1
SKENARIO II
KELOMPOK 23
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
SKENARIO 2 : IBU KESAKITAN SAAT PERSALINAN
Ny. Risti pasien baru datang ke IGD membawa rujukan bidan dengan diagnosa bidan
G1P0A0 19 th hamil 9 bulan Inpartu kala I. Pasien mengatakan sudah kencang – kenceng
sering dan gerak janin berkurang. Pasien terlihat kesakitan dan saat dilakukan pemasangan
kateter terlihat urin bercampur darah. Pada pemeriksaan didapatkan TB 145 cm BB 50 Kg,
tanda vital pasien TD 120/90 mmHg, Nadi 112x/menit, RR 22x/menit, T 37 C. Pada
pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 34 cm ~ TBJ 3565 gr. Leopold I-IV : janin I
intrauterine preskep belum masuk PAP puki, His 4-5’(50”). DJJ 170x/menit reguler. Tampak
bandle ring. Osborn test (+). VT pembukaan 4 cm, KK (+) menonjol, bagian bawah kepala
masih tinggi, UUK sulit dinilai.
STEP 1: Terminologi
1. Bandle ring : batas pinggiran uterus segmen bawah yang otonya tebal dan uterus atas
yang otonya tipis. Terjadi apabila bagian terbawah janin tidak segera turun karena
panggul sempit atau kepala janin besar.
2. Osborn test : pemeriksaan untuk mengetahui adanya DKP pada ibu hamil. Cara
pemeriksaannya yaitu:
a. Ibu telentang dengan tungkai sedikit fleksi
b. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa
c. Dua jari lainnya di atas simfisis, permukaan jari berasa pada permukaan anterio dari
simfisis
d. Tentukan derajat tumpeng tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke
belakang
Interpretasi:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpeng tindih dari tulang
parietal CPD (-)
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpeng tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm ragu-ragu
- Kepla tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung
di atas simfisis dengan dibatasi jari CPD (+)
3. Gerak janin berkurang : ketika gerak janin berkurang dari 30 kali dalam 12 jam (normal:
30-100 kali/12 jam). Salah satu tanda hipoksia janin jika <10x/12 jam ±1 kali/jam
4. UUK : (ubun ubun kecil) dimaksudkan untuk menentukan presentasi dan posisi bagian
terbawah janin yang dapat ditentukan melalui periksa dalam vagina.
5. PAP (pintu atas panggul) : suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sakral 1 linea terminalis pinggir atas simfisis. Jaraknya: 11 cm. jarak terjauh
garis melintang: 12,5-13 cm.
6. PUKI: presentase punggung kiri.
STEP 3: Brainstorming
1. Tinggi ibu adalah suatu faktor resiko ukuran panggulnya. TB>145 cm dapat
melaksanakan persalinan normal. <145 cm meningkatkan kemungkinan kejadian CPD,
menyebabkan resiko terjadinya partus macet.
2. Belum masuk pintu atas panggung serta bayi cukup besar, kemungkinan menekan rahim-
>menekan VU->robekan kandung kemih->urin bercampur darah. Apabila sudah terjadi
ruptur, bisa meluas ke ligamentum cardinale -> laserasi VU (komplikasi) -> segmen
bawah rahim lebih tipis karena bandle ring yang hanya dapat ditahan di ligamentum ->
ruptur segmen bawah (tipis). Perdarah tergantung luas robekan, jika mencapai VU maka
urin akan bercampur darah.
Gesekan pada VU, pembuluh darah pecah-> urin campur darah.
3. Tanda terjadinya fetal distress. Aliran darah dari ibu ke janin tidak maksimal, sehingga
janin tidak mendapat oksigen yang adekuat -> hipoksia -> proses metabolisme anaeros
-> penumpukan asam laktat -> perlambatan gerak janin. Selain gerak janin yang
melambat, DJJ>170x permenit juga tanda fetal distress.
4. Iya, termasuk kegawatdaruratan. Komplikasi yang bisa terjadi adalah syok hipovilemik
yaitu perdarahan yg hebat pada sepsis, terjadi jika pasien tidak segera dapat infus
kristaloid yang optimum selanjutnya dalam waktu cepat digantikan dengan transfusi
darah segar. Infeksi berat umunya terajadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri
terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi termasuk
periksa dalam/VT berulang.
Dari segi janin, janin mungkin mengalami fetal distress yang merupakan suatu KGD
karena hipoksia janin yang terus menerus dapat menyebabkan janin meninggal, sehingga
harus segera dicari penyebabnya dan harus diputuskan apakah kehamilan harus segera
diakhiri.
5. Apabila tonjolan bandle ring tampak dari luar, dikarenakan janin tidak turun. Bahaya
yang timbul bisa terjadi ruptur. Karena his yang terus menerus tetapi kepala bayi tidak
kunjung masuk ke PAP sedangkan bayi mengalami kontraksi yang terus meningkat,
bandle ring berpindah semakin tinggi ke arah pusat yaitu dibagian rahim yang tertarik
keatas. Dinding makin menipis -> ruptur uteri iminens. Pada bandle ring suka membuat
obstruksi kelahiran dan menaikkan mortalitas bayi, maka dari itu pasien dengan bandle
ring diminta operasi caesar.
His 4-5’(50”) : hipertetani
Saat persalinan kala II apabila bagian terbawah tidak mengalami kemajuan sementara
segmen atas rahim terus berkontraksi dan makin menebal, maka segmen bawah rahim
makin tertarik ke atas dan menjadi tipis sehingga batas antara batas tersebut akan naik ke
atas. Apabila batas tersebut sudah melampaui pertengahan antara pusat dan simfisis
maka lingkaran retraksi fisiologi menjadi retraksi patologis (Bandl Ring).
STEP 4: Peta Konsep
Wanita usia 19 th
G1P0A0
TB 145 Cm
BB 50 Kg
Datang dengan Keadaan Umum:
-kesakitan
-Kenceng – kenceng sering
-Gerak janin berkurang
- urin bercampur darah
Tatalaksana awal
sesuai indikasi
Tatalaksana
kegawatdaruratan
(cegah syok
hipovolemik)
STEP 5: Belajar Mandiri
1. Bandle Ring
1. Definisi, etiologi, faktor risiko dan klasifikasi ruptur uteri (Bandl’s
2. Ring) Test (+)
Osborn
Perdarahan : Trias penyebab kematian maternal tertinggi.
3. (selain preeclampsia
Leopold I-IV : dan
infeksi) janin I
Perdarahan pada kehamilan muda (<22 mg) intrauterine preskep
Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
belum masuk PAP
Ruptur uteri : robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada
4. Pembukaan 4cm
saat umur kehamilan >28mg, dikarenakan terlampauinya daya renggang
5. KK(+) Menonjol
myometrium.
6. UUK Sulit dinilai
Perdarahan pasca persalinan
Patofisiologi dan Patogenesis Bandl’s Ring
Dx :
RUPTUR UTERI
IMINENS
Pada kehamilan 28 minggu, isthmus uteri berubah menjadi segmen bawah Rahim, dan
saat kehamilan aterm segmen bawah rahin berada 1-2cm di atas simfisis. Saat
persalinan kala I dan awal kala II maka batas antara segmen bawah rahim dan segmen
atas rahim dinamakan lingkaran retraksi fisiologis.
Pada waktu his, korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dinding korpus
uteri (segmen atas Rahim) menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri semakin kecil,
akibatnya, tubuh janin yang menempati korpus uteri terdorong ke bawah ke dalam
segmen bawah rahim. Sebaliknya jika bagian terbawah janin tidak dapat turun karena
suatu sebab (panggul sempit, ukuran bayi besar, dll) maka volume korpus yang
tambah mengecil pada waktu his, harus diimbangi oleh perluasan segmen bawah
rahim.
Saat persalinan kala II apabila bagian terbawah tidak mengalami kemajuan sementara
segmen atas rahim terus berkontraksi dan makin menebal, maka segmen bawah rahim
makin tertarik ke atas dan menjadi tipis sehingga batas antara batas tersebut akan naik
ke atas. Apabila batas tersebut sudah melampaui pertengahan antara pusat dan
simfisis maka lingkaran retraksi fisiologi menjadi retraksi patologis (Bandl Ring).
Apabila persalinan tetap tidak ada kemajuan, segmen bawah uterus makin lama makin
teregang sehingga akhirnya pada suatu saat regangan yang terus bertambah ini
melampaui batas kekuatan jaringan myometrium sehingga terjadilah rupture uteri.
Klasifikasi
1) Menurut keadaan robek
a. Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal)
Ruptur uteri hanya pada dinding uterus yang robek sedangkan lapisan serosa
(peritoneum) utuh
b. Ruptur uteri komplit (transperitoneal) Rupture uteri yang selain dinding
uterusnya robek, lapisan serosa (peritoneum) juga robek sehingga dapat berada
di rongga perut.
2) Menurut kapan terjadinya
a. Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum)
Ruptur uteri yang terjadi karena dinding uterus lemah yang dapat disebabkan
oleh:
− Bekas seksio sesaria
Biasanya terjadi tanpa banyak menimbulkan gejala, hal ini terjadi karena
tidak terjadi robekan secara mendadak melainkan terjadi perlahan-lahan
pada sekitar bekas luka. Daerah disekitar bekas luka lambat laun makin
menipis sehingga akhirnya benar-benar terpisah dan terjadilah ruptur uteri.
