Anda di halaman 1dari 23

ASKEP PASIEN DENGAN

PERDARAHAN AWAL
DAN AKHIR MASA
KEHAMILAN
Kelompok 2 :
1. Elinda Eka Susanti
2. Esteriana Dwi Prastianti
3. Tania Prisqilla Shadina
PENGERTIAN
Perdarahan selama kehamilan terbagi menjadi dua yaitu perdarahan kehamilan muda atau umur kehamilan <20minggu seperti abortus,
kehamilan ektopik, mola didatidosa. Sedangkan perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut atau umur kehamilan >20minggu yaitu
plasen previa, solusio plasenta, dan rupture uteri.
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA
1. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (umur kehamilan
<20minggu dan berat janin <500mg).
2. Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding cavum
uteri.
3. Mola Hidatidosa adalah kehamilan tidak wjar, karena tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami degenerasi
hidropik → gelembung-gelembung putih tembus pandang, berisi cairan jernih.
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT
4. Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi disegmen bawah rahim sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri
internum.
5. Solusio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada endometrium sebelum waktunya → sebelum anak lahir.
6. Ruptura Uteri adalah perdarahan yang diakibatkan terjadinya robekan pada rahim.
ETIOLOGI
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA
1.Abortus
o Kelainan genetalia ibu
o Penyakit-penyakit ibu
o Anthagonis Rhesus
o Faktor Janin.
2. Kehamilan Ektopik
• Faktor dalam Lumen Tuba
• Faktor pada dinding Tuba
• Faktor diluar dinding Tuba
3. Mola Hidatidosa
faktor-faktor seperti gangguan pada telur,kekurangan gizi pada ibu dan kelainan rahim berhubungan
dengan peningkatan angka kejadian mola. Wanita dengan usia dibawah 20tahun di atas 40 tahun juga
berada dalam resiko tinggi.
Lanjutan
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN LANJUT
1. Plasenta Previa
• Kehamilan Paritas Tinggi
• Usia relatif tua >30 tahun
• Blastokista menempel di SBR
• Radang / Bekas Operasi
• Perokok Berat
2. Solusio Plasenta
• Kelainan Rahim :
Misal mioma uteri, uterus berseptum
• Kelainan Penyakit ibu
Misal hipertensi, kelainan pembekuan darah
• Sebab iatrogenik
Misal perokok berat / narkoba
3.. Ruptur Uteri
Disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya. Misal : Trauma, Riwayat
Operasi dan Proses Persalinan.
PATOFISIOLOGI

PERDARAHAN PADA MASA KEHAMILAN MUDA


1. Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitamya. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga dianggap benda asing dalam uterus dan uterus akan
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Padakehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena vili korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai l4 minggu, villi korialis menembus
desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebakan banyak perdarahan.
2. Kehamilan Molahidatidosa
menurut Purwaningsih, 2010 patofisiologi mola hidatidosa yaitu ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi
blastomer kemudian terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2 buah sel. Masing-masing sel membelah lagi menjadi 4, 8,
16, 32, dan seterusnya hingga membentuk kelompok sel yang disebut morula. Morula bergerak ke cavum uteri kurang lebih 3 hari dan
didalam morula terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2 jenis yaitu trofoblas (sel yang berada disebelah luar yang
merupakan dinding sel telur) sel kedua yaitu bintik benih atau nodus embrionale (sel yang terdapat disebelah dalam yang akan
membentuk bayi). Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan
vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi.
Lanjutan

3. Kehamilan Ektopik
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum
latum. Perubahan uterus dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa
sel-sel kelenjar membesar dan hiperskromatik, sitoplasma menunjukkan vaskularisasi dan batas antara sel-sel kurang jelas.
Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah
menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi sepotong. Pelepasan
desidua ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik
terganggu (Dewi, 2016: 47-48).
Perdarahan Pada Masa Kehamilan Lanjut
1. Plasenta Previa
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya
segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian uteri.Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim,
maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta.
2. Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak
dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan darah
antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk
lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
seluruh plasenta lepas dari dinding uterus.
lanjutan

3. Rupture Uteri
Pada umumnya uterus dibagi atas 2 bagian besar corpus uteri dan servik uteri.Batas keduanya disebut ishmus uteri pada rahim
yang tidak hamil. Bila kehamilan sudah kira-kira kurang lebih dari 20 minggu, dimana ukuran janin sudah lebih besar dari ukuran
kavum uteri, maka mulailan terbentuk SBR ishmus ini. Batas antara korpus yang kontraktil dan SBR yang pasif disebut lingkaran
dari bandl . Lingkaran bandl ini dianggap fisiologi bila terdapat pada 2 sampai 3 jari diatas simpisis, bila meninggi, kita harus
waspada terhadap kemungkinan adanya rupture uteri mengancam (RUM). Rupture uteri terutama disebabkan oleh peregangan
yang luar biasa dari uterus.
MANIFESTASI KLINIS
PERDARAHAN PADA MASA KEHAMILAN MUDA
1. Abortus
• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
• Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
• Pendarahan pervaginam, mungkin disertai hasil konsepsi
• Rasa mulas atau kram perut disaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
• Pemeriksaan ginegologis
2. Kehamilan Ektopik
• Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal
• Menstruasi abnormal
• Abdomen dan pelvis yang lunak
• Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat
perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus
• Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovelmi
• Massa pelvis
• kuldosentesis
Lanjutan
3. Kehamilan Molahidatidosa
 Mual, muntah dan pusing yang berlebihan
 Besar uterus lebih besar dari umur kehamilan
 Perdarahan (+gelembung mola)
Penyulit lain
Hipertensi
Emboli paru
Kista lurein
Lanjutan
PERDARAHAN PADA MASA KEHAMILAN LANJUT
1. Plasenta Previa
• Gejala utama berupa perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan
trimester 3 yang bersifat tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang
(recurrent).
• Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah dan bagian terbawah janin
belum turun, biasanya kepala masih floating.
2. Sousio Plasenta
Gejala dan tanda klinisnya yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang
berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus
mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak menunjukkan tanda atau gejala
klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan prematur saja.
3. Rupture Uteri
Lanjutan
• Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan.
• Bila kepala janin belum turun,akan mudah dilepaskan dari PAP
• Bila Janin sudah keluar dari kavum uteri,jadi berada dirongga perut, maka terba bagian-
bagian janin langsung dibawah kulit perut,dan disampingnya kadang-kadang teraba uterus
sebagai suatu bola keras sebesar kepala.
• Nyeri tekan pada perut
• Biasanya DJJ sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit setelah rupture
komplikasi
PADA KEHAMILAN AWAL
● Hyperemesis grvidarum
● Keguguran
● Anemia
● Kurang Cairan Ketuban

PADA KEHAMILAN LANJUT


● Kelainan Letak Janin
● Anemia
● Premature/gawat janin
● Anemia
● Uterus Couvelaire
● Kematian janina
Penatalaksanaan

PERDARAHAN PADA MASA KEHAMILAN MUDA

1.Abortus

Tirah baring, Periksa TTV, kolaborasi pemberian sedativa, Diet tinggi protein, Apabila menghadapi abortus insipiens segera
konulstasi ke dokter kandungan, Bila disertai syok karena perdarahan berikan infus cairan fisiologi NaCl atau Ringer Laktat dan
Transfusi darah

