Anda di halaman 1dari 23

Universitas Kairo

Jurnal Penelitian Lanjutan

Artikel Asal
Selenium dan Vitamin E sebagai antioksidan di dalam anemia
hemolitik

kronis:

Apakah

keduanya

tidak

mencukupi?

Sebuah

studi kasus-kontrol pada sekelompok anak Mesir

Mona M. Hamdya, Dalia S. Mosallama, Alaa M. Jamala, Walaa A.


Rabieb,*

Informasi Artikel
Riwayat Artikel:
Diterima tanggal 19 November 2014
Diterima dalam bentuk revisi tanggal 30 Desember 2014
Disahkan tanggal 7 Januari 2015
Tersedia secara online tanggal 13 Januari 2015

Kata kunci:
Antioksidan
Vitamin E
a
a
a
b
*

Jurusan Pediatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Kairo, Kairo, Mesir


Jurusan Pediatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Kairo, Kairo, Mesir
Jurusan Pediatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Kairo, Kairo, Mesir
Jurusan Patologi Klinis dan Kimia, Fakultas Kedokteran, Universitas
Kairo, Kairo, Mesir
Kontak Penulis: +20 1227432769/227001301; fax: +20 223644383. Alamat
email: wl.rabie@gmail.com (W.A. Rabie).

Selenium
Anemia sel sabit
-talasemia
Anak-anak Mesir

ABSTRAK
Kerusakan

oksidatif

yang

semakin

bertambah

merupakan

salah

satu tanda yang terdapat pada penyakit sel sabit (sickle cell
disease (SCD)) dan talasemia mayor (TM). Pada kedua penyakit
tersebut ditemukan jumlah antioksidan yang menurun. Penelitian
ini adalah untuk menilai perbedaan kadar serum Selenium dan
Vitamin E yang ada pada sekelompok pasien SCD dan TM di Mesir
yang

bergantung

mengkorelasikan

pada
kadar

transfusi,
tersebut

lebih

dengan

jauh

status

lagi

untuk

kelebihan

zat

besi atau persyaratan transfusi. Sebuah studi kasus-kontrol


dilakukan

di

Rumah

Sakit

Pediatri

Universitas

Kairo

untuk

memeriksa kadar serum Selenium dengan menggunakan Spektrometer


Serapan

Atom

dan

kadar

serum

Vitamin

dengan

menggunakan

ELISA Kit yang tersedia secara komersil pada anak-anak yang


bergantung pada transfusi, 30 dengan talasemia beta dan 30
dengan SCD dalam kondisi stabil dari umur 6 sampai 18 tahun,
temuan-temuan

ini

dibandingkan

dengan

30

orang

dari

grup

kontrol yang sehat dan berusia serta berjenis kelamin sama.


Hasil kami menunjukkan sebuah kadar antioksidan yang semakin
habis

pada

sekelompok

anak-anak

Mesir

yang

diteliti

yang

memiliki TM dan SCD dibandingkan dengan kelompok kontrol sehat


(P < 0,05). Sebuah korelasi positif yang signifikan ditemukan
di antara kadar Vitamin E dengan ferritin (r = 0,26, p =
0,047) pada pasien SCD dan TM. Korelasi yang tidak signifikan
ditemukan di antara serum Selenium dengan Vitamin E. Lalu,
nilai-nilai

dari

indeks-indeks

antioksidan

hemolisis

atau

ini

tidak

berkorelasi

dengan

pun

tidak

berkorelasi

dengan

indeks-indeks radang pada pasien TM dan SCD yang ditransfusi


secara kronis.

Diproduksi

dan

dimiliki

oleh

Elsevier

B.V.

atas

nama

utama

bagi

Universitas Kairo.

Pendahuluan
Vitamin

dan

sisa

mineral

merupakan

penghambat

kerusakan oksidatif [1]. Hemoglobinopati kronis dicirikan oleh


adanya

kerusakan

oksidatif

yang

disebabkan

oleh

penambahan

oksigen yang dikonsumsi ketika beristirahat dan bertambahnya


hemoglobin bebas prooksidatif yang beredar [2]. Pada penyakit
sel

sabit

radikal
produksi

(SCD),

bebas

Hgb

yang

spesies

tidaklah

merusak

oksigen

enzim

reaktif

stabil
sel
dan

dan

dan

menghasilkan

lipid

selaput,

hiperhemolisis

telah

dijadikan mekanisme dominan untuk mengkonsumsi senyawa-senyawa


tersebut

[3].

