Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

Psoriasis Vulgaris

Disusun oleh:

11.2012.311

Moderator :
dr.Widyo Atmoko SpKK

Dipresentasikan tanggal:
5 Januari 2017

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 2 Januari – 4 Febuari 2017
JAKARTA
2017
BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IF
Umur/ Tanggal lahir : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan :PNS
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis 3 januari 2017
Keluhan Utama : Bercak kemerahan dengan sisik tebal berwarna putih pada
tubuh
Keluhan Tambahan : Kadang-kadang gatal
Riwayat perjalanan penyakit :

Os mengeluh muncul bercak-bercak berwarna merah yang pertama kali


dipunggung.kemudian bercak tebal tersebut meluas ke perut,leher belakang dan
kepala,bercak itu muncul kira-kira 1 tahun yang lalu smrs.Os mengatakan awalnya
timbul bercak berwarna merah sedikit dibagian punggung.oleh Os bercak merah
dibiarkan saja, dan tidak berobat kedokter.namun sejak 10 bulan yang lalu Os
merasakan bercak berwarna merah berisikan sisik tebal meluas sampai keperut,leher
belakang dan kepala dan disertai dengan rasa gatal.Os lalu berobat kepuskesmas dan
diberikan obat dipuskesmas berupa obat minum dan bedak namun Os lupa nama
obat yang dikasih oleh puskesmas,Os mengatakan setelah berobat kepuskesmas
belum ada perbaikan.diatas bercak berwarna merah berisikan sisik yang berwarna
putih,bercak merah itu dirasakan gatal dan bertambah enak jika digaruk.sakit tidak
ada,bercak dikatakan banyak jika os makan telur ayam. Bercak tersebut timbul

1
terutama pada waktu pasien stress dan lelah bercak dikatakan sangat mengganggu
aktivitas penderita

Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada


Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang menderita penyaki serupa

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 3 Januari 2017
Status generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda vital : Tekanan darah = tidak dilakukan
Nadi = 84x/ menit
RR = 20x/ menit
Suhu = afebris
- Kepala : Deformitas (-)
- Mata : Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
- THT : Telinga = aurikula tidak terdapat kelainan, liang telinga lapang,
serumen -/-, membran timpani intak

Hidung = deviasi septum (–), mukosa normal, konka hipertrofi (-)

Tenggorokan = faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

- Thorax : Pergerakan dada simetris; suara paru vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-;
suara jantung S1-S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
- Abdomen : Bentuk cembung, dinding perut supel
- Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), CRT < 2 detik, pitting nail (-)
- KGB : Tidak teraba adanya pembesaran KGB

2
Status dermatologis

a) Lokasi :Punggung, leher belakang, perut


Efloroesensi : Terdapat eritematosa,berukuran lentikular sampai plak dengan
batas tegas ditutupi oleh skuama kasar diatasnya.

3
4
b) Lokasi : Skalp pada daerah batas rambut
Efloroesensi : terdapat plak eritematosa ditutupi oleh skuama kasar diatasnya

5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tes Manipulasi:

- Fenomena tetesan lilin : (+)


- Tes Auspitz : (+)
- Fenomena Köbner : (+)

6
V. RESUME

Pasien perempuan umur 50 tahun, dengan keluhan timbul bercak kemerahan


pada punggung,perut,belakang leher dan kepala sejak 1 tahun yang lalu,awalnya
muncul bercak merah dipunggung lalu meluas ke perut,belakang leher dan kepala.
Os mengatakan awalnya timbul bercak berwarna merah sedikit dibagian
punggung,oleh Os bercak merah dibiarkan saja, dan tidak berobat kedokter.namun
sejak 10 bulan yang lalu Os merasakan bercak berwarna merah berisikan sisik tebal
meluas sampai keperut,leher belakang dan kepala dan disertai dengan rasa gatal.Os
lalu berobat kepuskesmas dan diberikan obat dipuskesmas berupa obat minum dan
bedak,Os lupa nama obat yang diksih oleh puskesmas,Os mengatakan setelah
berobat kepuskesmas belum ada perbaikan. bercak dikatakan banyak jika os makan
telur ayam,Bercak tersebut timbul terutama pada waktu pasien stress dan lelah.
Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal.Pada status
dermatologikus lokasi di Punggung, dada, perut,dan belakang leher terdapat
Terdapat eritematosa bentuk ukuran lentikular dengan sampai dengan plak batas
tegas ditutupi oleh skuama diatasnya. pada Di scalp pada daerah batas rambut
terdapat plak eritematosa ditutupi oleh skuama kasar diatasnya. Pada pemeriksaan
penunjang dilakukan tes manipulasi fenomena tetesan lilin(+),tes auspitz(+),tes
kobner(+)

V.DIAGNOSIS KERJA
Psoriasi vulgaris

VI. DIAGNOSIS BANDING


Tidak ada
VII. RENCANA/ ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan histopatologi untuk biopsi
VIII. PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa
- Menghindari faktor pencetus seperti lelah dan stress psikis
Medikamentosa

7
Sistemik
- Loratadin x 10 mg (bila perlu)

Topikal
Asam salisil 3%+sulfur pp 4%+lcd 5+inerson oin 30 gr+vaselin album ad 50 gr

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PSORIASIS VULGARIS

Definisi

Psoriasis adalah penyakit yang termasuk dermatosis eritroskuamosayang


ditandai dengan adanya eritema dan skuama.1

Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik


dan residif, ditandai dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama kasar, berlapis-lapis dan berwarna bening seperti mika; disertai dengan
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Köbner.1,2

Epidemiologi

Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada orang kulit putih
lebih tinggi daripada penduduk dengan kulit berwarna. Psoriasis terdapat di
seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda untuk setiap daerah, berkisar 1%
sampai 3% dari populasi.

Menurut Johnson dan Roberts (1977) lebih dari 1 juta penduduk Amerika
Serikat menderita psoriasis. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika 1-
2%, sedangkan di Jepang 0.6%. Pada bangsa kulit hitam seperti di Afrika, jarang
dilaporkan dan demikian pula pada bangsa Indian di Amerika.

Insidens penyakit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor ras, usia, jenis


kelamin, geografi, lingkungan, adat – istiadat, dan sosial ekonomi. Insiden pada
pria lebih banyak daripada wanita. Psoriasis terdapat pada semua usia tetapi
jarang terjadi pada anak berusia dibawah 10 tahun. Insidens paling sering terjadi
pada kelompok usia 15 sampai 30 tahun.4,6,7

9
Etiologi

Etiologi secara pasti belum diketahui, namun ada faktor-faktor yang mempengaruhi
yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik sangat berperan apabila orang tuanya tidak menderita psoriasis,
resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, tetapi bila salah satu orang tuanya menderita
psoriasis resikonya bisa mencapai 34-39 %.1.3
Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan
dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : Psoriasis tipe I dengan
awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan
Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan
berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan
HLA-B27. Pada penyakit psoriasis terjadi defek pada epidermis yaitu ditemukan
peningkatan ribonuklease atau penurunan dari deoxy ribonuklease pada sel-sel
epidermis.
b. Faktor Defek Enzim pada Kulit
Pada epidermis yang normal proses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari
sedangkan pada psoriasis proses keratinisasi berlangsung 3 – 4 hari.
c. Faktor Stress Emosional
Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis apabila kondisi pasien tidak
stabil.Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.Adanya kemungkinan bahwa
stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi dan
dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus berat.
d. Faktor Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut pada tonsilitis.Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan
terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan
atas.Infeksi fokal yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk
psoriasis ialah PsoriasisGutata.
e. Merokok dan alkohol

10
Patogenesis

Dalam penyakit psoriasis, proses mitosis terjadi sangat tinggi, pada orang
normal terjadi dalam 27 hari sedangkan pada psoriasis hanya terjadi 3 – 4 hari.
Pembentukan epidermis pada psoriasis dipercepat 3 – 4 hari, sedangkan pada
kulit normal lamanya 27 hari.1
Psoriasis merupakan penyakit yang disebabkan aktivitas berbagai gen
yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-
6. The Human Genom Projectakan membantu mengidentifikasi major
histocompatibility Complex (MHC) dan gen non MHC yang terlibat pada
psoriasis.3
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis
percaya bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated.
Beberapa penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti
kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta
adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.3
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit.
Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis
yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
dalam epidermis.3
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya
bertambah.Sel langerhans juga berperan pada imunopatogenesis.Terjadinya
proliferasi epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen
maupun endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level
pada epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada
psoriasis meliputi : konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim
protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel
meningkat.1,3
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan
terjadinya kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam
epidermis.Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan

11
peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini.cAMP
epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam
epidermis.3

Diagnosis:

Dalam menegakkan diagnosis Psoriasis, dilakukan secara klinis (gambaran klinis dan
fenomena psoriasis), dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan histopatologi), yaitu
sebagai berikut:

Gejala Klinis

Gejala pertama psoriasis berupa makula dan papula eritematosa


berukuran miliar yang timbul secara tiba-tiba. Papula membesar secara
sentrifugal sampai sebesar lentikular hingga numular. Lalu beberapa makula
akan bergabung memberntuk lesi yang lebar. Makula eritomatosa yang merata
dengan skuama yang tebal diatasnya berlapis-lapis berwarna putih dan
transparan seperti mika, berbentuk bulat atau lonjong, berbatas tegas, ukurannya
bervariasi dari milier hingga plakat dan sebagian berkofluensi menjadi
polisiklik. Lesi biasanya membesar secara sentrifugal dan biasanya simetris.1,2,3,7

Fenomena ada 3 pada psoriasis, yaitu:

a. Fenomena tetesan lilin.


Bila skuama tersebut dengan vaccinustyl atau pinggir alas gelas obyek, maka akan
terjadi garis – garis putih seperti tetesan lilin yang digores disebabkan oleh karena
berubahnya indek bias.

b. Fenomena Auspitz
Lesi dikerok sampai skuamanya habis, kemudian dikerok sedikit lebih dalam lagi
akan timbul bintik-bintik perdarahan yang disebabkan oleh papilomatosis.

c. Fenomena Köbner
Bila ada trauma pada kulit yang normal dekat dengan tempat kelainan maka dalam ±
8 – 10 hari kemudian akan timbul lesi baru. Pada daerah yang terkena tadi.Tidak
khas untuk psoriasis oleh karena dapat timbul juga Lichen Ruber Planus dan Veruka
Plana Juvenilis.Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang
menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi

12
pada kulit kepala, perbatasan dengan daerah muka, ekstrimitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut dan daerah lumbo sakral. Psoriasis dapat juga menimbulkan
kelainan kuku yaitu sebanyak 50 %, yang agak khas adalah yang disebut pitting nail
atau nail pit berupa lekukan - lekukan miliar. Kelainan yang tidak khas kuku yang
keras, tebal, bagian distal terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahnya dan
orikolisis.1,2

Disamping itu dapat juga menyebabkan kelainan sendi tapi jarang.


Umumnya bersifat poliartikular terbanyak pada sendi interfalang distal dan
sering terdapat pada usia 30 – 50 tahun. Sendi membesar kemudian terjadi
ankilosis dan lesi kistik subkorteks.3

Bentuk klinis

1. PsoriasisVulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah
disebut juga Psoriasis Vulgaris.Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di
atas.1.3
2. Psoriasis pustulosa
Ada 2 tipe :

- Tipe Barber (tipe lokalisata)

Terdapat pustul-pustul milier dan steril pada telapak tangan dan kaki.

- Tipe Zumbusch (tipe generalisata)

Pustul terdapat kelainan psoriasisnya pada kulit yang normal juga pada pustul
yang bergerombol dan tampak sakit, demam.

3. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain

13
itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada
stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker).

4. Psoriasis seboroik
Gabungan psoriasis dan dermatitis seboroik.Skuama menjadi agak berminyak dan
lunak, predileksinya kecuali ditempat lazimnya juga ditempat seboroik.

5. Psoriasis fleksural/ inversal


Predileksi di fleksor.

6. Psoriasis eksudativa
Bentuk ini sangat jarang, biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada kelainan ini
membasah (eksudatif) seperti dermatitis akut.

7. Eritroderma psoriatik
Disebabkan pengobatan yang terlalu kuat atau penyakitnya sendiri yang
meluas.Biasanya lesi yang khas sudah tidak khas lagi karena eritema dan skuama
yang tebal dan universal.Lesi psoriasis kadang masih samar-samar yakni ditemukan
lebih eritematosa, skuama yang tebal menyeluruh, dan kulit yang lebih meninggi.

Pemeriksaan Penunjang:

Histopatologi

Terdapat gambaran yang khas, yaitu hiperkeratosis, parakeratosis,


akantosis.Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses
Munro, di subepidermis terdapat papilomatosis dan vasodilatasi. Pada psoriasis
juga tampak hilangnya stratum granulosum.1,5

[8]

14
Diagnosis Banding

Pada diagnosis banding, perlu diketahui bahwa psoriasis memiliki tanda-tanda yang
khas seperti skuama yang kasar, transparan, berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan
fenomena Auspits. Psoriasis dapat dibedakan dengan beberapa kelainan di bawah ini:3.5

a. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan
fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku
serta kepala.Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada
Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak bercahaya.Psoriasis tidak lazim
pada wajah dan jika skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari
kapiler (Auspitz sign).Tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.

b. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk
oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama halus
dan sedikit tidak berlapis-lapis serta didahului oleh herald patch. Pada pitiriasis
rosea biasanya mengikuti lipatan kulit.

c. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)


Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat
terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis.Perbedaannya adalah
skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central
healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung
ditemukan jamur.

d. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis.Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering
disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik
untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran
kelenjar getah bening menyeluruh serta alopesia areata.

15
e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa
dibedakan dengan biopsi.Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris
dan tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.

f. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopi biasanya terjadi pada anak-anak dan biasanya memiliki riwayar
atopi pada penderita maupun keluarga penderita, seperti asma dan rhinitis
alergi.Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut,
biasanya disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.

Pengobatan

Non-medikamentosa:

 Hindari menggaruk-menggaruk di tempat lesi karena dapat menimbulkan lesi


yang baru.1,3,5
 Hindari faktor pencetus lain, seperti stress, merokok, dan meminum minuman
beralkohol.

Medikamentosa:

A. Topikal
1. Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
anti radang dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparat ter berguna
pada keadaan-keadaan:

a. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau
takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
b. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal
kurang bijaksana.
c. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat
penyakitsistemik.

16
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :

 Fosil, misalnya iktiol.


 Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
 Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter
batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan
memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang
menahun lebih baik digunakan ter yang berasal dari batubara,
sebaliknya psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan
dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi
dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5 %.
2. Kortikosteroid
Cara kerja kortikosteroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa
cara, yaitu:
 Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
 Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler
atau proses mitosis.
 Efek anti inflamasi karena pada psoriasis, leukositmemegang peranan
dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk
kebanyakan kasus psoriasis pada anak.Preparat hidrokortison 1%-2,5%
harus digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan maintenance.

Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta
ointment dimana pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek
samping.Efek samping berupa atrofi, erupsi akneiformis, striae,
telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi
kuat, terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada
pemakaian jangka panjang dapat terjadi hypothalamic pituitary adrenal
axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum kortisol.

3. Antralin
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat,
menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA

17
nukleus.Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata.Kekurangannya
adalah mewarnai kulit dan pakaian.Konsentrasi yang digunakan biasanya
02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.Lama pemakaian hanya ¼ –
½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3
minggu.

4. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi
terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya
berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni
rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa
tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
5. Tazaroten
Tazaroten adalah molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi pertanda diferensiasi keratinosit
dan menghambat proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit.
Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1
%. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat
akanmempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek
sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30
% kasus, juga bersifat fotosensitif.
6. Emolien
Efek emolien ialah melembabkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien
dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien
sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

B. Sistemik

1. Obat-obatan Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah
untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan
Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis MTX adalah

18
2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup.Dapat dicoba dengan
dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya.Dapat pula
diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.

Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat


dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada
epidermis.Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih
efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel limfoid.

Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan,


penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa,
dan psikosis.Efek samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan
kromosom, aktivasi tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna,
sumsum tulang belakang, hepar, dan lien.Pada saluran cerna berupa nausea,
nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare.Jika hebat dapat terjadi enteritis
hemoragik dan perforasi intestinal.Sumsum tulang berakibat timbulnya
leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia.Pada hepar dapat terjadi
fibrosis portal dan sirosis hepatik.

2. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe
Barber dengan dosis 2×100 mg/hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik,
methemoglobinemia, dan agranulositosis.
3. Anti Histamin
Antihistamin bersifat simptomatik untuk mengurangi rasa gatal.Dapat diberikan
Loratadine 10 mg, 1x sehari.

4. Etretinat
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya.Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan
untuk psoriasis eritroderma.Kerja retinoid yaitu mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium
hiperproliferasi.

19
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal.Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti
menghambat neutrofil.

Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum


terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari.

Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut,
mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan
persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim
hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum
2 tahun setelah obat dihentikan.

5. Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.Asitretin sebagai monoterapi
sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.Efek sampingnya dan
manfaatnya serupa dengan etretinat.Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya
hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120
hari.Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk penderita
anak-anak dan wanita usia produktif.

6. Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.Efeknya ialah
imunosupresif.Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.Bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik, gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi
gingiva, serta hipertensi. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah
obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

7. Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan
biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat
dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur tenggorokan.
8. Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan

20
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan
maka akan memperparah psoriasis.
Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal
sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau
berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak
berespon terhadap terapi yang lain.

Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik.
Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet.
Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan.Selanjutnya
dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan.

Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit
kepala.Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai
resiko PUVA masih kontroversial.

Prognosis

Psoriasis merupakan penyakit yang bersifat kronik residif dimana penyakit ini
hilang timbul tanpa sebab yang jelas.1,2,4

Pada beberapa penderita penyakit ini dapat mengalami remisi spontan dalam
kurun waktu yang panjang.

Bentuk gutata prognosisnya lebih baik daripada bentuk yang difus. Psoriasis
arthropatika sering menyebabkan kontraktur jari-jari kaki dan tangan yang sulit
dikembalikan pada posisi semula, bahkan dapat menyebabkan kontraktur yang
permanen.

Psoriasis yang muncul pada usia muda dan mempunyai riwayat keluarga
prognosisnya lebih jelek. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2010. hal. 189-202.
2. Siregar RS. Psoriasis. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi
Pertama. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2000. hal. 116-126.
3. NN. Perjalanan Imunologis Terapi Psoriasis. 2006. Dapat diakses dari
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=6[diakses
tanggal 4 Januari 2017]
4. Hartadi. Psoriasis. Dalam: Hartadi, editor. Dermatosis Non Bakterial.
Semarang: Balai Penerbit UNDIP; 1992. hal. 26-40.
5. Siregar RS. Psoriasis. Altlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC;
1996. hal. 107-114.
6. NN. Psoriasis Genetic Laboratory. 2000. Dapat diakses dari
https://www.derm.med.umich.edu/psoriasispictures.html[diakses tanggal 4
Januari 2012)
7. Gudjon JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Edisi Ketujuh. New York: McGraw-Hill; 2008. hal. 169-193.
8. Lowes MA, Bowcock AM, Krueger JG. Review Article Pathogenesis and
Therapy of Psoriasis. Nature Journal; 22 Februari 2007 [diakses tanggal 4
Januari 2016]. Dapat diakses dari
http://www.nature.com/nature/journal/v445/n7130/fig_tab/nature05663_F1.html

22

Anda mungkin juga menyukai