Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

AUTOREGULASI OTAK

Disusun Oleh:
Teresa Nadia Marpaung (07120110050)
Pembimbing:
dr. Tjangeta Liempy .S, SpAn

Kepaniteraan Klinik Mata


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Rumah Sakit Marinir Cilandak
Periode: 23 Mei 25 Juni 2016
Jakarta, 2016

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan Perfusi Cerebral (CPP = Cerebral Perfution Pressure) adalah perbedaan
antara Mean Arterial Pressure (MAP) dan Intra Cranial Pressure (ICP) atau Central
Venous Pressure (CVP) atau mana yang lebih besar.
Kurva Autoregulasi cerebral akan bergeser kekanan pada pasien dengan
Hipertensi Arteri Kronik (Chronic arterial hypertension).
Pengaruh luar yang sangat penting terhadap Cerebral Blood Flow (CBF) adalah
Tekanan dari gas Resipasi terutama PaCO2. CBF sama dengan PaCO2 (20 80 mm
Hg). Aliran darah akan berubah sekitar 1-2 ml/ 100g/ min dari setiap perubahan per
mm Hg PaCO2. CBF berubah 5 - 7% pada setiap perubahan suhu 1 C. Hypothermia
menurunkan Cerebral Metabolic Rate (CMR) dan CBF.
Sedangkan Pyrexia akan menyebabkan sebaliknya. Perpindahan zat melalui
Blood-Brain Barrier ditentukan oleh Ukurannya, Berat/Isi, kelarutan dalam lemak,
dan derajat Protein Binding dalam darah. Blood Brain Barrier dapat berubah oleh
Hipertensi berat, Tumor, Trauma, stroke, infeksi, Hypercapnia, hypoxia dan Kejang
yang terus menerus. Rongga kranial mempunyai struktur yang rigid dengan total
volume yang tetap, terdiri dari otak (80%), darah (12%), dan cairan cerebrospinal
(8%).
Setiap peningkatan dari satu komponent harus diikuti dengan penurunan dari
komponen yang lainnya untuk mencegah timbulnya peningkatan tekanan intrakranial.
Kecuali ketamin, semua obat intra vena mempunyai sedikit efek atau penurunan
terhadap CMR dan CBF.
Pada autoregulasi yang normal dan Blood-brain Barrier yang baik, Vasopressor
meningkatkan CBF hanya jika MAP dibawah 50 60 mmHg. Atau diatas 150 160
mmHg. Otak sangat rentan terhadap trauma iskemik karena konsumsi oksigen yang
cukup tinggi dan ketergantungan juga tinggi pada metabolisme glukosa.
Hypotermia merupakan metoda protektif yang sangat efektif terhadap otak yang
mengalami iskemi lokal atau menyeluruh. Dari data penelitian pada binatang dan
manusia memperlihatkan bahwa barbiturat efektif untuk proteksi otak yang
mengalami iskemik lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050

2.1 Metabolisme Cerebral


Secara normal, otak bertanggung jawab terhadap 20% dari total kebutuhan
oksigen tubuh. Sebagian besar penggunaan oksigen cerebral (60%) untuk
menghasilkan ATP untuk aktivitas listrik dari sel neuron dan sisanya (40%) untuk
mempertahankan integritas seluler.
Cerebral Metabolic Rate (CMR) dinyatakan dengan oxygen consumption
(CMRO2) 3 - 3,8 mL/100 g/min (50 mL/min) pada orang dewasa. CMRO2
terbanyak pada substantia gracia dari cortex cerebral.
Akibat penggunaan oksigen yang relatif tinggi dan tidak adanya cadangan oksigen
yang signifikan, jika aliran darah tidak kembali dalam beberapa menit (3-8 di bawah
kondisi pada umumnya), ATP yang tersimpan akan dilepaskan dan terjadi cedera
seluler yang irreversibel. Hippocampus dan cerebellum sangat sensitif terhadap cedera
yang menyebabkan hipoksia.
Penggunaan glukosa oleh otak 5mg/100g/menit, 90% dimetabolisme secara aerob.
Secara normal CMRO2 sebanding dengan penggunaan glukosa. Walaupun otak juga
mengambil dan memetabolisme laktat, fungsi cerebral secara normal tergantung pada
cadangan glukosa yang berkesinambungan.
Hipoglikemia akut yang terus menerus sama dengan penghancuran yang
mengakibatkan hipoksia. Sebaliknya, hiperglikemia dapat memperburuk cedera otak
yang hipoksia secara luas dengan mempercepat asidosis dan cedera seluler;
pengaruhnya terhadap iskemia fokal cerebral masih belum jelas.
CBF berubah tergantung pada aktivitas metabolik. Diukur dengan suatu isotop
gamma-emitting yaitu Xenon (133Xe) melalui injeksi sistemik, detektor diletakkan di
sekitar otak untuk mengukur kecepatan kerusakan radioaktif, yang secara langsung
sebanding dengan CBF. Teknik baru : PET (Positron Emitting Tomography) juga
mengukur CMR (untuk glukosa dan oksigen). Penelitian : konfirmasi bahwa CBF
regional sebanding dengan aktivitas metabolik dan dapat berubah dari 10 sampai 300
mL/100 g/min. Meskipun CBF total 50 mL/100 g/min, pada substansia grasia
didapatkan 80 mL/100 g/min, sedangkan pada substansia alba diperkirakan 20
mL/100 g/min.

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050

Gambar 25-1. Normal brain oxygen requirements.


2.1.2 Cerebral Blood Flow

CBF total pada dewasa 750 mL/100 g/min (15-20% dari cardiac output)

Laju aliran rata-rata di bawah 20-25 mL/100 g/min biasanya berhubungan


dengan kerusakan cerebral (tampak pada gambaran EEG).

CBF 15 dan 20 mL/100 g/min menghasilkan gambaran flat (isoelectric),


sedangkan nilai CBF < 10 mL/100 g/min biasanya berhubungan dengan kerusakan
otak yang irreversibel.
2.2 Regulasi Aliran Darah Otak
2.2.1 Cerebral Perfusion Pressure
CPP adalah perbedaan antara MAP dan ICP (atau CVP, yang nilainya lebih
besar). CPP dinyatakan dengan persamaan : CPP = MAP ICP. CPP normal 80-100
mmHg, CPP < 10 mmHg sangat tergantung pada MAP. Peningkatan sedang sampai
berat ICP (>30 mmHg) dapat membahayakan CPP dan CBF, meskipun MAP normal.
CPP < 50 mmHg menunjukkan perlambatan EEG,
menunjukkan gambaran flat,

CPP antara 25-40 mmHg

tekanan perfusi terus menerus < 25 mmHg

menyebabkan kerusakan otak irreversibel.


2.2.2 Autoregulasi
Seperti pada jantung dan ginjal, otak juga mempunyai kemampuan menghadapi
perubahan tekanan darah dengan melakukan perubahan kecil pada aliran darah.
Vaskularisasi cerebral secara cepat (10-60) menyesuaikan diri terhadap perubahan

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


pada CPP, tetapi perubahan yang tiba-tiba pada MAP dapat menyebabkan perubahan
sementara pada CBF meskipun autoregulasi intak. Penurunan CPP menyebabkan
vasodilatasi, peningkatan CPP menyebabkan vasokonstriksi, normal CBF konstan
pada MAP 60 dan 160 mmHg. Tekanan < 150-160 mmHg dapat merusak blood brain
barrier

dan menyebabkan edema dan perdarahan cerebral. Terapi antihipertensi

jangka panjang dapat memulihkan autoregulasi cerebral mendekati batas normal.


Respons intrinsik sel otot polos dalam arteriol cerebral mengubah MAP. Kebutuhan
metabolik cerebral menentukan tonus arteriol, saat kebutuhan jaringan melebihi aliran
darah, pelepasan metabolit jaringan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran.