Pasien

yang

memiliki

SCD

terbukti

telah

mengurangi kadar seng, selenium, dan glutathione begitu juga


dengan vitamin A, C, riboflavin, D, dan E [4]. Biomarker stres

oksidatif
secara

juga

kronis

berkorelasi
transferin

bertambah
dan

pasien

dengan
(NTBI,

pada

pasien

talessemia

kadar

zat

besi

Non-Transferring

SCD

yang

ditransfusi

mayor

(TM)

dan

yang

Bound

tidak

Iron)

sangat
terikat

[5].

Sebuah

studi yang dilakukan oleh Nur et al. [6] telah menunjukkan


bahwa

N-acetylcysteine

memiliki
pasien

efek
sel

sebagai

pleiotropis

sabit

terhadap

tampaknya
(PS),

sebagai

kerusakan

erythrocyte

penting

pengobatan

mengurangi

phosphatidyserine
selaput

antioksidan

tanda

indikator

(oksidatif).

radang

yang
dari

erythrocyte

langsung
Setelah

dari

meninjau

semua fakta-fakta yang disebut di atas, maka penelitian ini


dilakukan untuk menilai fungsi kadar Vitamin E dan Selenium
sebagai antioksidan pada pasien anemia sel sabit dan pasien talassemia

dari

Mesir

yang

menjalani

multitransfusi,

serta

hubungannya dengan tanda-tanda kelebihan zat besi, tanda-tanda


tingkat hemolitik, dan tanda-tanda peradangan.

Pasien dan metode


Studi kasus-kontrol ini dilakukan di Jurusan patologi Kimia;
studi ini melibatkan 60 pasien; 30 kasus dengan -talassemia
dan 30 kasus dengan penyaki sel sabit di Klinik Hematologi
Rumah Sakit Pediatrik Universitas Kairo. Semua pasien yang
terlibat selalu melaksanakan tindak lanjut secara rutin selama
periode

studi

ini

(dari

bulan

Desember,

2012

sampai

Juni,

2013). Kecuali pasien yang memiliki penyakit demam akut selama

72

jam,

krisis

crisis)

selama

vaso-occlusive
tiga

bulan

akut

sebelum

(VOC,
daftar,

vaso-occlusive
atau

penyakit

konkuren serius. Tidak ada subyek yang direkrut yang menerima


antioksidan atau vitamin tambahan misalnya vitamin E. Protokol
studi ini disetujui oleh komite etika setempat bahwa studi ini
telah sesuai dengan Deklarasi Helsinki II, Finlandia. Formulir
perijinan

telah

diperoleh

dari

para

pasien

atau

wali

sah

mereka setelah mereka diberitahu tentang studi ini serta hasil


yang diharapkan. Kemudian, 30 subyek yang tampak sehat yang
berusia dan berjenis kelamin sama dimasukkan dan diperlakukan
sebagai grup kontrol, anak-anak ini tidak memiliki riwayat
anemia,

laporan

darah

cukup

yang

abnormal

atau

hasil

elektroforesis hemoglobin yang abnormal. Semua pasien dan grup


kontrol menjalani proses pengambilan riwayat secara terperinci
dan

pemeriksaan

klinis

secara

seksama.

Semua

pasien

TM

menerima transfusi sederhana sebanyak 10-15 cc/kg setiap 3


atau

minggu.

Tiga

pasien

yang

memiliki

SCD

menjalani

transfusi darah dua kali dalam satu bulan, 6 pasien sekali


sebulan dan sisanya ditransfusi setiap dua atau tiga tahun.
Pasien penyakit sel sabit menjalani transfusi darah yang tidak
teratur

tergantung

pada

pengobatan

hydroxyurea-nya

(HU),

kepatuhannya dan penghentian penggunaan obat dikarenakan efek


samping

dari

HU.

Jumlah

vaso-occlusive

crisis

(VOC)

pada

pasien sel sabit adalah berbeda-beda; 20 kali per tahun bagi 4


pasien, 12 kali per tahun bagi 7 pasien, 6 kali per tahun bagi

7 pasien, dua kali setahun bagi 6 pasien dan sekali setahun


pada

pasien,

pengobatan

dua

puluh

hydroxyurea,

empat

dua

puluh

dari

mereka

delapan

menjalani

pasien

telah

menjalani splenectomy. Sampel darah dari pasien talassemia dan


SCD telah diambil sesaat sebelum transfusi.

Sampling
Semua

pasien

diperintahkan

untuk

berpuasa

selama

sekurang-

kurangnya 12 jam, 10 ml darah vena diambil dari subyek dalam


kondisi steril. 6 ml dari darah ini diambil dari vacutainer
polos

dan

vacutainer.

sisanya
Serum

ml

dipisah

dimasukkan
oleh

ke

EDTA

sentrifugasi

anticogulated
pada

kecepatan

3000 rpm selama 10 menit pada suhu ruangan.

Analisa biokimia, hematologis dan imunologis


Analisa terhadap semua parameter biokimia termasuk ALT, AST,
total Kolesterol, Triglycerides (TG), LDL dan HDL-kolesterol
dianalisa

dengan

menggunakan

alat

analisa

kimia

otomatis

Dimension EXL (Siemens Healthcare, Jerman). Serum ferritin


diukur

dengan

menggunakan

chemiluminescent

immunoassay

pada

AxSYM (Abbott Laboratories, Chicago, IL, USA). CBC dilakukan


dengan alat analisa hematologi otomatis Sysmex (Sysmex Asia
Pacific,

Jepang);

agglutination.

CRP

dilakukan

dengan

teknik

latex

slide

Pengukuran serum Vitamin E dan Selenium


Serum Vitamin E ditentukan dengan menggunakan Vitamin E ELISA
Kit (Nomor Katalog: E0922h, www.eiaab.com).
Penentuan

selenium

telah

dilakukan

dengan

menggunakan

Spektrometer Serap Atom pada Varian SpectrAA 220 (Labexchange,


Jerman).

Analisa Statistik
Semua

perhitungan

program

komputer

statistik
SPSS

dilakukan

(Statistical

dengan

Package

for

menggunakan
the

Social

Science; SPSS Inc., Chicago, IL, USA) versi 15 untuk Microsoft


Windows.

Data

deviation

Numerik

(SD);

dinyatakan

perbandingan

dengan

ketiga

mean

grup

standard

dilakukan

dengan

menggunakan pengujian analisa varian satu arah (ANOVA, one way


analysis of variance) dengan pengujian post hoc Bonferroni.
Student
antara

t-test
kedua

digunakan

grup.

Data

untuk

perbandingan-perbandingan

kategori

dinyatakan

dengan

di

jumlah

(frekuensi) dan persentase, dan dibandingkan antar grup dengan


menggunakan
variable

chi-squared

dilakukan

test.

dengan

Korelasi

menggunakan

antar

bermacam-macam

koefisien

korelasi

Pearson r. P-values yang kurang dari 0,05 dianggap signifikan


secara statistik.

Hasil
Grup -talassemia terdiri dari 17 (56%) pria dan 13 (43,3%)
wanita sedangkan grup SCD terdiri dari 14 (46,7%) pria dan 16
(53,3%)

wanita

(P

>

0,05).

Usia

rata-rata

dari

grup

talassemia adalah 12,9 3,2 tahun dan dibandingkan dengan


usia rata-rata dari grup SCD yaitu 11,8 2,9 tahun (P >
0,05).

Grup

-talassemia

konsanguinitas

positif

menunjukkan

yang

lebih

sebuah

tinggi

prevalensi

dan

siginifikan

secara statistik (P = 0,01), splenectomy (P < 0,001), dan


frekuensi
dengan

transfusi

grup

SCD,

darah/tahun

Tabel

(P

meringkas

0,014)

demografi

dibandingkan
pasien

kami.

Terkait berat, anak-anak dibawah persentil ke-5 mewakili 86,7%


dari grup TM dibandingkan dengan 33,3% pada kasus SCD (P <
0,05).
Terkait
secara

temuan-temuan

signifikan

laboratorium,

menunjukkan

kadar

grup

Hb,

talassemia

MCV,

MCH,

MCHC,

trombosit, LDH yang lebih rendah dan kadar HCT, ferritin, dan
AST

yang

lebih

tinggi

dibandingkan

dengan

kasus

SCD

(P

<

0,05). Kami menentukan batas cut-off sampai 1000 ng/ml untuk


serum

ferritin

dikelatikan
menemukan

untuk

dengan
bahwa

membedakan

pasien

hanya

yang

3,3%

antara
kurang

dari

pasien

yang

dikelatikan,

pasien

TM

yang

cukup
kami
cukup

dikelatikan dengan dibandingkan 26,7% pasien SCD dan perbedaan


ini adalah signifikan secara statistik (P = 0,01). Pasien SCD
menunjukkan nilai ganti (surrogate) yang lebih tinggi secara

signifikan

untuk

hemolysis

dan

radang

ketika

dibandingkan

dengan grup talassemia (P < 0,05). LDH hampir lima kali lebih
besar dari nilai normal pada pasien SCD, mengindikasikan bahwa
transfusi kuranglah efektif dalam menekan produksi RBC yang
endogen. Protein C-reactive (CRP) juga hampir 3 kali lebih
besar pada pasien SCD. Dua puluh tiga persen grup talassemik
memiliki

pertambahan

transaminase

lebih

dari

kali

lipat

dibandingkan nol persen dari grup SCD. Perbedaan yang tidak


signifikan ditemukan pada tingkat WBC rata-rata, persentase
Neutrophils, perhitungan Reticulocyte dan ALT di antara kedua
grup (P > 0,05), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 1 Demografis pasien.
Variabel
Umur (tahun)

TM (n = 30)
12,9 3,2

SCD (n = 30)
11,8 2,9

Nilai-P
0,243

Wanita

13 (43,3)

16 (53,3)

0,425

Pria

17 (56,7)

14 (46,7)

Ya

11 (36,7)

16 (53,3)

Tidak

19 (63,3)

14 (46,7)

20 (66,7)

10 (33,3)

Jenis kelamin (n, %)

Sejarah keluarga (n, %)

Konsanguinitas (n, %)
Ya

0,194

Tidak

10 (33,3)

20 (66,7)

0,010*

Splenektomi (n, %)

23 (76,7)

5 (16,7)

< 0,001*

Berat (kg)

34,2 13

36,1 12,4

0,788

Tinggi (cm)

140,5 12,7

133,8 13,4

0,091

9,8 5,5

0,014*

Frekuensi

transfusi/ 13,8 5,0

tahun
* Nilai signifikan secara statistik, n; jumlah individu

Tabel

Perbandingan

variabel

biokimia,

hematologis,

dan

imunologis antara kelompok talasemia dan SCD (rata-rata SD).


Variabel

Talasemia (n =

SCD (n = 30)

Nilai-P

HB (g/dl)

30)
7,1 1,4

8,2 1,1

< 0,001*

HCT (%)

26 5,5

23 3,8

MCV (fl)

63,7 4,8

89,4 15,3

< 0,001*

MCH (pg)

24,8 3,8

30,4 6,1

< 0,001*

MCHC (g/dl)

32,7 1,7

33,8 2,5

0,034*

Platelet (103/cm m)

350 201,7

449,4 189,8

WBC (103/cm m)

13,1 9,8

10,0 4,0

0,275

Neutrofil (%)

53,0 12,4

45,5 18,0

0,068

9,9 3,8

9,6 6,6

1,000

Retikulosit (5)
LDH (U/L)
Feritin (ng/ml)

0,028

< 0,001*

803,9 231,3

1070,3 251,2 < 0,001*

3855,4 2207,8

1464,9 993,4 < 0,001*

CRP (mg/dl)

24,1 23,9

38,6 22,6

0,003*

ALT (U/L)

68,5 33,5

54,8 20,1

0,164

AST (U/L)
71,7 33,6
* Nilai signifikan secara statistik

53,6 15,4

0,048*

Tabel 3 Perbandingan profil lipid antara talasemia, SCD, dan


grup kontrol (rata-rata SD).

* Nilai signifikan secara statistik


a,b

Grup dalam baris yang sama dengan inisial serupa yang tidak

signifikan

secara

statistik,

namun

yang

inisialnya

berbeda

bersifat signifikan secara statistik

Tabel 4 Tingkat Selenium dan Vitamin E dalam tiga grup (ratarata SD).

* Nilai signifikan secara statistik


a,b

Grup dalam baris yang sama dengan inisial serupa yang tidak

signifikan

secara

statistik,

namun

yang

inisialnya

berbeda

bersifat signifikan secara statistik

Tabel

Korelasi

tingkat

selenium

variabel laboratorium milik pasien.

dan

vitamin

dengan

* Nilai signifikan secara statistik

Tabel 3 menggambarkan sebuah perbandingan kadar rata-rata


profil lipid pasien kami; total kolesterol, LDL-kolesterol,
begitu juga dengan triglyceride (TG) secara signifikan lebih
rendah pada pasien yang memiliki beta talassemia dan anemia
sel sabit dibanding grup kontrol yang relevan (P < 0,05), yang
tidak biasa dengan penyakit ini. Namun, perbedaan yang tidak
signifikan ditemukan pada tingkat rata-rata sebesar (P > 0,05)
antara kasus beta talassemia dengan kasus anemia sel sabit.
Kadar selenium rata-rata dari kasus TM dan SCD secara
signifikan

lebih

kontrol

<

(P

rendah

0,05).

ketika

Namun,

kadar

dibandingkan
Selenium

dengan

grup

rata-rata

tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara grup talassemia


dengan grup SCD (P > 0,05). Demikian pula, kadar Vitamin E
rata-rata dari kasus TM dan SCD secara signifikan lebih rendah
ketika dibandingkan dengan grup kontrol (P < 0,05). Namun,
kadar Vitamin E rata-rata tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan di antara grup talassemia dengan grup SCD (P >
0,05) seperti yang diringkas dalam Tabel 4.
Sebuah

korelasi

positif

yang

signifikan

ditemukan

di

antara kadar Vitamin E dengan ferritin. Namun korelasi yang


tidak signifikan ditemukan di antara setiap antioksidan yang
telah diteliti dengan setiap variabel laboratorium lainnya,
termasuk antioksidan lainnya di antara kedua grup pasien yang
dilibatkan

dalam

penelitian

kami

seperti

yang

ditunjukkan

dalam Tabel 5.

