Psoriasis Vulgaris
Disusun oleh:
11.2012.311
Moderator :
dr.Widyo Atmoko SpKK
Dipresentasikan tanggal:
5 Januari 2017
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IF
Umur/ Tanggal lahir : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :PNS
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis 3 januari 2017
Keluhan Utama : Bercak kemerahan dengan sisik tebal berwarna putih pada
tubuh
Keluhan Tambahan : Kadang-kadang gatal
Riwayat perjalanan penyakit :
1
terutama pada waktu pasien stress dan lelah bercak dikatakan sangat mengganggu
aktivitas penderita
- Thorax : Pergerakan dada simetris; suara paru vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-;
suara jantung S1-S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen : Bentuk cembung, dinding perut supel
- Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), CRT < 2 detik, pitting nail (-)
- KGB : Tidak teraba adanya pembesaran KGB
2
Status dermatologis
3
4
b) Lokasi : Skalp pada daerah batas rambut
Efloroesensi : terdapat plak eritematosa ditutupi oleh skuama kasar diatasnya
5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Manipulasi:
6
V. RESUME
V.DIAGNOSIS KERJA
Psoriasi vulgaris
7
Sistemik
- Loratadin x 10 mg (bila perlu)
Topikal
Asam salisil 3%+sulfur pp 4%+lcd 5+inerson oin 30 gr+vaselin album ad 50 gr
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PSORIASIS VULGARIS
Definisi
Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada orang kulit putih
lebih tinggi daripada penduduk dengan kulit berwarna. Psoriasis terdapat di
seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda untuk setiap daerah, berkisar 1%
sampai 3% dari populasi.
Menurut Johnson dan Roberts (1977) lebih dari 1 juta penduduk Amerika
Serikat menderita psoriasis. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika 1-
2%, sedangkan di Jepang 0.6%. Pada bangsa kulit hitam seperti di Afrika, jarang
dilaporkan dan demikian pula pada bangsa Indian di Amerika.
9
Etiologi
Etiologi secara pasti belum diketahui, namun ada faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik sangat berperan apabila orang tuanya tidak menderita psoriasis,
resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, tetapi bila salah satu orang tuanya menderita
psoriasis resikonya bisa mencapai 34-39 %.1.3
Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan
dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : Psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan
Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27. Pada penyakit psoriasis terjadi defek pada epidermis yaitu ditemukan
peningkatan ribonuklease atau penurunan dari deoxy ribonuklease pada sel-sel
epidermis.
b. Faktor Defek Enzim pada Kulit
Pada epidermis yang normal proses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari
sedangkan pada psoriasis proses keratinisasi berlangsung 3 – 4 hari.
c. Faktor Stress Emosional
Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis apabila kondisi pasien tidak
stabil.Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.Adanya kemungkinan bahwa
stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi dan
dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.
d. Faktor Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut pada tonsilitis.Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan
terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan
atas.Infeksi fokal yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk
psoriasis ialah PsoriasisGutata.
e. Merokok dan alkohol
10
Patogenesis
Dalam penyakit psoriasis, proses mitosis terjadi sangat tinggi, pada orang
normal terjadi dalam 27 hari sedangkan pada psoriasis hanya terjadi 3 – 4 hari.
Pembentukan epidermis pada psoriasis dipercepat 3 – 4 hari, sedangkan pada
kulit normal lamanya 27 hari.1
Psoriasis merupakan penyakit yang disebabkan aktivitas berbagai gen
yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-
6. The Human Genom Projectakan membantu mengidentifikasi major
histocompatibility Complex (MHC) dan gen non MHC yang terlibat pada
psoriasis.3
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis
percaya bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated.
Beberapa penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti
kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta
adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.3
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit.
Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis
yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
dalam epidermis.3
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya
bertambah.Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis.Terjadinya
proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen
maupun endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level
pada epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada
psoriasis meliputi : konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim
protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel
meningkat.1,3
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan
terjadinya kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam
epidermis.Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan
11
peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini.cAMP
epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam
epidermis.3
Diagnosis:
Dalam menegakkan diagnosis Psoriasis, dilakukan secara klinis (gambaran klinis dan
fenomena psoriasis), dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan histopatologi), yaitu
sebagai berikut:
Gejala Klinis
b. Fenomena Auspitz
Lesi dikerok sampai skuamanya habis, kemudian dikerok sedikit lebih dalam lagi
akan timbul bintik-bintik perdarahan yang disebabkan oleh papilomatosis.
c. Fenomena Köbner
Bila ada trauma pada kulit yang normal dekat dengan tempat kelainan maka dalam ±
8 – 10 hari kemudian akan timbul lesi baru. Pada daerah yang terkena tadi.Tidak
khas untuk psoriasis oleh karena dapat timbul juga Lichen Ruber Planus dan Veruka
Plana Juvenilis.Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang
menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi
12
pada kulit kepala, perbatasan dengan daerah muka, ekstrimitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut dan daerah lumbo sakral. Psoriasis dapat juga menimbulkan
kelainan kuku yaitu sebanyak 50 %, yang agak khas adalah yang disebut pitting nail
atau nail pit berupa lekukan - lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas kuku yang
keras, tebal, bagian distal terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya dan
orikolisis.1,2
Bentuk klinis
1. PsoriasisVulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah
disebut juga Psoriasis Vulgaris.Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di
atas.1.3
2. Psoriasis pustulosa
Ada 2 tipe :
Terdapat pustul-pustul milier dan steril pada telapak tangan dan kaki.
Pustul terdapat kelainan psoriasisnya pada kulit yang normal juga pada pustul
yang bergerombol dan tampak sakit, demam.
3. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain
13
itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada
stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).
4. Psoriasis seboroik
Gabungan psoriasis dan dermatitis seboroik.Skuama menjadi agak berminyak dan
lunak, predileksinya kecuali ditempat lazimnya juga ditempat seboroik.
6. Psoriasis eksudativa
Bentuk ini sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada kelainan ini
membasah (eksudatif) seperti dermatitis akut.
7. Eritroderma psoriatik
Disebabkan pengobatan yang terlalu kuat atau penyakitnya sendiri yang
meluas.Biasanya lesi yang khas sudah tidak khas lagi karena eritema dan skuama
yang tebal dan universal.Lesi psoriasis kadang masih samar-samar yakni ditemukan
lebih eritematosa, skuama yang tebal menyeluruh, dan kulit yang lebih meninggi.
Pemeriksaan Penunjang:
Histopatologi
[8]
14
Diagnosis Banding
Pada diagnosis banding, perlu diketahui bahwa psoriasis memiliki tanda-tanda yang
khas seperti skuama yang kasar, transparan, berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan
fenomena Auspits. Psoriasis dapat dibedakan dengan beberapa kelainan di bawah ini:3.5
a. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan
fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku
serta kepala.Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada
Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.Psoriasis tidak lazim
pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari
kapiler (Auspitz sign).Tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.
b. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk
oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama halus
dan sedikit tidak berlapis-lapis serta didahului oleh herald patch. Pada pitiriasis
rosea biasanya mengikuti lipatan kulit.
d. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis.Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering
disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik
untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran
kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.
15
e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa
dibedakan dengan biopsi.Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris
dan tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.
f. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi biasanya terjadi pada anak-anak dan biasanya memiliki riwayar
atopi pada penderita maupun keluarga penderita, seperti asma dan rhinitis
alergi.Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut,
biasanya disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.
Pengobatan
Non-medikamentosa:
Medikamentosa:
A. Topikal
1. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
anti radang dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparat ter berguna
pada keadaan-keadaan:
a. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
b. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal
kurang bijaksana.
c. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat
penyakitsistemik.
16
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta
ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek
samping.Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae,
telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi
kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada
pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal
axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.
3. Antralin
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,
menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA
17
nukleus.Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata.Kekurangannya
adalah mewarnai kulit dan pakaian.Konsentrasi yang digunakan biasanya
02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.Lama pemakaian hanya ¼ –
½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.
4. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi
terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya
berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni
rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa
tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
5. Tazaroten
Tazaroten adalah molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi pertanda diferensiasi keratinosit
dan menghambat proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit.
Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1
%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat
akanmempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek
sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30
% kasus, juga bersifat fotosensitif.
6. Emolien
Efek emolien ialah melembabkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien
dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien
sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
B. Sistemik
1. Obat-obatan Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah
untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan
Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis MTX adalah
18
2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup.Dapat dicoba dengan
dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.Dapat pula
diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.
2. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
3. Anti Histamin
Antihistamin bersifat simptomatik untuk mengurangi rasa gatal.Dapat diberikan
Loratadine 10 mg, 1x sehari.
4. Etretinat
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya.Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma.Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium
hiperproliferasi.
19
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal.Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti
menghambat neutrofil.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut,
mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan
persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim
hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum
2 tahun setelah obat dihentikan.
5. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.Asitretin sebagai monoterapi
sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.Efek sampingnya dan
manfaatnya serupa dengan etretinat.Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya
hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120
hari.Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita
anak-anak dan wanita usia produktif.
6. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.Efeknya ialah
imunosupresif.Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.Bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi
gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
7. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan
biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat
dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
8. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan
20
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan
maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak
berespon terhadap terapi yang lain.
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet.
Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.Selanjutnya
dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit
kepala.Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai
resiko PUVA masih kontroversial.
Prognosis
Psoriasis merupakan penyakit yang bersifat kronik residif dimana penyakit ini
hilang timbul tanpa sebab yang jelas.1,2,4
Pada beberapa penderita penyakit ini dapat mengalami remisi spontan dalam
kurun waktu yang panjang.
Bentuk gutata prognosisnya lebih baik daripada bentuk yang difus. Psoriasis
arthropatika sering menyebabkan kontraktur jari-jari kaki dan tangan yang sulit
dikembalikan pada posisi semula, bahkan dapat menyebabkan kontraktur yang
permanen.
Psoriasis yang muncul pada usia muda dan mempunyai riwayat keluarga
prognosisnya lebih jelek. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik.
21
DAFTAR PUSTAKA
22