian dan menyebabkan hospitalizations, and deaths. Atlanta (GA):
hasil negatif pada TBI, dan dihindari pada pasien ini. 5 Centers for Disease Control and Prevention,
National Center for Injury Prevention and
I. Kesimpulan Control
 Traumatic brain injury (TBI) merupakan masalah 6. Jorge H. (2015). Anesthesia for patients with
kesehatan masyarakat utama dan penyebab traumatic brain injury. Rev Colomb Anestesiol.
utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. 2015;43 Supl 1:3-8 - Vol. 43
 TBI adalah suatu kondisi yang kompleks yang 7. Alix Z. (2015). Total intravenous anaesthesia
mempengaruhi bukan hanya encephalon, versus inhaled anaesthetics in neurosurgery Rev
tetapi juga fungsi sistem tubuh lainnya dengan Colomb Anestesiol. 2015;43 Supl 1:9-14 - Vol.
beberapa presentasi klinis. 43
 Saat mengikuti algoritma ABC (airway, breating, 8. Dinsmore. (2007). Anaesthesia for elective
circulation) dari resusitasi, ahli anestesi harus neurosurgery. Oxford JournalsMedicine &
memastikan mekanisme dan luasnya cedera. Health BJAVolume 99, Issue 1

62

Anda mungkin juga menyukai