Gambar 252. Normal cerebral autoregulation curve.

2.2.3 Tekanan Gas Respirasi


Faktor ekstrinsik yang paling penting mempengaruhi CBF adalah tekanan gas
respirasi, terutama PaCO2. CBF berbanding langsung dengan PaCO2 antara tekanan
20 dan 80 mmHg. Perubahan tekanan darah sekitar 1-2 mL/100 g/min per mmHg
perubahan pada PaCO2. Ion-ion tidak dapat melewati blood brain barrier secara baik,
kecuali CO2, perubahan akut pada PaCO2 (bukan HCO3-) mempengaruhi CBF.
Hiperventilasi (PaCO2 < 20 mmHg) ditandai dengan bergesernya kurva disosiasi
oksigen hemoglobin ke kiri, dan perubahan CBF menyebabkan perubahan EEG.
Perubahan PaO2 mengubah CBF ; Hyperoxia : penurunan minimal CBF (-10%),
Hypoxemia berat : PaO2< 50 mmHg meningkatkan CBF.

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050

Gambar 253. Hubungan antara Aliran darah cerebral dan tekanan gas arteri
pernapasan
2.2.4 Temperatur
Perubahan CBF 5-7% per oC, hipotermia menurunkan CMR dan CBF, sedangkan
pireksia mempunyai efek kebalikannya. Pada 20oC gambaran EEG tampak
isoelektrik, > 42oC aktivitas oksigen mulai menurun dan terjadi kerusakan sel.
2.2.5 Viskositas
Faktor yang paling penting menentukan adalah hematokrit. Penurunan hematokrit
akan menurunkan viskositas dan memperbaiki CBF, yang juga menurunkan kapasitas
pengikatan oksigen. Peningkatan hematokrit

polisitemia, mengurangi CBF,

Pengangkutan oksigen cerebral yang optimal dapat terjadi pada hematokrit 30-34%
2.2.6 Pengaruh Otonom
Saraf intrakranial diinnervasi oleh simpatis (vasokonstriksi), parasimpatis
(vasodilatasi), serabut nonkolinergik nonadrenergik; serotonin dan peptida intestinal
vasoaktif yang menjadi neurotransmitter. Stimulasi simpatis yang intens dapat
menyebabkan vasokonstriksi , yang membatasi CBF. Innervasi otonom memegang
peranan penting dalam spasme pembuluh darah cerebral mengiringi cedera otak dan
stroke.
2.3 Pengaruh Obat Anestesi Terhadap Fisiologi Cerebral
Pada umumnya obat anestesi mempunyai efek yang baik terhadap CNS dengan
mengurangi aktivitas elektrik, metabolisme karbohidrat menurun, sedangkan
penyimpanan energi dalam bentuk ATP, ADP, dan phosphokreatin meningkat.

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


Penentuan efek obat-obat tersebut cukup sulit seiring dengan pemberian obat lain,
stimulasi pembedahan, intracranial compliance, tekanan darah, dan tekanan CO2,
contoh: hipokapnia atau pemberian Thiopental bolus sebelumnya dapat meningkatkan
CBF dan ICP dimana hal ini biasa terjadi pada penggunaan Ketamine dan obat volatil.

, increase; , decrease; , little or no change; ?, unknown; CMR, cerebral metabolic rate; CBF,
cerebral blood flow; CSF, cerebrospinal fluid; CBV, cerebral blood volume; ICP, intracranial
pressure.

