Anda di halaman 1dari 32

Refleksi Kasus

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


“Dermatitis Seboroik”

Oleh :
Hans Kristian Owen

Pembimbing :
dr. Rosmarini E.S.H, M.Sc, Sp.KK
Tinjauan Pustaka
Definisi
Dermatitis Seboroik (DS) adalah kelainan kulit papuloskuama
dengan predileksi di daerah kaya sebasea seperti scalp,
wajah, dan badan. Penyakit ini adalah penyakit kronis dan
mudah berulang.
DS seringkali dikaitkan dengan koloni Malassezia, gangguan
imunologis, peningkatan kelembapan lingkungan, trauma
dengan lesi, dan penyakit neurologis.
Epidemiologi
Dermatitis seboroik secara umum kejadiannya berkisar 3-5%
kebanyakan merupakan dewasa muda.

Bisa terjadi pada segala usia dengan 2 puncak kelompok usia


yaitu 3 bulan awal dan usia 40-70 tahun.

Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Tidak ada perbedaan faktor resiko pada ras tertentu.

Penderita penyakit AIDS memiliki kecenderungan terkena DS


dimana 36% penderita AIDS mengalami DS.
Etiopatogenesis
Ada beberapa penyebab dan belum jelas secara pasti tetapi
beberapa hal dapat berpengaruh dengan kejadian DS.

A. Kolonisasi jamur Malassezia


Malassezia sp. merupakan jamur lipofilik dan flora normal
pada kulit orang dewasa. Jamur ini membutuhkan lipid untuk
tumbuh dan berpoliferasi sehingga banyak ditemui di daerah
kaya lipid.
Malassezia mendegradasi sebum dengan enzim lipase menjadi
berbagai asam lemak. Hanya asam lemak spesifik yang diambil
oleh jamur dan unsaturated fatty acid (yang tidak diambil)
yang terbanyak adalah bentuk asam oleat ditinggal di kulit.
Hal ini diduga yang berperan dalam pembentukan skuama pada
DS.
Etiopatogenesis
B. Gangguan imunologis
Sistem inummitas yang rendah seperti pada penderita AIDS
dan keganasan, meningkatkan resiki terjadinya DS.
Hal ini mungkin diperantarai keadaan pasien dimana banyaknya
konsumsi obat dan kondisi stress yang akhirnya
mengakibatkan gangguan metabolisme lipid yang nantinya akan
meningkatkann sensitivitas terhadap mediator inflamasi pada
Malassezia.
Beberapa obat yang dapat memicu kejadian DS adalah :
griseofulvin, simetidin, lithium, metildopa, haloperidol,
klorpazamin, etionamid, interferon, methoxsalen, dan
thiothixene.
Etiopatogenesis
B. Aktifitas kelenjar sebasea
Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi baru lahir
setara dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada
usia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa bulan
pertama bayi memiliki kelenjar sebasea dengan tingkat
sekresi sebum yang tinggi.
Berbeda dengan kondisi dermatitis seboroik yang terjadi
pada masa remaja dan dewasa. Pada dewasa, tidak ada
hubungan yang erat antara peningkatan produksi sebum
dengan dermatitis seboroik. Meskipun kematangan kelenjar
sebasea rupanya merupakan faktor predisposisi timbulnya
dermatitis seboroik, tetapi tidak ada hubungan langsung
secara kuantitatif antara keaktifan kelenjar tersebut dengan
kejadian dermatitis seboroik.
Gejala Klinis
Secara umum kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya kurang tegas.
Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil
yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-
skuama yang halus dan kasar.

Pada Bayi :
• Di area kepala ditandai : krusta tebal, pecah-pecah,
berwarna kekuningan dan berminyak disebut cradle cap.
• Di bagian tubuh yang lain, ditandai : ruam berwarna
kemerahan, merah kekuningan, dengan krusta berminyak
yang menutupi permukaannya.
Gejala Klinis
Pada dewasa umumnya ditandai :
• Keluhan gatal
• Peradangan pada area seboroik dengan gambaran berbagai
bentuk lesi yang simetris, berwarna kemerahan atau
kekuningan disertai dengan adanya skuama, krusta, basah
berminyak, dan bisa juga kering.
• Residif dan bersifat kronis.

Lesi pada kulit kepala dibagi 2 yaitu :


1. Pitryasis sicca
2. Pitryasis steatoides
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis.

Apabila diagnosis meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan


kerokan kulit dengan pewarnaan KOH untuk menyingkirkan
infeksi jamur atau dilakukan biopsi kulit.
Diagnosis
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah
skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di
tempat-tempat seboroik.

Melakukan tes tetesan lilin dan auspitz bisa dilakukan untuk


menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan penunjang bisa digunakan untuk menegakkan
diagnosis jika masih meragukan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari DS beragam di setiap tempatnya.
 Kepala : psoriasis, dermatitis atopik, tinea capitis
 Saluran telinga : psoriasis, dermatitis kontak, otomikosis
 Wajah : psoriasis rosacea, dermatitis kontak
 Dada dan punggung : pityriasis versicolor, pityriasis rosea
 Paha dan pantat : kandidiasis, erytrasma
 Daerah intertriginosa : psoriasis inversa, kandidiasis,
dermatitis kontak
Diagnosis Banding
Diagnosis Banding
Tata Laksana
Secara umum, penatalaksanaan pada dermatitis seboroik
bertujuan untuk menghilangkan sisik dengan keratolitik dan
sampo, menghambat pertumbuhan jamur, dan mencegah
infeksi sekunder. Pengobatan tidak menyembuhkan secara
permanen, pengobatan dilakukan berulang saat gejala timbul.

Tata laksana yang bisa dilakukan adalah :


 Sampo yang mengandung anti malassezia, misalnya selenium
sulfida, zinc pitirhione, ketokoazole, berbagai sampo yang
mengandung ter dab solusio terbirafine 1%
 Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah
sebum dilakukan mencuci wajah berulang.
 Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim antifungal
seperti imidazol dan turunannya
Tata Laksana
 Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung
asam salisilat atau sulfur
 Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topikal
potensi sedang
 Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi
konvensional,, dapat digunakan terapi sinar ultraviolet-B
atau pemberian oral intrakonazole 100mg/hari selama 21
hari.
 Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada
dermatitis seboroik luas dapat diberikan prednisolon
30mg/hari untuk respon cepat.
Prognosis
Pada bayi prognosisnya baik dimana dapat sembuh, berbeda
dengan dewasa yang sering relaps dan dalam kondisi kronis.

Bayi yang menderita dermatitis seboroik pada saat bayi belum


tentu akan mengalami hal yang sama saat dewasa.

Dermatitis seboroik yang berat pada dewasa bisa menjadi


peresisten.
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. R.A.
• Usia : 23 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Jl. Diponegoro, Jember
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Suku : Jawa
• Agama : Islam

21
Anamnesis
Keluhan Utama :
Keluar cairan kuning dan gatal pada kulit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


2 minggu lalu pasien merasakan gatal dan kering pada kulit kepala. Sering
digaruk sampai terasa panas pada kulit kepala. Pasien inisiatif keramas
tiap pagi dan sore setiap hari, gatal berkurang setelah keramas.
Setelah 1 minggu keramas 2x sehari, kepala mulai timbul ketombe putih-
putih kecil kadang besar dan timbul benjolan benjolan kasar dan keras di
kulit kepala. Kulit kepala semakin sering digaruk dengan sisir dan benjolan
dikeruk hingga keluar darah dan cairan lalu timbul luka.
5 hari lalu mulai keluar cairan warna kuning dari luka dan rambut
berminyak warna kekuningan. Saat tidur gatal menganggu dan cairan
kuning menempel pada alas tidur. Pasien akhirnya mulai mengurangi
keramas jadi 1x/2hari dan ganti sampo berkali-kali.
Gatal pada kulit kepala pasien tidak bisa ditahan dan cairan kuning masih
keluar banyak.
22
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat alergi disangkal, tidak pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya
Riwayat pasien tidak menderita hipertensi, diabetes melitus dan
penyakit menahun lain
Dahulu saat smp dan sma, pasien pernah gatal-gatal pada rambut
tetapi cepat berhenti

Riwayat Pengobatan :
Belum diberikan apapun pada kulit kepala
Pasien minum obat anti jamur beberapa hari lalu berhenti dan ganti
sampo khusus berkali kali tetapi tidak membaik

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pada keluarga tidak ada yang memiliki alergi pada bahan tertentu
Tidak ada keluhan serupa pada anggota keluarga
23
PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum :
• Keadaan Umum : cukup
• Kesadaran : CM
• Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : 36,5 oC
PEMERIKSAAN FISIK
b. Pemeriksaan khusus
• Kepala dan Leher
Mata : konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterus : -/-
refleks cahaya : +/+
Telinga : MAE normal, tidak ada sekret, MT terlihat
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK
• Ekstremitas
Akral hangat : sup +/+, inf+/+
Edema : sup -/-, inf-/-
Lesi putih pada elbow dan patella : -
PEMERIKSAAN FISIK
c. Status dermatologis
Pada regio scalp didapatkan plak erimatosa bentuk irreguler saling
menyambung, berbatas tidak tegas, diatasnya terdapat skuama tebal disertai
krusta warna kuning kehitaman dengan eskoriasi. Rambut berminyak dan
masih menempel kuat.
Pada regio aurikular dex et sin terdapat
skuama tipis berbatas tidak tegas
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
- Dermatitis Seboroik
- Psoriasis Scalp
- Tinea Capitis

Diagnosis Kerja :
Dermatitis Seboroik

28
TATA LAKSANA
Non medikamentosa :
• Menjelaskan supaya pasien tidak menggaruk dan mengelupas luka pada
kulit kepala atau mengurangi garukan terutama dengan benda lain
• Menjelaskan tidak sering keramas berlebih atau keramas sesuai
kebutuhan
• Menjelaskan menghindari hal yang membuat peroduksi keringat berlebih
seperti kelelahan setelah bekerja berat, kepanasan, dan stress

Medikamentosa :
 Oral Metil Prednisolon 8mg / pagi dan malam
 Oral Cetirizine 10 mg / pagi dan malam
 Topikal hidrokortison 2,5% + Asam Salisilat 3% / malam
 Sampo Selenium Sulfida dibilas setelah 5-10 menit 2-3 kali / minggu
Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
Terima Kasih
Daftar Pustaka
1. Tjut NAJ. Dermatitis Seboroik dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
2. Plewig G, Janssen T. Seborrheic dermatitis in Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
3. Luis JB, Tongyu CW. Seborrheic Dermatitis and Dandruff: A Comprehensive
Review. Journal Clincal Investigation Dermatology. December 2015.
4. Gary WC. Diagnosis and Treatment of Seborrheic Dermatitis. American Family
Physician Journal Vol. 9 No. 3. Febuary 2015.
5. SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR / RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Dermatitis Seboroik dalam Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press. 2005.

Anda mungkin juga menyukai