Dermatitis Seboroik
Oleh:
Reka Amelia
NIM. 2130912320025
Pembimbing:
dr. Sukses Hadi, Sp. KK
Pendahuluan
kambuhan dengan predileksi pada daerah kulit yang banyak memiliki kelenjar sebasea
(daerah seboroik), yaitu kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, di atas bibir, di belakang telinga,
dan dada. Gejala utama DS adalah eritema-skuamosa tampak bersisik, berminyak dan
berwarna kuning hingga putih. Prevalensi global DS sejumlah 5%. DS ditemui pada seluruh
kelompok etnis dan negara berkembang maupun maju. Laki-laki lebih sering terkena DS
dibandingkan perempuan. DS banyak ditemukan pada usia sekitar 3 bulan dan 40 tahun ke
atas.1
Penyebab utama dari DS masih belum diketahui. Jamur bentuk ragi genus Malassezia
sp. telah dianggap sebagai faktor predisposisi utama DS, meskipun hubungan keduanya
belum dapat dibuktikan. Malassezia sp. bersifat lipofilik, flora normal kulit, memerlukan
lipid sebagai media pertumbuhan. Faktor yang dapat meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea
akan menguntungkan bagi Malassezia sp. Malassezia sp. dapat memetabolisme sebum dan
menghasilkan asam oleat dan asam arakidonat yang menimbulkan respon inflamasi.
Berkumpulnya sel imun ke tempat inflamasi dan juga pelepasan sitokin dan kemokin
proinflmasi diperkirakan dapat mengganggu fungsi lapisan epidermis. Hal ini membuat lebih
sebasea yang dapat mengganggu fungsi lapisan epidermis. Faktor risiko DS salah satunya
adalah HIV (human immunodeficiency virus). Faktor risiko DS karena peningkatan kelenjar
sebasea seperti penyakit hiperprolaktinemia, Mutasi genetik pada zinc finger protein 750
(ZNF750), parkinson's disease, Alzheimer's diseases, pasien dengan stres, depresi, dan
gangguan makan.1
DS didiagnosis berdasakan lokasi dan ujud kelainan kulit (UKK) lesi. Pada bayi,
dapat ditemukan sisik berminyak kuning sampai putih tebal yang banyak ditemukan pada
kulit kepala. Pada remaja dan orang dewasa, ditemukan eritema dengan bersisik kuning
sampai putih, dan berminyak pada daerah sebasea. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu kasus dermatitis seboroik
dengan gambaran klinis makula eritem pada area lipatan leher,dada,punggung dan kedua
lipatan lengan.
KASUS
Seorang laki-laki berumur 21 tahun, bangsa Indonesia, suku Melayu, alamat Bangka
Belitung, beragama islam, seorang Mahasiswa, datang berobat ke poliklinik Penyakit Kulit
dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 16 Agustus 2022, dengan keluhan utama
bercak kemerahan di daerah lipatan leher, dada, punggung, dan kedua lipatan lengan.
(I) ANAMESIS
kedua lipatan lengan. Bercak kemerahan dirasakan panas saat terkena sinar matahari. Bercak
awalnya muncul dari perut dan menjalar ke lipatan leher, dada, punggung belakang, dan
lipatan tangan. Bercak awalnya muncul pertama kali dengan warna merah muda,kemerahan
lalu diatasnya disertai dengan lapisan kulit mati yang lama kelamaan menjadi kehitaman,
bercak nampak simetris kiri kanan . Pada saat awal muncul pasien mengatakan pada rambut
kepala juga sempat berketombe banyak, namun sekarang sudah tidak lagi. Pasien mengatakan
bercak kemerahan telah muncul sejak 2015 , sebelumnya adik pasien juga mengalami hal
serupa. Pasien memiliki perliharaan ayam dirumah dan sering kontak langsung. Pasien
pernah berobat ke poli penyakit kulit pada tahun 2021 dan diberikan obat cetirizine dan
metilprednisolon dan salep. Pasien mengatakan ada perbaikan pada saat menggunakan obat-
obatan tersebut, namun kambuh lagi. Pasien merupakan penderita hipertiroid yang
didiagnosa sejak 2021 dan rutin pengobatan. Sebelum tahun 2015 pasien belum pernah
menderita keluhan serupa. Riwayat alergi makanan dan alergi obat disangkal.
STATUS PRESENT
Kesadaran : Komposmentis
HR : 90x/menit
RR : 19x/menit
Suhu : 37,0oC
Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,
Abdomen : datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri tekan (-),
+ + - -
+ + - -
STATUS DERMATO-VENEROLOGIK
I. Gambaran Umum
Regio colli
UKK I : eritema
UKK II: -
Regio ekstremitas d/s
UKK I : eritema
UKK II: skuama, bercak berwarna merah
1. Dermatitis seboroik
2. Psoriasis
3. Pitiriasis rosea
Dermatitis Seboroik
2. Histopatologi
Dermatitis Seboroik
VII. PENGOBATAN
VIII.PROGNOSIS
Ad Vitam: bonam
Ad Kosmetikum: bonam
IX. ANJURAN/SARAN
pengobatan, hasil pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara penggunaan obat,
yang diresepkan
PEMBICARAAN
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis penderita ialah laki-laki berumur
21 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa dermatitis seborik lebih banyak di alami
papuloskuamosa. dengan predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan.
kelembaban lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma, dengan penyebaran lesi dimulai
dari derajat ringan , misalnya ketombe sampai dengan bentuk eritroderma. Sesuai dengan
sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami dermatitis seboroik,
menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan menurun pada perempuan.
Dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut sebagai dermatitis di daerah sebasea. okasi
yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut; wajah: alis, lipat nasolabial, side
bum; telinga dan liang telinga; bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal,
genital, ketiak. Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan skuama kuning berminyak,
eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tanda
awal manifestasi dermatitis seboroik. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada
tahap lanjut menjadi plak eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian
plak di sepanjang batas rambut frontal dan disebut sebagai korona seboroika. Pada fase kronis
dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga dijumpai pada daerah retroaurikular. Bila
terjadi di liang telinga, lesi berupa otitis ekstema atau di kelopak mata sebagai blefaritis.
Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai pitiriasifrom (mirip pitiriasis rosea) atau anular.
Pada keadaan parah dermatitis seboroik dapat berkembang menjadi eritroderma. Obat-obatan
yang memicu dermatitis seboroik antara lain: buspiron, klorpromazin, simetidine, etionamid,
fenotiazine, psorale.
Meskipun gejala klinis psoriasis mirip dengan DS tetapi pada psoriasis terdapat papul merah
bersisik yang dapat membentuk plakat oval yang lebih tebal. Psoriasis juga tidak selalu
terjadi pada daerah seboroik tetapi pada lebih sering pada daerah koebner. Lesi psoriasis
berupa eritema-skuama tetapi dapat membentuk UKK plakat yang bewarna putih dan lebih
tebal dari lesi DS. Pada pemeriksaan Auspitz dan Karsvlek ditemukan positif pada psoriasis
dan negatif pada DS. Diagnosis banding pitiriasis rosea dapat disingkarkan melalui
anamnesis dan klinis. dibedakan dengan pitiriasis rosea yang memiliki medallion patch
dan distribusi lesinya yang sesuai seperti batang tubuh seperti pola pohon cemara terbalik.
Lesi pada pitiriasis rosea tidak berwarna kekuningan maupun berminyak. Pemeriksaan
mikroskopis langsung dengan larutan KOH dapat digunakan untuk menyingkarkan diagnosis
istopatologi DS stadium akut menunjukkan infiltrat perivaskular superfisial dan sel radang
perifolikular, terutama terdiri atas limfosit dan histiosit. Terdapat spongiosis, hiperplasia
(shoulder parakeratosis).4
dan menghindari factor yang memperberat. Pengobatan pada dermatitis seboroik bersifat
simptomatik dan bertujuan untuk mengurangi rasa panas dan gatal, serta menghambat
pertumbuhan jamur. Tatalaksana dermatitis seboroik diberikan obat anti jamur sampo untuk
kulit kepala dan sediaan oral. Klobetasol propionate 0,05% 2x seminggu, didiamkan selama 5
menit selama 2 minggu, Ketokonazol tab 2x200 mg yang bertujuan untuk mengurangi
pertumbuhan dari jamur Malassezia sp. Pasien juga diberikan obat topical keratolitik untuk
menghilangan lapisan kulit yang mengelupas yakni Carmed 20% tube 2x/hari, dan diberikan
Antihistamin untuk ruam kulit yang gatal yakni Loratadine 1x10 mg.
RINGKASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus dermatitis seboroik dengan gambaran klinis makula
eritema dan hyperpigmentasi, pada seorang laki-laki 21 tahun, seorang Mahasiswa. Diagnosis
minggu, Ketokonazol tab 2x200 mg yang bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan dari
jamur Malassezia sp. Pasien juga diberikan obat topical keratolitik untuk menghilangan
lapisan kulit yang mengelupas yakni Carmed 20% tube 2x/hari, dan diberikan Antihistamin
untuk ruam kulit yang gatal yakni Loratadine 1x10 mg. Prognosis pada penderita ini baik
apabila factor pencetus dapat dihambat. dan pengobatan diberikan secara teratur.
Mengetahui :
DAFTAR PUSTAKA
1. Dermatitis: Three Novel Trichoscopic Signs and Its Correlation to Malassezia sp.
Colonization. Skin Appendage Disord. 2019;5(5):288–92.
2. Wikramanayake TC, Borda LJ, Miteva M, Paus R. Seborrheic dermatitis Looking
beyond Malassezia. Exp Dermatol. 2019 Sep;28(9):991–1001.
3. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Roh EK. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis
of Clinical Dermatology. 8th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2017.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/213/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Dermatitis Seboroik. 2019 Apr;
5. Clark GW, Pope SM. Diagnosis and Treatment of Seborrheic Dermatitis.