Anda di halaman 1dari 34

TINJAUAN PUSTAKA

IMUNISASI PADA ANAK


DISUSUN OLEH: TERESA NADIA MARPAUNG
(07120110050)
DIBIMBING OLEH: DR. LENGKONG, SPA

DEFINISI

Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang


amat berguna dan efektif.

Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer


antibodi secara pasif.

Vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin


(antigen) yang dapat merangsang pembentukan
imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.

EPIDEMIOLOGI
Menurut data dari Kementrian Kesehatan Indonesia
tentang cakupan imunisasi dasar yang dibuat pada
tahun 2014, diperoleh data sebagai berikut:
Provinsi DKI Jakarta:

BCG: 92.6%

Hep B: 74.9%

DPT: 96%

Polio: 94.2%

Campak: 89.2%

Imunisasi dasar lengkap: 80.1%

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan utama imunisasi adalah untuk mencapai


kekebalan atau imunitas terhadap ancaman penyakit.

Imunisasi juga bertujuan untuk melindungi anak


terhadap penyakit yang dapat dicegah, mengurangi
prevalensi pada masyarakat, dan mengeradikasikan
penyakit-penyakit tertentu.

Keuntungan lain:

Pertahanan tubuh yang terbentuk dibawa seumur hidup

Vaksinasi bersifat cost-effective

Vaksinasi tidak berbahaya

RESPON IMUN

Respons imun adalah respons tubuh berupa


kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi
antigen tersebut.

Dibedakan menjadi respon imun non-spesifik (nonadaptif atau innate) dan respon imun spesifik
(adaptif).

Bila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi


invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan
terangsang.

RESPON IMUN

Mekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas


selular dan imunitas humoral.

Imunits humoral akan menghasilkan antibodi bila


dirangsang oleh antigen. Semua antibodi adalah
protein dengan struktur yang sama yang disebut
immunoglobulin (Ig) yang dapat dipindahkan secara
pasif kepada individu yang lain dengan cara
penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas
selular yang hanya dapat dipindahkan melalui sel,
contohnya pada reaksi penolakan organ
transplantasi oleh sel limfosit

RESPON IMUN
Aktivasi sel dendrit
respon imun

antigen
processing

Ikatan antigen
reseptor dendrit

Migrasi dendrit
Maturasi
dendrit

Apabila
Apabila antigen
antigen dapat
dapat
dieliminasi
dieliminasi oleh
oleh innate
innate
immunity
immunity
SEL
DENDRIT
Sinyal sistem
imun nonspesifik tetap
ANTIGEN
disampaikan pada sistem
imun spesifik
migrasi ke
kelenjar limfoid

Respon imun
spesifik
SITOKIN
Respon protektif
KEMOKIN

interaksi dengan
limfosit T & limfosit B

respon
imun
spesifik

RESPON IMUN

LIMFOSIT
T

LIMFOSIT
B

T Killer Cells:
menghancurkan
sel tubuh yang
terinfeksi

Sekresi: ANTIBODI
plasma

T Helper Cells:
mekanisme
pertahanan
signal aktivasi
lim-B

signal pada
makrofag dan selsel defensif lain

respon imun
selular

respon imun
humoral

Tujuan dari pemberian sebagian besar


vaksin: pembentukan respon humoral,
tetapi proses eliminasi mikroba
infeksius harus dibantu killer T cell

Ketika sel lim-T + antibodi

(respon imun selular)

mengeliminasi mikroba lebih


cepat dari replikasinya
sistem imun sudah
mengendalikan infeksi.

Lim-B & lim-T


yang melawan
mikroba
dikonversi
menjadi sel
memori
B memori:
secara cepat
membelah sel
plasma

Membentuk lebih
banyak antibodi
jika dibutuhkan

T memori:
membelah &
membentuk
pertahanan
Apabila reinfeksi:
sistem imun
secara cepat
mengenali dan
langsung
bereaksi.

Pemberian vaksin yang dilakukan pada program imunisasi


berfungsi untuk mengajarkan sistem imun agar dapat
meniru infeksi natural.

JENIS JENIS VAKSIN

Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi 2 jenis,


yaitu :

Live attenuated (bakteri atau virus hidup yang


dilemahkan)
Inactivate (bakteri, virus atau komponenmnya dibuat
tidak aktif)

JENIS VAKSIN
Vaksin hidup (live
attenuated)
Modifikasi dari virus/bakteri
penyebab penyakit. Vaksin yang
dihasilkan masih memiliki
kemampuan replikasi &
menimbulkan kekebalan tetapi
tidak menyebabkan penyakit.
Virus/bakteri dilemahkan
(attinuated) di lab dengan cara
pembiakan berulang.

1. Respons imun terhadap


vaksin hidup = respon
terhadap infeksi.
2. Antibodi lain (cth:
transplasental,
transfusi) dapat
mempengaruhi vaksin &
menyebabkan non
reponse
3. Vaksin hidup bersifat
labil & dapat
mengalami kerusakan
terhadap paparan
panas dan sinar

JENIS VAKSIN
Vaksin hidup (live
attenuated)

Berasal dari virus hidup : Vaksin campak, gondongan


(parotitis), rubela, varisela, polio, rotavirus, demam
kuning (yellow fever).

Berasal dari bakteri : Vaksin BCG dan demam tifoid


oral.

JENIS VAKSIN
Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan
dengan mambiakkan
bakteri/virus dalam media
pembiakan, kemudian dibuat
tidak aktif dengan penambahan
bahan kimia (biasanya
formalin).

1. Vaksin inactivated tidak


dapat tumbuh, tidak
menyebabkan penyakit, &
tidak dapat mutasi menjadi
bentuk patogenik.
2. Antigen inactivated tidak
terpengaruh oleh antibodi
lain.
3. Dosis I tidak menghasilkan
imunitas protektif (hanya
memicu & mempersiapkan)
4. Respon imun protektif
muncul setelah dosis II/III

JENIS VAKSIN
Vaksin Inactivated

Contoh vaksin inaktif sel utuh : vaksin influenza,


rabies, hepatitis A, polio (suntikan), pertusis, kolera

Vaksin inaktif fraksional dan subunit misalnya vaksin


hepatitis B, influenza, pertusis aselular, toksoid
(difteri, tetanus).

PEMBERIAN IMUNISASI

Sebelum melakukan vaksinasi:

Memberitahukan risiko imunisasi dan risiko apabila tidak


divaksinasi.

Periksa persiapan

Baca informasi tentang produk (vaksin)

Persetujuan orang tua

Tinjau kontraindikasi

Periksa identitas penerima vaksin

Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah


disimpan dengan baik.

Periksa tanggal kadarluwarsa

Apakah ada perubahan dari fisik vaksin

Sesuai jadwal

Teknik yang benar

PEMBERIAN IMUNISASI

Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal


sebagai berikut :

Beri petunjuk apa yang harus dikerjakan dalam


kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang
lebih berat.

Catat dalam rekam medis.

Catatan imunisasi harus disampaikan kepada Dinas


Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular.

Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan


tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila
diperlukan.

PEMBERIAN IMUNISASI
PENYIMPANAN
Dinginkan pada
temperatur 28C
Tidak membeku

INJEKSI IM
Sudut 450-600
Otot vastus lateralis
(bayi)/deltoid.

MMR, varisela

DPT, DT,TT, Hib, Hepatitis A & B,


Influenza

VAKSIN PADA
PROGRAM IMUNISASI
NASIONAL (PPI)

hepatitis B, BCG, DTP, polio dan


campak

HEPATITIS B
EPIDEMIOLOGI
80 90% pada infeksi
perinatal, 30 50 % pada
anak umur 1 4 tahun,
10% pada dewasa sehat.
TRANSMISI
Vertikal
Horizontal
Bayi prematur dengan
BL<2000 gr, dosis
pertama saat lahir tidak
dihitung dan perlu 3
dosis tambahan

KIPI efek samping


sistemik jarang terjadi,
tetapi dapat timbul
demam ringan selama 1
2 hari

BAYI LAHIR DARI IBU HBSAG (+)


Hepatitis B Immuneglobulin
(HBIg) 0.5 mL IM dan vaksin
hep B pada 2 tempat berbeda
dalam 12 jam setelah lahir
Imunisasi hep B sesuai jadwal
Cek HBsAg dan anti-HBs pada
usia 9 12 bulan / 1 3 bulan
setelah dosis terakhir
Bila HBsAg dan anti-HBs
negatif (<10 mIU/mL) beri 3
dosis vaksin hepatitis B
dengan interval 2 bulan dan
diperiksa HBsAg dan anti-HBs
dalam 1 3 bulan setelah
dosis terakhir

BC
G
Efektivitas 40
78%
JADWAL: terbaik diberikan pada
bayi umur 2 sampai 3 bulan.
Usia anjuran Kemenkes 0-12
bulan
Setelah 3 bulan uji Tuberkulin
terlebih dahulu hasil (-)
vaksin diberikan
Uji Tuberkulin tidak
memungkinkan beri vaksin +
observasi 7 hari reaksi lokal
cepat = tindak lanjut

DOSIS
<1 thn: 0.05 ml
> 1 thn: 0.1 ml
Pemberian
intradermal pada
inersio M. deltoideus
kanan.
KONTRAINDIKASI pasien
imunokompromais, bayi
dicurigai terinfeksi HIV, gizi
buruk, & uji tuberkulin > 5
mm

BC
G
KIPI
Reaksi lokal minor berupa eritema,
indurasi, dan nyeri, dan juga
diikuti oleh ulserasi dan akan
timbul jaringan parut kecil dalam
beberapa bulan.
Limfadenitis supuratif dapat
terjadi di aksila atau di leher.
Pada anak dengan imunodefisiensi
berat, dapat terjadi BCG-itis
diseminasi

POLIO

3 jenis virus polio virus polio 1, 2, 3

Virus polio saluran cerna bereplikasi di faring &


saluran cerna menyebar secara hematogen ke SSP
dan jaringan saraf pusat

Gejala yang timbul beragam tanpa gejala sampai


dengan timbulnya meningitis aseptik dan paralitik

2 macam vaksin polio: oral (Oral Polio Vaccine) dan


vaksin inaktivasi (Inactivated Polio Vaccine)

POLIO
JADWAL DAN DOSIS

Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir


sesaat sebelum pulang dari RS

Selanjutnya vaksin polio diberikan bersama vaksin


DTP atau vaksin kombinasi lainnya seperti DTP-Hib
pada umur 2, 4, 6 bulan

Dosis 2 tetes atau 0.1 mL untuk OPV dan 0.5 mL


secara IM atau subkutan untuk IPV

POLIO

Kontraindikasi

reaksi

alergi

berat

terhadap

komponen vaksin atau setelah dosis sebelumnya.

KIPI

kasus

VAPP

poliomyelitis)

(vaccine

pada

setiap

associated
3

juta

paralytic

dosis

untuk

pemberian OPV

IPV

kadang

sementara

timbul

reaksi

lokal

ringan

dan

DTP
Kontraindikasi riwayat
Mengandung:
Purified diphteriae toxoid
20 Lf
Purified tetanus toxoid 7.5
Lf
Inactivated B. pertussis 12
JADWAL
OU
Imunisasi dasar, DTP diberikan
pada umur 2, 4, 6 bln

anafilaksis pada pemberian


vaksin sebelumnya dan
ensefalopati sesudah
pemberian vaksin pertusis
sebelumnya.
Kondisi khusus riwayat
hiperpireksia, keadaan

Imunisasi ulangan, diberikan pada

hipotonik-hiperesponsif

18 bulan & 5 thn, bersama dengan

dalam 48 jam, anak

vaksin polio.

menangis terus selama 3

Imunisasi

ulangan

selanjutnya,

jam dan riwayat kejang

dengan vaksin Td, diberikan pada

demam dalam 3 hari

umur 10-12 tahun dan umur 18 thn

sesudah imunisasi

CAMPAK

Transmisi droplet infeksi atau airborne spread (jarang)

Vaksin campak mengandung virus campak strain


CAM

70

dan

preservatif

Kanamisin

sulfat

dan

Eritromisin

Dosis: 0.5 mL subkutan, dianjurkan pada deltoid.

Setelah dilarutkan, vaksin campak harus disimpan


dalam suhu 2 80oC, terhindar dari sinar dan
digunakan dalam waktu 8 jam

Jadwal 2x, Campak I (9 bulan), Campak II (6-7 tahun


dalam program BIAS)

CAMPAK

Efektivitas: 89.6%

Kontraindikasi

imunodefisiensi

primer,

kanker,

transplantasi organ, mendapat pengobatan imunosupresif


jangka panjang, pasien TB yang tidak diobati.
KIPI

Demam (39.5oC) pada 5 15% kasus, umumnya pada hari


ke5-6 dan berlangsung selama 5 hari.

Ruam dapat dijumpai pada 5%, timbul pada hari ke 7-10,


dan berlangsung selama 2 4 hari.

KIPI

DEFINISI
Semua kejadian
sakit & kematian
yang terjadi dalam
1 bulan setelah
imunisasi, dan
diperkirakan
sebagai akibat dari
imunisasi
Disebut juga
adverse events
following
immunization

GEJALA KLINIS
Gejala
lokal/sistemik
Reaksi susunan
saraf pusat
Gejala lainnya

DILAPORKAN
Abses pada tempat
suntikan
Kasus limfadenitis
BCG
Kematian
Rawat inap
Insiden medik berat
lainnya

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai