Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kasus

Dermatitis Seboroik

Oleh:
Reka Amelia
NIM. 2130912320025

Pembimbing:
dr. Sukses Hadi, Sp. KK

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
Agustus, 2022
LAPORAN KASUS
DERMATITIS SEBOROIK
Reka Amelia/2130912320025
SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin

Pendahuluan

Dermatitis seboroik (DS) merupakan kelainan kulit inflamasi kronis dan/atau

kambuhan dengan predileksi pada daerah kulit yang banyak memiliki kelenjar sebasea

(daerah seboroik), yaitu kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, di atas bibir, di belakang telinga,

dan dada. Gejala utama DS adalah eritema-skuamosa tampak bersisik, berminyak dan

berwarna kuning hingga putih. Prevalensi global DS sejumlah 5%. DS ditemui pada seluruh

kelompok etnis dan negara berkembang maupun maju. Laki-laki lebih sering terkena DS

dibandingkan perempuan. DS banyak ditemukan pada usia sekitar 3 bulan dan 40 tahun ke

atas.1

Penyebab utama dari DS masih belum diketahui. Jamur bentuk ragi genus Malassezia

sp. telah dianggap sebagai faktor predisposisi utama DS, meskipun hubungan keduanya

belum dapat dibuktikan. Malassezia sp. bersifat lipofilik, flora normal kulit, memerlukan

lipid sebagai media pertumbuhan. Faktor yang dapat meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea

akan menguntungkan bagi Malassezia sp. Malassezia sp. dapat memetabolisme sebum dan

menghasilkan asam oleat dan asam arakidonat yang menimbulkan respon inflamasi.

Berkumpulnya sel imun ke tempat inflamasi dan juga pelepasan sitokin dan kemokin

proinflmasi diperkirakan dapat mengganggu fungsi lapisan epidermis. Hal ini membuat lebih

banyak lagi Malassezia sp. yang dapat membuat inflamasi berkelanjutan.1–3


DS sering dikaitkan dengan kerentanan individu dan peningkatan aktivitas kelenjar

sebasea yang dapat mengganggu fungsi lapisan epidermis. Faktor risiko DS salah satunya

adalah HIV (human immunodeficiency virus). Faktor risiko DS karena peningkatan kelenjar

sebasea seperti penyakit hiperprolaktinemia, Mutasi genetik pada zinc finger protein 750

(ZNF750), parkinson's disease, Alzheimer's diseases, pasien dengan stres, depresi, dan

gangguan makan.1

DS didiagnosis berdasakan lokasi dan ujud kelainan kulit (UKK) lesi. Pada bayi,

dapat ditemukan sisik berminyak kuning sampai putih tebal yang banyak ditemukan pada

kulit kepala. Pada remaja dan orang dewasa, ditemukan eritema dengan bersisik kuning

sampai putih, dan berminyak pada daerah sebasea. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan

pemeriksaan KOH 20% (kalium hidroksida), dan swab kultur.4,5

Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu kasus dermatitis seboroik

dengan gambaran klinis makula eritem pada area lipatan leher,dada,punggung dan kedua

lipatan lengan.

KASUS

Seorang laki-laki berumur 21 tahun, bangsa Indonesia, suku Melayu, alamat Bangka

Belitung, beragama islam, seorang Mahasiswa, datang berobat ke poliklinik Penyakit Kulit

dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 16 Agustus 2022, dengan keluhan utama

bercak kemerahan di daerah lipatan leher, dada, punggung, dan kedua lipatan lengan.

(I) ANAMESIS

Penderita mengeluhkan bercak kemerahan pada lipatan leher,dada,punggung, dan

kedua lipatan lengan. Bercak kemerahan dirasakan panas saat terkena sinar matahari. Bercak

awalnya muncul dari perut dan menjalar ke lipatan leher, dada, punggung belakang, dan
lipatan tangan. Bercak awalnya muncul pertama kali dengan warna merah muda,kemerahan

lalu diatasnya disertai dengan lapisan kulit mati yang lama kelamaan menjadi kehitaman,

bercak nampak simetris kiri kanan . Pada saat awal muncul pasien mengatakan pada rambut

kepala juga sempat berketombe banyak, namun sekarang sudah tidak lagi. Pasien mengatakan

bercak kemerahan telah muncul sejak 2015 , sebelumnya adik pasien juga mengalami hal

serupa. Pasien memiliki perliharaan ayam dirumah dan sering kontak langsung. Pasien

pernah berobat ke poli penyakit kulit pada tahun 2021 dan diberikan obat cetirizine dan

metilprednisolon dan salep. Pasien mengatakan ada perbaikan pada saat menggunakan obat-

obatan tersebut, namun kambuh lagi. Pasien merupakan penderita hipertiroid yang

didiagnosa sejak 2021 dan rutin pengobatan. Sebelum tahun 2015 pasien belum pernah

menderita keluhan serupa. Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.

(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Tekanan darah : 160/100 mmHg

HR : 90x/menit

RR : 19x/menit

Suhu : 37,0oC

SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)


STATUS GENERALIS

Kepala : Normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus

Mata : Konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), nystagmus (-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,

vesicular, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri tekan (-),

hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, Edema

+ + - -

+ + - -

STATUS DERMATO-VENEROLOGIK

I. Gambaran Umum

Warna Kulit : Putih

Turgor Kulit : Cepat kembali

II. Gambaran Khusus

Regio colli
UKK I : eritema
UKK II: -
Regio ekstremitas d/s
UKK I : eritema
UKK II: skuama, bercak berwarna merah

Regio thorax anterior


UKK I : eritema
UKK II : -

Regio thorax posterior


UKK I : eritema
UKK II: -
III. DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis seboroik

2. Psoriasis

3. Pitiriasis rosea

IV. DIAGNOSIS SEMENTARA

Dermatitis Seboroik

V. PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan KOH 20%

2. Histopatologi

VI. DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Seboroik

VII. PENGOBATAN

1. - Klobetasol propionate 0,05% 2x seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2


minggu.
-Carmed 20% tube 2x/hari

2. Loratadine tab 1x10mg

3. Ketokonazole tab 2x200mg

VIII.PROGNOSIS

Ad Vitam: bonam

Ad Sanationam: dubia ad bonam

Ad Kosmetikum: bonam
IX. ANJURAN/SARAN

1. Menghindari faktor pemicu/pencetus misalnya :

 Penggunaan pendingin ruangan (air conditioner) atau udara dengan

kelembapan rendah di lingkungan kerja

 Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi iritasi

 Hindari bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi

 Mengkonsumsi makanan rendah lemak

 Tetap menjaga higiene kulit

2. Mencari faktor-faktor predisposisi yang diduga sebagai penyebab

3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai perjalanan penyakit (tujuan

pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaan obat,

dan efek samping obat yang mungkin terjadi)

4. Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit dan menghindari pengobatan diluar

yang diresepkan

PEMBICARAAN

Diagnosis Diagnosis dermatitis seboroik pada penderita ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis penderita ialah laki-laki berumur

21 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa dermatitis seborik lebih banyak di alami

oleh laki-laki dan pada onset usia antara 20-50 tahun.

Dermatitis seboroik merupakan Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit

papuloskuamosa. dengan predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan.

Dermatitis ini dikaitkan dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis mengikuti

kelembaban lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma, dengan penyebaran lesi dimulai
dari derajat ringan , misalnya ketombe sampai dengan bentuk eritroderma. Sesuai dengan

yang dikeluhkan pasien.

Peranan kelenjar sebasea dalam patogenesis dermatitis seboroik masih diperdebatkan,

sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami dermatitis seboroik,

menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan menurun pada perempuan.

Dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut sebagai dermatitis di daerah sebasea. okasi

yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut; wajah: alis, lipat nasolabial, side

bum; telinga dan liang telinga; bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal,

genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan skuama kuning berminyak,

eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tanda

awal manifestasi dermatitis seboroik. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada

tahap lanjut menjadi plak eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian

plak di sepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona seboroika. Pada fase kronis

dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga dijumpai pada daerah retroaurikular. Bila

terjadi di liang telinga, lesi berupa otitis ekstema atau di kelopak mata sebagai blefaritis.

Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai pitiriasifrom (mirip pitiriasis rosea) atau anular.

Pada keadaan parah dermatitis seboroik dapat berkembang menjadi eritroderma. Obat-obatan

yang memicu dermatitis seboroik antara lain: buspiron, klorpromazin, simetidine, etionamid,

fluorourasil, gold, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, litium, metoksalen, metildopa,

fenotiazine, psorale.

Dianosis banding psoriasis dapat disingkarkan melalui anamnesis dan klinis.

Meskipun gejala klinis psoriasis mirip dengan DS tetapi pada psoriasis terdapat papul merah

bersisik yang dapat membentuk plakat oval yang lebih tebal. Psoriasis juga tidak selalu

terjadi pada daerah seboroik tetapi pada lebih sering pada daerah koebner. Lesi psoriasis

berupa eritema-skuama tetapi dapat membentuk UKK plakat yang bewarna putih dan lebih
tebal dari lesi DS. Pada pemeriksaan Auspitz dan Karsvlek ditemukan positif pada psoriasis

dan negatif pada DS. Diagnosis banding pitiriasis rosea dapat disingkarkan melalui

anamnesis dan klinis. dibedakan dengan pitiriasis rosea yang memiliki medallion patch

dan distribusi lesinya yang sesuai seperti batang tubuh seperti pola pohon cemara terbalik.

Lesi pada pitiriasis rosea tidak berwarna kekuningan maupun berminyak. Pemeriksaan

mikroskopis langsung dengan larutan KOH dapat digunakan untuk menyingkarkan diagnosis

istopatologi DS stadium akut menunjukkan infiltrat perivaskular superfisial dan sel radang

perifolikular, terutama terdiri atas limfosit dan histiosit. Terdapat spongiosis, hiperplasia

psoriasiformis, dan parakeratosis di sekeliling muara folikel atau follicular ostia

(shoulder parakeratosis).4

Tujuan diagnosis dan pengobatan Dermatitis seboroik ialah untuk mengidentifikasi

dan menghindari factor yang memperberat. Pengobatan pada dermatitis seboroik bersifat

simptomatik dan bertujuan untuk mengurangi rasa panas dan gatal, serta menghambat

pertumbuhan jamur. Tatalaksana dermatitis seboroik diberikan obat anti jamur sampo untuk

kulit kepala dan sediaan oral. Klobetasol propionate 0,05% 2x seminggu, didiamkan selama 5

menit selama 2 minggu, Ketokonazol tab 2x200 mg yang bertujuan untuk mengurangi

pertumbuhan dari jamur Malassezia sp. Pasien juga diberikan obat topical keratolitik untuk

menghilangan lapisan kulit yang mengelupas yakni Carmed 20% tube 2x/hari, dan diberikan

Antihistamin untuk ruam kulit yang gatal yakni Loratadine 1x10 mg.

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus dermatitis seboroik dengan gambaran klinis makula

eritema dan hyperpigmentasi, pada seorang laki-laki 21 tahun, seorang Mahasiswa. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pengobatan pada penderita

diberikan Klobetasol propionate 0,05% 2x seminggu, didiamkan selama 5 menit selama 2

minggu, Ketokonazol tab 2x200 mg yang bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan dari
jamur Malassezia sp. Pasien juga diberikan obat topical keratolitik untuk menghilangan

lapisan kulit yang mengelupas yakni Carmed 20% tube 2x/hari, dan diberikan Antihistamin

untuk ruam kulit yang gatal yakni Loratadine 1x10 mg. Prognosis pada penderita ini baik

apabila factor pencetus dapat dihambat. dan pengobatan diberikan secara teratur.

Dibacakan tanggal : Agustus 2022

Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA

1. Dermatitis: Three Novel Trichoscopic Signs and Its Correlation to Malassezia sp.
Colonization. Skin Appendage Disord. 2019;5(5):288–92.
2. Wikramanayake TC, Borda LJ, Miteva M, Paus R. Seborrheic dermatitis Looking
beyond Malassezia. Exp Dermatol. 2019 Sep;28(9):991–1001.
3. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 8th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2017.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/213/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Dermatitis Seboroik. 2019 Apr;
5. Clark GW, Pope SM. Diagnosis and Treatment of Seborrheic Dermatitis.

Anda mungkin juga menyukai