NEURO ANESTESI
Seorang wanita berumur 35 tahun dilarikan ke rumah sakit karena jatuh dari sepeda motor.
Sebelum masuk rumah sakit pasien sempat beberapa kali mengalami kejang dan muntah projektil.
GCS saat masuk adalah E4M5V4. Saat diobservasi di Instalasi Gawat Darurat, kesadaran semakin
menurun menjadi E2M4V3. Hasil CT scan menunjukkan adanya epidural hematom luas di daerah
temporoparietal kanan.
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah 160/95, N 90x/menit, laju nafas 20 x/menit, suhu 36,5 C
Hasil laboratorium:
Hb 12,5 g/dl, Ht 35%, Tr 256.000
Na 135, K 3,8, Ur 15, Cr 0,8, GD sewaktu 205
AGD : pH 7,43/pCO2 37/pO2 150/HCO3 21/BE-3/sat 98%
Thorax foto dan EKG dalam batas normal
Pertanyaan :
1. Komponen apa saja yang menentukan tekanan intra kranial? Bagaimana hubungan antara
volume intra kranial dengan tekanan intra kranial berdasarkan kurva compliance intra kranial?
Jawab:
Tulang kranium adalah intak dan memiliki kapasitas volume yang tetap.
Komponen intra kranial terdiri dari ;
1. Kompartemen parenkim otak : 80-85%
- Sel otak (neuro, glia dll)
- Cairan intraseluler dan ekstraseluler
2. Cairan serebrospinal : 7-10% produksi cairan serebrospinal 0,35-0,4mml/ menit/ 30
cc/ jam. 500-600 cc/HR.
3. Darah (arteri dan Nilai normal tekanan intra kranial 5-15 mmHg, volume normal otak
dewasa 1400 ml, Volume cairan serebrospinal total 75-150 ml, volume darah intra
kranial 150 ml. Peningkatan volume intra kranial sampai titik tertentu belum
menimbulkan peningkatan ICP karena adanya compliance dari komponen intra kranial,
tapi bila titik tersebut terlewati maka sedikit peningkatan volume intra kranial dapat
menimbulkan peningkatan ICP yang cukup besar. Bila ICP terus meningkat maka dapat
terjadi herniasi jaringan otak melewati yang menyebabkan kerusakan irreversible.
2. Apa saja tanda-tanda klinis peningkatan tekanan intra kranial dan apa yang disebut hipertensi
intra kranial?
Jawab :
Tanda klinis peningkatan tekanan intra kranial :
Sakit kepala, mual, muntah, papil edema (funduskopi), deficit neurologis (fokal), penurunan
tingkat kesadaran, reflek Cushing ( hipertensi, bradikardia).
Hipertensi intra kranial adalah peningkatan tekanan intra kranial > 15 mmHg yang menetap.
3. Apa hubungan tekanan intra kranial (ICP) dengan tekanan perfusi cerebral (CPP) dan tekanan
darah (MAP)?
Jawab :
CPP= MAP-ICP
Bila ICP meningkat maka CPP akan menurun dan dapat menimbulka iskemia serebral.
Iskemia serebral dapat menimbulkan gejala reflek Cushing (hipertensi, bradikardia) yang
menyebabkan meningkatnya MAP untuk mengkompensasi penurunan CPP.
Bila ICP terus meningkat maka penurunan CPP akan terus berlanjut dan tidak dapat
terkompensasi lagi sehingga akhirnya terjadi iskemia berat, herniasi, koma dan kematian
otak.
4. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan intra kranial dan
mencegah peningkatan lebih lanjut?
Jawab :
- Intubasi (sedasi- analgesi yang adekuat, bila diperlukan dengan pelumpuh otot) dan
hiperventilasi dengan target PCO2 30-35 mmHg atau PCO2 25 mmHg bila diperlukan, PaO2
> 100mmHg, tekanan intratorasik normal <30 cm H2O
- Elevasi kepala 15-30⁰, posisi leher lurus untuk mencegah kompresi vena juguler
- Optimalisasi tekanan darah (MAP> 70 mmHg) dengan pemberian cairan atau bila
diperlukan vasopressor untuk mempertahankan CPP
- Hindari dehidrasi atau overhidrasi
- Pemberian diuretic osmotic manitol (0,25-1 gr/kgbb) dan furosemide
- Pemberian barbiturate untuk menurunkan laju metabolic otak
- Hipotermia 34-36⁰, cegah hipotermia
- Drainase cairan serebrospinal dengan ventikulostomi atau kateter lumbal
- Pemakaian obat anestesi seperti propofol, thiopental, dan gas inhalasi (isofluran/
sevoflurane)
5. Bagaimana anda melakukan intubasi dan resiko apa saja yang dapat terjadi selama induksi
dan intubasi?
Jawab :
- Pasien diberikan premedikasi untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan aspirasi yang
sering terjadi pada kasus emergensi. Obat yang dapat dipakai antara lain: antacid dan anti
H2 reseptor seperti ranitidine 150 mg. Premedikasi yang bersifat sedasi harus digunakan
secara hati- hati karena dapat menimbulkan hipoventilasi dan peningkatan PCO2 yang dapat
menimbulkan vasodilatasi serebral yang menyebabkan peningkatan aliran darah otak (CBF)
dan meningkatkan tekanan intra kranial.
- Dengan posisi kepala lurus ( in line position) dan tidak melakukan ekstensi kepala
berlebihan, dilakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 2-3 menit, dilakukan
pemberian sedasi midazolam 0,05 mg/kgbb, fentanyl 1-2 u/kgbb, intubasi dilakukan dengan
menggunakan pelumpuh otot dengan onset singkat seperti rokuronium 0,9-1,2 mg/kg atau
suksinil kolin 1-1,5 mg/kg dengan didahului penggunaan dosis defasikulasi dengan
pelumpuh otot non depol. Pada kasus trauma disarankan untuk melakukan rapid sequence
induction dengan pertimbangan kemungkinan terjadinya regurgitasi dan aspirasi.
JAWAB :
Sebetulnya GCS ditemukan untuk mengukur gangguan kesadaran yang disebabkan oleh trauma
kepala.
Tentunya hal ini kurang tepat bila digunakan untuk menilai koma/gangguan kesadaran yang
bukan disebabkan oleh trauma, misalnya karena gangguan metabolic.
6. Apa perbedaan prinsip teknik penggunaan halotan dan isofluran pada maintenance setelah
induksi?
JAWAB :
Pada penggunaan halotan, perlu dilakukan hiperventilasi dulu agar efek halotan terhadap
kenaikan TIK tidak terjadi.
NEUROANESTESI
1. Hampir setiap hari di emergency department saudara mendapatka kasus trauma kepala yang
umumnya dengan tekanan kranial yang meningkat. Gambarkan kurva hubungan antara
volume dan TIK. Jelaskan doktrin “Monro-Kellie” dengan menggunakan kurva tersebut!
Jawab :
Doktrin Monro-Kellie :
Rongga tengkorak yang kaku mempunyai isi yang relatif konstan, berupa 3 kompartemen:
jaringan otak, cairan cerebrospinal dan darah yang ada dalam pembuluh darah otak.
Bila terjadi penambahan volume intrakranial, maka salah satu komponen isi intrakranial harus
dipindahkan agar tidak terjadi kenaikan tekanan intrakranial (darah vena atau CSF). Bila
penambahan volume terjadi lambat, dapat ditoleransi, sehingga peningkatan TIK kecil. Tetapi
bila pemindahan tidak mungkin lagi, maka terjadi peningkatan TIK yang tajam. Bila penambahan
volume terjadi mendadak (misalnya pada trauma kepala), kompensasi tidak terjadi sehingga TIK
mendadak tinggi.
2. Apabila pada saat pembedahan kraniotomi sedang berlangsung, mendadak dokter bedah
mengeluh otak menjadi tegang. Hal- hal apa yang harus saudara lakukan sebelum saudara
menjawab bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh masalah anestesi?
Jawab :
a. Dicek ulang, apakah semua tekanan yang relevan dengan hal TIK sudah terkendali:
Tekanan pada vena jugularis: tekanan langsung atau posisi kepala yang tidak benar
(rotasi, fleksi)
Tekanan jalan nafas yang meningkat (obstruksi, bronchospasme, straining,
relaksasi kurang, batuk)
Terjadi pneumothorax
PaCO₂ dan PaO₂
Apakah terjadi lonjakan MAP
b. Apakah terjadi peningkatan laju metabolisme (febris, nyeri, bangun, serangan kejang)
c. Apakah digunakan obat-obat yang potensial dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
otak (macam obat volatile anestesi, calcium channel blocker)
d. Apakah ada lesi intracranial yang tidak diketahui (perlu eksplorasi oleh sejawat bedah,
apakah ada perdarahan yang tidak terlihat).
*bila semua tersebut diaatas tidak ada maka dapat dikatakan penyebab tidak berkaitan dengan
anestesi. Mungkin terdapat massa (perdarahan).
3. Seorang pasien dengan meningioma besar, menjalani pembedahan yang berlangsung selama
8 jam, dengan perdarahan 4L. pasca bedah di ICU (masuk ICU jam 4 sore) untuk sementara
pasien tetap dalam ventilator, untuk dilakukan CT Scan 6 jam kemudian. Hasil CT-Scan tidak
didapatkan perdarahan, edema minimal. Karena selesai CT-Scan jam 23 malam, pasien
direncanakan diekstubasi menjelang pagi. Saudara datang untuk jaga di ICU jam 6 pagi, ternyata
pasien masih dalam ventilator dengan PaCO₂ 30 mmHg.