ADENOMIOSIS UTERI
Disusun Oleh:
Teresa Nadia (07120110050)
Pembimbing:
dr. Dachrial Daud, SpOG
BAB I
PENDAHULUAN
hipertrofik
dan
hiperplastik.2,3,4
Belakangan
diketahui
ada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Adenomiosis adalah invasi jinak jaringan endometrium ke dalam lapisan
2.2
Epidemiologi
Frekuensi adenomiosis bervariasi dari 5% hingga 70%, pada literatur lain
2.3
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5
cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belumnya.
Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rectum. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk
sudut dengan serviks uteri).
Bagian-bagian
uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba uterina
yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya
kehamilan
2. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri
menyempit di bgaian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai
serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat janain berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
kavum uteri ( rongga rahim ).
3. Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding
anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks
uteri terdiri dari :
Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina
isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluhpembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagain:
2.4
lain usia antara 40-50 tahun, multipara, riwayat hiperplasia endometrium, riwayat
abortus spontan, dan polimenore. Sedangkan usia menarke, usia saat partus
pertama kali, riwayat abortus provokatus, riwayat seksio sesarea, endometriosis,
obesitas, menopause, panjang siklus dan lama haid, penggunaan kontrasepsi oral
dan IUD dilaporkan tidak berkaitan dengan adenomiosis.7
Penyebab tidak diketahui pasti, ada beberapa teori diduga sebagai penyebabnya:14
1. Invaginasi dari endometrioum basal ke myometrium.
Terjadi karena lapisan miometrium mengalami perlunakan akibat
riwayat trauma misalnya pada riwayat operasi pelvis sebelumnya
yang memungkinkan jaringan endometrium aktif untuk tumbuh subur
di tempat sel-sel yang sudah mengalami cedera. Insisi uterus
dilakukan
selama
operasi
seperti
operasi
caesar
(C-section)
ini perlu segera cari pertolongan dokter. Perdarahan yang banyak dalam
waktu yang lama akan menyebabkan anemia.
2.6
Patofisiologi
Mekanisme yang memicu invasi jaringan endometrium ke dalam
mikrofilamentosa/trabekula
intraselular
dan
gambaran
sitoplasma
kelenjar-kelenjar
endometrium
pada
adenomiosis
lebih
hiperplasia
endometrium
pada
wanita
dengan
adenomiosis.
2.7
Manifestasi klinis
Adenomyosis mungkin tidak menghasilkan segala gejala-gejala, meskipun
(dismenore)
g. Gumpalan darah selama periode menstruasi
2.8
Diagnostik12
Adanya riwayat menorragia & dismenorea pada wanita multipara dengan
pembesaran uterus yang difus seperti hamil dengan usia kehamilan 12 minggu
dapat dicurigai sebagai adenomiosis. Dalam kenyataannya, diagnosis klinis
adenomiosis seringkali tidak ditegakkan (75%) atau overdiagnosis. Sehingga
adanya kecurigaan klinis akan adenomiosis dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
pencitraan berupa USG transvaginal dan MRI.
Pencitraan mempunyai 3 peran utama dalam mengelola pasien yang
dicurigai adenomiosis secara klinis. Pertama, untuk menegakkan diagnosis dan
diagnosis diferensial adenomiosis dari keadaan lain yang mirip seperti leiomioma.
Kedua, beratnya penyakit dapat disesuaikan dengan gejala klinisnya. Ketiga,
pencitraan dapat digunakan untuk monitoring penyakit pada pasien dengan
pengobatan konservatif. Beberapa pencitraan yang digunakan pada pasien yang
dicurigai adenomiosis yaitu Histerosalpingografi (HSG), USG transabdominal,
USG transvaginal dan MRI.
Gambaran karakteristik utama pada HSG berupa daerah yang sakit dengan
kontras intravasasi, meluas dari cavum uteri ke dalam miometrium. HSG memiliki
sensitivitas yang rendah.
Kriteria diagnostik dengan USG transabdominal yaitu uterus yang
membesar berbentuk globuler, uterus normal tanpa adanya fibroid, daerah kistik di
miometrium dan echogenik yang menurun di miometrium. Bazot dkk pada 2001
.
2.9
Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding adalah :
1. Kehamilan
Kehamilan dapat disingkirkan dengan tes kehamilan
2. Leiomioma Sub Mukosa
Leiomioma submukosa ini dapat terjadi pada 50-60% kasus
adenomiosis. Keiomioma dapat menyebabkan menoragi dan rasa sakit
yang hebat. Uterus biasanya lunak dan tidak tegang bahkan saat
terjadinya menstruasi. Diagnosis ditegakkan dengan histeroskopi atau
dan kuretase.
3. Kanker endometrial
Kanker endometrial ditegakkan dengan biopsy endometrial atau
kuretase
4. Sindroma kongesti pelvis (Taylors syndrome)
Sindroma ini ditandai dengan keluhan kronis dari rasa sakit pada organ
pelvis yang terus menerus dan menometrorragi. Pada beberapa kasus
uterus membesar, simetris dan sedikit lunak. Servik dapat sianosis dan
2.10
Penatalaksanaan
NON-OPERATIF
a. Anti-inflamasi obat. Jika anda menjelang menopause, dokter Anda
mungkin telah Anda mencoba obat anti-inflamasi, seperti ibuprofen
(Advil, Motrin, lainnya), untuk mengontrol rasa sakit. Dengan memulai
obat anti-radang dua sampai tiga hari sebelum haid dimulai dan terus
membawanya selama periode Anda, Anda dapat mengurangi aliran darah
menstruasi selain menghilangkan rasa sakit.
b. Obat hormon (Agonis GnRH). Agonis GnRH akan berikatan dengan
reseptornya yang berada di kelenjar pituitari, dan berakibat pada terjadinya
down reguklasi aktivitas GnRH. Akibatnya adalah terjadinya keadaan
menopause secara medis yang masih reversibel. Pemberian obat hormonal
hanya mengurangi gejala dan efeknya akan hilang setelah pemberian obat
dihentikan. Obat hormonal yang paling klasik adalah gonadotrophin
releasing hormone agonist(GnRHa), yang dapat dikombinasikan dengan
terapi operatif. Mekanisme kerja GnRHa adalah dengan menekan ekspresi
sitokrom P450, suatu enzim yang mengkatalisis konversi androgen
menjadi estrogen. Pada pasien dengan adenomiosis dan endometriosis
enzim ini diekpresikan secara belebihan.13
c. Obat hormon. Mengontrol siklus menstruasi Anda melalui kombinasi
kontrasepsi estrogen-progestin oral dapat mengurangi perdarahan berat
dan rasa sakit yang terkait dengan adenomiosis.
hormon
dapat
sedikit
banyak
memicu
regresi
jaringan
adenomiosis.
e. Sedian LNG AKDR (mirena) mensekresikan 20 ug levonorgesterel per
harinya dan merupkan
ukuran
fokusjaringan
adenomiosis,
memperbaiki
gejala
dismenorhea
dengan
menurunkan
produksi
OPERATIF
Histerektomi
Jika rasa sakit parah dan menopause adalah tahun lagi, dokter mungkin
menyarankan operasi untuk mengangkat rahim (histerektomi). Menghapus
ovarium Anda tidak perlu untuk mengendalikan adenomiosis.
dan
salfingo-ooforektomi
bilateral.
Histerektomi
ini
mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopii, dan kedua ovarium.
Pengangkatan
ovarium
menyebabkan
keadaan
penderita
seperti
Ablasi endometrium
Telah digunakan untuk berhasil mengobati dismenore dan menorrhagia
disebabkan oleh adenomiosis. Endometrial ablation merupakan penghancuran
jaringan-jaringan pelapis dari kandungan (uterus) yang dikenal sebagai
endometrium.
Tindakan ini idlakukan dengan menggunakan laser garnet yttrium, reseksi
rollerball, ataupun teknik ablasi global.
Elektrokoagulasi Miometrium
Teknik elektrokoagulasi miometrium dapat dilakukan dengan
menggunakan jarum unipolar atau bipolar dengan memasukkan jarum ke ke
miometrium yang terkena pada jaringan adenomiosis. Prosedur inisedikit kurang
akurat dibandingkan dengan eksisi bedah karena konduksi elektrik pada jaringan
abnormal tidak utuh, sehingga jaringan itu sendiri nantinya sedikit lebih sulit
diablasi.
Reduksi Miometrium
Reduksi miometrium untuk menatalaksana adenomiosis yang difus telah
dilakukan pada berbagai jumlah kasus. Jaringan yang cukup luas dari miometrium
dibuang dengan teknik laparoskopi atau dengan laparotomy.
Referensi
1. Ferenczy A. Pathophysiology of adenomyosis. Human Reproduction Update
1998; 4: 312-322.