Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Grabag
Tanggal Anamnesis : 11 Februari 2018
No. CM : 173863

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)


a. Keluhan Utama : gatal di seluruh tubuh
b. Keluhan Tambahan : tidak ada
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit RST Magelang dengan keluhan gatal-gatal di seluruh
tubuh. Gatal-gatal dirasakan sejak bulan November 2018. Gatal disertai kemerahan
pada bagian kaki lalu menjalar ke bagian punggung dan perut. Sebelumnya
kemerahan serta gatal dirasakan menjadi papul, lalu pecah. Gatal dan kemerahan
disertai kulit yang terkelupas di bagian kaki dan tubuh. Selama setengah bulan
terakhir, pada bagian kaki sebagian besar kulit terkelupas. Gatal dan kemerahan
semakin terasa jika terkena matahari pada siang hari dan cukup mengganggu
aktifitas sehari – hari Tn. A, dan membaik jika diberikan obat salep. Gatal dirasakan
berpindah-pindah, terkadang bagian kaki atau tubuh. Pasien menyangkal pada
bagian lesi pernah keluar cairan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat maagh : disangkal
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
 Riwayat kencing manis : disangkal.
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal.
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat penyakit serupa : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal..
 Riwayat penyakit ginjal : disangkal.
 Riwayat kanker keluarga : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Community
Pasien tinggal di rumah bersama seorang istri
Occupational
Pasien merupakan seorang petani padi
Personal habit
Sehari-hari pasien mandi dua kali dalam sehari, pasien merokok sejak usia remaja.
Pasien mengaku mengkonsumsi jamu pegal linu jika terdapat keluhan.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis

Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan


Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :-
1. Kulit : Warna kulit sawo matang
2. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut,
terdapat skuama pada kulit kepala, pitiriasis sika.
3. Mata Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
4. Telinga : Simetris, serumen (-/-) dalam batas normal.
5. Hidung : Defomitas -/-, NCH -/-
6. Mulut : Sianosis -/-
7. Leher : Trakea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8. Ekstremitas
Superior : Ikterik -/-, clubbing finger -/-, eritema palmaris -/-, edema -/-
Inferior : Ikterik -/-, clubbing finger -/-, eritema palmaris -/-, edema -/-,
skuama +/+, eritema +/+, pitting nail -/-
B. Status Dermatologis
Lokasi : pada bagian tungkai kanan dan kiri, punggung, perut
Efloresensi : Bercak eritema yang meninggi dengan skuama pada bagian punggung,
perut, dada. Eritema, skuama berlapis, transparan pada bagian kedua tungkai
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Fenomena tetesan lilin
Tidak dilakukan
2. Fenomena auspitz
Tidak dilakukan
3. Fenomena kobner
Tidak dilakukan

III. DIAGNOSIS KERJA


Psoriasis Luas
IV. TERAPI
a. Farmakologi
1. Methotrexate 2,5 mg
2. Loratadine
3. Inersone 15 mg
4. Salicilat acid 3%
5. Vaseline albus 20 mg
6. Methylprednisolone 16 mg

b. Non farmakologi

V. PROGNOSIS :
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ada sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Psoriasis
II.1.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit kronik yang umum dijumpai,
bersifat rekuren dan melibatkan beberapa faktor misalnya; genetik, sistem
imunitas, lingkungan serta hormonal. Psoriasis ditandai dengan plak eritmatosa
yang berbatas tegas dengan skuama berlapis berwarna keputihan. Penyakit ini
umumnya mengenai daerah ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia.
II.1.2 Epidemiologi
Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada
tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh
dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%.2
Prevalensi psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta etnis. Di
Amerika Serikat, psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi dengan
ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi,
insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang
rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika
(1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia dan
Indian yang berasal dari Amerika Selatan.
Psoriasis dapat mengenai semua usia dan telah dilaporkan terjadi saat lahir
dan pada orang yang berusia lanjut. Penelitian mengenai onset usia psoriasis
mengalami banyak kesulitan dalam hal keakuratan data karena biasanya
ditentukan berdasarkan ingatan pasien tentang onset terjadinya dan rekam medis
yang dibuat dokter saat kunjungan awal. Beberapa penelitian berskala besar telah
menunjukkan bahwa usia rata-rata penderita psoriasis episode pertama yaitu
berkisar sekitar 15-20 tahun, dengan usia tertinggi kedua pada 55-60 tahun.2
Sementara penelitian lainnya misalnya studi prevalensi psoriasis di Spanyol,
Inggris dan Norwegia menunjukkan bahwa terdapat penurunan prevalensi
psoriasis dengan meningkatnya usia.
II.1.3 Etiopatogenesis
Sebelumnya psoriasis dianggap sebagai suatu penyakit primer akibat
gangguan keratinosit, namun saat ini psoriasis dikenal sebagai suatu penyakit
yang diperantarai oleh sistem imun. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks
diantara berbagai sel pada sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal,
sel T, neutrofil dan keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis
sedangkan makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan di
dermis superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam
jalur molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis
dianggap sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai
dengan adanya sel T helper (Th)1 yang predominan pada lesi kulit dengan
peningkatan kadar IFN-γ,tumor necrosing factor-α(TNF-α),-2 danIL-18.16 Baru-
baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan penting dalam mengatur
proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T CD4+, yang
pengaturannya diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel penyaji antigen (sel
dendritik dermal).17 Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17 dan IL-22 yang
berperan pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi dan proliferasi
epidermal. Dengan kesimpulan, psoriasis diduga disebabkan oleh tiga hipotesis
genetik, imunitas, dan faktor pencetus.

II.1.4 Gambaran Klinis


Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa dengan gambaran
morfologi, distribusi, serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Lesi klasik
psoriasis biasanya berupa plak berwarna kemerahan yang berbatas tegas dengan
skuama tebal berlapis yang berwarna keputihan pada permukaan lesi. Ukurannya
bervariasi mulai dari papul yang berukuran kecil sampai dengan plak yang
menutupi area tubuh yang luas. Lesi pada psoriasis umumnya terjadi secara
simetris, walaupun dapat terjadi secara unilateral. Dibawah skuama akan tampak
kulit berwarna kemerahan mengkilat dan tampak bintik-bintik perdarahan pada
saat skuama diangkat. Hal ini disebut dengan tanda Auspitz. Psoriasis juga dapat
timbul pada tempat terjadinya trauma, hal ini disebut dengan fenomena Koebner.
Penggoresan skuama utuh dengan mengggunakan pinggir gelas objek akan
menyebabkan terjadinya perubahan warna lebih putih seperti tetesan lilin.
Selain dari presentasi klasik yang disebutkan diatas terdapat beberapa tipe
klinis psoriasis. Psoriasis vulgaris yang merupakan tipe psoriasis yang paling
sering terjadi, berupa plak kemerahan berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas,
dengan skuama berwarna keputihan. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris
pada ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral,
bokong dan genital. Bentuk lainnya yaitu psoriasis inversa (fleksural), psoriasis
gutata, psoriasis pustular, psoriasis linier, dan psoriasis eritroderma
II.1.4.1 Psoriasis Vulgaris
Bentuk plakat yang paling sering terjadi, predileksi pada scalp, perbatasan
dengan wajah, ekstrimitas, lumbosacral
II.1.4.2 Psoriasis Gutata
Dengan kelainan <1cm, terjadi mendadak, biasanya terjadi post infeksi
streptococcus seperti influenza, atau morbili
II.1.4.3 Psoriasis Inversa (Fleksural)
Psoriasis dengan tempat predileksi pada tempat – tempat fleksor
II.1.4.4 Psoriasis Eksudativa
Sangat jarang terjadi, psoriasis kering, terdapat bagian yang eksudatif
II.1.4.5 Psoriasis Seboroik
Gambaran psoriasis dan dermatitis psoriasis dengan lesi dengan skuama
agak berminyak, lunak, dan berpredileksi di tempat ber seboroik
II.1.4.6 Psoriasis Pustulosa
Terdapat dua jenis yaitu lokalisata dan generalisata. Lokalisata merupakan
jenis psoriasis dengan lesi yang bersifat residif, pustule kecil, steril, dan
berpredileksi di telapak tangan. Generalisata atau von zumbusch yang dapat
diakibatkan dengan alergi penicillin, kortikosteroid dengan gejala klinis nyeri
kulit, hiperalgasia, demam, malaise, nausea, anorexia, plak eritematosa.
II.1.4.7 Eritroderma Psoriatik
Dapat disebabkan oleh pengobatan yang terlalu kuat atau perluasan dari
penyakit kulit sebelumya. Lesi khas psoriasis dengan eritema, skuama tebal
universal dan lebih eritematosa.
II.1.5 Diagnosis
Diagnosis psoriasis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
gambaran klinis lesi kulit. Pada kasus-kasus tertentu, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi histopatologi.
Pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan untuk
mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan menggunakan
pewarnaan hematoksilin-eosin. Pada umumnya akan tampak penebalan
epidermis atau akantosis serta elongasi rete ridges. Terjadi diferensiasi
keratinosit yang ditandai dengan hilangnya stratum granulosum. Stratum
korneum juga mengalami penebalan dan terdapat retensi inti sel pada lapisan ini
yang disebut dengan parakeratosis. Tampak neutrofil dan limfosit yang
bermigrasi dari dermis. Sekumpulan neutrofil dapat membentuk mikroabses
Munro. Pada dermis akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti hipervaskularitas
dan dilatasi serta edema papila dermis. Infiltrat dermis terdiri dari neutrofil,
makrofag, limfosit dan sel mast.
Selain biopsi kulit, abnormalitas laboratorium pada penderita psoriasis
biasanya bersifat tidak spesifik dan mungkin tidak ditemukan pada semua
pasien. Pada psoriasis vulgaris yang luas, psoriasis pustular generalisata, dan
eritroderma tampak penurunan serum albumin yang merupakan indikator
keseimbangan nitrogen negatif dengan inflamasi kronis dan hilangnya protein
pada kulit. Peningkatan marker inflamasi sistemik seperti C-reactive protein, α-2
makroglobulin, dan erythrocyte sedimentation rate dapat terlihat pada kasus-
kasus yang berat. Pada penderita dengan psoriasis yang luas dapat ditemukan
peningkatan kadar asam urat serum. Selain daripada itu penderita psoriasis juga
menunjukkan gangguan profil lipid (peningkatan high density lipoprotein, rasio
kolesterol-trigliserida serta plasma apolipoprotein A1).
Pada beberapa studi yang dilakukan akhir-akhir ini, tampak peningkatan
kadar prolaktin serum pada penderita psoriasis dibandingkan dengan kelompok
kontrol.

II.1.6 Diagnosis Banding


Gambaran klasik psoriasis biasanya mudah dibedakan dengan penyakit kulit
lainnya. Namun lesi yang atipikal atau bentuk lesi selain plak yang klasik dapat
menimbulkan tantangan bagi diagnosis psoriasis.
Plak psoriasis yang kronis seringkali menyerupai dermatitis kronis dengan
likenifikasi pada daerah ekstremitas. Tetapi biasanya pada dermatitis kronis
lesinya tidak berbatas tegas serta skuama yang terdapat pada permukaan lesi tidak
setebal pada psoriasis.
Pada kasus psoriasis gutata, perlu dipertimbangkan diagnosis pityriasis
rosea serta sifilis sekunder. Pityriasis rosea biasanya ditandai dengan makula
eritematosa berbentuk oval dengan skuama tipis yang tersusun seperti pohon
cemara pada daerah badan, lengan atas serta tungkai atas. Sebagian besar kasus
diawali dengan lesi inisial yang disebut herald patch. Pada sifilis sekunder
biasanya disertai dengan adanya keterlibatan telapak tangan dan kaki serta riwayat
chancre oral atau genital yang tidak terasa nyeri.
Psoriasis yang timbul pada skalp biasanya sulit dibedakan dengan dermatitis
seboroik. Pasien dengan skuama keputihan yang kering serta menebal seperti
mika, walaupun terdapat pada predileksi seboroik, biasanya merupakan psoriasis
scalp Psoriasis inversa/fleksural harus dibedakan dengan eritrasma dan infeksi
jamur. Pada eritrasma, lesi berupa makula berbatas tegas berwarna merah
kecoklatan yang biasanya terdapat pada daerah aksila dan genital. Infeksi jamur
oleh kandida, lesi berupa makula eritematosa berbatas tegas dengan lesi satelit
disekelilingnya. Eritroderma perlu dibedakan dengan limfoma kutaneus sel T.
Lesi pada limfoma kutaneus sel T biasanya berupa lesi diskoid eritematosa yang
disertai skuama dengan distribusi yang tidak simetris

II.1.7 Penatalaksanaan
Pengobatan anti psoriasis berspektrum luas baik secara topikal maupun
sistemik telah tersedia. Sebagian besar obat-obatan ini memberikan efek sebagai
imunomodulator. Sebelum memilih regimen pengobatan, penting untuk menilai
perluasan serta derajat keparahan psoriasis.
Pada dasarnya, mayoritas kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar
yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk yang
paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi spontan
dalam waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan seringkali tidak
membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas fototerapi dengan
menggunakan sinar ultraviolet (UV) B serta terapi topikal dikatakan memberikan
manfaat.25 Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya disertai dengan gejala
sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan sistemik yang bekerja cepat. Obat
yang paling sering digunakan pada psoriasis eritrodermik/pustular adalah asitretin.
Pada beberapa kasus psoriasis pustular tertentu, penggunaan kortikosteroid
sistemik mungkin diperlukan Pada psoriasis plak yang kronis, pemberian terapi
dilakukan berdasarkan perluasan penyakit. Untuk psoriasis plak yang ringan
(<10% luas permukaan tubuh), terapi topikal lini pertama dapat digunakan
emolien, glukokortikoid atau analog vitamin D3 sedangkan lini kedua dapat
dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar UVB. Pada psoriasis plak yang
sedang (>10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini pertama seperti
pada psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan sistemik
misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan
adalimumab. Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh), terapi
terutama menggunakan obat-obat sistemik.

DAFTAR PUSTAKA
Alshami MA. Clinical profile of psoriasis in Yemen, a 4-year retrospective
study of 241 patients. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2010;24(Suppl.
4):14.
Augustin M, Radtke MA, Glaeske G, Reich K, Christophers E, Schaefer I et al.
Epidemiology and Comorbidity in Children with Psoriasis and Atopic
Eczema. Dermatology. 2015;231(1):35–40.
Bedi TR. Clinical profile of psoriasis in North India. Indian J Dermatol Venereol
Leprol. 1995;61(4):202–5.
Boehncke W-H, Schön MP. Psoriasis. Lancet. 2015;386(9997):983–94.
Danielsen K, Olsen AO, Wilsgaard T, Furberg AS. Is the prevalence of psoriasis
increasing? A 30–year follow-up of a population–based cohort. Br J
Dermatol. 2013;168:1303–10.
Falodun OA. Characteristics of patients with psoriasis seen at the dermatology
clinic of a tertiary hospital in Nigeria: a 4-year review 2008–2012. J
Eur Acad Dermatol Venereol. 2013;27(Suppl. 4)
Fuji R, Mould JF J, Tang B, Brandt H, Pomerantz D, Chapnick J et al. Burden
of disease in patients with diagnosed psoriasis in Brazil: results from
2011 national health and wellness survey (NHWS). Value Health.
2012;15(4):A107.
Gibbs S. Skin disease and socioeconomic conditions in rural Africa: Tanzania. Int
J Dermatol. 1996;35(9):633–9.
Harden JL, Krueger JG, Bowcock AM. The immunogenetics of psoriasis: a
comprehensive review. J Autoimmun. 2015;64:66–73.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME). Global Burden of
Disease Study 2010: Results by Cause 1990–2010. Seattle: IHME;
2012.
Pariser D, Schenkel B, Carter C, Farahi K, Brown TM, Ellis CN, and Psoriasis
Patient Interview Study Group. A multicenter, non-interventional study to
evaluate patient-reported experiences of living with psoriasis. J Dermatol
Treat. 2015;1–8.
Reich K, Krüger K, Mössner R, Augustin M. Epidemiology and clinical pattern
of psoriatic arthritis in Germany: a prospective interdisciplinary
epidemiological study of 1511 patients with plaque-type psoriasis. Br J
Dermatol. 2009;160(5):1040–7.
Stern RS, Nijsten T, Feldman SR, Margolis DJ, Rolstad T. Psoriasis is common,
carries a substantial burden even when not extensive, and is associated
with widespread treatment dissatisfaction. J Investig Dermatol Symp Proc.
2004;9(2):136–9.
Vena GA, Altomare G, Ayala F, Berardesca E, Calzavara-Pinton P, Chimenti S et
al. Incidence of psoriasis and association with comorbidities in Italy: a 5-
year observational study from a national primary care database. Eur J
Dermatol. 2010;20(5):593–8.

Anda mungkin juga menyukai