DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Menurut data dari Kementrian Kesehatan Indonesia
tentang cakupan imunisasi dasar yang dibuat pada
tahun 2014, diperoleh data sebagai berikut:
Provinsi DKI Jakarta:
BCG: 92.6%
Hep B: 74.9%
DPT: 96%
Polio: 94.2%
Campak: 89.2%
Keuntungan lain:
RESPON IMUN
Dibedakan menjadi respon imun non-spesifik (nonadaptif atau innate) dan respon imun spesifik
(adaptif).
RESPON IMUN
RESPON IMUN
Aktivasi sel dendrit
respon imun
antigen
processing
Ikatan antigen
reseptor dendrit
Migrasi dendrit
Maturasi
dendrit
Apabila
Apabila antigen
antigen dapat
dapat
dieliminasi
dieliminasi oleh
oleh innate
innate
immunity
immunity
SEL
DENDRIT
Sinyal sistem
imun nonspesifik tetap
ANTIGEN
disampaikan pada sistem
imun spesifik
migrasi ke
kelenjar limfoid
Respon imun
spesifik
SITOKIN
Respon protektif
KEMOKIN
interaksi dengan
limfosit T & limfosit B
respon
imun
spesifik
RESPON IMUN
LIMFOSIT
T
LIMFOSIT
B
T Killer Cells:
menghancurkan
sel tubuh yang
terinfeksi
Sekresi: ANTIBODI
plasma
T Helper Cells:
mekanisme
pertahanan
signal aktivasi
lim-B
signal pada
makrofag dan selsel defensif lain
respon imun
selular
respon imun
humoral
Membentuk lebih
banyak antibodi
jika dibutuhkan
T memori:
membelah &
membentuk
pertahanan
Apabila reinfeksi:
sistem imun
secara cepat
mengenali dan
langsung
bereaksi.
JENIS VAKSIN
Vaksin hidup (live
attenuated)
Modifikasi dari virus/bakteri
penyebab penyakit. Vaksin yang
dihasilkan masih memiliki
kemampuan replikasi &
menimbulkan kekebalan tetapi
tidak menyebabkan penyakit.
Virus/bakteri dilemahkan
(attinuated) di lab dengan cara
pembiakan berulang.
JENIS VAKSIN
Vaksin hidup (live
attenuated)
JENIS VAKSIN
Vaksin Inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan
dengan mambiakkan
bakteri/virus dalam media
pembiakan, kemudian dibuat
tidak aktif dengan penambahan
bahan kimia (biasanya
formalin).
JENIS VAKSIN
Vaksin Inactivated
PEMBERIAN IMUNISASI
Periksa persiapan
Tinjau kontraindikasi
Sesuai jadwal
PEMBERIAN IMUNISASI
PEMBERIAN IMUNISASI
PENYIMPANAN
Dinginkan pada
temperatur 28C
Tidak membeku
INJEKSI IM
Sudut 450-600
Otot vastus lateralis
(bayi)/deltoid.
MMR, varisela
VAKSIN PADA
PROGRAM IMUNISASI
NASIONAL (PPI)
HEPATITIS B
EPIDEMIOLOGI
80 90% pada infeksi
perinatal, 30 50 % pada
anak umur 1 4 tahun,
10% pada dewasa sehat.
TRANSMISI
Vertikal
Horizontal
Bayi prematur dengan
BL<2000 gr, dosis
pertama saat lahir tidak
dihitung dan perlu 3
dosis tambahan
BC
G
Efektivitas 40
78%
JADWAL: terbaik diberikan pada
bayi umur 2 sampai 3 bulan.
Usia anjuran Kemenkes 0-12
bulan
Setelah 3 bulan uji Tuberkulin
terlebih dahulu hasil (-)
vaksin diberikan
Uji Tuberkulin tidak
memungkinkan beri vaksin +
observasi 7 hari reaksi lokal
cepat = tindak lanjut
DOSIS
<1 thn: 0.05 ml
> 1 thn: 0.1 ml
Pemberian
intradermal pada
inersio M. deltoideus
kanan.
KONTRAINDIKASI pasien
imunokompromais, bayi
dicurigai terinfeksi HIV, gizi
buruk, & uji tuberkulin > 5
mm
BC
G
KIPI
Reaksi lokal minor berupa eritema,
indurasi, dan nyeri, dan juga
diikuti oleh ulserasi dan akan
timbul jaringan parut kecil dalam
beberapa bulan.
Limfadenitis supuratif dapat
terjadi di aksila atau di leher.
Pada anak dengan imunodefisiensi
berat, dapat terjadi BCG-itis
diseminasi
POLIO
POLIO
JADWAL DAN DOSIS
POLIO
Kontraindikasi
reaksi
alergi
berat
terhadap
KIPI
kasus
VAPP
poliomyelitis)
(vaccine
pada
setiap
associated
3
juta
paralytic
dosis
untuk
pemberian OPV
IPV
kadang
sementara
timbul
reaksi
lokal
ringan
dan
DTP
Kontraindikasi riwayat
Mengandung:
Purified diphteriae toxoid
20 Lf
Purified tetanus toxoid 7.5
Lf
Inactivated B. pertussis 12
JADWAL
OU
Imunisasi dasar, DTP diberikan
pada umur 2, 4, 6 bln
hipotonik-hiperesponsif
vaksin polio.
Imunisasi
ulangan
selanjutnya,
sesudah imunisasi
CAMPAK
70
dan
preservatif
Kanamisin
sulfat
dan
Eritromisin
CAMPAK
Efektivitas: 89.6%
Kontraindikasi
imunodefisiensi
primer,
kanker,
KIPI
DEFINISI
Semua kejadian
sakit & kematian
yang terjadi dalam
1 bulan setelah
imunisasi, dan
diperkirakan
sebagai akibat dari
imunisasi
Disebut juga
adverse events
following
immunization
GEJALA KLINIS
Gejala
lokal/sistemik
Reaksi susunan
saraf pusat
Gejala lainnya
DILAPORKAN
Abses pada tempat
suntikan
Kasus limfadenitis
BCG
Kematian
Rawat inap
Insiden medik berat
lainnya
TERIMA KASIH