2. Kehamilan Ektopik

• Pembedahan

• Salpingekyomi

• Terapi Medikamentosa
Lanjutan

3. Kehamilan Molahidatidosa
• Perbaiki keadaan umum
• Pengeluaran jaringan mola, dengan tindakan vakum kuretase, atau histerektomi.
• Terapi profilaksis dengan sistostatika
• Follow up
Lanjutan
PERDARAHAN PADA MASA KEHAMILAN LANJUT
Plasenta Previa
• Dilakukan perawatan konservatif bila kehamilan kurang 37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih
dalam batas normal), tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan dalam 1 menit).
• Penanganan aktif bila perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan, umur kehamilan 37 minggu atau lebih, anak
mati. Penanganan aktif berupa persalinan pervaginam dan persalinan per abdominal.
Solusio Plasenta
• Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan caira
• Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan : memberikan infuse dan transfuse darah segar
• Pemeriksaan Lab
Rupture Uteri
• Tindakan pertama adalah mengatasi syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan
transfusi darah, kardiotonika,anyibiotika,dll. Bila keadaan umum mulai membaik, tindakan selanjutnya adalah melakuka
laparatomi dengan tindakan jenis operasi : Histerektomi, Histerorafia, Konservatif.
Asuhan Keperawatan Awal
Kehamilan
Pengkajian
Pemeriksaan fisik terhadap jumlah perdarahan
Pemeriksaan uteri
Pemeriksaan dalam
Kaji TTV
Pemeriksaan Penunjang (Hasil Laboratorium, Hasil pemeriksaan USG)
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot,dilatasi,serviks
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
Devisit volume cairan berhubungan dengan ruptur pada lokasi implantasi sebagai efek
tindakan pembedahan
Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi perdarahan intraperitonial
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut b.d kontraksi otot,dilatasi Tujuan : -Tentukan sifat,lokasi dan durasi nyeri.
serviks,trauma jaringan Klien melaporkan nyeri hilang -Kaji kontraksi
  uterus,hemorogi,retoplasma, atau
Kriteria Hasil : nyeri tekan abdomen
-Nyeri hilang / terkontrol -Kaji stres psikologi klien/pasangan
-Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3 dan respon emosional terhadap
-Ekspresi wajah tidak meringis kejadian.
-Tidak melakukan perlakuan distraksi -Berikan lingkungan yang tenang
dengan melakukan kegiatan yang untuk menghilangkan rasa nyeri
berulang
Resiko infeksi b.d tindakan infasf Tujuan : -Monitor infeksi balutan abdominal
Mampu menerapkan teknik kontrol thdp eksudat atau rembesan lepaskan
infeksi balutan sesuai indikasi
  -Dorong dan masukkan cairan oral dan
Kriteria Hasil : diet tinggi protein
-Suhu 37 -Kaji suhu nadi dan jumlah sel darah
-Pola nafas efektif -Faal lokasi dan kontraktifitas uterus
-Tidak terdapat nyeri tekan luka bekas -Berikan infus antibiotik
dari drainase
Devisit Volume Cairan Setelah dilakukan -Lakukan pendekatan
b.d ruptur pada lokasi asuhan keperawatan kepada keluarga dan
implantasi sebagai efek didapatkan : pasien
tindakan pembedahan -Ibu menunjukkan -Memberikan
kestabilan/perbaikan penjelasan mengenai
keseimbangan cairan kondisi pasien saat ini
-TTV stabil -Observasi TTV dan
-Pengisian kapiler observasi tanda akut
cepat abdoment
-sensorium tepat -Pantau input dan
-Frekuensi berat jenis output cairan
urine adekuat -Pemeriksaan Kadar
Hb.
-Lakukan kolaborasi
dengan tim medis
untuk penanganan
lebih lanjut
Nyeri b.d ruptur tuba Setelah dilakukan asuhan -Tentukan sifat,lokasi,
falopi,perdarahan keperawatan didapatkan : nyeri
intraperional -Ibu didapatkan -kaji uterus hemoragi
mendemontrasikan atau nyeri tekan
teknik relaksasi abdomen
-TTV stabil -kaji stres psikologi ibu
-Ibu tidak menunjukkan -berikan lingkungan
raut muka yang yang tenang
kesakitan -berikan antibiotik atau
sedative
Asuhan Keperawatan perdarahan hamil lanjut

Pengkajian
Identitas Umum
Keluhan utama (perdarahan pada kehamilan 28 mgg)
Riwayat kesehatan
Pemriksaan TTV
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosa Keperawatan
• Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim
• Resiko tinggi terjadinya letal distress b.d perfusi darah ke plasenta berkurang
• Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
Resiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan -Anjurkan klien untuk
berulang b.d efek keperawatan selama membatasi pergerakan
penanaman plasenta pada 3x24 jam Klien tidak -Kontrol TTV
segmen bawah rahim mengalami perdarahan -Kontrol perdarahan
berulang pervaginam
-Anjurkan klien untuk
melaporkan segera bila
ada tanda-tanda
perdarahan lebih banyak
-monitro bunyi jantung
janin
Resiko tinggi terjadinya Setelah dilakukan asuhan -Jelaskan resiko
letal distress b.d perfusi keperawatan selama terjadinya distress
darah ke plasenta 3x24jam didapatkan : janin/kematian janin
berkurang -DJJ normal/terdengar pada ibu
-Adanya pergerakan bayi -Observasi perubahan
-Bayi lahir selamat frekuensi dan pola DJJ
-Berikan O2 10-12 liter
dengan masker jika
terjadi tanda-tanda fetal
disstress
Nyeri Akut b.d involusi Setelah dilakukan -Kaji nyeri secara
uterus asuhan keperawatan komprehensif termasuk
selam 3x24 jam lokasi,frekuensi,intensit
didapatkan as
-Pasien dapat -Kontrol faktor
mengekspresikan nyeri lingkungan yang dapat
berkurang/hilang mempengaruhi nyeri
-TTV normal -Anjurkan pasien
-Mampu mengenali memberitahu perawat
skala nyeri dengan cepat apabila
-Mendemonstrasikan nyeri muncul
atau mampu -Observasi TTV tiap 5
mengontrol nyeri menit
dengan teknol non -Anjurkan pasien
farmakologi untuk istirahat total
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai