berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan
42,43 dan 43 minggu.
Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang
berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan
postterm dan menyebabkan oligohidramnion. Selain perubahan volume terjadi
pula perubahan komposisi cairan amnio menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi
karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phosphilipid. Dengan lepasnya
sejumlah lamellar bodies dari paru-paru janin dan perbandingan Lechitin terhadap
Spingomielin menjadi 4:1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran
mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning.
Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian
perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan
kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada
persalinan postterm.
Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat diukur dengan
pemeriksan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat populer. Dengan
mengukur diameter vertikal dari kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil
penjumlahan empat kuadran disebut Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang
dari 5 cm indikasi oligohidramnion. AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume
cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal. AFI 15-20 cm terjadi peningkatan
volume cairan amnion. Afi lebih dari 25 cm indikasi polihidramnion.
Perubahan pada plasenta
terjadinya
insufisiensi
plasenta
tetapi
tidak
adekuat
untuk
Pada pemeriksaan profil biofisik jika didapat nilai 10: janin normal,
dengan risiko rendah terjadi asfiksia kronik. Pada postterm pemeriksaan diulang 2
kali seminggu , jika nilai 8: Janin normal, dengan risiko rendah terjadi asfiksia
kronik. Bila ada ologohidramnion dilakukan terminasi kehamilan.
Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan adanya
mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi janin segera
dilahirkan dan memerlukan amnioinfusion untuk mengencerkan mekonium.
PENGELOLAAN INTRAPARTUM
Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi bahaya pada
janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus dipastikan adakah disporposi
kepala panggul, profil biofisik janin baik. Induksi kehamilan 42 minggu menjadi
satu putusan bila serviks belum matang denganmonitoring janin secara serial.
Pilihan persalinan tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada
kelainan kehamilan 41 minggu atau lebih dilakukan dua pengelolaan. Pengelolaan
tersebut adalah induksi persalinan dan monitoring janin. Selama persalinan dapat
terjadi fetal distress yang disebabkan kompresi tali pusat oleh karena
oligohidramnion. Fetal distress dimonitor dengan memeriksa pola denyut jantung
janin. Bila ditemukan variabel deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang
maka seksio cesarea segera dilakukan karena janin dalam bahaya.
Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka kemungkinan
terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat menyebabkan disfungsi
paru berat dan kematian janin. Keadaan ini dapat dikurangi tetapi tidak dapat
menghilangkan dengan penghisapan yang efektif pada faring setelah kepala lahir
dan sebelum dada lahir. Jika didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera
mungkin setelah lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.
PENATALAKSANAAN
1.
2.
ditetapkan
untuk
LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan umur 27 tahun , masuk ke KB rumah
sakit M. Djamil pada tanggal 29 Mei 2008 pukul 01.00 dg :
Keluhan Utama : nyeri pinggang hilang timbul sejak 5 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
-
Riwayat sosial:
-
Anak I, sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
-
Keadaan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: composmentif cooperatif
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi nadi
: 84x/menit
Frekuensi nafas
: 22x/menit
Suhu
: afebris
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Dada
Paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
Palpasi
: L1
L2
L3
L4
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: BJA 11-12-11
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal touch : pembukaan tidak ada
Portio tebal, 1 cm posterior sedang
Ketuban (+)
Teraba kepala Hodge I-II
UPD
UPL
Kesan
: Panggul luas
Ekstremitas:
Reflek fisiologis : +/+
Reflek patologis : -/-
Laboratorium
Hemoglobin
: 11 gr %
Leukosit
: 14.000/mm3
Trombosit
: 243.000/mm3
Diagnosis Kerja
Sikap
Anjuran
: USG
CTG
Amnioskopi
Sitologi vagina
Profil biofisik
Rencana
: Partus pervaginam
Jam 05.00
Anamnesis
PF
: KU
Kes
Sedang
CMC 110/70 80
TD
ND
Nafas T His
BJA
22
142
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal touch : pembukaan tidak ada
Portio tebal, 1 cm posterior lunak
Ketuban (+)
Teraba kepala Hodge I-II
10
37
(-)
Diagnosa
Sikap
Anjuran
: USG
CTG
Amnioskopi
Sitologi vagina
Profil biofisik
Rencana
: Partus pervaginam
PF
: KU
Kes
Sedang
CMC 110/70 84
TD
ND
Nafas T His
20
37
(-)
BJA
140
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal touch : pembukaan tidak ada
Portio tebal, 1 cm posterior lunak
Ketuban sulit dinilai
Teraba kepala Hodge I-II
Diagnosa
Sikap
11
Anjuran
: USG
CTG
Amnioskopi
Sitologi vagina
Profil biofisik
Rencana
Hasil USG
: Partus pervaginam
: Janin hidup tunggal intrauterin letak kepala.
Aktivitas gerak janin baik.
BPD : 96 FL : 75 SK : 64 AC : 33,9
TBA : 3400-3500 gram
AFI : 3,6
Plasenta tertanam di corpus kiri depan, grade I-II
SDAU : 2,85
Kesan : Gravid aterm janin hidup oligohidramnion
Profil biofisik :
-
:2
:2
:2
:0
:2
:8
: CTG reaktif
Amnioskopi
Sitologi Vagina
Jam 12.30
Anamnesis
12
PF
: KU
Kes
TD
ND
Sedang
CMC 120/70 84
Nafas T His
20
37
(-)
BJA
150
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal touch : pembukaan tidak ada
Portio tebal, 1 cm posterior lunak, effregut
Ketuban sulit dinilai, pelvic skor 3
Teraba kepala Hodge I-II
Diagnosa
G1P0A0H0
gravid
postterm
43-44
minggu
oligohidramnion
Anak hidup tunggal intra uterin letak kepala Hodge I-II
Sikap
Rencana
Jam 12 . 50 WIB
Lapor konsulen dengan advise pro SC
13
DISKUSI
Seorang perempuan usia 27 tahun dirawat di bangsal kebidanan dengan
diagnosis G1P0A0H0 gravid postterm 43-44 minggu + oligohidramnion, anak
hidup tunggal intra uterine letak kepala . hal ini sesuai dengan definisi kehamilan
postterm yaitu kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih sejak
awal dari menstruasi terakhir. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis yaitu nyeri
pinggang hilang timbul sejak 5 jam yang lalu, keluar lendir campur darah tidak
ada, keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada, keluar darah yang banyak
dari kemaluan tidak ada, tidak haid sejak 10 bulan yang lalu, HPHT 23 Juli 2007 ,
TP: 30 April 2008, gerak anak dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Dari
pemeriksaan fisik pada inspeksi perut tampak membuncit. Pada palpasi leopold 1 :
L1: FUT teraba 3 jari dibawah proc xyphoideus. L2: Teraba tahanan terbesar
dikanan, teraba bagian - bagian kecil janin di kiri, L3: Teraba bagian keras,
14
terfiksir, L4: Bagian terbawah janin sudah masuk PAP. TFU : 35 cm, HIS : 8-9 /
20 /L, TBA : 3410 gram, auskultasi
: BJA 11-12-11.
Dari saat pasien masuk sampai akhir observasi, pasien tidak menunjukkan
tanda-tanda inpartu yaitu tidak adanya his dengan interval teratur, bloody show,
dan pembukaan serviks.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan didapatkan
kesan gravid aterm dengan oligohidramnion. Hal ini didasarkan pada nilai AFI
(Air Fluid Index), jika nilai <5 menandakan adanya oligohidramnion. Pada profil
biofisik janin didapatkan nilai 8, yang berarti janin normal, dengan risiko rendah
terjadi asfiksia kronik, akan tetapi bila ada oligohidramnion dilakukan terminasi
kehamilan. Oleh karena itu pada pasien ini dilakukan terminasi kehamilan dengan
sectio cesarea. Terminasi kehamilan ini dipilih karena pada pasien ini tidak
ditemukan adanya tanda-tanda inpartu sesuai dengan anamnesa, yaitu tidak
adanya his, bloody show dan dari pemeriksaan dalam dilatasi serviks tidak terjadi.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG menyatakan adanya oligohidramnion,
profil biofisik janin normal (8), dengan pertimbangan jika terjadi oligohidramnion
maka terminasi kehamilan segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kompresi
tali pusat sehingga terjadi gawat janin.
15