2.4 Pengaruh Obat Inhalasi


1. Obat anestesi Volatil
a. Cerebral Metabolic Rate
Halothane, enflurane, desflurane,

sevoflurane,

dan

isoflurane

menyebabkan penurunan CMR (tergantung dosis). Isoflurane dan

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


enflurane menyebabkan penurunan terbesar (50%), sedangkan
halothane 25%. Penurunan CMR tidak sama di seluruh bagian otak,
isoflurane menurunkan CMR terutama di neocortex, enflurane dapat
meningkatkan CMR pada aktivitas kejang yang nyata.
b. Cerebral Blood Flow & Volume
Terjadi vasodilatasi cerebral dan gangguan autoregulasi tergantung
pada dosis yang diberikan. Halothane mempunyai pengaruh yang
terbesar pada CBF, .pada konsentrasi > 1% hampir meniadakan
autoregulasi cerebral. Pada keadaan yang equivalent antara MAC dan
tekanan darah, halothane meningkatkan CBF sampai 200%, enflurane
40%, dan isofluran 20%; isoflurane meningkatkan aliran darah
terutama di area subkortikal dan otak belakang. Peningkatan CBV (1012%) sebanding dengan peningkatan CBF, tetapi hubungan ini tidak
bersifat linier. Penambahan CBV dapat ditandai dengan meningkatnya
ICP pada pasien dengan intracranial compliance yang menurun.
Hipokapnia meningkatkan CBV selama anestesi dengan isoflurane.

Gambar 257.
autoregulation by
c.

Dose-dependent depression of cerebral


the volatile anesthetics
Perubahan

Cerebral Metabolic rate & Blood Flow


Luxury perfusion : gabungan antara penurunan kebutuhan metabolik
neuronal dengan peningkatan CBF (metabolic supply), digunakan pada
teknik hipotensi dengan isoflurane. Circulatory steal phenomenon.
Volatil meningkatkan aliran darah pada daerah normal otak, tetapi
tidak pada area iskemik, di mana arteriole mengalami vasodilatasi
maksimal. Hasil akhir : redistribusi aliran darah dari area iskemik ke
daerah yang normal.
8

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


d. Perubahan Cairan Cerebrospinal
Volatil mempengaruhi pembentukan dan absorbsi CSF. Enflurane :
meningkatkan pembentukan CSF dan memperlambat absorbsi.
Halothane : menghalangi absorbsi CSF tetapi hanya minimal
memperlambat pembentukan CSF. Isoflurane : memfasilitasi absorbsi
dan merupakan volatil yang berefek baik terhadap CSF.
e. Tekanan intrakranial
Pengaruh volatil terhadap ICP merupakan hasil perubahan yang cepat
pada CBV, perubahan lambat pada gerakan CSF, dan tekanan arteriol
CO2. Isoflurane merupakan volatil pilihan pada pasien dengan
penurunan intracranial compliance.
f. Aktivitas kejang
Pada dosis 1.5 2 MAC, enflurane menyebabkan gambaran kejang
(aktivitas spike & wave) pada EEG. Stimulasi auditory disebut memicu
aktivitas tersebut. Meskipun aktivitas spike juga terjadi sehubungan
dengan pemberian isoflurane sebelum penghilangan elektrik, namun
hal ini tidak mempercepat kejang
2. Nitrous Oxide
Pada umumnya berefek ringan dan mudah dikendalikan dengan obat lain atau
perubahan tekanan CO2. Kombinasi dengan obat intravena mempunyai efek
yang minimal terhadap CBF, laju metabolisme, dan ICP. Penambahan volatil
meningkatkan CBF lebih besar, sedangkan pemberian tunggal menyebabkan
vasodilatasi cerebral ringan dan cenderung meningkatkan ICP.
2.5 Pengaruh Obat Intravena
1. Obat induksi
Kecuali Ketamine, semua obat intravena mempunyai efek yang kecil terhadap
atau mengurangi CMR dan CBF. Perubahan aliran darah pada umumnya
sebanding dengan perubahan laju metabolisme. Autoregulasi cerebral dan
CO2 dipertahankan oleh semua obat secara bergantian.
a. Barbiturat
Mempunyai 4 cara kerja utama yaitu Hipnosis, Depresi CMR,
Mengurangi CBF dengan meningkatkan CVR, Antikonvulsan.
Thiopental lebih sering digunakan sebagai obat induksi pada
neuroanestesi. Menurunkan CMR dan CBF samapai gambaran EEG
isoelektrik (penurunan hampir 50%). Merangsang vasokonstriksi
cerebral yang terjadi di area normal, cenderung me-redistribusi aliran

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


darah dari daerah normal ke daerah iskemik otak (Robinhood / reverse
steal phenomenon). Vaskularisasi cerebral pada area iskemik yang
tersisa mengalami dilatasi maksimal dan hal ini tidak terpengaruh oleh
barbiturat oleh karena terjadi paralisa vasomotor iskemik.
Mempermudah absorbsi CSF. Resultan penurunan CSF volume,
penurunan CBF dan CBV, sangat efektif pada ICP yang rendah. Efek
antikonvulsan menguntungkan pada pasien neurosurgical yang
mempunyai resiko tinggi kejang. Menghambat Na channels,
mengurangi masuknya Ca intraselluler, membuang atau menekan
pembentukan radikal bebas dan memperlambat edema cerebri akibat
cedera otak iskemik. Pemberian profilaksis efektif dalam mencegah
cedera otak selama iskemik fokal.
b. Opioids
Mempunyai efek yang minimal terhadap CBF, CMR, ICP, kecuali
PaCO2 menimbulkan depresi respirasi sekunder. Peningkatan ICP pada
pasien dengan tumor intrakranial setelah pemberian sulfentanil.
Penurunan tekanan darah signifikan dapat mempengaruhi CPP tanpa
tergantung jenis opiodnya. Dosis kecil alfentanil (< 50 g/kg)
menyebabkan fokus kejang pada pasien epilepsi. Morphin mempunyai
kelarutan yang rendah dalam lemak, penetrasi yang lambat, dan efek
sedasi yang lebih panjang. Akumulasi yang potensial terjadi pada
normoperidine dan depresi jantung membatasi penggunaan meperidin.
c. Etomidate
Menurunkan CMR, CBF, dan ICP seperti Thiopental. Penurunan CMR
lebih banyak di cortex daripada brainstem; menurunkan prodiksi CSF
dan meningkatkan absorbsinya. Insidens yang tinggi terjadinya
mioklonik saat induksi. Pada dosis kecil dapat memicu fokus kejang
pada pasien dengan epilepsy
d. Propofol
Mengurangi CBF dan CMR seperti barbiturat dan etomidat,
bermanfaat untuk menurunkan ICP. Berhubungan dengan dystonia dan
gerakan menyerupai chorea, signifikan sebagai antikonvulsan. Waktu
paruh eliminasi yang pendek, bermanfaat sebagai obat yang digunakan
dalam neuroanestesi. Hipotensi dan depresi jantung yang berlebihan
pada pasien geriatri atau yang tidak stabil, dapat membahayakan CPP.
e. Benzodiazepines

10

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


Menurunkan CBF dan CMR tetapi tidak lebih rendah dari barbiturat,
etomidate, dan propofol. Bermanfaat sebagai antikonvulsan.
Midazolam merupakan pilihan karena waktu paruhnya yang pendek.
Induksi dengan Midazolam menurunkan CPP pada pasien geriatri dan
yang tidak stabil, dan memperpanjang kegawatan.
f. Ketamine
Menyebabkan dilatasi pada pembuluh darah cerebral, dan
meningkatkan CBF (50-60%). Menghambat absorbsi CSF tanpa
mempengaruhi pembentukannya. Peningkatan CBF, CBV, dan volume
CSF dapat meningkatkan ICP pada pasien yang mengalami penurunan
intracranial compliance.
2. Obat anestesi tambahan
Lidocaine intravena menurunkan CMR, CBF, dan ICP; menurunkan CBF
(dengan meningkatkan CVR) tanpa menyebabkan efek hemodinamik lainnya
yang signifikan. Droperidol sangat kecil atau tidak menimbulkan efek pada
metabolisme cerebral dan mengurangi aliran darah minimal. Droperidol dan
opioid digunakan sebagai teknik neuroleptik, droperidol dapat menimbulkan
efek sedasi yang lebih lama. Reverse opioid atau benzodiazepine dengan
naloxone atau flumazenil dapat mengembalikan penurunan CBF dan CMR.
3. Vasopressor
Meningkatkan CBF bila MAP di bawah 50-60 mmHg atau di atas 150-160
mmHg, dengan autoregulasi normal dan blood brain barrier yang intak. Bila
tidak ada autoregulasi, vasopressor meningkatkan CBF dengan mempengaruhi
CPP. -Adrenergik, 1-receptor, -adrenergik blokers, 2-adrenergik agonis.
Peningkatan tekanan darah oleh obat-obatan dapat merusak blood brain
barrier.
4. Vasodilators
Menyebabkan vasodilatasi cerebral dan meningkatkan CBF bila tidak terjadi
hipotensi. Trimetaphan tidak menimbulkan efek pada CBF dan CBV, tetapi
menyebabkan konstriksi pupil, sehingga mengganggu pemeriksaan neurologis.
5. Obat pelemas otot
Hipertensi dan pelepasan histamin pada vasodilatasi cerebral meningkatkan
ICP, sedangkan hipotensi sistemik (dari pelepasan histamin atau blokade
ganglion) menurunkan CPP. Suksinilkolin meningkatkan ICP, namun minimal
bila dosis Thiopental yang diberikan adequat dan dilakukan hiperventilasi saat
induksi. Pancuronium pada dosis tinggi : takikardi dan hipertensi. Peningkatan
ICP setelah pemberian obat pelemas otot merupakan respon hipertensif akibat

11

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


anestesia ringan selama laringoskopi dan intubasi endotracheal. Peningkatan
akut ICP juga tampak bila terjadi hiperkapnia atau hipoksemia akibat apnea
yang lama.
2.6 Pengaruh Anestesi pada Monitoring Elektrofisiologi
Usaha Monitoring Elektrofisiologi digunakan untuk menilai integritas dari CNS.
Monitor prosedur bedah saraf yang paling sering digunakan adalah EEG dan evoked
potensial . Bagaimana aplikasi yang sesuai dengan monitoring ini dilakukan adalah
tergantung pada monitoring pada area spesifik yang beresiko dan dikenali dengan
adanya perubahan karena pengaruh anestesi.
Pengaruh obat anestesi terhadap EEG dan evoked potensial disimpulkan pada
table 25-2 dan 25-3. Interpretasi yang benar diperlukan perubahan hubungan dengan
kedalaman anestesi dan hubungan perubahan dosis dengan variabel fisiologis seperti
Tekanan darah, temperatur tubuh dan tekanan gas pernapasan. Perlambatan EEG
dihubungkan dengan hipotensi relative yang menjadi perhatian utama selama light
anestesi dan retraksi pembedahan yang hebat daripada selama anestesi dalam tanpa
stimulasi. Tanpa memperhatikan tehnik yang digunakan, pencatatan harus bilateral
(untuk perbandingan) dan dihubungkan dengan kejadian-kejadian selama operasi.
biphasic.
Table 252. Electroencephalographic Changes during Anesthesia.
Activation

Depression

Inhalational agents (subanesthetic)

Inhalation agents (12 MAC)

Barbiturates (small doses)

Barbiturates

Benzodiazepines (small doses)

Opioids

Etomidate (small doses)

Propofol

Nitrous oxide

Etomidate

Ketamine

Hypocapnia

Mild hypercapnia

Marked hypercapnia

Sensory stimulation

Hypothermia

Hypoxia (early)

Hypoxia (late)
Ischemia

Table 253. Effect of Anesthetic Agents on Evoked Potentials.1

12

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


SSEP
Agent

VER

BAER

Nitrous

oxide
Halothane

Isoflurane

Barbiturates

Opioids2

Etomidate
Propofol
Benzodiaze

pines
Ketamine

, increase; , decrease; , little or no change; SSEP, somatosensory evoked

potentials; VER, visual evoked response; BAER, brainstem auditory evoked


response; Amp, amplitude; Lat, latency.
2
At very high doses, can decrease the latency and decrease the amplitude of
SSEP.
2.6.1 Elektroencephalografi
Monitoring EEG bermanfaat untuk menyimpulkan perfusi cerebral selama carotid
endarterectomy dan mengawasi hipotensi seperti halnya kedalaman anestesi. Aktivasi
EEG : pada frekuensi tinggi dan voltase rendah maka anestesi ringan dan stimulasi
surgikal. Bila Depresi EEG : frekuensi rendah dan voltase tinggi maka anestesi dalam
atau bahaya cerebral. Obat anestesi menghasilkan pattern
Obat anestesi inhalasi
Halothane menghasilkan pattern biphasic, isoflurane : gambaran isoelektrik
pada dosis klinis yang tinggi (1-2 MAC), desflurane dan enflurane : gambaran
supresi yang mendadak pada dosis tinggi (> 1.2 dan > 1.5 MAC). Gambaran
spike dapat dilihat pada enfluran.
Obat intravena

13

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050


Benzodiazepine, barbiturat, etomidat, dan propofol menghasilkan gambaran
biphasic; opioid menghasilkan gambaran monophasic; Ketamin menghasilkan
gambaran ritmik dengan amplitudo tinggi.

2.6.2 Evoked Potentials


Somatosensory evoked potentials (SSEPs) merupakan tes integritas columna
spinal dorsalis dan cortex sensoris, yang bermanfaat selama reseksi tumor spinal,
instrumentasi pada spinal, carotid endarterectomy, dan pembedahan aorta. Perfusi
adekuat pada spinal cord selama pembedahan aorta mungkin lebih baik disimpulkan
dengan motor evoked potentials. Brainstem auditorik EP : integritas N VIII dan
lintasan auditorik di atas pons. Visual EP : monitor nervus optikus dan brainstem atas
selama reseksi tumor pituitary yang besar. Interpretasi evoked potentials lebih
kompleks daripada EEG.
Obat Anestesi Inhalasi
Volatil menghasilkan efek yang paling besar pada evoked potentials,
menyebabkan penurunan amplitudo gelombang dan meningkatkan aksi
potensial. Untuk memperkecil perubahan akibat obat anestesi,
direkomendasikan pembatasan konsentrasi isoflurane dan enflurane sampai
0.5 MAC dan halothane sampai 1 MAC.
Obat Anestesi Intravena
Mempunyai efek yang lebih rendah dari volatil pada evoke potential, namun
pada dosis tinggi juga menurunkan amplitudo dan meningkatkan aksi
potensial. Barbiturat melindungi evoked potentials karena menghasilkan
gambaran isoelektrik. Etomidate dan Ketamin meningkatkan SSEP. Opioid
meningkatkan SSEP dan menurunkan amplitudo gelombang, sedangkan
meperidine meningkatkan amplitudo

14

Teresa Nadia Marpaung | 07120110050

DAFTAR PUSTAKA

1. Adriani John MD;The Pharmacology of Anesthetitcs Drugs,5th ed,Charles C


Thomas Publisher,Springfield,Illionis, USA.
2. Bell GH Emslie S;Text Book of Physiology and Biochemistry,9th ed, The
English Language Book Society and Churchill Livingstone,1976.
3. Ganong MD,Willy;Review of Radical Physiology,Lange

Medical

Publication,California 1965.
4. Snow JC; Manual of Anesthesia ,1st ed, Little Brown and Company,Boston
1984.
5. Willy

WD,Churchill

A Practice

of

Anesthesia

,4th

ed,

Saundres

Company,llondon 1979.
6. Bisri,T,Himendra A: Neuro fisiologi dan neurofarmakologi dalam Diktat
Neuro Anestesi, ed 2 ,1997.
7. Goudzien,karamanian Physiology for the Anesthesiologist ,Appleton Century
Crofts,Newyork 1977.
8. Neurofarmakology in Participants Book,Course of NACC version 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai