Anda di halaman 1dari 43

SKRIPSI

DESEMBER 2021

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENDERITA OSTEOARTRITIS PADA


PASIEN UNDERWEIGHT DI RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI
NEGERI (RSPTN) UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN RSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI 2019 -
DESEMBER 2020

Disusun Oleh:
A. NUR FADHILAH ISTIQOMAH
C011181380

Pembimbing:
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K)

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN


STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ANALISIS FAKTOR RISIKO PENDERITA OSTEOARTRITIS PADA
PASIEN UNDERWEIGHT DI RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI
NEGERI (RSPTN) UNIVERSITAS HASANUDDIN DAN RSUP DR.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI 2019 -
DESEMBER 2020

Diajukan kepada Universitas Hasanuddin

untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

A. NUR FADHILAH ISTIQOMAH

C011181380

Pembimbing:
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
iv
v
vi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : A. Nur Fadhilah Istiqomah
NIM : C011181380
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil

karya saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain berupa

tulisan, data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum

dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan

melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan

sanksi akademik yang lain.

Makassar, 6 Desember 2021


Yang menyatakan,

A. Nur Fadhilah Istiqomah


NIM: C011181380

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Risiko Penderita
Osteoartritis pada Pasien Underweight di Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri
(RSPTN) Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2019 - Desember 2020”.

Dalam penulisan skripsi ini tentu terdapat banyak kesulitan, namun berkat
bimbingan dan bantuan yang tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis dari
berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas segala berkat, rahmat, dan karunia-Nya yang dilimpahkan
kepada penulis selama ini serta atas ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Juga Nabi Besar Muhammad SAW yang merupakan sebaik-baik
panutan yang telah menuntun manusia ke jalan yang dirahmati dan diridhoi
oleh Allah SWT.

2. Keluarga penulis, yaitu kedua orang tua, Ayahanda Prof. Dr. Ir. Najamuddin,
M.Sc dan Ibunda Dr. Ir. Andi Asni, M.P serta kakak A. Muh. Nur Fakhri dan
adik A. Nur Fakhirah Triyanti yang selalu memberikan dukungan, kasih
saying, bimbingan, dorongan, motivasi serta doa yang tak henti-hentinya
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K) sebagai dosen penasihat akademik dan
dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, saran, waktu, serta
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di program studi
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4. dr. Muh. Phetrus Johan, M.Kes, Ph. D, Sp.OT (K) dan dr. Dewi Kurniati,
M.Kes, Sp.OT, selaku dosen penguji atas kesediaannya meluangkan waktu,

viii
memberi bimbingan, masukan serta saran yang sangat bermanfaat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staff Departemen Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin atas arahan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
selama menjalani pendidikan preklinik, khususnya pada masa penyusunan
skripsi ini.

6. Teman bimbingan skripsi, Clara Inri Palumean yang senantiasa memberikan


semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat penulis, Dieny Oktavia, Ibtita Salsabila, Tsamaradiska, Alya Zahirah,


Difa Apriliani, Andi Indah Sari, Wahdania Akhfiah, Nurrahmayani Arianti,
Thalia Almi, Annisa Rahmah, Sinar Hidayat, Dita Faradila, dan Dewa Ayu
yang tak henti-hentinya mendukung, mendoakan, dan memberi semangat agar
penyusunan skripsi ini terselesaikan dengan baik.

8. Teman-teman F18ROSA, Angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas


Hasanuddin yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu oleh penulis yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian skripsi ini.

Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari


kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk
penyempurnaannya. Namun besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan ridho dan berkah dalam setiap langkah yang kita ambil kedepannya.
Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak.

Makassar, 6 Desember 2021

A. Nur Fadhilah Istiqomah

ix
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DESEMBER 2021
A. Nur Fadhilah Istiqomah (C011181380)
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K)

Analisis Faktor Risiko Penderita Osteoartritis pada Pasien Underweight di


Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Hasanuddin
dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Periode Januari 2019 - Desember 2020

ABSTRAK

Latar Belakang: Osteoartritis (OA) adalah bentuk radang sendi paling umum.
Penyakit ini merusak kartilago sendi dan menimbulkan perubahan pada tulang
disekitarnya yang berkembang secara perlahan, memburuk seiring waktu, dan
menyebabkan nyeri, kaku, bengkak. Faktor risiko osteoartritis yang dapat
dimodifikasi adalah obesitas, kegiatan fisik, cedera sendi, kelainan metabolik,
pekerjaan, dan kelainan pertumbuhan, faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah
usia, genetik, dan jenis kelamin. Underweight ialah status gizi kurang dari 18,5
kg/m2. Penelitian mengenai osteoartritis menunjukkan penderita OA mayoritas
obesitas, namun ternyata terdapat penderita OA yang memiliki IMT underweight
meskipun jumlahnya sedikit.
Tujuan: Mengetahui faktor risiko kejadian osteoartritis pada pasien underweight
di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari 2019 – Desember 2020.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil rekam medik RSPTN
Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode
Januari 2019 – Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Penelitian ini diperoleh 13 data pasien. Hasil uji chi square
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,013) dan
penyakit penyerta (p = 0,013) terhadap kejadian OA pada pasien underweight. Hasil
uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin (p = 0,405), pekerjaan (p = 0,926), dan penyebab OA (p = 0,166) terhadap
kejadian OA pada pasien underweight.
Kesimpulan: Usia lansia dan penyakit penyerta anemia merupakan faktor risiko
OA sedangkan jenis kelamin, pekerjaan, dan penyebab OA bukan faktor risiko OA
pada pasien underweight.
Kata Kunci: Osteoartritis, underweight, faktor risiko

x
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
DECEMBER 2021
A. Nur Fadhilah Istiqomah (C011181380)
Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K)

Analysis of Risk Factors for Osteoarthritis in Underweight Patients at


Hasanuddin University Hospital and Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital
Makassar in January 2019 - December 2020

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis (OA) is the most common form of arthritis. This


disease damages joint cartilage and causes changes in the surrounding bone that
develop slowly, worsen over time, and cause pain, stiffness, swelling. The
modifiable risk factors of osteoarthritis are obesity, physical activity, joint injury,
metabolic disorders, occupation, and growth disorders, while the non-modifiable
factors are age, genetics, and gender. Underweight is nutritional status that is less
than 18.5 kg/m2. The result of studies on osteoarthritis, the majority of OA patients
are obese, but it turns out that there are OA patients who have underweight BMI
even though the number is small.
Objective: To determine the risk factors for osteoarthritis in underweight patients
at Hasanuddin University Hospital and Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital
Makassar period January 2019 – December 2020.
Methods: This research is analytic observational study with a cross sectional design
using secondary data from the medical records of Hasanuddin University Hospital
and Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar in January 2019 – December
2020 which has met the inclusion and exclusion criteria.
Result: This research obtained 13 data. The results of the chi square test showed a
significant relationship between age (p = 0.013) and comorbidities (p = 0.013) on
the incidence of OA in underweight patients. The results of the chi square test
showed that there was no significant relationship between gender (p = 0.405),
occupation (p = 0.926), and the cause of OA (p = 0.166) on the incidence of OA in
underweight patients.
Conclusion: Elderly age and comorbid anemia are risk factors while gender,
occupation, and the cause of OA are not risk factors for OA in underweight patients.
Keywords: Osteoarthritis, underweight, risk factor

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA .................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK ...............................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................4
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat ................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan .................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................6
2.1 Osteoartritis ..................................................................................................6
2.1.1. Anatomi Sendi................................................................................... 6
2.1.2. Definisi Osteoartritis ......................................................................... 7
2.1.3. Epidemiologi Osteoartritis ................................................................ 8
2.1.4. Patofisiologi Osteoartritis ................................................................. 9
2.1.5. Etiologi Osteoartritis ....................................................................... 11
2.1.6. Faktor Risiko Osteoartritis .............................................................. 12
2.1.7. Gambaran Klinis Osteoartritis......................................................... 15
2.1.8. Klasifikasi Osteoartritis ................................................................... 16
2.1.9. Diagnosis Osteoartritis .................................................................... 17
2.1.10. Penatalaksanaan Osteoartritis.......................................................... 20
2.2. Underweight ...............................................................................................24

xii
2.3. Osteoartritis pada Underweight ..................................................................24
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ....................25
3.1. Kerangka Konsep .......................................................................................25
3.2. Variabel Penelitian .....................................................................................26
3.3. Definisi Operasional ...................................................................................26
3.4. Hipotesis .....................................................................................................30
3.4.1. Hipotesis Nol (H0) ........................................................................... 30
3.4.2. Hipotesis Alternatif (Ha) ................................................................. 30
BAB 4 METODE PENELITIAN...........................................................................31
4.1. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................31
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................31
4.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................................. 31
4.2.2. Waktu Penelitian ............................................................................. 31
4.3. Populasi dan Sampel ..................................................................................31
4.3.1. Populasi ........................................................................................... 31
4.3.2. Metode Sampling ............................................................................ 32
4.3.3. Estimasi Jumlah Sampel ................................................................. 32
4.4. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ..........................................................33
4.5. Manajemen Penelitian ................................................................................34
4.5.1. Pengumpulan Data .......................................................................... 34
4.5.2. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ............................................. 34
4.5.3. Penyajian Data ................................................................................ 34
4.6. Etika Penelitian ..........................................................................................34
4.7. Alur Penelitian............................................................................................35
4.8. Anggaran Penelitian ...................................................................................36
4.9. Jadwal Penelitian ........................................................................................36
BAB 5 HASIL PENELITIAN ...............................................................................37
5.1. Analisis Univariat .......................................................................................38
5.1.1. Usia ................................................................................................. 38
5.1.2. Jenis Kelamin .................................................................................. 39
5.1.3. Pekerjaan ......................................................................................... 39
5.1.4. Penyakit Penyerta ............................................................................ 40

xiii
5.1.5. Penyebab OA .................................................................................. 41
5.2. Analisis Bivariat .........................................................................................42
5.2.1. Usia terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien Underweight ..... 42
5.2.2. Jenis Kelamin terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight..................................................................................... 43
5.2.3. Pekerjaan terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien Underweight
......................................................................................................... 44
5.2.4. Penyakit Penyerta terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight..................................................................................... 44
5.2.5. Penyebab OA terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight..................................................................................... 45
BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................................46
6.1. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................46
6.2. Faktor Risiko Usia terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight ...............................................................................................46
6.3. Faktor Risiko Jenis Kelamin terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight ...............................................................................................47
6.4. Faktor Risiko Pekerjaan terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight ...............................................................................................48
6.5. Faktor Risiko Penyakit Penyerta terhadap Kejadian Osteoartritis pada
Pasien Underweight....................................................................................50
6.6. Faktor Risiko Penyebab OA terhadap Kejadian Osteoartritis pada Pasien
Underweight ...............................................................................................51
BAB 7 PENUTUP .................................................................................................52
7.1. Kesimpulan.................................................................................................52
7.2. Saran ...........................................................................................................52
7.3. Kelemahan Penelitian .................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54
LAMPIRAN ...........................................................................................................57

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur sendi sinovial...................................................................... 6


Gambar 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................. 25
Gambar 4.1. Alur Penelitian.................................................................................. 35
Gambar 5.1. Rekam medik yang digunakan dalam penelitian.............................. 37

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17 ............................... 17


Tabel 2.2. Kriteria diagnosis OA Panggul ICD-10 kode: M16............................... 18
Tabel 2.3. Kriteria diagnosis OA Tangan ICD-10 kode: M18 ................................ 19
Tabel 4.1. Anggaran Penelitian ............................................................................... 36
Tabel 4.2. Jadwal Penelitian.................................................................................... 36
Tabel 5.1. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Usia dengan kejadian Osteoartritis
pada pasien Underweight di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2019 – Desember
2020 ...................................................................................................... 42
Tabel 5.2. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Jenis Kelamin dengan kejadian
Osteoartritis pada pasien Underweight di RSPTN Universitas
Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2019 – Desember 2020 ............................................................ 43
Tabel 5.3. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Pekerjaan dengan kejadian
Osteoartritis pada pasien Underweight di RSPTN Universitas
Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2019 – Desember 2020 ............................................................ 44
Tabel 5.4. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Penyakit Penyerta dengan kejadian
Osteoartritis pada pasien Underweight di RSPTN Universitas
Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2019 – Desember 2020 ............................................................ 44
Tabel 5.5. Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Penyebab OA dengan kejadian
Osteoartritis pada pasien Underweight di RSPTN Universitas
Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari 2019 – Desember 2020 ............................................................ 45

xvi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1. Distribusi persebaran usia pasien OA yang underweight ................... 38


Grafik 5.2. Distribusi persebaran jenis kelamin pasien OA yang underweight .... 39
Grafik 5.3. Distribusi persebaran pekerjaan pasien OA yang underweight .......... 39
Grafik 5.4. Distribusi persebaran penyakit penyerta pasien OA yang underweight
............................................................................................................ 40
Grafik 5.5. Penyakit Penyerta yang diderita Pasien Osteoartritis yang Underweight
di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Periode Januari 2019 – Desember 2020 ..... 41
Grafik 5.6. Distribusi persebaran penyebab Osteoartritis pada pasien OA yang
underweight ........................................................................................ 41

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Penulis ...............................................................................57


Lampiran 2. Rekomendasi Persetujuan Etik .......................................................59
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian RSPTN Universitas Hasanuddin ...................60
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo ................61
Lampiran 5. Data Hasil Penelitian ......................................................................62

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoartritis (OA) adalah bentuk radang sendi yang paling umum. Penyakit

ini merusak tulang rawan sendi dan menimbulkan perubahan pada tulang

disekitarnya. Perubahan ini berkembang secara perlahan, memburuk seiring waktu,

dan menyebabkan nyeri, kaku, juga bengkak (Albright et al., 2020). OA

menyebabkan disfungsi sendi dan otot sehingga penderita mengalami kesulitan dan

keterbatasan dalam beraktivitas dan mengalami penurunan kualitas hidup (Reis et

al, 2014).

Osteoartritis dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko, faktor risiko tersebut

terbagi atas faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat

dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, kegiatan fisik, cedera

sendi, kelainan metabolik, pekerjaan, dan kelainan pertumbuhan. Faktor yang tidak

dapat dimodifikasi adalah usia, genetik, dan jenis kelamin. (Haq, Murphy and

Dacre, 2003).

Penduduk yang mengalami OA tercatat 7% dari total populasi, artinya lebih

dari 500 juta orang di seluruh dunia (Hunter, March and Chew, 2020). Diperkirakan

9,6% pria dan 18% wanita berusia diatas 60 tahun di seluruh dunia mengalami

gejala OA. Seiring dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup, WHO

memperkirakan pada tahun 2025, populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat

414% dibandingkan tahun 1990 (WHO, 2011). Penderita OA telah meningkat

1
sebanyak 48% dari tahun 1999 hingga 2019, dimana pada tahun 2019 OA berada

pada urutan 15 sebagai penyakit yang terbanyak menyebabkan YLD (Years Lived

with Disability) di dunia (Hunter, March and Chew, 2020). Osteoartritis merupakan

satu dari 10 penyakit yang menyebabkan disabilitas di negara berkembang (WHO,

2011). Data Global Burden of Disease 2019 melaporkan bahwa gangguan

muskuloskeletal mengalami peningkatan DALY (Disability Adjusted Live Year)

sebesar 30,7% di seluruh dunia (Abbafati et al., 2020).

Berdasarkan laporan Riskesdas 2018, osteoartritis termasuk kedalam

penyakit sendi bersama dengan nyeri akibat asam urat, dan reumatoid artritis.

Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15

tahun di Indonesia adalah 7,3%. Tertinggi di Aceh 13,26%, diikuti Bengkulu

12,11%, Bali 10,46%, dan Papua 10,43% (Riskesdas, 2018). Di Sulawesi Selatan,

prevalensinya ialah 6,39% dari total penduduk. Jika dilihat dari karakteristik,

prevalensi tertinggi pada usia >75 yaitu 18,95%, penderita wanita lebih banyak

(8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%), berdasarkan tingkat pendidikan

tertinggi pada tidak/belum pernah bersekolah (13,66%), pekerjaan petani/buruh tani

(9,86%), dan berdomisili di pedesaan (7,83%) (Riskesdas, 2018).

Underweight (kurus) diartikan sebagai berat badan/status gizi yang kurang

dari normal. Seseorang dikatakan underweight apabila memiliki Indeks Massa

Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2 (Kemenkes, 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Klaten didapatkan Ibu Rumah

Tangga (IRT) yang mengalami OA lutut dan masuk ke dalam kelompok indeks

massa tubuh kurus adalah 12 orang (13,5%) (Aldila, 2014). Penelitian yang

dilakukan di Puskesmas Handapherang didapatkan pasien OA lansia yang memiliki

2
indeks massa tubuh berat badan kurang adalah 1 orang (1%) (Rosdiana and

Hermawan, 2019). Penelitian yang dilakukan di Desa Susut mendapatkan proporsi

penderita OA lutut dengan IMT kurus – normal 64,4% dan IMT kelebihan berat

badan – kegemukan 60,6% (Hasiibi, 2015). Penelitian yang dilakukan di RSUP

Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2016 didapatkan pasien OA yang dengan IMT

<18,5 kg/m2 (kurang) sebanyak 5 orang (15,63%) (Rokman, 2017). Penelitian yang

dilakukan di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo pada tahun 2019 didapatkan pasien OA Panggul dan Lutut dengan

IMT <18,5 kg/m2 (underweight) sebanyak 7 orang (10,4%) (Octavia, 2020).

Penelitian yang dilakukan di poli rawat jalan Orthopaedi dan Traumatologi RSUD

Dr. Soetomo Surabaya menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara derajat

osteoartritis genu dengan IMT (Widhiyanto dkk, 2019). Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun mayoritas penderita OA merupakan obesitas, namun tetap ada

pasien underweight yang menderita osteoartritis meskipun jumlahnya sedikit.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian

mengenai Analisis Faktor Risiko Penderita Osteoartritis pada Pasien Underweight

di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

periode 2019-2020.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja Faktor Risiko Kejadian Osteoartritis

pada Pasien Underweight di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2019-2020?”

3
1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui faktor risiko kejadian osteoartritis pada pasien underweight di

RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

periode 2019-2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada

masyarakat, khususnya kepada penderita osteoartritis, mengenai faktor risiko

osteoartritis pada pasien underweight.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan bidang kesehatan sebagai wadah untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan dikenal masyarakat serta mahasiswa

selanjutnya dapat mengembangkan penelitian atau dapat digunakan sebagai acuan

penelitian.

a. Bagi institusi pendidikan

Memberikan masukan kepada institusi pendidikan khususnya dalam bidang

perpustakaan dan diharapkan menjadi suatu masukan dan referensi yang berarti

serta bermanfaat bagi institusi dan mahasiswa

b. Bagi peneliti

4
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang Faktor Risiko Osteoartritis pada

Pasien Underweight di RSPTN Universitas Hasanuddin dan RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar periode 2019-2020.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osteoartritis

2.1.1. Anatomi Sendi

Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, disebut juga artikulasi.

Secara histologis sendi dibagi menjadi sendi fibrosa, sendi kartilago (tulang rawan),

dan sendi sinovial. Secara fungsional, sendi dibedakan menjadi sinartrosis (tidak

dapat digerakkan), amphiarthrosis (sedikit dapat digerakkan), dan diarthrosis (dapat

digerakkan secara bebas) (Apley and Solomon, 2018).

Osteoartritis biasanya didefinisikan sebagai kondisi sendi sinovial. Struktur

sendi sinovial (Gambar 2.1)

memungkinkan pergerakan antar

tulang. Ujung tulang yang bertemu

ditutupi oleh tulang rawan hialin

yang sangat halus. Tulang rawan ini

disusun oleh kondrosit dan

dikelilingi oleh matriks

ekstraseluler yang mencakup

berbagai makromolekul, terutama

proteoglikan dan kolagen. Tulang


Gambar 2.1. Struktur sendi sinovial
rawan memfasilitasi fungsi sendi

dan melindungi tulang subkondral di bawahnya dengan mendistribusikan beban,

6
mempertahankan tekanan kontak agar selalu rendah, dan mengurangi gesekan pada

sendi (Apley & Solomon, 2018; Lozada et al., 2020).

Pertemuan antar dua tulang ini tertutup dalam kapsul sendi yang dilapisi

oleh membran sinovial, dan membran ini berisi cairan sinovial. Cairan sinovial

dibentuk melalui proses ultrafiltrasi serum oleh sel-sel pembentuk membran

sinovial, yaitu sinoviosit. Sinoviosit memproduksi asam hialuronat (HA), dan

glikosaminoglikan yang merupakan komponen nonseluler utama dari cairan

sinovial. Sel ini juga memproduksi sitokin dan faktor pertumbuhan serta

menghilangkan produk limbah yang tidak diinginkan, seperti metabolit, dari cairan

sinovial. Cairan sinovial memasok nutrisi ke tulang rawan artikular yang bersifat

avaskular, dan memberikan viskositas yang dibutuhkan untuk menyerap guncangan

dari gerakan lambat, serta memberikan elastisitas yang dibutuhkan untuk menyerap

guncangan dari gerakan cepat. Kapsul sendi diperkuat oleh ligamen untuk menjaga

stabilitas sendi (Apley & Solomon, 2018; Lozada et al., 2020).

2.1.2. Definisi Osteoartritis

Osteoartritis (OA) adalah penyakit muskuloskeletal kronis yang ditandai

dengan rusaknya tulang rawan persendian yang mengakibatkan pergesekan antar

tulang sehingga menciptakan kekakuan, nyeri, dan gangguan pergerakan (WHO,

2013). Kejadian OA sangat dikaitkan dengan pertambahan usia dan sangat umum

terjadi pada usia tua, beberapa penelitian memperkirakan 80% orang berusia di atas

55 tahun menderita OA paling tidak pada satu sendi (Apley and Solomon, 2018).

Semua sendi dapat terkena OA, namun paling sering pada sendi lutut, panggul,

7
leher dan punggung bawah, serta sendi pada jari dan jempol (Arthritis Foundation,

2019).

2.1.3. Epidemiologi Osteoartritis

Berdasarkan data Global Burden of Disease 2019, 7% dari populasi global,

yaitu lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia, didominasi oleh wanita, menderita

osteoartritis. Angka tersebut meningkat 48% dari tahun 1990 ke 2019, dan pada

tahun 2019 OA menjadi penyakit tertinggi ke-15 yang menyebabkan disabilitas di

dunia, dimana OA bertanggung jawab atas 2% dari total YLD global (Hunter,

March and Chew, 2020). Laporan dari Riskesdas 2018, Prevalensi penyakit sendi

berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun di Indonesia adalah

7,3% (Riskesdas, 2018).

Sendi lutut, panggul, dan tangan merupakan sendi yang paling sering

terkena OA (Kolasinski et al., 2020). Bagian yang paling sering terkena di lutut

adalah kompartemen anteromedial dari sendi tibiofemoral, dan sisi lateral dari sendi

patellofemoral, di panggul yang paling sering terkena aspek superolateral,

sementara di tangan dan kaki yang paling sering terkena adalah sendi

interphalangeal distal (DIP), serta MTP I dan dasar ibu jari (CMC) (Apley and

Solomon, 2018).

OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak dijumpai dan

prevalensinya makin meningkat seiring dengan pertambahan usia (Nasution dkk,

2009). Selain pertambahan usia, terdapat pula perbedaan prevalensi dan distribusi

yang signifikan pada pria dan wanita penderita OA. OA panggul dan lutut sangat

8
penting karena angka prevalensinya yang tinggi yang sebabkan nyeri dan disabilitas

pada dewasa tua (Apley and Solomon, 2018).

2.1.4. Patofisiologi Osteoartritis

Osteoartritis ditandai sebagai kerusakan sendi yang mengenai jaringan

didalam dan sekitarnya. Kerusakan ini menyebabkan terjadinya degradasi tulang

rawan sendi, penebalan tulang subkondral, pembentukan osteofit, inflamasi

jaringan sinovial, kerusakan ligamen, hipertrofi kapsul sendi, dan perubahan pada

otot periartikular, saraf, bursa, serta bantalan lemak. Diantara hal tersebut,

degradasi tulang rawan sendi dianggap sebagai proses patognomik pada OA (He et

al., 2020).

Proses OA diinisiasi oleh faktor predisposisi sistemik yang berinteraksi

dengan pengaruh mekanis lokal yang mempengaruhi lokasi dan tingkat keparahan

dari perubahan yang ditimbulkan oleh OA, tetapi perubahan itu sendiri dimediasi

secara kimiawi (Apley and Solomon, 2018). OA merupakan kombinasi antara

degradasi rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi cairan sendi (Soeroso

dkk, 2009).

Osteoartritis merupakan penyakit yang timbul akibat gangguan homeostasis

dari metabolisme kartilago dan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang

etiologinya beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi.

Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi ini terjadi karena beberapa faktor

seperti usia, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik,

obesitas, genetik, humoral, dan ras. Jejas ini diduga merangsang terjadinya

degradasi kartilago (Soeroso dkk, 2009).

9
Etiopatogenesis dari OA dibagi ke dalam 3 fase. Pada fase 1, terjadi

penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Hal ini mempengaruhi metabolisme

kondrosit sehingga meningkatkan produksi enzim seperti metalloproteinase

(collagenase, stromelisin) yang mendegradasi matriks kartilago. Enzim degradatif

kartilago terdiri atas protease, plasmin, metalloproteinase matriks (MMP), dan

ADAMTS-5 (A Disintegrin and Metalloproteinase with Thrombospondin Motifs

5). Karena terjadi degradasi kartilago, maka kondrosit akan melakukan perbaikan

kartilago melalui replikasi kondrosit dan produksi matriks baru. Kondrosit akan

mensintesis DNA dan kolagen serta proteoglikan. Proses ini diinduksi oleh faktor

pertumbuhan seperti insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormone,

transforming growth factor ß (TGF-ß), dan coloni stimulating factors (CSFs). IGF-

1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan kartilago sendi, namun sel

menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1 saat keadaan inflamasi. TGF-ß

merangsang sintesis kolagen dan proteoglikan serta menekan stromelisin. Selain itu

kondrosit juga memproduksi protease inhibitors dan tissue inhibitors of

metalloproteinase (TIMP) 1 dan 2. Namun enzim yang diproduksi tersebut

jumlahnya tidak cukup untuk melawan efek proteolitik. (Houard, Goldring and

Berenbaum, 2013; Lozada, Pace and Diamond, 2020).

Pada fase 2, terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, juga disertai

pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovial (Lozada et

al., 2020).

Pada fase 3, produk degradasi kartilago menginduksi respon inflamasi pada

sendi. Akibatnya makrofag di dalam sendi memproduksi sitokin seperti IL-1,

Tumor Necrosis Factor α (TNF α). Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada

10
kartilago dan secara langsung mendegradasi kartilago atau menstimulasi kondrosit

untuk memproduksi metalloproteinase lebih banyak. Molekul-molekul pro-

inflamasi lainnya seperti Nitric Oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini

memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan memberikan dampak

terhadap pertumbuhan tulang yang berlebihan sebagai upaya untuk menstabilkan

sendi. Perubahan arsitektur sendi, stres mekanis dan inflamasi memberikan

pengaruh pada permukaan sendi menjadikan kondisi gangguan yang progresif

(Lozada et al., 2020).

2.1.5. Etiologi Osteoartritis

Osteoartritis primer didiagnosis tanpa adanya trauma atau penyakit

predisposisi tetapi dikaitkan dengan faktor risiko OA seperti usia, jenis kelamin

perempuan, obesitas, faktor anatomis, kelemahan otot, dan cedera sendi

(pekerjaan/aktivitas olahraga). Sedangkan osteoartritis sekunder terjadi akibat

kelainan sendi yang sudah ada sebelumnya. Kondisi predisposisi tersebut antara

lain ialah trauma atau cedera, kelainan sendi kongenital, radang sendi (seperti

rheumatoid arthritis), nekrosis avaskular, artritis septik, Paget disease,

osteopetrosis, osteochondritis dissecans, gangguan metabolisme (hemokromatosis,

penyakit Wilson), hemoglobinopati, sindrom Ehlers-Danlos, atau sindrom Marfan.

(Sen and Hurley, 2021)

11
2.1.6. Faktor Risiko Osteoartritis

Penyebab OA tidaklah tunggal, melainkan berupa kombinasi dari beberapa

faktor risiko yang mempengaruhi individu yang berbeda serta sendi yang berbeda

pula. Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya OA antara lain:

1. Usia. Osteoastritis sangat dipengaruhi oleh penambahan usia. Berdasarkan

prevalensinya, OA jarang pada usia di bawah 40 tahun dan sering pada usia di

atas 60 tahun. Namun perubahan tulang rawan sendi akibat penuaan berbeda

dengan perubahan pada OA. Keterkaitan usia dengan OA disini lebih dikaitkan

dengan stabilitas sendi dan otot daripada sendi itu sendiri. Seiring pertambahan

usia, tulang rawan menipis dan otot melemah dan perubahan ini mempengaruhi

stabilitas sendi utama seperti sendi lutut. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa perkembangan OA lutut didahului oleh kelemahan otot (Apley &

Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

2. Jenis kelamin. Terdapat perbedaan prevalensi penderita OA wanita dan laki-laki.

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, sedangkan laki-laki

lebih sering terkena OA panggul, pergelangan tangan, dan leher. Frekuensi

wanita dan laki-laki yang menderita OA di bawah 45 tahun kurang lebih sama,

namun di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada

wanita. Hal ini menunjukkan adanya hubungan hormonal dengan OA (Apley &

Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

3. Genetik. Wanita yang memiliki ibu penderita OA memiliki risiko 3 kali lebih

besar menderita OA dibandingkan yang tidak. Adanya mutasi dalam gen

prokolagen II atau gen-gen struktural lain yang membentuk tulang rawan sendi

12
seperti kolagen tipe IX dan XII, serta proteoglikan dikatakan berperan dalam

timbulnya kecendrungan familial pada OA tertentu (Soeroso dkk, 2009).

4. Kegemukan dan penyakit metabolik. Berat badan yang berlebih (obesitas)

merupakan faktor risiko OA yang sangat kuat, terutama OA lutut dan OA tangan.

Bukan hanya faktor mekanis (karena beban mekanis berlebih pada sendi),

diduga faktor metabolik juga berperan. Obesitas mempengaruhi sistemik tubuh,

dimana terjadi perubahan pada faktor biokimia tubuh seperti kadar leptin. Pada

beberapa penelitian lain, dikatakan defisiensi vitamin C, D, dan K dapat

meningkatkan risiko terjadinya OA. Pasien OA berisiko tinggi menderita

penyakit jantung koroner dan hipertensi dibandingkan orang-orang tanpa OA

(Apley & Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

5. Trauma okupasi. Penggunaan sendi yang berlebihan, termasuk olahraga,

merupakan faktor risiko OA. Para olahragawan sangat rawan terkena

osteoarthritis karena aktivitas olahraga membuat mereka lebih cenderung

mengalami cedera sendi dan membuat tulang rawan sendi sering mengalami

benturan sehingga mudah rusak. Pekerjaan tertentu yang melibatkan

penggunaan berlebihan suatu sendi secara berulang juga dapat mempengaruhi

OA, misalnya OA lutut pada pekerja yang melakukan pekerjaan sambil menekuk

lutut, OA tungkai atas pada pekerja alat berat yang bergetar, dan OA tangan pada

pekerja pabrik kapas (Apley & Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

Microtrauma merupakan hasil dari penerapan tekanan mekanis tinggi yang

berulang ke struktur yang rentan di dalam sendi. Bukti terkini menunjukkan

bahwa OA lebih sering terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan fisik

13
yang berat dan terutama yang dalam pekerjaannya banyak melakukan aktivitas

seperti menekuk lutut, berlutut atau jongkok. Misalnya tukang kayu,

penambang, dan pekerjaan lain yang sering jongkok dan berlutut secara

berulang. OA lutut jauh lebih umum untuk mereka alami daripada populasi

umum (Hunter and Eckstein, 2009).

6. Kelainan pertumbuhan. Bentuk sendi merupakan faktor risiko yang penting.

Displasia panggul merupakan predisposisi OA panggul dan dapat menyebabkan

kelainan bentuk caput femoralis atau acetabulum. Kelainan kongenital dan

pertumbuhan panggul (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi kongenital

panggul) telah dikaitkan dengan timbulnya OA panggul pada usia muda. Selain

OA panggul, ukuran dan bentuk sendi juga mempengaruhi OA lutut (Apley &

Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

7. Cedera sendi. Cedera yang mempengaruhi bentuk atau stabilitas sendi

merupakan predisposisi OA. Hal ini paling jelas terlihat pada persendian yang

memiliki prevalensi rendah terkena OA seperti pergelangan tangan atau

pergelangan kaki. OA di lokasi tersebut biasanya disebabkan oleh cedera

signifikan sebelumnya. Pada sendi lutut, cedera meniscus dan ligamen, terutama

ruptur ACL, merupakan faktor predisposisi OA (Apley & Solomon, 2018).

8. Densitas tulang. Tingginya kepadatan tulang dapat meningkatkan risiko OA

lutut dan OA panggul. Hal ini mungkin terjadi karena tulang yang lebih padat

tidak membantu dalam mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang

rawan sendi. Sehingga tulang rawan sendi lebih mudah robek (Apley &

Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

14
9. Penyakit penyerta. Memiliki penyakit penyerta seperti penyakit metabolik

(diabetes), penyakit endokrin, dan riwayat penyakit rematik lain seperti

reumatoid artritis dan gout merupakan faktor risiko OA (Mobasheri and Batt,

2016). Penderita penyakit kronik seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung

juga cenderung menderita artritis. Artritis dan penyakit-penyakit kronik tersebut

memiliki beberapa faktor risiko yang sama sehingga seseorang dengan artritis

juga dapat menderita penyakit kronik dan demikian pula sebaliknya (CDC,

2019).

2.1.7. Gambaran Klinis Osteoartritis

A. Gejala

1) Nyeri sendi, terutama pada sendi yang menanggung beban tubuh seperti

sendi panggul dan lutut.

2) Kaku sendi, biasanya berlangsung singkat dan timbul setelah sendi tidak

digunakan untuk beberapa saat, seperti duduk di kursi dalam waktu lama

atau bahkan setelah bangun tidur.

3) Kelelahan dan gangguan tidur akibat rasa nyeri sendi dan depresi.

4) Berkurangnya kemampuan dan aktivitas fungsional. (Apley & Solomon,

2018; Soeroso dkk, 2009)

B. Tanda

1) Nyeri tekan pada sendi dan terlihat bengkak.

2) Pembengkakan tulang di tepi sendi saat dipalpasi.

15
3) Hambatan gerak.

4) Krepitasi saat sendi digerakkan.

5) Kelemahan otot dan pengecilan otot (muscle wasting) pada otot yang

bekerja pada sendi. Dapat menyebabkan perubahan gaya berjalan.

6) Tanda radang (biasanya cukup ringan), seperti rasa hangat pada garis sendi

dan efusi.

7) Deformitas (perubahan bentuk) dan ketidakstabilan sendi pada kasus yang

parah. (Apley & Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009)

C. Pemeriksaan Diagnostik

1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian

yang menanggung beban).

2) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.

3) Kista tulang subkondral (kantung berisi cairan yang mengisi lubang-lubang

di dalam tulang).

4) Osteofit pada pinggir sendi.

5) Perubahan struktur anatomi sendi. (Soeroso dkk, 2009)

2.1.8. Klasifikasi Osteoartritis

Berdasarkan etiopatogenesisnya, osteoartritis diklasifikasikan dalam dua

kelompok: (Soeroso dkk, 2009)

a) Osteoartritis primer: osteoartritis yang tidak diketahui kausanya (idiopatik)

dan tidak memiliki hubungan dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan lokal pada sendi.

16
b) Osteoartritis sekunder: osteoartritis yang didasari oleh kelainan sistemik

seperti gangguan endokrin, metabolik, pertumbuhan, proses inflamasi,

keturunan, trauma mikro-makro, dan imobilisasi yang terlalu lama.

2.1.9. Diagnosis Osteoartritis

Diagnosis osteoartritis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,

pendekatan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain, pemeriksaan penunjang,

serta perhatian khusus terhadap gejala klinis dan faktor yang mempengaruhi pilihan

penatalaksanaan OA (Perhimpuan Reumatologi Indonesia, 2014). Berikut

klasifikasi diagnosis osteoartritis berdasarkan kriteria American College of

Rheumatology (ACR) yang diterapkan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia:

Tabel 2.1. Klasifikasi diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17

Berdasarkan gejala Berdasarkan gejala klinis Berdasarkan gejala klinis

klinis: dan radiologis: dan laboratoris:

(Sensitivitas 95%, (Sensitivitas 91%, (Sensitivitas 92%,

spesifisitas 69%) spesifisitas 86%) spesifisitas 75%)

Nyeri sendi lutut Nyeri sendi lutut dan Nyeri sendi lutut dan

ditambah minimal 3 dari adanya osteofit dan minimal 5 dari 9 kriteria

6 kriteria ini: minimal 1 dari 3 kriteria ini:

1. Usia >50 tahun ini: 1. Usia >50 tahun

2. Kaku sendi < 30 1. Usia >50 tahun 2. Kaku sendi <30

menit menit

17
3. Krepitus saat 2. Kaku sendi <30 3. Krepitus pada

gerakan aktif menit gerakan aktif

4. Pembesaran tulang 3. Krepitus pada 4. Nyeri tekan tepi

sendi lutut gerakan sendi aktif tulang

5. Nyeri tekan tepi 5. Pembesaran tulang

tulang 6. Tidak teraba hangat

6. Tidak teraba hangat pada perabaan sendi

pada perabaan sendi 7. LED < 40 mm/jam

8. RF <1:40

9. Analisis cairan

sinovium sesuai OA

Tabel 2.2. Kriteria diagnosis OA Panggul ICD-10 kode: M16

Berdasarkan gejala klinis dan Berdasarkan gejala klinis, laboratoris

laboratoris: dan radiologis:

(Sensitivitas 89%, spesifisitas 91%) (Sensitivitas 89%, spesifisitas 91%)

Nyeri pada sendi panggul/koksa dan Nyeri pada sendi panggul/koksa dan

minimal 1 dari 2 kelompok kriteria ini: minimal 2 dari 3 kriteria ini:

1. Rotasi internal sendi panggul < 1. LED < 20 mm pada jam pertama

15º disertai LED ≤ 45 mm/jam 2. Osteofit pada femoral dan atau

atau asetabular pada gambaran

Fleksi sendi panggul ≤ 115º (jika radiologis

LED sulit dilakukan)

18
2. Rotasi internal sendi panggul ≥ 3. Penyempitan celah sendi secara

15º disertai nyeri yang terkait radiologis (superior, axial dan

pergerakan rotasi internal sendi atau medial)

panggul, kekakuan sendi panggul

pagi hari ≤ 60 menit, dan usia >

50 tahun

Tabel 2.3. Kriteria diagnosis OA Tangan ICD-10 kode: M18

Berdasarkan gejala klinis: (Sensitivitas 92%, spesifisitas 98%)

Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan ditambah minimal 3 dari 4 kriteria ini:

1. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi-sendi tangan di

bawah ini:

- Sendi distal interfalang (DIP) ke-2 dan ke-3

- Sendi proksimal interfalang (PIP) ke-2 dan ke-3

- Sendi pertama karpometakarpofalang (CMC) kedua tangan

2. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang

(DIP)

3. Kurang dari 3 pembengkakan sendi metakarpofalang (MCP)

4. Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 2 di

atas

Catatan:

Sendi yang dimaksud: DIP 2 dan 3, PIP 2 dan 3, dan CMC 1 masing-masing tangan.

19
2.1.10. Penatalaksanaan Osteoartritis

Hingga saat ini belum ditemukan terapi yang dapat menyembuhkan OA.

Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan agar rasa nyeri dapat dikendalikan atau

dihilangkan, gerak dan fungsi sendi diperbaiki serta meningkatkan kualitas hidup

(Perhimpuan Reumatologi Indonesia, 2014). Tatalaksana OA dilakukan

berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi

yang terkena.

A. Terapi Non-farmakologis

1. Edukasi. Edukasi penting dilakukan, pada tahap ini pasien diterangkan

terkait seluk-beluk penyakitnya seperti dampak OA pada kualitas hidup,

fungsi, mood, hubungan dan aktivitas individu, dan penyakit penyerta

(seperti depresi), serta risiko dan manfaat dari setiap intervensi (Lozada,

Pace, & Diamond, 2020; Soeroso dkk, 2009).

2. Modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup, utamanya olahraga dan

penurunan berat badan, merupakan komponen inti dalam penanganan

osteoartritis. Meskipun penderita osteoartritis cenderung menghindari

aktivitas, olahraga merupakan pengobatan yang efektif untuk OA, karena

menghasilkan perbaikan fungsi fisik, dan penurunan nyeri. Olahraga seperti

jalan kaki dan latihan ketahanan jangka panjang telah terbukti

memperlambat penurunan fungsional pada pasien OA, termasuk yang

berusia lebih tua. Penurunan berat badan mengurangi stres pada lutut atau

pinggul yang terkena. Manfaat penurunan berat badan, baik yang diperoleh

melalui olahraga teratur dan diet atau melalui intervensi bedah, dapat meluas

tidak hanya untuk meredakan gejala saja tetapi juga memperlambat

20
degradasi tulang rawan pada sendi yang menahan beban (misalnya, lutut).

Selain itu, penurunan berat badan menurunkan kadar sitokin inflamasi dan

adipokin yang mungkin berperan dalam degradasi tulang rawan (Lozada et

al., 2020).

3. Terapi fisik dan rehabilitasi. Terapi ini bertujuan untuk melatih pasien agar

persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi

sendi yang sakit, misalnya latihan khusus untuk memperkuat otot di sekitar

sendi yang terkena dan menggunakan alas kaki yang disarankan (Apley &

Solomon, 2018; Soeroso dkk, 2009).

B. Terapi Farmakologis

1. Analgesik Oral Non-Opiat. Obat golongan ini memberi efek anti nyeri dan

obat yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri OA adalah

acetaminophen. Biasanya penderita mengonsumsi ini untuk mengatasi nyeri

OA dan jika merasa gejala tidak membaik dengan terapi non-farmakologis

(Lozada et al., 2020; Soeroso dkk, 2009).

2. Analgesik Topikal. Analgesik topikal digunakan untuk OA yang melibatkan

sendi yang relatif superfisial, seperti sendi lutut dan sendi tangan. Obat ini

jauh kurang efektif untuk sendi yang terletak lebih dalam, seperti sendi

panggul. Capsaicin merupakan analgesik topikal pilihan pada OA (Lozada

et al., 2020).

3. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid). OAINS memiliki efek analgetik

dan anti inflamasi. Karena pasien OA kebanyakan usia lanjut, pemberian

obat golongan ini harus hati-hati. Saat ini, obat pilihan pertama untuk

21
mengatasi nyeri OA pada golongan ini adalah natrium diklofenak (Lozada

et al., 2020).

4. Analgesik Opioid. Golongan obat ini digunakan pada pasien yang rasa

sakitnya belum terkontrol dengan golongan analgesik yang lebih lemah.

Misalnya pada pasien yang tidak menginginkan operasi penggantian sendi,

sakit secara medis untuk penggantian sendi, bukan kandidat untuk

penggantian sendi karena alasan lain, atau mencoba mengulur waktu untuk

operasi penggantian sendi berikutnya. Obat pada golongan ini adalah

tramadol (Lozada et al., 2020).

5. Chondroprotective agent. Obat ini dapat menjaga atau merangsang

perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti

menggolongkan obat tersebut dalam Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs

(SAAOD) atau Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs).

Yang termasuk dalam kelompok obat ini: tetrasiklin, asam hialuronat,

kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase, dan

sebagainya (Soeroso dkk, 2009).

6. Obat relaksasi otot (muscle relaxant). Penggunaan muscle relaxant tertentu,

seperti caprisoprodol, dantrolene, baclofen, telah terbukti memberi

perbaikan terhadap OA (Lozada et al., 2020).

7. Steroid intra-artikuler. Injeksi steroid intra-artikuler umumnya

menghasilkan penurunan nyeri lutut osteoartritik yang signifikan secara

klinis dan statistik segera setelah 1 minggu setelah injeksi. Efeknya bisa

bertahan sekitar 4-6 pekan per injeksi (Lozada et al., 2020).

22
C. Terapi Bedah

1. Artroskopi. Artroskopi diindikasikan untuk menghilangkan robekan

meniscus dan bagian tulang rawan yang terlepas (produk degradasi rawan

sendi). Pengobatan ini memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi dan

harus dilakukan hanya oleh ahli bedah yang berpengalaman dalam teknik

bedah artroskopi (Lozada et al., 2020).

2. Osteotomi. Osteotomi digunakan pada pasien aktif yang berusia kurang dari

60 tahun yang memiliki malalignment sendi panggul atau lutut dan ingin

melanjutkan aktivitas fisik yang wajar. Prinsip yang mendasari prosedur ini

adalah memindahkan beban dari tulang rawan yang rusak di aspek medial

lutut ke aspek lateral yang sehat dari lutut. Osteotomi paling bermanfaat

untuk genu varum yang signifikan, atau kelainan bentuk kaki O (bowlegs).

Osteotomi seringkali dapat membantu pasien untuk melakukan artroplasti

lutut total hingga usia mereka lebih tua (Lozada et al., 2020).

3. Artroplasti (penggantian sendi). Artroplasti merupakan operasi

pengangkatan permukaan sendi lalu disisipkan prostesis logam dan plastik.

Prostesis ini ditahan di tempatnya dengan semen atau dengan pertumbuhan

tulang (bone ingrowth) ke lapisan berpori pada prostesis. Penggunaan

semen menghasilkan pereda nyeri yang lebih cepat, tetapi pertumbuhan

tulang (bone ingrowth) dapat memberikan ikatan yang lebih tahan lama;

karenanya, protesa dengan lapisan berpori digunakan pada pasien yang lebih

muda. Artroplasti dilakukan jika semua modalitas lain tidak efektif dan

osteotomi tidak sesuai atau jika pasien tidak dapat melakukan aktivitas

sehari-hari meskipun telah menjalani terapi maksimal. Prosedur ini

23
mengurangi rasa sakit dan dapat meningkatkan fungsi. Minimal 10-15 tahun

kelangsungan hidup diharapkan dari penggantian sendi jika tidak ada

komplikasi (Lozada et al., 2020).

4. Fusion sendi (arthrodesis). Fusion sendi (arthrodesis) ialah menyatukan

tulang di kedua sisi sendi. Prosedur ini mengurangi rasa sakit tetapi

menghambat gerakan dan memberi lebih banyak tekanan pada sendi di

sekitarnya. Prosedur ini terkadang digunakan setelah artroplasti lutut gagal

atau sebagai prosedur utama untuk artritis pada sendi pergelangan kaki

(ankle) atau kaki (Lozada et al., 2020).

2.2. Underweight

Underweight (kurus) diartikan sebagai berat badan/status gizi yang kurang

dari normal. Seseorang dikatakan underweight apabila memiliki Indeks Massa

Tubuh (IMT) kurang dari 18,5 kg/m2 (Kemenkes, 2017).

2.3. Osteoartritis pada Underweight

Saat terkena osteoartritis, seseorang dapat mengalami gangguan dalam

aktivitas sehari-hari, bahkan dapat menyebabkan disabilitas. Penelitian yang

dilakukan oleh N. Ghosh, et al., yang meneliti disabilitas pada pasien yang berisiko

tinggi terkena OA lutut dengan berat badan Underweight, Overweight, dan Obese,

didapatkan pasien dengan BMI Underweight tidak signifikan secara statistik

menderita disabilitas. (N. Ghosh et al, 2018)

24
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Usia

Jenis Kelamin

Riwayat Keluarga

Pekerjaan

Penyebab OA Osteoartritis
pada pasien
underweight
Penyakit Penyerta

Riwayat Trauma pada Sendi


yang terkena OA

Kelainan pertumbuhan

Densitas Tulang

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

25

Anda mungkin juga menyukai