Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

CUTANEUS LARVA MIGRANS


(CREEPING ERUPTION)

Disusun oleh:
Teresa Nadia Marpaung (07120110050)
Dibimbing oleh:
dr. Michael Warouw, SpKK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Siloam Hospitals Lippo Village
Tangerang, 2016

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
-

II.

Inisial Pasien
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Alamat

: An. AA
: Laki-laki
: 6 tahun
: Islam
: Tangerang

ANAMNESIS

Anamnesis (Alloanamnesis)
a. Tanggal pemeriksaan : 15 Juli 2016
b. Jam pemeriksaan
: 13.00

II.1. Keluhan Utama


Keluhan Utama
:
Gatal pada pergelangan tangan kanan sejak kurang lebih 3 hari
yang lalu

II.2. Riwayat Penyakit Sekarang


Gatal pada pergelangan tangan kanan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu.
Gatal disertai rasa panas dan bercak kemerahan yang bertambah banyak.
Bertambah buruk dalam 3 hari, dirasakan terus menerus sepanjang hari dan
bertambah parah pada malam hari. Terasa menyebar atau berpindah. Tidak disertai
dengan nyeri dan belum diberikan obat apapun

II.2. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien belum pernah
dirawat inap sebelumnya maupun menjalani tindakan operasi.

II.3. Riwayat Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami hal serupa dengan
pasien. Tidak ada riwayat penyakit tertentu dalam keluarga seperti hipertensi dan
diabetes melitus.

II.4. Riwayat Sosial & Kebiasaan


Tidak ada dilingkungan sekitar yang memiliki sakit serupa. Pasien suka
bermain dengan tanah disekitar rumah dan tidak rajin mencuci tangan.

II.5. Riwayat Alergi


Pasien tidak memiliki riwayat alergi.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
-

Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Tampak sakit ringan


: Kompos mentis
: 90 kali per menit, reguler
: 24 kali per menit, reguler
: 36,7oC

Data Antropometri

Tinggi Badan (TB)


Berat Badan (BB)

= 115 cm
= 33 kg

1. Status Lokalis

Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, tipis,


terdistribusi merata, rambut tidak mudah tercabut, terdapat
bercak kemerahan berbentuk bulat bersisik.

Wajah : Raut wajah normal, gerak otot wajah simetris dan


tidak ada paralisis otot wajah.

Mata

: Konjungtiva anemis tidak ada, mata tidak cekung

Telinga : Posisi daun telinga normal

Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada


nafas cuping hidung

Mulut :

Mukosa bibir lembab, mukosa rongga mulut

lembab, tidak ada celah palatum, ukuran lidah normal dan


tidak tampak bersih

Dada

Bentuk

normal,

tidak

terdapat

deformitas,

penonjolan, pembengkakan, terdapat lesi berwarna merah


berbentuk poli siklik.
Paru

: Tidak dilakukan

Jantung: Tidak dilakukan


Abdomen

: Tidak dilakukan

Genitalia

: Tidak dilakukan

Status Dermatologis
Lokasi
Eflourosensi
Regio plantar

Gambar

medial

Regio

Makula

eritema

postaurikular

multipel,

berbatas

sinistra

tidak tegas dengan


skuama tebal

Regio fasialis Makula

eritema

(alis, glabella, multipel,

berbatas

lipat

tidak tegas dengan

nasolabial dan skuama halus


pipi)

Regio

Plak

vertebralis dan polisiklik


thorakalis

multipel

eritema
konfluens
berbatas

tegas dengan skuama


dan berminyak

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan dengan lampu Wood, tidak ditemukan adanya


fluoresensi.

V.

RESUME
Pasien laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan utama bercak

kemerahan yang terasa gatal di daerah dada dan punggung sejak 3 tahun. Ruam
terlihat semakin melebar dan semakin gatal sehingga menggangu aktifitas. Rasa
gatal dan kemerahan biasanya muncul lebih jelas jika pasien sedang mengalami
ujian atau sedang dalam tekanan. Pasien mengaku sering menggaruk lukanya.
Pasien adalah mahasiswa yang sering berada didalam ruangan ber AC dan
mengaku memiliki muka yang berminyak.