− Bekas enukleasi mioma uteri
− Bekas kuretase/ plasenta manual
− Sepsis post partum
− Hipoplasia uteri
b. Ruptur uteri pada waktu persalinan (ruptur uteri intrapartum)
Ruptur uteri pada dinding uterus baik, tapi bagian terbawah janin tidak maju/
turun yang dapat disebabkan oleh:
− Versi ekstraksi
− Ekstraksi forcep
− Ekstraksi bahu
− Manual plasenta
3) Menurut etiologinya
a. Ruptur uteri spontan (non violent)
Ruptur uteri spontan pada uterus normal dapat terjadi karena beberapa
penyebab yang menyebabkan persalinan tidak maju. Persalinan yang
tidak maju ini dapat terjadi karena adanya rintangan misalnya panggul sempit,
hidrosefalus, makrosomia, janin dalam letak lintang, presentasi bokong, hamil
ganda dan tumor pada jalan lahir.
b. Ruptur uteri traumatika (violent)
Faktor trauma pada uterus meliputi kecelakaan dan tindakan. Kecelakaan
sebagai faktor trauma pada uterus berarti tidak berhubungan dengan proses
kehamilan dan persalinan misalnya trauma pada abdomen. Tindakan berarti
berhubungan dengan proses kehamilan dan persalinan misalnya versi
ekstraksi, ekstraksi forcep, alat-alat embriotomi, manual plasenta, dan
ekspresi/dorongan.
c. Ruptur uteri jaringan parut
Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus minoris pada dinding uterus
sebagai akibat adanya jaringan parut bekas operasi pada uterus sebelumnya,
enukleasi mioma atau miomektomi, histerektomi, histerotomi, histerorafi dan
lain-lain.
Etiologi & Faktor risiko
Riwayat operasi pada uterus sebelumnya, dengan paling banyak adalah bekas
sectio cesarea
Disporporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatic
Kerusakan yang telah ada sebelumnya karena trauma, atau sebagai komplikasi
persalinan pada Rahim yang masih utuh
Persalinan lama yang mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan
syok, dan perdarahan pervaginam
Pasien berisiko tinggi
Faktor risiko ruptur uteri lainnya antara lain usia, paritas, persalinan lama atau
macet, persalinan dengan bantuan instrumen, dan penggunaan obat-obatan untuk
induksi atau augmentasi persalinan
2. Pemeriksaan penunjang pada ruptur uteri
Pemeriksaan penunjang untuk kasus ruptur uteri tidak terlalu signifikan. Darah rutin
dapat menunjukkan penurunan hemoglobin (Hb) yang konsisten dengan anemia.
Ultrasonografi (USG) di tempat (on-site) mungkin dapat membantu.
USG pasien dengan ruptur uteri menunjukkan adanya robekan di anterior uterus (panah)
dan penonjolan plasenta di sisi kanan (anak panah). Cairan amnion tampak anekoik.
Terdapat satu janin intrauterin yang masih hidup.
Inversio uteri merupakan suatu keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai
komplit. Faktor-faktor yang memungkinkan dapat terjadi adalah adanya atonia uteri,
serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke
bawah (misalnya disebabkan karena plasenta akreta, inkreta, dan perkreta, yang tali
pusatnya ditarik keras dari bawah atau karena adanya tekanan pada fundus uteri dari
atas (manuever Crede) atau tekanan intraabdominal yang keras dan tiba-tiba
(misalnya batuk keras dan bersin).
Setiap kasus yang mengalami kegawatdaruratan kehamilan seperti ruptur uteri harus
segera dikirim ke Fasilitas RS PONEK. Sebagai langkah awal, pasin diberikan infus
untuk mengganti cairan yang hilang saat perdarahan dan memberikan antiotika dan
antipiretik. Jangan dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadiya luka baru.
Lakukan assesment keparahan pasien, dan segera tentukan tempat rujukan menuju RS
kelas B atau C.
DAFTAR PUSTAKA
Nahum GG. Uterine Rupture in Pregnancy . Medscape [Internet]. Updated: Jul 05,
2018 . Available from: https://reference.medscape.com/article/275854-overview
Prawiroharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Schmidt P, Skelly CL, Raines DA. Placental Abruption (Abruptio Placentae). In:
StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; July 5, 2020.
Togioka BM, Tonismae T. Uterine Rupture. StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2020 January. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559209/
Bag. Obgin FK Unpad. 2004. Obstetri Patologi. Bandung.
Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.