Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : An. Y

Usia : 4 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sidokelar, Lamongan

Pendidikan :-

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Status :-

No Rekam Medik : 797629

Tgl Pemeriksaan : 13 Oktober 2021

Tgl Anamnesa : 13 Oktober 2021

1
B. Anamnesis

Keluhan Utama : Gatal seluruh tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh ibunya dengan keluhan gatal seluruh tubuh sejak 1

bulan yang lalu, gatal terus-menerus tanpa disertai rasa sakit dan panas. Pada

daerah yang gatal, kulitnya tampak kemerahan dan bersisik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat DM disangkal

 Riwayat asma dan rhinitis alergi disangkal

 Riwayat alergi obat disangkal

 Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :

 Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini sebelumnya

 DM dalam keluarga disangkal

 Riwayat asma dan rhinitis dalam keluarga disangkal

 Alergi obat dalam keluarga disangkal

 Hipertensi dalam keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan :

Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Cukup

2
Kesadaran : Composmentis

Tekanan Darah :100/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

Suhu : 36,5 0 C

Respiration Rate : 20x/menit

Kepala / leher :

Rambut : normal

Mata : isokor, Anemis -/-, Ikterus -/-

Telinga : normal

Hidung : normal, dypsneu –

Mulut : normal, sianosis -, bibir kering -, lidah kotor –

Leher : pembesaran kelenjar getah bening -,

peningkatan JVP -, deviasi trakea –

Thorax : Ronkhi (-), Wheezing (-)

Abdomen : dbn

Ekstremitas :

Superior : akral hangat +/+ , oedem -/-,

Inferior : akral hangat +/+, oedem -/-

Status Lokalis

Regio Generalisata

- Tampak makula ertimatosa tertutupi skuama tebal, multiple beberbentuk

plakat dan numular , asimetris, irreguler, berbatas tegas, tersusun

polisiklik, tersebar generalisata disertai erosi.

3
- Auspitz Sign (+) , Karvlek Sign (+)

Gambar 1.1 Tampak makula eritema tertutupi squama tebal dan tampak bersisik

Gambar 1.2 Tampak makula eritema tertutupi squama tebal dan tampak bersisik,

berbentuk plakat

Gambar 1.2 Tampak makula eritema multiple, beberbentuk nodul dan plakat

4
D. Diagnosis

Psoriasis Vulgaris

E. Diagnosis Banding

 Ptyriasis Rosea

 Dermatitis Seboroik

 Liken Planus

F. Penatalaksanaan

- Krim urea 10%

- Krim Hidrokortison 1%

- Salep asam salisilat

- Edukasi :

a. Tidak boleh digaruk

b. Mandi menggunakan sabun bayi

c. Pada daerah yang kering dioleskan pelembab

d. Atur pola makan dengan mengurangi konsumsi MSG

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal, ketombe

atau ruam, meskipun sebagian besar pasien tidak mengeluhkan rasa gatal.

Psoriasis merupakan penyakit multifaktor dengan beberapa predisposisi

seperti faktor genetik, lingkungan, infl amasi (dimediasi proses imunologis),

serta beberapa faktor penyerta seperti obesitas, trauma, infeksi, serta defisiensi

bentuk aktif vitamin D3.1

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dan residif,

mempunyai dasar genetik, dengan karakteristik gangguan pertumbuhan dan

diferensiasi epidermis. Psoriasis dapat timbul pada semua usia, terutama 15-30

tahun. Sampai saat ini pengobatan hanya menghilangkan gejala sementara

(remisi), sehingg psoriasis sering disebut sebagai penyakit seumur hidup.

Penyakit ini tidak membahayakan jiwa walaupun dapat mempengaruhi atau

mengganggu pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kualitas hidup pasien. Bila

tidak diobati dengan benar penyakit dapat mengalami komplikasi dan

komorbiditas.2

B. Epidemiologi

Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1- 11,8% di berbagai populasi

dunia. Insidens di Asia cenderung rendah (0,4%). Tidak ada perbedaan

insidens pada pria ataupun wanita. Beberapa variasi klinisnya antara lain

6
psoriasis vulgaris (85-90%) dan arthritis psoriatika (10%). Seperti lazimnya

penyakit kronis, mortalitas psoriasis rendah namun morbiditas tinggi, dengan

dampak luas pada kualitas hidup pasien ataupun kondisi sosioekonominya.

Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada usia 15-30 tahun. Puncak

usia kedua adalah 57-60 tahun. Bila terjadi pada usia dini (15-35 tahun),

terkait HLA (Human Leukocyte Antigen) I antigen (terutama HLA Cw6),

serta ada riwayat keluarga, lesi kulit akan lebih luas dan persisten.1

C. Etiopatogenesis

C.1 Etiologi

Etiologi yang tepat dari psoriasis belum ditemukan, sistem kekebalan dan

genetika diketahui memainkan peran utama dalam patogenesisnya dan

manifestasi. Menurut sebagian besar pekerja, itu adalah penyakit heredo-

familial yang disebabkan oleh stres. Psoriasis sekarang dianggap sebagai

multi-faktorial kelainan yang memiliki beberapa faktor seperti genetik

predisposisi, lingkungan dan imunologis peradangan yang dimediasi.

Penelitian saat ini menyarankan bahwa mekanisme inflamasi berbasis

kekebalan dan kemungkinan besar dimulai dan dipertahankan terutama oleh

sel T di dermis. Beberapa risiko faktor/pemicu berpartisipasi dalam etiologi

psoriasis dijelaskan sebagai berikut:4

- Trauma

- Faktor Lingkungan

- Infeksi

- Obat-obatan

- Faktor Metabolik

7
- Faktor Psikis

- Alkohol dan Merokok

- Faktor cuaca

C.2 Patogenesis

Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui dengan pasti,

namun pemeriksaan genom manusia menunjukkan sembilan lokus berbeda

dengan kerentanan terhadap psoriasis (PSORS 1-9), yang merupakan

bagian major histocompatibility complex (MHC) di kromosom 6p2.

Genom ini merupakan penentu utama pada 50% psoriasis dengan

kerentanan genetik. Mekanisme peradangan kulit pada psoriasis cukup

kompleks dan melibatkan berbagai sitokin, kemokin, dan faktor

pertumbuhan yang mengakibatkan gangguan regulasi keratinosit, sel

radang, dan pembuluh darah sehingga lesi tampak menebal dengan

skuama tebal berlapis. Sel T diketahui berperan penting dalam patogenesis

lesi kulit psoriasis. Aktivasi sel T dalam pembuluh limfe terjadi setelah

antigen presenting cell (APC) mempresentasikan antigen tersangka

melalui major histocompatibility complex (MHC) dan diikat oleh sel T

naif. Pengikatan sel T terhadap antigen selain melalui reseptor sel T,

dilakukan pula oleh ligan dan reseptor tambahan yang dikenal sebagai

kostimulasi. Setelah teraktivasi, sel T berproliferasi menjadi sel T efektor

dan sel T memori yang kemudian masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan

bermigrasi ke kulit. Sel CD4+ merupakan subset sel T di dermis yang

terpolarisasi oleh T helper 1 (Th1), sementara CD8+ di epidermis

terpolarisasi oleh T sitotoksik (Tc1) sehingga pada lesi psoriasis

8
ditemukan banyak sitokin. Subset lain dari CD4+ adalah IL-17 (Th17) dan

IL-22 (Th22) yang berperan mempertahankan inflamasi kronik pada

psoriasis. Memahami jalur imunopatogenik psoriasis pada tahap selular

dan molekular penting untuk menentukan pemilihan terapi psoriasis,

khususnya penggunaan bahan biologik yang bekerja secara spesifik pada

limfosit T dan sitokin TNFa, IL-12, IL-23, dan IL-17A.3

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi dermatologis psoriasis bervariasi; psoriasis vulgaris disebut

juga psoriasis tipe plak, dan merupakan tipe yang paling umum. Istila

psoriasis dan psoriasis vulgaris digunakan secara bergantian dalam literatur

ilmiah meskipun demikian, ada perbedaan penting di antara subtipe klinis

yang berbeda. 5

(A) (B)

(C) (D)

9
(E) (F)

Gambar 2.1 Manifestasi klinis psoriasis. (A,B) Psoriasis vulgaris muncul dengan
eritematosa, plak bersisik pada batang tubuh dan permukaan ekstensor tungkai. (C)
Psoriasis pustular umum. (D) Psoriasis pustular yang terlokalisasi di telapak kaki. Varian ini
biasanya mempengaruhi telapak tangan tangan juga; karenanya, psoriasis pustulosa
palmoplantaris. (E,F) Psoriasis invers mempengaruhi lipatan kulit (yaitu, aksila,
intergluteal, inframammary, dan keterlibatan genital).

E. Cara Pemeriksaan dan Diagnosis

1. Gejala Klinis 6

- Keluhan penderita biasanya sedikit gatal dan panas disamping keluhan

kosmetik.

- Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat tempat yang

mudah terkena trauma antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala dan genetalia,

berupa makula eritematus dengan batas jelas, terutup skuama tebal dan

transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat dibagian tengah. Skuama ini

selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya

kendor. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu

berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu sampai

beberapa sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangkawaktu laa yang

bermacam-macam antara lain : bentuk anular, gyrata, folikularis dan

punktata.

- Selain itu psoriasis dapat menyerang kuku dimana permukaan kuku menjadi

keruh, kekuningan dan terdapat cekungan/pitting atau titik-titik punctate,

10
menebal dan terdapat subungual hiperkeratosis sehingga kuku terangkat dari

dasarnya. Dalam hal ini kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku

kaki.

- Psoriasis dapat menyerang mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil.

- Bentuk bentuk lain dari psoriasis :

a. Psoriasis pustulosa : Efloresensi mengandung pustula streil

b. Psoriasis athropatika : Pasoriasis yang dierstai kronik artritis pada sendi-

sendi kecil dari tangan dan kaki.

2. Pemeriksaan klinis6

a. Karsvlek phenomena (Phenomena bercak lilin) yaitu sekuama psoriasis

dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin.

b. Austpitz sign yaitu bila cara mengerok tadi diteruskan akan terlihat titik-

titik perdarahan oleh karean terkena papila dermis pada ujung-ujung yang

memanjang.

c. Koebner phenomena yaitu bila pada kulit yang masih normal terkena

trauma atau garukan makan akan timbul lesi baru yang bersifat sama dengan

yang telah ada. Sifat seperti ini juga ditemukan pada likhen planus, likhen

nitidus, veruka plana, dan eksematoid dermatitis.

3. Pemeriksaan Penunjang6

1. Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang

histopatologi kulit atau kuku.

11
2. Pemeriksaan ASTO (anti-streptolysin titer O), pemeriksaan faktor

rheumatoid, foto rontgen tulang sendi.

F. Penatalaksanaan

a. Non Medikamentosa2

1. Pasien datang, tentukan tipe, luas area yang terkena, dan atau PASI

(Psoriasis Area Severity Index).

2. Pengukuran QOL (Quality of Life) pasien psoriasis: menggunakan

instrument Dermatology Life Quality Index.

3. Pemilihan pengobatan

- Pilihan terapi sangat individual

- Sebagian besar pasien akan mendapatkan terapi multipel simultan

- Pemilihan terapi atau perpindahan terapi dari yang satu ke yang lain

tergantung pada:

o Berat dan tipe penyakit, adanya komorbiditas

o Respons atau kegagalan terapi yang terdahulu

o Kemampuan pasien untuk mengerti dan bekerjasama (dalam

pengertian efek samping obat)

o Tersedianya fasilitas dan biaya terapi

o Umur dan seks

o Membutuhkan atau menginginkan terapi yang agresif

o Pilihan pasien (kenyamanan) dan gaya hidup

o Tingkat beratnya gangguan QOL

o Untuk pengobatan jangka panjang, mengingat ada risiko berupa

toksisitas obat maka sebaiknya dipakai pengobatan rotasi.

12
4. Identifikasi dan penghindaran faktor pencetus

5. Identifikasi penyakit penyerta

6. Konsultasi

- Poliklinik psikiatri untuk pasien emosional labil

- Poliklinik reumatologi untuk psoriasis artritis

- Poliklinik gigi mulut, THT, dan radiologi untuk mencari fokal infeksi

b. Non Medikamentosa

Prinsip

Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien psoriasis pustulosa atau

eritroderma sebaiknya dirawat, untuk mendapatkan suplementasi

cairan/elektrolit Dermato-Alergo-Imunologi dan pengawasan pengobatan

sistemik.

Berikut langkah pengobatan psoriasis:2

Langkah 1: Pengobatan topikal (obat luar) untuk psoriasis ringan, luas

kelainan kulit kurang dari 3%.

Langkah 2: Fototerapi/fotokemoterapi untuk mengobati psoriasis sedang

sampai berat, selain itu juga dipakai untuk mengobati psoriasis yang tidak

berhasil dengan pengobatan topikal.

Langkah 3: Pengobatan sistemik (obat makan atau obat suntik) khusus untuk

psoriasis sedang sampai parah (lebih dari 10% permukaan tubuh) atau

psoriatik arthritis berat (disertai dengan cacat tubuh). Juga dipakai untuk

psoriatik eritroderma atau psoriasis pustulosa.

1. Terapi Topikal

a. Emolien: misalnya urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral, gliserin,

13
asam glikolat dan lainnya.

b. Kortikosteroid: kortikosteroid potensi sedang dan kuat dapat dikombinasi

dengan obat topikal lain, fototerapi, obat sistemik. Skalp: lotion, spray, solusio

dan gel. Wajah: potensi rendah, hindari poten-superpoten. Lipatan tubuh:

potensi rendah bentuk krim atau gel. Palmar dan plantar: steroid potensi

sangat poten, hanya sedikit efektif.

c. Keratolitik: asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering digunakan.

Jangan digunakan pada saat terapi sinar karena asam salisilat dapat

mengurangi efikasi UVB.

d. Retinoid (topikal): paling baik dikombinasi dengan topikal kortikosteroid.

e. Analog Vitamin D: preparat yang tersedia adalah kalsipotriol, dapat

digunakan sebagai terapi rumatan.

f. Kombinasi kortikotikosteroid dan analog vitamin D: preparat tunggal yang

tersedia adalah sediaan kombinasi kalsipotriol dan betamethasone

diproprionat. Tidak dapat diracik sendiri karena berbeda pH.

g. Tar: LCD 3-10%

2. Fototerapi/ Fotokemoterapi

Ultraviolet B (UVB) broadband (BB)

- Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 4 minggu terapi, kulit bersih

(clearance) dapat tercapai setelah 20-30 terapi, terapi pemeliharaan

(maintenance) dapat memperpanjang masa remisi.

14
- Dosis awal: menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm2 atau 50% minimal erythemal

dose (MED), dosis dinaikan 5-30 mJ/cm2 atau ≤25% MED awal,

penyinaran 3-5 kali/minggu.

Ultraviolet B (UVB) narrowband (NB)

- Efek: penyembuhan awal terlihat setelah 8-10 terapi, kulit bersih dapat

tercapai setelah 15-20 terapi, terapi pemeliharaan dapat memperpanjang

masa remisi. Laju remisi 38% setahun

- Dosis awal: menurut tipe kulit 130-400 mJ/cm2 atau 50% minimal

erythemal dose (MED), dosis dinaikan 15-65 mJ/cm2 atau ≤10% MED

awal, penyinaran 3-5 kali/minggu.

PUVA2,14-16 (A,1)

- Efek: penyembuhan awal terlihat dalam satu bulan terapi, 89% pasien

mendapatkan perbaikan plak dalam 20-25 kali terapi selama 5,3-11,6

minggu. Terapi pemeliharaan tidak ditetapkan, masa remisi 3-12 bulan.

- Dosis: 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kgBB diminum peroral 60-120

menit sebelum disinar UVA. Kaca mata bertabir ultraviolet diperlukan

untuk perlindungan di luar rumah 12 jam setelah minum psoralen. Dosis

UVA menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2, dosis dinaikan 0,5-1,5 J/cm2

penyinaran 2-3 kali/minggu.

3. Terapi Sistemik

Konvensional 2

a. Metotreksat

15
- Dosis: diberikan sebagai dosis oral 2,5-5 mg selang 12 jam. Dosis dapat

ditingkatkan secara bertahap sampai menghasilkan repons pengobatan

yang optimal; dosis maksimal tidak boleh melebihi 25 mg/minggu. Dosis

harus diturunkan serendah mungkin sampai jumlah yang dibutuhkan

secara memadai dapat mengendalikan psoriasis dengan penambahan obat

topikal. Dianjurkan untuk melakukan dosis uji 0,5-5 mg/minggu.

Pemakaian dapat berlangsung sepanjang tidak memberikan tanda

toksisitas hati dan sumsum tulang dengan pemantauan yang memadai.

Pemberian asam folat 1 mg perhari atau 5 mg per minggu secara oral, pada

waktu selain hari pemberian metotreksat, akan mengurangi efek samping.

- Toksisitas: peningkatan nilai fungsi hati (bila 2 kali lipat pantau lebih

sering; 3 kali lipat turunkan dosis dan bila lebih dari 5 kali lipat hentikan

pemberian). Anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia, pneumonitis

intersisial, stomatitis ulserativa, mual, muntah, diare, lemah, cepat lelah,

menggigil, demam, pusing, menurunnya ketahanan terhadap infeksi,

ulserasi dan perdarahan lambung, fotosensitif dan alopesia.

- Interaksi obat: obat hepatotoksik misalnya barbiturat, sulfametoksazol,

NSAID, penisilin, trimetoprim.

- Biopsi hati dilakukan setelah pemberian metotreksat 3,5-4 gram diikuti

setiap 1,5 gram. Pasien dengan risiko kerusakan hati, biopsi hati

dipertimbangkan setelah pemberian metotreksat 1-1,5 gram.

- Kontraindikasi absolut: hamil, menyusui, alkoholisme, penyakit hati

kronis, sindrom imunodefisiensi, hipoplasia sumsum tulang belakang,

16
leukopenia, trombositopenia, anemia yang bermakna, hipersensitivitas

terhadap metotreksat.

- Kontraindikasi relatif: abnormalitas fungsi renal, hepar, infeksi aktif,

obesitas, diabetes melitus.

- Pemantauan:

o Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik.

o Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap, fungsi hati dan renal, biopsi

sesuai anjuran, pemeriksaan kehamilan, uji HIV, PPD, foto toraks.

b. Siklosporin

- Dosis: 2,5-4 mg/kgBB/hari dosis terbagi. Dosis dikurangi 0,5-1,0

mg/kgBB/hari bila sudah berhasil, atau mengalami efek samping.

Pengobatan dapat diulang setelah masa istirahat tertentu, dan dapat

berjalan maksimal selama 1 tahun, selama tidak ada efek samping.

- Pemakaian jangka lama tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan

nefrotoksisitas dan kemungkinan keganasan.

- Kontraindikasi: bersamaan dengan pemberian imunosupresan lain

(metotreksat, PUVA, UVB, tar batubara, radioterapi), fungsi renal

terganggu, keganasan, hipersensitif terhadap siklosporin, hindari vaksin

perhatian seksama bila diberikan pada pasien dengan infeksi berat juga

diabetes melitus tidak terkontrol.

- Toksisitas: gangguan fungsi ginjal, hipertensi, keganasan, nyeri kepala,

hipertrikosis, hiperplasia gingiva, akne memburuk, mual, muntah, diare,

mialgia, flu like syndrome, letargia, hipertrigliserida, hipomagnesium,

17
hiperkalemia, hiperbilirubinemia, meningkatnya risiko infeksi dan

keganasan.

- Jika memungkinkan rotasi penggunaannya dengan terapi lain atau gunakan

pada periode kambuh yang berat.

- Interaksi obat: obat-obatan yang menginduksi/menghambat sitokrom

P450. Menurunkan pembuangan (clearence) digoksin, prednisolon, statin,

diuretik (potasium sparing), tiazid, vaksin hidup, NSAID, grapefruit.

- Monitoring: pemeriksaan fisik, tensi, ureum, kreatinin, urinalisis PPD,

fungsi hati, profil lipid, magnesium, asam urat, dan potasium, uji

kehamilan.

- Kehamilan kategori C, menyusui: kontraindikasi, anak-anak hanya bila

psoriasis berat.

c. Retinoid

- Asitretin oral pilihan pada psoriasis dapat digunakan sebagai monoterapi

untuk psoriasis pustular dan psoriasis eritroderma. Efek menguntungkan

terjadi jauh lebih lambat jika digunakan untuk psoriasis tipe plak dan

guttata tetapi sangat baik jika dikombinasikan dengan PUVA dan UVB

(diperlukan dalam dosis rendah).

- Dosis: 10-50 mg/hari, untuk mengurangi efek samping lebih baik

digunakan dalam dosis rendah dengan kombinasi misalnya UV dengan

radiasi rendah.

- Kontraindikasi: perempuan reproduksi, gangguan fungsi hati dan ginjal.

- Toksisitas; keilitis, alopesia, xerotic, pruritus, mulut kering, paronikia,

parestesia, sakit kepala, pseudomotor serebri, nausea, nyeri perut, nyeri

18
sendi, mialgia, hipertrigliserida, fungsi hati abnormal.

- Interaksi obat: meningkatkan efek hipoglikemik glibenklamid,

mengganggu pil kontrasepsi: microdosedprogestin, hepatotoksik, reduksi

ikatan protein dari fenitoin, dengan tetrasiklin meningkatkan tekanan

intrakranial.

- Monitoring: riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, kombinasi dengan

turunan vitamin A lainnya.

- Retinoid sangat teratogenik dan cenderung untuk menetap pada jaringan

tubuh.

d. Mofetil mikofenolat atau turunannya

- Mekanisme kerja sebagai inhibitor non-kompetitif inosin monofosfat

dehidrogenase, mencegah biosintesis purin de novo. Secara selektif

bersifat sitotoksik terhadap sel-sel yang bergantung pada sintesis purin de

novo (limfosit).

- Dosis: inisial 500-750 mg, dua kali/hari dan dapat naik dosis hingga 1,0-

1,5 gram dua kali/hari.

- Efektivitas: cukup efektif untuk pengobatan psoriasis.

- Toksisitas: saluran pencernaan, konstipasi, diare, mual dan muntah,

pendarahan, myelosuppression, leukopenia. Sakit kepala, hipertensi,

edema perifer, penyakit infeksi, dan limfoma.

- Monitoring: pemeriksaan darah perifer lengkap dan CMP

(comprehensive metabolic panel). Pemeriksaan lab tiap minggu selama 6

minggu, dan selanjutnya setiap 2 minggu selama 2 bulan lalu berikutnya

setiap bulan. Monitoring tekanan darah.

19
- Kontraindikasi: pasien dengan infeksi berat dan keganasan.

- Pemakaian jangka lama belum banyak dilakukan.

- Pada ibu hamil termasuk obat kategori C.

e. Sulfasalazin

- Mekanisme kerja sebagai agen anti-inflamasi, menghambat 5 lipoksigenase,

mekanisme secara molekular belum ditemukan.

- Dosis: dosis awal 500 mg tiga kali/hari, dapat naik dosis sampai 1,0 gram

tiga kali/hari. Jika dapat ditoleransi dosis dapat dinaikan menjadi 1,0 gram

empat kali/hari.

- Efektivitas: cukup efektif untuk psoriasis berat.

- Toksisitas: sakit kepala, mual dan muntah namun hanya pada satu sampai

tiga pasien, ruam, pruritus, dan anemia hemolitik (berhubungan dengan

defisiensi enzim G6PD).

- Monitoring: pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap), CMP

(comprehensive metabolic panel), G6PD. Pengulangan DPL dan CMP

setiap minggu selama 1 bulan, setelahnya setiap 2 minggu selama 1 bulan

lalu setiap bulan selama 3 bulan dan selanjutnya setiap 3 bulan.

- Kontraindikasi: hipersensitif terhadap sulfasalazin, obat-obatan golongan

sulfa, salisilat, obstruksi saluran cerna dan saluran urin, porphyria.

Perhatian khusus pada pasien dengan defiensi enzim G6PD.

- Pemakaian jangka lama belum banyak dilakukan.

- Pada ibu hamil termasuk kategori B.

4. Agen Biologik

20
Agen biologik untuk psoriasis yang akan/telah tersedia di Indonesia:

etarnecept, ustekinumab, adalimumab, infliximab, secukinumab.

Indikasi :

- Psoriasis derajat parah dan keadaan khusus, yaitu pasien dengan psoriasis

dengan keterlibatan area permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA)

≥10% dan/atau nilai indeks kualitas hidup dermatologi (Dermatology Life

Quality Index/DLQI) >10, dengan nilai indeks keparahan area psoriasis

(Psoriasis Area Severity Index/PASI) >10, disertai dengan salah satu dari

4 kriteria berikut:

a. Pasien yang tidak memberikan respon baik dengan minimal 2 terapi

sistemik standar seperti: CsA, etretinat/asitresin, MTX, termasuk

fototerapi (PUVA, UVB).

b. Riwayat efek samping/hipersensitivitas pengobatan sistemik.

c. Kontraindikasi terhadap terapi sistemik konvensional.

d. Pada pasien psoriasis artritis karena potensi terjadinya kerusakan

sendi.

Keadaan khusus: pada konferensi mengenai Konsensus Internasiona

diketahui adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi dan mengajukan

proposal mengenai pasien psoriasis dengan derajat keparahan ringan

(ditentukan dengan physician global assessment/PGA) yang juga dapat

menjadi kandidat dari pengobatan sistemik dalam keadaan khusus,

diantaranya:

o Keterlibatan area luas pada kulit kepala yang tidak respon dengan obat

topikal

21
o Keterlibatan daerah yang tampak, seperti tangan (palmo plantar) dan

wajah

o Keterlibatan area yang resisten terhadap pengobatan topikal.

Kontraindikasi Umum Penggunaan Agen Biologik :

1. Kehamilan

2. Laktasi

3. Usia <18 tahun, kecuali ada pertimbangan khusus

4. Infeksi sistemik, terutama TB, hepatitis, HIV

5. Penyakit jantung (gagal jantung NYHA III/IV)

6. Keganasan

7. Kelainan neurologis

G. Prognosis

Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-16

minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi lesi

plakat kronik. Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup, dan

interval antar gejala tidak dapat diprediksi. Remisi spontan dapat terjadi pada

50% pasien dalam waktu yang bervariasi. Eritroderma dan generalized

pustular psoriasis memiliki prognosis yang lebih buruk dengan

kecenderungan menjadi persisten.

BAB III

PEMBAHASAN

22
Pada laporan kasus ini, pasien seorang anak berusia 4 tahun datang

dengan keluhan gatal disertai bercak kemerahan pada seluruh badannya.

Keluhan tersebut dirasakn sejak 1 bulan yang lalu. Penegakkan diagnosis

untuk penyakit ini melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang apabila diperlukan.

Pada anamnesa ditemukan oleh rasa gatal pada seluruh bagian tubuh yang

disertai bercak kemerahan. Lesi kulit yang bermunculan juga sesuai dengan

karakteristik lesi pada penyakit psoriasis. Bentuk lesinya berupa makula

eritematus dengan batas jelas, terutup skuama tebal dan transparan yang lepas

pada bagian tepi dan lekat dibagian tengah. Skuama ini selalu menunjukkan

gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor.6 Hal tersebut

juga didukung oleh pemeriksaan klinis lesi pasien dimana ditemukan tanda-

tanda psoriasis yaitu Karsvlek phenomena, Austpitz sign dan Koebner. 6 dari

pemeriksaan tersebut dapat ditegakkan diagnosis mengarah ke penyakit

Psoriasis.

Tatalaksana pada penyakit ini sesuai dengan acuan dari PERDOSKI

dimana diberikan emolien, kortikosteroid dan agen keratolitik. 6 Tatalaksana

terapi yang adekuat pada pasien ini dapat memnberikan prognosis yang baik

untuk pasien ini.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Yuliastutsi Dwinidya. 2015. Tinjauan Pustaka : Psoriasis. Depok, Indonesia.

CDK-235 Vol 2 no 12.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).

2017. Panduan Praktik Klinis. PP Perdoski, Jakarta.

3. Budianti Keumala Windy, et all. 2019. Kesesuaian Tatalaksana Psoriasis

dengan Panduan Praktik Klinis (PPK) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Department Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin. Universitas Indonesia. Jakarta.

4. Singh Satyapal, et all. 2015. Psoriasis – An Overview. India. Wourld Journal

of Pharmaceutical Sciences.

5. Rendon Adriana, et all. 2019. Psoriasis Pathogenesis and Treatment.

Germany. International Journal Of Molecular Sciences. Department of

Dermatology, Heidelberg University.

6. Airlangga University Press, 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2.

Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), Surabaya.

7.

24

Anda mungkin juga menyukai