Pasieng mengaku berketombe sejak 5 tahun yang lalu dan tidak terlalu
gatal. Pasien sering mengalami bengkak pada mata yang hilang dengan
sendirinya. Ketombe hilang timbul dan semakin lama semakin gatal. Pasien
pernah mencoba menggunakan shampoo anti ketombe tetapi tidak membaik.
Pasien pernah mencoba memberi minyak pada daerah dada dan punggung tetapi
tidak ada perbaikan. Pasien menyangkal penggunaan sabun, shampoo baru. Pasien
sering menggunakan gel / pomade pada rambut.
Berdasarkan status dermatologi, pada regio oksiput dekstra terdapat lesi plak
eritema berbatas tegas, ukuran plakat dengan squama tebal. Pada regio posterior
aurikular sinistra terdapat makula eritema multipel, berbatas tidak tegas dengan
skuama tebal. Pada regio fasialis (alis, glabella, lipat nasolabial dan pipi) terdapat
makula eritema multipel, berbatas tidak tegas dengan skuama halus . Pada regio
vertebralis dan thorakalis terdapat plak eritema polisiklik konfluens multipel,
berbatas tegas dengan skuama dan berminyak. Pada lampu Wood tidak didapatkan
floresensi.

VI.

DIAGNOSIS KERJA
-

Dermatitis seboroik
Pro:
o Karena sesuai dengan gejala kulit yaitu plak eritema dengan
skuama pada daerah predileksi yaitu dikulit kepala, di posterior
auricula, alis, glabella, lipat nasolabial dan pipi.
o Lesi pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran
dengan penyembuhan sentral sesuai dengan lesi pada pasien.
o Kemerahan pada wajah yang muncul jika dalam keadaan tekanan
atau stress.
o Pasien memiliki muka yang berminyak (produksi sebum yang
cukup tinggi) yang merupakan salah satu faktor penting pencetus
dermatitis seboroik.
o Pasien sering mengalami blepharitis, hal ini berhubungan dengan
dari meibomian gland yang menghasilkan sebum

o Perjalanan penyakit yang kronik dan hilang timbul cocok dengan


dermatitis seboroik.

VII.
-

DIAGNOSIS Banding
Tinea korporis
Pro
o Gatal serita lesi eritema dengan squama halus pada daerah thorax
dan vertebrae yang polisiklik.
Kontra
o Pada pemeriksaan woodlamp eflorosensi negatif.
o Tepi tidak aktif dan bagian tengah tidak lebih tenang (central

healing)
Tinea kapitis
Pro
o Lesi berbentuk plak berbatas tegas dengan skuama.
Kontra
o Pada tinea kapitis terjadi alopecia atau kerontokan dan terasa
sangat gatal, tetapi pasien tidak terlalu mengenluhkan rasa gatal
dikepala.
o Pada pemeriksaan lampu Wood, tinea kapis dengan pola ectothrix
akan berwarna hijau kekuning-kuningan, yang tidak ada terdapat

pada pasien ini.


Psoriasis
Pro
o Lesi plak berbatas tegas dengan skuama berwarna putih pada
permukannya.
o Kondisi diperparah pada saat stress psikis.
Kontra
o Psoriasis biasanya terdapat pada lebih dari Predileksi psoriasis
adalah didaerah eksentor (lutut, siku dan punggung) dan kulit
kepala. Pada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar,
berlapis-lapis, putih dan tak berminyak disertai tanda tetesan lilin
dan auspitz.

VIII. TATALAKSANA
Edukasi:

Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan

sering kambuh.
Menghentikan penggunaan dari pomade atau gel di rambut
Mandi dan keramas yang rutin karena akan membantu hilangnya lipid /
lemak juga akan menghilangkan substrat dari jamur.

Terapi Farmakologis:

Ketokonazole 2% shampoo 2x tiap minggu selama 2-4 minggu untuk kulit

kepala
Ketokonazole 2% krim selama 2 minggu untuk muka dan badan
Cetirizine oral 1x10mg tablet jika gatal

IX.

PROGNOSIS
-

Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad kosmetikam: ad bonam

Tinjauan Pustaka

I.

Definisi
Dermatitis seboroik (D.S) adalah penyakit kulit eritoskuamosa
kronis yang didasari oleh faktor konstitusi dan memiliki predileksi di
daerah yang seboroik atau daerah dengan konsentrasi folikel sebaseus
yang tinggi seperti wajah, kulit kepala, telinga, dada, daerah lipatan
(inguinal, inframmae, dan aksila). Penyakit ini sering dihubungkan
dengan peningkatan produksi sebum. 1, 2

II.

Epidemiologi
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi dunia.
Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama
kehidupan dan pada dewasa pada umur 30 hingga 60 tahun. Insiden
memuncak pada umur 1840 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada 1.116 anak
anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi
dermatitis seboroik menyerang 10% anak lakilaki dan 9,5% pada
anak perempuan.
Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan
sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien
(72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan. Pada
penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), dapat
terlihat pada hampir 35% pasien Terdapat peningkatan insiden pada
penyakit Parkinson, paralisis fasial, pityriasis versicolor, cedera spinal,
depresi dan yang menerima terapi psoralen ditambah ultraviolet A
(PUVA). Juga beberapa obatobatan neuroleptik mungkin merupakan
faktor, kejadian ini sering terjadi tetapi masih belum dibuktikan.
Kondisi kronik lebih sering terjadi dan sering lebih parah pada musim
dingin yang lembab dibandingkan pada musim panas.3

III.

Etiologi & Patogenesis


Patogenesis dari dermatitis seboroik sampai sekarang belum
sepenuhnya dimengerti tetapi umumnya terkait dengan jamur
Malassezia / Pityrosporum ovale, aktifitas kelenjar sebasea, dan
kerentanan pasien.
Kelenjar sebum bisa berperan dalam pathogenesis D.S yaitu
dengan

menciptakan

lingkungan

yang

menguntungkan

bagi

pertumbuhan jamur Malessezia. Namun dalam suatu penelitian,


ditemukan bahwa produksi sebum bukanlah faktor yang penting dan
tidak selalu berhubungan dengan dermatitis seboroik karena banyak
pasien dengan peningkatan produksi sebum tidak mengalami penyakit
ini. Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan
remaja, selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini
berhubungan dengan hormonal yang meningkat pada masa pubertas,
oleh karena itu dermatitis seboroik lebih umum pada laki-laki daripada
perempuan, yang menunjukkan pengaruh androgen pada unit
pilosebum.
Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik
seringkali

telah

dilaporkan,

terdapat

mutasi

(ZNF750)

yang

menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang telah dijelaskan dan


mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.
2

Pasien biasanya mengatakan bahwa keparahan dari D.S dipicu


oleh faktor emosional, depresi, kelelahan / fatigue, terpapar pada
pendingin ruangan, infeksi sistemik, penggunaan obat dan faktor
lainnya.4,5
Jamur Malassezia adalah fungi yang lipid-dependent (dulu
dikenal dengan Pityrosporum ovale) yang merupakan flora normal dari
kulit.6 Pada pubertas, laki-laki terutama memproduksi androgen yang
membuat tubuh menghasilkan lebih banyak sebum / lipid dan menjadi

tempat yang disukai untuk

oleh Malassezia sp.7 Jamur ini bisa

menginvasi stratum korneum dan melepaskan lipase yang membuat


asam lemak yang bebas / free fatty acid dan menyebabkan inflamasi.
Inflamasi yang terjadi menyebabkan hiperproliferasi (sisik / scaling)
stratum korneum dan diferensiasi yang tidak komplit dari korneosit.8
Sampai sekarang tidak ada bukti yang kuat yang membuktikan
bahwa Malassezia adalah penyebab utama dari D.S. Pada suatu
penelitian mengatakan bahwa banyaknya jumlah jamur Malassezia
tidak berhubungan dengan tingkat keparahah dari dermatitis seboroik.
Bukti tidak langsung yang mendukung dari keterlibatan Malessezia
adalah pilihan terapi D.S adalah yang mengandung antifungi dan
berhasil mengurangi gejala pasien. Studi lain mengatakan bahwa D.S
terjadi karena respon imun tubuh terhadap Malassezia spp, atau
produk yang dihasilkan olehnya.6,7

Tabel 1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik

IV.

Gejala Klinis
Menurut usia dibagi 2 yaitu pada orang remaja dan dewasa
kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan, batas agak kurang tegas. D.S. yang ringan hanya
mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai
sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala
dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Pitiriasis sika (ketombe,
dandruff). Bentuk yang berminyak, pitiriasis steatoides yang dapat
disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal.2

Gambar 1. Lokasi Predileksi Dermatitis Seboroik


Kulit Kepala
Ketombe (dandruff) atau skuama-skuama halus adalah gejala
paling awal dari dermatitis seboroik yang disebut pitiriasis sika.
Dimulai dengan bercak-bercak yang kemudian mengenai seluruh
kepala yang terlihat berupa kemerahan pada perifolikuler dan kerakkerak yang yang berbatas tegas.
Pada tahap lebih lanjut atau berat bisa terjadi kerontokan
rambut yang reversible, bercak-bercak berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta tebal (bentuk berminyak disebut pitiriasis
steatoides). Biasanya sering meluas ke daerah dahi, glabella, telinga
postaurikular dan leher. Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit
dahi dan membentuk batas eritema bersisikyang disebut corona
seborrheica.2

Wajah
Pada daerah wajah biasanya berupa eritema dengan skuamaskuama halus yang bisa disertai gatal dan terletak pada bagian medial
dari alis, glabella, lipat nasolabial, pipi dan bisa membuat bentuk
seperti kupu-kupu. Dapat juga terjadi blefaritis yakni pinggir kelopak
mata merah disertai skuama halus. Stres, kelelahan, dan paparan
sinarmatahari bisa memicu gejala-gejala diatas.2

Gambar 2. Dermatitis Seboroik pada Lipat Nasolabial, Pipi, Alis, dan


Hidung
Badan
Terdapat beberapa bentuk dermatitis pada badan yang paling
umum adalah tipe petaloid yang diawali dengan papul-papul folikuler
dan perifolikuler merah hingga coklat yang berminyak, yang
berkembang menjadi bercak-bercak

yang mirip bentuk mahkota

bunga. Beberapa gabungan / konfluens dari beberapa folikel


membentuk polisiklik dengan skuama halus pada sternum atau daerah
interscapular.

Bentuk lebih langka adalah tipe pitiriasiform yang mempunyai


bercak-bercak yang mengikuti garisgaris kulit yang mirip pityriasis
rosea.3

Gambar 3. Dermatitis Seboroik pada Area Presternal dan


Punggung Bagian Atas
Daerah Lipatan / Fleksura
Pada daerah lipatan terutama aksila, lipat paha, supra mamae,
dan umbilicus terlihat seperti intertrgo dengan tampilan eritema difus,
berbatas tegas,dengan skuama berminya. Biasanya terlihat basah,
berkrustae dan terdapat infeksi sekunder.2

Gambar 4. Dermatitis Seboroik lipat ketiak (aksila)


Dermatitis Seboroik pada Bayi
Pada bayi biasanya D.S muncul pada minggu pertama sampai
usia 3 bulan dan biasanya self limited. Hal ini terjadi karena produksi
sebum yang terjadi pada neonatus. Biasanya tersebar pada daerah kulit
kepala (cradle cap) gambarannya berupa kuning-kecoklatan, dengan
sisik breminyak yang bisa menyebar ke semua kulit kepala dan terjadi
peradangan, eritema, dan krusta. Lesi lain juga dapat dijumpai pada
muka, leher, badan, ektrimitas, dan lipat badan (aksila dan lipat paha).
Beberapa penulis percaya bahwa, dermatitis seborok pada bayi adalah
bentuk varian dari dermatitis atopi.2
Gambar 5. Dermatitis Seboroik pada Bayi (cradle crap)

V.

Dignosis banding

Tabel 2. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik


Psoriasis
Psoriasis predileksi didaerah eksentor (lutut, siku dan
punggung) dan kulit kepala. Pada psoriasis dijumpai skuama yang
lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak
berminyak disertai tanda tetesan lilin dan auspitz. Selain itu ada gejala
yang khusus untuk psoriasis.2
Tinea kapitis
Tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai
keroin. Pada tinea kapitis dan tinea krusi, eritem lebih menonjol
dipinggir dan pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya.2
Kandidosis
Kandidosis menyerupai D.S. pada lipatan paha dan perianal.
Perbedaannya kandidosis terdapat eritema berwarna merah cerah
berbatas tegas dengan satelit-satelit disekitarnya. Kandidiasis adalah
penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh
Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan D.S.
jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak
yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada
kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas
dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada
daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang

lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %,


terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.2

VI.

Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis dari dermatitis seboroik biasanya dengan gejala
klinis dan dari distribusi dari lesi. Biopsi tidak rutin dilakukan. Pada
pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga
ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau
psoriasis. Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit.
Pada bagian epidermis. Dijumpai parakeratosis dan akantosis. Pada
korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler. 9

Tabel 3. Floresensi Kulit Kepala dengan Lampu Wood

Pemeriksaan KOH 10-20% dan pemeriksaan lampu Wood


dapat dilakukan untuk menyinkirkan infeksi jamur atau penyakit kulit
yang lain.

VII.

Tatalaksana
Tindakan Umum
Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung
kronik dan sering kambuh. Terapi yang efektif untuk dermatitis
seboroik yaitu obat anti inflamasi, dan anti jamur.
Lesi di kulit kepala / rambut
Untuk dermatitis seboroik yang ringan pada kulit kepala bisa
digunakan

shampoo

anti

kentombe

over-the-counter

yang

mengandung sulfide, zink pirithione , atau coal tar. Penggunaan Tea


tree oil shampoo juga bisa mengurangi gejala. Shampo ketokonazol
2% (Nizoral) atau ciclopirox 1% bisa digunakan setiap hari atau
minimal 2-3x dalam 1 minggu selama 4 minggu. Shampo harus
berada dikulit kepala selama minimal 5 menit. 6,9 Untuk mengurangi
kekambuhan disarankan untuk menggunakan shampoo setiap minggu
satu kali.10
Pemberian

topical

kortikosteroid

tergantung

daripada

keparahan inflamasi yang ada pada kepala tetapi penggunaan jangka


panjang tidak disarankan. Bisa diberikan fluocinolone acetonide
0.01% shampoo untuk rambut kepala atau betamethasone valerate
0,12 foam untuk mengurangi rasa gatal dan inflamasi. Pada keadaan
yang berat bisa diberikan clobetasol 0,05% shampoo dua kali tiap
minggu dan ketoconazole shampoo.6
Pada praktek sehari-harinya, pemberian ketoconazole 2%
shampoo atau ciclopirox 1% sebagai pengobatan monoterapi bisa pada
dermatitis seboroik ringan-sedang.10

Lesi di muka dan badan


Pengobatan pada dermatitis seboroik pada wajah adalah topical
antifungal, kortikosteroid, dan calcineurin inhibitors. Ketokonazol 2%
krim dapat diberikan 2x sehari selama 4 minggu sama efeknya dengan
hidrokortison 1% krim. Antifungal topical lebih disarankan untuk akut
dan jangka panjang karena efek samping yang rendah dan harga yang
terjangkau.9
Topikal calcineurin inhibitor (TCI) yaitu pimecrolimus 1%
krim dan tacrolimus 0,03% dan 0,1% ointment bisa digunakan pada
dermatitis seboroik karena memiliki efek fungisidal dan anti inflamasi
tanpa resiko atropi kutaneus. Pemberian TCI harus diperhatikan
karena efek samping yang bisa terjadi adalah kanker kulit dan
lymphoma.9
Pada pasien dengan persistent DS yang resisten dengan topical
dapat diberikan pral itraconazole dengan dosis 200mg/hari selama 1
minggu.6

Tabel 4. Pengobatan untuk Dermatitis Seboroik di Kulit


Kepala11

Tabel 5. Pengobatan untuk Dermatitis Seboroik di Luar


Kulit Kepala11

Daftar Pustaka
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
2. Goldsmith; LA, Katz; SI, Glichrest; BA, Paller; AS, Leffell; DJ, Wolff K.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine: McGraw-Hill; 2012. 25966 p.
3. Burns; T, Breathnach; S, Cox; N, Griffits C. Rook's Textbook of
Dermatology. Oxford: Willey-Blackwell; 2010.
4. Peyri J, Lleonart M. Clinical and therapeutic profile and quality of life of
patients with seborrheic dermatitis. Actas dermo-sifiliograficas.
2007;98(7):476-82.
5. Misery L, Touboul S, Vincot C, Dutray S, Rolland-Jacob G, Consoli SG, et
al. Stress and seborrheic dermatitis. Annales de dermatologie et de
venereologie. 2007;134(11):833-7.
6. Sasseville D. Seborrheic dermatitis in adolescents and adults 2015
[updated Dec 30, 2015; cited 2016 March 07]. Available from:
http://www.uptodate.com/contents/seborrheic-dermatitis-in-adolescentsand-adults.
7. Kim GK. Seborrheic Dermatitis and Malassezia species: How Are They
Related? The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology.
2009;2(11):148. Schwartz JR, Messenger AG, Tosti A, Todd G, Hordinsky M, Hay RJ, et
al. A comprehensive pathophysiology of dandruff and seborrheic
dermatitis - towards a more precise definition of scalp health. Acta
dermato-venereologica. 2013;93(2):131-7.
9. Clark GW, Pope SM, Jaboori KA. Diagnosis and treatment of seborrheic
dermatitis. American family physician. 2015;91(3):185-90.
10. Del Rosso JQ. Adult Seborrheic Dermatitis: A Status Report on Practical
Topical Management. The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology.
2011;4(5):32-8.
11. Gary G. Optimizing Treatment Approaches in Seborrheic Dermatitis. The

Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. 2013;6(2):44-9.

Anda mungkin juga menyukai