Anda di halaman 1dari 14

1.

Cardinal movement persalinan normal


Desensus
- Desensus tidak terjadi karena :
Ada yang mengganjal (tumor-tumor ginekologik, lilitan tali
pusat), lilitan tali pusat biasanya terjadi karena tali pusat yang
panjang. Lilitan tali pusat di leher mengganggu fleksi kepala janin
bila zelli von barton besar dan tidak mengganggu vaskularisasi!
Fleksi
- Fleksi maksimal adalah persentasi belakang kepala
- Tidak terjadi fleksi, ada hidroma colli, kontraksi tidak baik, pada
bayi2 yang tonus ototnya tidak ada (IUFD), bentuk kepala yang
tidak normal (anenchepali)
- Tanda bila tidak terjadi fleksi maksimal : DJJ tidak sesuai
punggungnya (biasanya ada di dada), Prominensia kepala tidak
sepihak dengan bagian2 kecil tapi sepihak di bagian punggung
- Defleksi Ringan : terjadi persentasi puncak kepala, kepala pada
waktu desens akan turun kemudian mengalami fleksi karena
tekanan ada di bawah, tapi ketika kepala masih diatas panggul
biasanya terjadi pada ketuban pecah sehingga semua turun
mendadak tanpa kepala mengalami fleksi. Disamping itu KPD
yang mendadak dapat menimbulkan prolaps tali pusat. Prolaps
buli-buli (tali pusat) penanganannya dengan Seksio. Dalam
kehamilan 36mgg keatas pada primi kepala sudah masuk PAP
(karena pada primi tonus otot masih sangat kuat sekali). Apabila
pada primi kepala belum masuk pangul pada 36mgg, ini terjadi
pada CPD (Oshborn test-Leopold 3). Kepala belum masuk
panggul biasanya pada CPD, dan persentasi multipel (ada kepala
atau bagian janin yang lain) Apabila keadaan ini terjadi pada 37
mgg, kecurigaan muncul dengan pemikiran apakah CPD atau
kepala belum fleksi maksimal maka ditunggu dan pasien disuruh
jalan-jalan. Apabila pada kehamilan aterm belum juga turun
maka didiagnosa dengan CPD-Persalina perabdominal secara
elektif.
Enggagement
- Diameter terbesar kepala sudah melewati PAP, bagian terbesar
kepala sudah melewati Hodge III. Hodge III terlewati tandanya
kita sudah tidak dapat meraba Spina Ischiadica. Berarti
persalinannya dapat secara pervaginam. Pada saat kita
memimpin persalinan pada kala II, periksa setelah 1 jam apakah
kepala sudah masuk Hodge III apa belum atau melewati hodge III
apa belum, apabila tidak turun dapat berarti Kala II tidak maju
e/c CPD pintu tengah (kesulitan pintu tengah e/c kelainan bentuk
panggul biasanya panggul tipe android) dan Mal Presentasi
(biasany persentasi puncak kepala)
Putaran paksi dalam (Rotasi Internal)
- Penyesuaian kepala dengan jalan lahir (rongga panggul) karena
kepala tidak bulat, mempunyai dua pole (eksentris) sehingga
kepala harus menyesuaikan. Ada juga keadaan kepala tidak
eksentris (kepala bulat, pole hanya satu) yaitu pada persalinan
bayi Preterm. Ubun-ubun kecil selalu bergerak ke arah anterior
( biasanya dimulai dari jam 11 atau jam 2)
- Faktor terjadinya putaran paksi dalam :
1. Kepala yang eksentris
2. Adanya His
- Tidak terjadi putaran paksi dalam terjadi pada panggul
platipeloid
Ekstensi
- Ekstensi terjadi pada ekspulsi (kepala janin)
Putaran paksi luar (Rotasi Eksternal)
Ekspulsi (seluruh janin)
2.Cardinal movement sungsang
PERSALINAN PERVAGINAM
Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui seven cardinal
movement yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang pervaginam:

1. Persalinan Bokong

2. Persalinan Bahu

3. Persalinan Kepala

Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang Bracht) dapat dibagi menjadi 3
tahap :

1. Fase Lambat Pertama

o Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus

o Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal
yang membahayakan jalannya persalinan.

o Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.

2. Fase Cepat

o Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut.


o Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit ( 1 2 kali kontraksi
uterus ) fase ini harus sudah berakhir.

o Pada fase ini, talipusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga
dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.

3. Fase lambat Kedua

o Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala.

o Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena
persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat
menyebabkan terjadinya dekompresi mendadak pada kepala janin yang
menyebabkan perdarahan intrakranial.

TAHAPAN PERSALINAN SUNGSANG PER VAGINAM:

o Presentasi sungsang dengan sacrum kanan depan.

o bitrochanteric bokong masuk panggul pada tranversal panggul ibu.

o Pada saat dilatasi servik lengkap. bokong mengalami desensus lebih lanjut
kedalam panggul
Pada saat bokong mencapai dasar panggul, saluran jalan lahir menyebabkan bokong
mengalami PPD sehingga bitrochanterica berada pada antero-posterior PBP

Bokong depan nampak di vulva

Dengan his berikutnya, bokong akan meregang PBP.

Terjadi laterofleksi tubuh janin dan bahu berputar sehingga akan melewati PAP.
Pada saat ini, penolong persalinan mengenakan perlengkapan persalinan dan siap
untuk melakukan pertolongan persalinan .

Bokong sudah lahir dan bahu saat ini masuk pada tranversa PAP.

Gerakan ini menyebabkan terjadinya PPL bokong sehingga punggung anak


menghadap atas.

Bahu anak melewati saluran jalan lahir dan mengalami PPD sehingga bis-
achromial menempati diameter anteroposterior PBP.

Secara serempak, bokong berputar keanterior sejauh 900 (restitusi)


Kepala janin sekarang memasuki (engagemen) PAP dengan sutura sagitalis berada
pada tranversalis PAP.

Desensus kedalam pelvis terjadi dengan kepala dalam keadaan fleksi.

Bahu depan lahir dari belakang Simfisis Pubis melalui gerakan laterofleksi.

Gambar

1. Anak dibiarkan tergantung beberapa saat didepan vulva. Dilakukan tekanan pada
daerah suprasimfisis untuk menambah fleksi kepala (bukan mendorong fundus uteri).
Bila tengkuk anak sudah terlihat, penolong persalinan memegang kaki anak dan
melakukan gerakan melingkar keatas.

2. Manuver ini menggunakan referensi tepi bawah sacrum, menarik kepala anak
kebawah dan memutar melalui PBP sehingga dagu, hidung dan dahi nampak dan
lahir didepan vulva.

3. Istilah prognosis dan penjelasannya


Macam prognosis
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Jenis prognosis
1. Sanam (sembuh
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
- Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung
sembuh/baik)
- Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung
buruk/jelek)
4. Jelaskan interpretasi BMI
Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT
diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard
yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-
anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia
dan jenis kelamin (CDC, 2009).Secara umum, IMT 25 ke atas
membawa arti pada obes. Standar baru untuk IMT telah
dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI dibawah
18,5 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23
sebagai berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi
25 sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi orang dewasa adalah
diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas dikategorikan pada tiga
tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat III (>40)
(CDC, 2002).Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang
dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil
penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil
kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:

Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada


Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)
Kategori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities

Rendah (tetapi resiko terhadap


Underweight < 18.5 kg/m2
masalah-masalah klinis lain meningkat)

Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2 Rata rata

Overweight: > 23

At Risk 23.0 24.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 25.0 - 29.9kg/m2 Sedang

Obese II > 30.0 kg/m2 Berbahaya

Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas

Rendah (tetapi resiko terhadap


2
Underweight < 18.5 kg/m masalah-masalah klinis lain
meningkat)

Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rata

Overweight: > 25

Pre-obese 25.0 29.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Sedang

Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya

Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

5. Cara manuver pada distosia bahu

1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat


diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk
membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
1. Tekanan ringan pada suprapubic
2. Maneuver Mc Robert
3. Maneuver Woods
4. Persalinan bahu belakang
5. Maneuver Rubin
6. Pematahan klavikula
7. Maneuver Zavanelli
8. Kleidotomi
9. Simfsiotomi
1. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan dilakukan
traksi curam bawah pada kepala janin.

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam
bawah pada kepala janin.

2. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu
Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak
berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu depan yang
terhimpit.
Maneuver Mc Robert
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal)

Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray


Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu
anterior terbebas dari simfisis pubis
3. Maneuver Woods ( Wood crock screw maneuver )
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 180 0 secara crock screwmaka bahu
anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.

Maneuver Wood. Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu
kemudian diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah
simfisis pubis
4. Melahirkan bahu belakang

A. Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior


janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada dengan
mempertahankan posisi fleksi siku
B. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin
C. Lengan posterior dilahirkan

5. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
(1). Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya yaitu :
(2). Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua
bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu depan
dari simfisis pubis
Maneuver Rubin II

A. Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah


B. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga
diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit

6. Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.

7. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak


dilahirkan melalui SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai dengan PPL
yang sudah terjadi.
Membuat kepala anak menjadi fleksi dan secara perlahan mendorong kepala
kedalam vagina.

8. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.

9. Simfisiotomi.

Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian


tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu
1. Minta bantuan asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
2. Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3. Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4. Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk
melahirkan kepala.
5. Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan
diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
1. Wood corkscrew maneuver
2. Persalinan bahu posterior
3. Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah
disebutkan diatas, namun tindakan dengan maneuver Mc Robertsebagai
pilihan utama adalah sangat beralasan.

Anda mungkin juga menyukai