Anda di halaman 1dari 17

KASUS 2

Tanggal Kasus : 06 Februari 2017

Tanggal Presentasi : 20 Februari 2017

Presenter : dr. Priscila Tarigan

Pendamping : dr. Elis Sopiani

Tempat Presentasi : Puskesmas Karawang

Obyektif Presentasi : Penyegaran, tinjauan pustaka, diagnostik, masalah

Deskripsi : An. R, laki-laki berusia 1 tahun, datang dengan keluhan kulit kepala bersisik
dan berbau sejak 1 minggu yang lalu.

Tujuan : Mempelajari mengenai dermatitis seboroik

Bahan Bacaan : Tinjauan pustaka

Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

IDENTITAS PASIEN

Inisial Pasien : An. R

Kelamin : Laki-laki

Usia : 1 tahun

No rekam medis : 8470

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 06 Februari 2017

KELUHAN UTAMA : Kulit kepala bersisik dan berbau sejak 1 minggu yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:


Pasien datang dengan ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan kepala bersisik dan
berbau sejak 1 minggu yang lalu. Ibu pasien mengeluh kulit kepala anaknya bersisik berwarna
kekuningan dan berbau. Keluhan tersebut pertama kali timbul sejak 7 hari yang lalu berupa bruntus-
bruntus kecil berwarna putih dan semakin lama semakin meluas, disertai keluarnya nanah. Karena
keluhan tersebut, pasien menjadi lebih rewel. Tidak ada keluhan panas badan, batuk, dan pilek.
Keluhan baru pertama kali dirasakan pasien. Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga.
Menurut ibu pasien, pasien hanya dimandikan 1 kali sehari (pada pagi hari); malam hari
hanya dilap saja. Pasien menggunakan sampo dan sabun bayi (Cussons) serta tidak pernah
menggunakan sampo dan sabun yang lain. Pasien pernah berobat ke bidan dan mendapat obat berupa
sirup.. Tetapi keluhan pasien tidak kunjung membaik.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
RIWAYAT PENGOBATAN:
Pasien sudah mengkonsumsi obat syrup saat berobat ke bidan, namun keluhan tidak
berkurang.
RIWAYAT KELUARGA:
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki penyakit seperti ini maupun asma, diabetes
melitus, dan hipertensi.
RIWAYAT ALERGI:
Disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

Denyut Jantung : 132x/min

Laju Respirasi : 20 x/min

Suhu badan : 36.5 celcius

Status Gizi

Berat Badan : 12 kg

Panjang Badan : 69 cm

STATUS GENERALIS

Kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, Pupil isokor
3mm/3mm, Reflek cahaya +/+
Mulut : Faring tenang, T1/T1, oral hygiene baik
Thoraks
Pergerakan dada simetris, tidak ditemukan retraksi
Cor : iktus kordis tidak terlihat, teraba di ICS 5 mid klavikula. Suara jantung S1
S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo : Taktil fremitus simetris, sonor pada seluruh lapang paru, suara nafas vesikuler +/+,
ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : Rata
Auskultasi : BU (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2
Status Dermatologis :
Distribusi : regioner

Ad regio : seluruh kulit kepala


Deskripsi lesi : multiple, sebagian besar konfluens sebagian diskret, bentuk tidak
teratur, sebagian menimbul sebagian tidak, mulai dari milier sampai plakat dan gutata,
batas tegas, sebagian menimbul sebagian tidak, kering
Efloresensi : makula eritem dengan skuama halus dan krusta pustulosa di atasnya
Assesment / Diagnosis Kerja
Dermatitis Seboroik

Diagnosis Banding
Psoriasis
Tatalaksana Awal :
1. Edukasi orangtua pasien untuk menjaga kebersihan kulit kepala pasien
2. Farmakologis : ketokonazole shampo, ketokonazole krim 2%, puyer (ctm, pct, vit c)

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Istilah dermatitis seboroik (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang
didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. 1

II. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini
diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi setidaknya 2 sampai 5
persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang bayi ataupun pada orang dewasa.
Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang
pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur 18-40
tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria
daripada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi sampai 85 %. Laporan
pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari seluruh dunia. Pasien
dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan penyakit Parkinson juga
tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis seboroik.1, 4, 5

III. ETIOPATOGENESIS

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah kelainan


konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,
bagaimana caranya belum dipastikan. 1
Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang tampak berminyak (seborrhea).
dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktivan glandula sebasea. Glandula
tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12
tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Kematangan kelenjar
sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya dermatitis seboroik.Walaupun
peningkatan produksi sebum tidak selalu ditemukan pada pasien dengan dermatitis
seboroik. Seborrhea adalah faktor predisposisi untuk dermatitis seboroik, tetapi
dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit dari glandula sebasea. Pada masa kecil,
produksi sebum dan dermatitis seboroik memang berhubungan tetapi pada masa
dewasa tidak. 1, 4
D.S dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi sitotastik dapat memperbaikinya.
pada orang yang telah memiliki faktor predisposisi, timbulnya D.S dapat disebabkan
oleh faktor diantaranya faktor kelelahan, stres, emosional, infeksi, atau imun defisiensi.
A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit manusia)
- Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale mungkin memainkan
peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini ditemukan dalam kelimpahan yang
tinggi pada kulit normal dan lipofilik. Komposisi lipid pada kulit pasien ditemukan
berbeda dalam proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan parafin. Kelainan pada
lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif dan / atau aktivitas lipase
dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam lemak inflamasi. Penelitian
juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau metabolismenya sebesar-produk dapat
menyebabkan peradangan melalui respons yang diperantarai sel imun yang melibatkan
sel T, sel Langerhans dan kaskade komplemen. 5, 6
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan
infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit
manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi,
baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis, maupun karena sel
jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status seboroik
sering berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi
tidak terbukti bahwa mikroorganisme iniliah yang menyebabkan dermatitis seboroik. 1,
D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat
memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin mempengaruhi seseorang
untuk terkena dermatitis seboroik.5Dermatitis seboroik sering terkait dengan variasi
kelainan neurologi, contohnya postensefalitis parkinson, trauma supraorbital,
kelumpuhan wajah, trauma unilateral gangglion Gasser, poliomielitis, siringomelia,
qudriplegia. Stress emotional tampaknya memperburuk penyakit ini. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti kuat
belum untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8. Variasi musim dan temperatur kelembapan juga
terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan yang rendah akan
memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim dingin dan awal musim semi,
dengan remisi sering terjadi di musim panas. 4,8
IV. GEJALA KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai rasa gatal
walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama
yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala
dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika
(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat
disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1, 9
Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)

Tidak jelas apakah dermatitis seboroik menyebabkan rambut rontok permanen,


meskipun peradangan melibatkan folikel rambut. Rambut pada tempat tersebut
mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang ditemui, mulai dibagian vertex dan
frontal. Rambut rontok dapat disebabkan banyak faktor individu dan. Digabungkan,
termasuk produksi minyak berlebih dari ketidakseimbangan hormon, stres, cuaca panas
atau dingin yang ekstrim, daerah yang lembab, imunodefisiensi, penyakit Parkinson,
kondisi neurologis tertentu dan kebersihan kulit kepala. Pertumbuhan rambut akan
kembali seperti semula setelah diberikan terapi yang efektif.1, 9, 11
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul. Bentuk
yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular
dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada bentuk yang lebih
berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak sedap.
1
Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit
dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak skuama kekuningan, dapat
terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah disertai skuama-skuama
halus.1, 2

Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis


Beberapa pasien muncul dengan mempunyai dua penyakit sekaligus yaitu
dermatitis seboroik dan psoriasis. Mereka menunjukan lesi klasik dari psoriasis dan
sekaligus lesi dermatitis seboroik, ini telah disebut sebagai seborrhiasis atau
9
sebopsoriasis. Penyakit ini kronis dan akan berlangsung sampai nantinya akan
mereda selama beberapa waktu kemudian kambuh. 5
Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian
luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata,
glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah presternum, daerah
interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital) .6
Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama kehidupan,
biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada usia 8-12 bulan.
Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di skalp
namun dapat meluas ke regio lain, antara lain : bagian tengah wajah(dahi, alis, hidung,
bagian belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital dan lipatan
badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang berminyak
dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or milk crust),
biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal ataupun tidak,
tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi ringan atau
perdarahan. 5

Gambar 3 : cradle - cap


Leiners Disease atau disebut juga erythroderma desquamativum merupakan
kelainan kulit dengan gangguan sistem imun yang terjadi pada bayi baru lahir dan
ditandai oleh dermatitis seboroik generalisata, diare berulang, infeksi lokal pada kulit,
anemia dan kegagalan untuk berkembang, sehingga bayi dengan gejala-gejala ini harus
dievaluasi. Erythroderma desquamativum (Leiners Disease) merupakan komplikasi
dermatitis seboroik pada bayi (dermatitis seborrhoides infantum). Kelainan kulit pada
Leiners Disease berupa eritema universal disertai skuama yang kasar pada daerah kulit
kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian lain dari tubuh3, 4,10-11

Gambar 4 : Leiners Disease


Gambar 5 : Leiners Disease

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan dignosis dermatitis seboroik dapat dilakukan pemeriksaan


patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada dermatitis seboroik bervariasi sesuai
dengan tahap penyakit. Pada dermatitis seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat
ringan perivaskular superfisial , terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai
neutrofil; edema ringan pada papila dermis; adanya fokus spongiosis pada
infundibulum dan epidermis; serta mound parakeratosis sengan globus kecil plasma
pada bibir muara dan diantara muara infundibulum.3
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda dengan
dermatitis seboroik biasa, keratinosit yang nekrosis, kerusakan setempat dari
dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid dan jarang ditemukan spongiosis. Pada
dermis tampak banyak pembuluh darah dengan dinding yang menebal, banyak
ditemukan sel plasma.10

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis dermatitis seboroikdapat ditegakkan berdasarkan :

A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau kasar)1

B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian
luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata,
glabellla, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah presternum, daerah
interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital) .6
C.
VII. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak dan
kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1

A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan
skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai dengan Auspitz
sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada psoriasis jika dicoba dilepas
akan mungkin berdarah tetapi skuama pada dermatitis seboroik dengan sangat mudah
dilepas. Tempat predileksinya pun berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp,
perbatasan skalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi, pipi,
hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial, daerah
sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita, interskapular, umbilicus,
lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya melibatkan kuku, disamping
menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat pula menyebabkan kelainan pada
sendi walaupun jarang. Pada dermatitis seboroik rasa gatal akan muncul jika sudah
berat sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12

Gambar 6 : psoriasis di kepala


B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutispada lipat paha, lipatan
payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama berminyak
dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Pada kandidosis, Lesi dikelilingi
oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan pustul pustul yang kecil atau bula yang bila
pecah meningalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang
seperti lesi primer. Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa juga dapat
dibedakan pada tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada
bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah kepala, wajah dan
badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis intertriginosa selain pada lipat
paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan kulit ketiak,
intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan umbilikus.Keluhan gatal
yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis kandidosis intertriginosa. 1
Gambar 7: kandisosis intergluteal

Gambar 8: kandiosis di lipatan payudara


C. Rosasea
Rosasea memiliki kesamaan dengan dermatitis seboroik karena dapat
12
menghasilkan eritema wajah menyerupai dermatitis seboroik. Tempat predileksi
rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, dahi, dan alis, terkadang
meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki. Sedangkan dermatitis seboroik
terdapat pada tempat sebore, dengan skuama yang berminyak dan agak gatal. Kelaianan
kulit pada rosasea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Adanya
eritema dan telangiektasia yang persisten pada setiap episode merupakan gejala khas
rosasea. Lesi umumnya simetris. 1
Gambar 10 : Rosasea

VIII. PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar disembuhkan,


meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya diperhatikan,
misalnya stess emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak,
kurangi konsumsi gula, dan banyak mengkonsumsi sayuran. Kebersihan kulit kepala
yang tepat merupakan hal utama dalam mengobati dermatitis seboroik. Pengobatan
dapat diberikan secara topikal ataupun sistemik. Pengobatan secara topikal digunakan
dalam sebagian besar kasus Dermatitis Seboroik. 1, 10 -12

A. Pengobatan Sistemik

Kortikosteorid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison 20-30 mg


sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi
sekunder diberi anti biotik.1
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%,
akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan
per hari, perbaikan tampak setelah empat minggu. Sesudah itu diberikan dosis
pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.1
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB
(TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8
minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.1
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis seboroik
terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale yang banyak dapat
diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama 1 3 minggu. Selain itu oral
antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama 1 minggu tampaknya
menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara luas, tahan terhadap
preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah psikologis yang dapat mengubah
gaya hidup pasien. Efek anti peradangan dan aktivitas antifungi terhadap Malassezia
menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini pertama pilihan
oral untuk dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol adalah anti jamur yang
lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi yang sama untuk
menyebabkan hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin, karena itu, menjadi
alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan pengobatan oral,walaupun
begitu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam merencanakan pengobatan untuk
kondisi kronis seperti dermatitis seboroik.1, 12, 14

B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)

Tacrolimus dan pimecrolimus termasuk imunomodulator topikal


nonkortikosteroid. Cara kerjanya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Inhibitor
kalsineurin topikal ini mengerahkan efek anti-inflamasi oleh limfosit T menghambat
aktivasi dan proliferasi, juga menunjukkan sifat anti-jamur dan anti-inflamasi tanpa
resiko atrofi kutaneus yang berhubungan dengan topikal steroids. Dan mungkin
menjadi alternatif yang tepat untuk untuk dermatitis seboroik dengan kortikosteroid
karena tidak memiliki efek samping jangka panjang. 5, 10

2. Keratolitik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.


Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam salisilat
dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memiliki sifat keratolitik non spesific dan
antijamur dan dapat diterapkan dua atau tiga kali per minggu. Pasien harus
meninggalkan ini sampo pada rambut selama paling sedikit lima menit untuk
memastikan bahwa shampo mencapai kulit kepala. Pasien juga dapat menggunakannya
di tempat lain yang terkena dampak, misalnya wajah. 10

3. Antijamur Topikal
Antijamur topikal merupakan andalan pengobatan dermatitis seboroik. Dipelajari
dengan baik agen termasuk ketokonazol, bifonazole, dan ciclopiroxolamine (juga
disebut ciclopirox), yang tersedia dalam formulasi yang berbeda seperti krim, gel, busa,
dan shampoo. Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung
terdapat banyak pityrosporum ovale. Penggunaan intermiten ketokonazol dapat
mempertahankan remisi. Tidak ada efek samping dalam penggunan antijamur topikal.
1, 10, 12

4. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam pengobatan jangka pendek terutama


untuk mengontrol eritema dan gatal, misalnya krim hidrokortison 2 1/2 %. Pada kasus
inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya
betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena dapat terjadi atrofi kulit
dan hipertrikosis dalam penggunaan kortikosteroid jangka panjang. 1, 12

5. Preparat Selenium Sulfida


Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 3 kali pada kulit kepala
dikeramasi selama 5 15 menit, misalnya dengan selenium sulfide (selsun). 1, 12
Obat topikal lain yang dapat dipakai :

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 5 % atau krim pragmatar


- Resorsin 1 3 %
- Sulfur Praesipitatum 4 20 %, dapat digabung dengan asam salisilat 3 6 %
- Kortikosteroid, misalnya krim hidokortison 21/2% pada kasus dengan
inflamasi yang berat dapat dipakai kortiko steroid yang lebih kuat, misalnya
betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena efek
sampingnya.
- Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat
banyak P.ovale
Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1
Skuama yang melekat pada bayi dapat diberikan minyak mineral hangat,
dibiarkan 8-12 jam, kemudian skuama dilepas dengan sikat halus, lalu dilanjutkan
dengan sampo yang tepat. Sampo ketokonazol merupakan pengobatan yang aman dan
berkhasiat untuk bayi dengan cradle cap. Menggunakan sampo ringan dan lembut
memijat kulit kepala akan membantu menghilangkan skuama. Dermatitis Seboroik
yang sudah melampaui kulit kepala, obat topikal seperti krim antijamur atau
kortikosteroid ringan diperlukan, contohnya hidrokortison 1%. Untuk kasus yang parah
pemberian kortikosteroid topikal perlu dibatasi karena mungkin terjadi penyerapan
sistemik. 6, 9 13

IX. PROGNOSIS

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi
penyakit ini sukar disembuhkan, meskipun terkontrol

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;
2007.200-203
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL, Hurley HJ, Eds,
3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc, New York. p : 214
3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General Medicine. Fitzpatrick TB, Eisen
AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4th Ed. McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73
4. No name. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at http://www.clinuvel.com/en/skin-
science/skin-conditions/common-skin-conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 19 may
2012.
5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology and treatment. Journal of
Drugs in Dermatology. 2004.
6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101. Accesed on 15 may 2012.

7. Orkin M, Maibach HI, Dahl VD. Dermatologic manifestations of AIDS. In:Dermatology. 1 st Ed.
Prentice-Hall International Inc. p. 144-145
8. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Dermatitis Seboroik. Atlas Penyakit kulit & kelamin. 4 th Ed. Surabaya : Penerbit Airlangga
University Press; 2008. P. 113-115
9. No name. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Seborrhoeic_dermatitis. Accesed on 19 may 2012.
10. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis : An Overview. Am Fam
Physician. 2006 Jul 1;74 (1): 125-132
11. Ngan V. Leiners disease. Available at :http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on
3 june 2012.

Anda mungkin juga menyukai