Pembahasan
Penelitian kami dirancang untuk menyelidiki kadar antioksidan
(Vitamin E dan Selenium) dan profil lipid pada anak-anak Mesir
yang

bergantung

pada

transfusi

yang

memiliki

penyakit

sel

sabit dan -talassemia dan untuk mengkorelasikan kadar-kadar


tersebut dengan status kelebihan zat besi atau persyaratan
transfusi.
Penipisan serum Vitamin E yang sangat signifikan (P <
0,001) ditemukan dalam studi kami ini. Vitamin E memainkan
peran

penting

oksidatif.

dalam

Peran

melindungi

antioksidan

sel-sel

Vitamin

dari

kerusakan

bertalian

dengan

kemampuannya dalam memadamkan perantara peroksida lipid yang


sangat reaktif dengan memberikan hidrogen dan hal ini mencegah
keluarnya

hidrogen

dari

asam-asam

lemak

yang

mengalami

Polyunsaturasi (PUFA, Polyunsaturated fatty acids), hal ini


membantu membatasi reaksi beruntun dari peroksidasi lipid yang
berlangsung dengan sendirinya [7]. Sebagai catatan peneliti;
satu

penelitian

sebelumnya

telah

dilakukan

[8]

dan

telah

menguji status oksidan-antioksidan pada 40 anak yang memiliki


SCD.

Hampir

semua

penelitian

sebelumnya

terkait

tekanan

oksidatif pada hemoglobinopati kronis sebagian besar dilakukan


pada

orang

penelitian

dewasa
lainnya

dan

menguji

[1]

satu

grup

membandingkan

penyakit

[9-11];

tanda-tanda

tekanan

oksidatif dengan antioksidan (Vitamin E) pada pasien SCD yang


ditransfusi secara kronis dan pasien -talassemia. Hal ini
membuat penelitian kami menjadi sebuah penelitian yang pertama
kali menggabungkan dua antioksidan pada kedua penyakit.
Hubungan antara kekurangan Vitamin E dengan terjadinya
VOC pada pasien SCD bersifat kontroversi. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa kekurangan Vitamin E tidak kondusif bagi VOC
dan

disarankan

menggunakan

antioksidan

yang

lebih

spesifik

seperti total kapasitas antioksidan (TAO, total antioxidant


capacity) atau oksida nitrik [5,8]. Namun, korelasi terbalik
antara kadar Vitamin E dengan frekuensi transfusi dilaporkan
oleh Marwah et al.. [5]
Di antara kasus SCD kami, vitamin E tidak berkorelasi
dengan setiap variabel-variabel yang diuji termasuk frekuensi
transfusi,

frekuensi

VOC,

dan

indeks-indeks

hemolysis,

selenium, serum kolesterol, HDL atau LDL-kolesterol.


Selenium memainkan peran yang signifikan dalam mencegah
perubahan

oksidatif

lipid,

mengurangi

platelet

bertambah

[12].

Suplementasi

radang
pada

dan

mencegah

pasien

yang

memiliki penyakit kardiovaskuler ditemukan dapat memperendah

kadar

total

kolesterol

lipoprotein-rendah-padat

plasma
(LDL,

dan

kolesterol

plasma

low-density-lipoprotein)

dan

dosis sebanyak 300 mcg/hari secara signifikan dapat menambah


kadar HDL [13-15].
Ukuran status Selenium yang paling umum digunakan adalah
konsentrasi plasma dan serum Selenium [16]. Namun konsentrasi
dalam darah mencerminkan asupan Selenium terbaru dan bukan
asupan

Selenium

yang

sudah

lama.

Hal

ini

juga

dapat

menjelaskan mengapa subyek yang normal memiliki kadar Selenium


rendah. Kadar Selenium sedang dari TM adalah 30,6 23,6 g/L
dan kasus SCD adalah 29,8 20,8 g/L dan keduanya secara
signifikan
kontrol

lebih

yaitu

Selenium

rendah

109,9

rata-rata

ketika

8,3

tidak

g/L

dibandingkan
(p

<

menunjukkan

0,05).

dengan

grup

Namun,

kadar

perbedaan

signifikan

antara grup talassemia dengan grup SCD (p < 0,05). Data kami
sesuai

dengan

penelitian-penelitian

sebelumnya

[17-19].

Keadaan kurangnya selenium yang tampak pada grup talessemia


dan SCD dapat dijelaskan oleh keadaan tekanan oksidatif kronis
yang dengan kemudian menipisnya semua antioksidan [19]. Untuk
mengetahui apakah suplementasi Selenium dapat membantu atau
tidak pada grup pasien tersebut perlu penelitian-penelitian
lebih jauh lagi.
Pada

penelitian

ini

30

pasien

(50%)

memiliki

riwayat

konsanguitas positif dan 27 (45%) memiliki kondisi yang serupa


pada keluarganya, hal ini dapat dijelaskan bahwa prevalensi

dari

beta-talassemia

Mediteranian

[20]

adalah

dan

SCD

sangat

adalah

tinggi

sangat

di

tinggi

wilayah

di

Afrika

Tengah, wilayah Mediteranian, negara-negara timur [21].


Dua puluh delapan pasien (46,7%) telah displenektomisasi
dikarenakan sering transfusi. Di antara pasien SCD, frekuensi
VOC yang median yang membutuhkan perawatan rumah sakit selama
satu

tahun

terakhir

adalah

(IQR

12)

yang

dapat

dijelaskan sebagai komplikasi dari SCD [5]. Grup -talassemia


menunjukkan
lebih

sebuah

tinggi

dan

prevalensi
signifikan

konsanguinitas
(p

0,01)

positif

dan

yang

splenektomi

dibandingkan dengan grup SCD (P < 0,001). Semua pasien talassemia bergantung pada transfusi dan menerima darah dengan
frekuensi dari 4 sampai 24 kali per tahun dengan mean 13,8
5,0 dan ini secara signifikan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan grup SCD dimana hanya 21 yang bergantung pada transfusi
dan menerima darah pada frekuensi dari 2 sampai 24 kali per
tahun dengan mean 9,8 5,5 (P = 0,014). Perawatan talassemia
mayor adalah transfusi darah untuk menjaga kadar hemoglobin
[22]. Celasi zat besi yang tepat merupakan komponen mendasar
dari terapi -talassemia dan SCD yang dapat menunda kerusakan
jaringan
harapan

disebabkan
hidup

[23].

kelebihan
Grup

zat

talassemia

besi

dan

meningkatkan

menunjukkan

prevalensi

anak-anak di bawah persentil berat badan ke-5 sebesar 86,7%


dengan 33,3% pada kasus SCD dan 0% pada grup kontrol dan
tinggi badan untuk persentil umur 80% dengan 46,7% dari kasus

SCD dan 0% pada grup kontrol. Perbedaan-perbedaan ini adalah


signifikan

(P

sebelumnya

tentang

diperlambat

<

0,05)

di

dan

sesuai

bertambahnya

antara

dengan

prevalensi

pasien

SCD

dan

laporan-laporan
pertumbuhan

yang

talassemia

yang

bergantung pada transfusi setelah endokrinopati yang berkaitan


dengan kelebihan zat besi.
Pasien anemia kronis mempertahankan hasil jantung yang
terus bertambah untuk mempertahankan pengiriman oksigen [25].
Hal ini menghasilkan keadaan hiperkatabolis ringan, menambah
pengeluaran

energi

saat

istirahat,

dan

tekanan

oksidatif

kronis [26,27].
Data kami menunjukkan bahwa semua pasien kami memiliki
anemia kronis dan baik grup talassemia maupun SCD menunjukkan
indeks-indeks
fisiologis

sel

merah

normal.

dan

Namun,

hemoglobin,

pasien

di

beta

bawah

talassemia

tingkat
secara

signifikan menunjukkan kadar hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC


mean yang lebih rendah dan kadar AST yang lebih tinggi ketika
dibandingkan
hemolytis

dengan

yang

pasien

lebih

SCD,

yang

berbahaya.

Hal

menunjukkan
ini

sesuai

keadaan
dengan

penelitian sebelumnya [28] pada sekelompok besar pasien talassemia mayor yang melakukan tindak lanjut di balai yang
sama

dan

melaporkan

adanya

kadar

hemoglobin

pra-transfusi

rata-rata (mean) sebesar 5,7 1,16 g/dl yang lebih kurang


dari

penelitian

mencapai

10,0

serupa

g/dl

[29].

dimana
Hal

hemoglobin
ini

dapat

median

dijelaskan

minimal
dengan

aturan transfusi yang membatasi yang digunakan oleh balai kami


dan

sebetulnya

dengan

mencerminkan

persediaan

keterbatasan
hemolysis

darah

yang

persediaan

lainnya

latar

terbatas

kelating

termasuk

belakang

yang

keuangan

begitu
layak.

perhitungan

kami

juga

halnya

Namun,

indeks

reticulocytic

dapat

dibandingkan di antara kedua grup. Di sisi lain; pasien SCD


menunjukkan
statistik

nilai-nilai

lebih

pengganti

tinggi

untuk

(surrogate)

hemolysis

dan

yang

secara

radang

ketika

dibandingkan dengan grup talassemia (P < 0,05); LDH hampir


lima

kali

lebih

menunjukkan
produksi

besar

bahwa

RBC

dari

nilai

transfusi

yang

endogen

normal

kurang
dan

pada

efektif

protein

pasien

dalam

C-reaktif

SCD,

menekan
rata-rata

(CRP) juga hampir 3 kali lipat lebih besar pada pasien SCD,
konsisten dengan keadaan radang kronis. Empat dari 3 pasien TM
menunjukkan
tidak

nilai

normal

transaminase

lebih

dari

aspartate

kali

dan

dibanding

alanine

grup

SCD

yang
yang

nilainya tidak ada.


Pasien

SCD

menunjukkan

peningkatan

signifikan

pada

perhitungan platelet dibandingkan dengan grup talassemia yang


dapat

dijelaskan

fungsional

dan

melalui

sekunder

keadaan
di

antara

trombositosis
para

pasien

asplenia
tersebut

[30,31].
Ketika
bahwa kadar

kelati

yang

tepat

serum ferritin

diterapkan,

maka

diharapkan

dapat dipertahankan dalam batas

normal tanpa melihat jumlah total transfusi. Hal ini berkaitan

dengan praktek kelati yang tidak tepat atau respon variabel


terhadap

terapi

kelati

di

antara

pasien

[23].

Namun

pemeliharaan keseragaman kadar serum ferritin tersebut masih


lemah di antara populasi kami. Kedua grup telah meningkatkan
kadar serum ferritin dimana grup talassemia memiliki nilai
serum ferritin di antara 898 dan 12.128 ng/ml dan pasien SCD
menunjukkan kadar mulai dari 560 sampai 6000 ng/ml. Keadaan
kelebihan

zat

besi

pemenuhan

kelati

ini

pada

menunjukkan
populasi

semakin

kami

[28].

berkurangnya
Meski

telah

dilaporkan tingkat pemenuhan sebesar 26,3% di antara mereka


yang menerima deferoxamine dan 58,6% di antara mereka yang
menerima

kelator

oral,

namun

ini

bukan

hanya

kurangnya

pemenuhan namun juga kurangnya persediaan kelator tersebut.


Meskipun

demikian,

kadar

di

antara

grup

talassemia

secara

signifikan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien SCD


dan kadar tersebut menegaskan frekuensi yang lebih tinggi dari
ketergantungan

transfusi

begitu

juga

dengan

penyerapan

zat

besi yang berlebihan setelah bertambahnya erythropoiesis yang


tidak

efektif

di

antara

talassemika

[19].

Ketika

kami

menentukan batas cut-off untuk serum ferritin di bawah 100


ng/ml di antara pasien yang cukup dikelatid dengan yang kurang
dikelatid

menurut

garis

pedoman

Thalassemia

International

Federation [32,33] kami menemukan bahwa hanya 3,3% dari pasien


TM yang dikelatid dengan cukup sedangkan 26,7% dari pasien SCD
dan perbedaan ini adalah signifikan (p = 0,01). Di antara

pasien

TM,

nilai

ini

lebih

rendah

daripada

nilai

yang

dilaporkan oleh Ragab dkk. [28] dalam kohort TM mereka yang


30% namun hampir serupa dengan Shah dkk. [23] yang melaporkan
nilai prevalensi 6,3% di antara kelompok penelitian mereka.
Di antara kelompok talasemia; serum feritin dan tingkat
selenium

tidak

berkorelasi

dengan

variabel

yang

diuji,

termasuk antioksidan lain. Ini sesuai dengan Claster dkk. [19]


yang

mempelajari

kelompok

pasien

transfuse

kronis,

kami

mempelajari 43 pasien dengan SCD (17 pria, 26 wanita) dan 24


pasien dengan TM (13 pria dan 11 wanita). Rentang usia mereka
adalah

1,5

sampai

31,4

tahun,

dan

kami

mengetahui

bahwa

Tingkat Vitamin E juga selenium mereka rendah dan menunjukkan


sedikit

hubungan

dengan

kelebihan

besi,

hemolisis,

atau

inflamasi. Juga, kelompok SCD tidak menunjukkan korelasi serum


feritin dan tingkat selenium dengan variabel yang diuji mana
pun, termasuk antioksidan lain.
Banyak faktor seperti kelebihan kandungan besi, cidera
hati, dan gangguan hormone yang mempengaruhi pola lipid pada
pasien dengan bentuk beta-talasemia mayor. Beberapa penulis
menyarankan bahwa eritropoiesis yang dipercepat dan asupan LDL
yang

meningkat

oleh

makrofagus

dan

histiosit

sistem

retikuloendotelial merupakan penentu utama tingkat kolesterol


plasma rendah pada beta talasemia mayor.
Data
kolesterol

kami
juga

menunjukkan
TG

secara

bahwa

kolesterol

signifikan

total

lebih

dan

rendah

LDLpada

kelompok talasemia daripada kontrol relevan (P < 0,001), ini


sesuai

dengan

laporan-laporan

sebelumnya

[36,37].

Di

lain

pihak, Chrysohoou dkk. [35] melaporkan tingkan TG lebih tinggi


di antara pasien talasemia. Ini berbeda dengan hasil kami dan
dapat

dijelaskan

oleh

kelompok

umur

yang

lebih

muda

yang

dilibatkan dalam penelitian kami. Juga, kelompok SGD mempunyai


total kolesterol, LDL-kolesterol dan TG lebih rendah daripada
kontrol (P < 0,001), yang merupakan ciri khusus penyakit ini
dan ini sesuai dengan VanderJagt dkk. [38]. Meskipun demikian,
total kolesterol, LDL-kolesterol, juga TG di antara rentang
normal dan dapat dibandingkan di antara pasien-pasien dengan
beta talasemia dan anemia sel sabit (P > 0,05). Selain itu,
tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata tingkat HDLkolesterol pada ketiga kelompok (P > 0,05).

Keterbatasan penelitian
Salah satu keterbatasan penelitian kami adalah kami menguji
antioksidan
Selenium,
lain

yang

yang

seperti

kontribusi

berdiri

sendiri

kurang

informasinya

kapasitas

antioksidan

kolektif

terhadap

seperti

Vitamin

dibandingkan
total

penurunan

yang

dan

dengan

uji

mencerminkan

antioksidan

terpisah

tanpa protein atau komponen penyumbang elektron dan nitrit


oksida

yang

saat

ini

populer,

thrombosis

dalam

konteks

interakter

penting

dengan

karena

hemolisis
Selenium

cidera
namun

dan

vascular
juga

Vitamin

E,

dan

sebagai
namun,

karena keterbatasan status pendanaan karya kami, kami tidak


dapat

mengevaluasi

parameter-parameter

ini

dan

korelasinya

dengan indeks lain, namun kami bermaksud menyelesaikan karya


ini dalam studi lain nanti. Faktor pembatas lainnya adalah
ukuran

sampel

kesimpulan
keuangan

yang

kami,

dan

pekerjaan

sedikit
ini

kami

yang

karena
karena

mungkin

mempengaruhi

terbatasnya
tidak

sumber

daya

oleh

agen

didanai

pendanaan mana pun.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kami, pasien dengan -talasemia
dan

SCD

kehilangan

antioksidan

dan

akibatnya

mengalami

peningkatan tekanan oksidatif terkait kontrol kesehatan. Ini


merupakan indikasi bahwa pasien talasemia dan SCD menghasilkan
lebih

banyak

spesies

oksigen

reaktif

yang

tidak

mungkin

dihilangkan secara efektif oleh mekanisme endogen. Meskipun


demikian,
indeks

tingkat

hemolisis

antioksidan
maupun

ini

inflamasi

tidak
pada

berkorelasi
pasien

dengan

transfuse

kronis.
Karya

ini

tidak

menerima

bantuan

finansial

dari

agen

pendanaan mana pun di sektor publik, komersil, maupun nonprofit.

Kontribusi Penulis
Semua

penulis

memberikan

kontribusi

yang

sesuai

dengan

kandungan intelektual makalah ini.


Mona
untuk

Hamdy,

kandungan

M.D.:

Desain

intelektual

penelitian,

dan

merevisi

persetujuan

akhir

artikel
terhadap

versi yang akan dipublikasikan.


Dalia Mosallam, M.D.: Desain penelitian, pembuatan konsep
dan mendapatkan data klinis serta penerapan klinis dari hasil
yang didapat.
Alaa

Jamal,

M.Sc.:

Mendapatkan

data,

sampel,

dan

penerapan klinis dari hasil yang didapat.


Walaa Rabie, M.D.: Desain penelitian, kerja laboratorium,
interpretasi

hasil

dan

analisis

data,

penulisan

manuskrip.

Semua penulis telah membaca dan menyetujui manuskrip akhir.

Konflik Kepentingan
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Rujukan

Anda mungkin juga menyukai