Anda di halaman 1dari 20

CASE BASED DISCUSSION

Cephalopelvic Disproportion

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan

Disusun oleh:
Lintang Nur Cahya
30101607614

Pembimbing :
dr. Rini Aryani. Sp.OG(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
IDENTITAS
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
No. CM : 01-32-xx-xx
Alamat : Kendal
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Nama Suami : Tn. S
Tanggal masuk : 21 November 2021
Ruang : B. Nissa 2

A. ANAMNESA
 Riwayat Kehamilan dan Penyakit sekarang
Pasien G1P0A0 berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu datang
ke IGD RSI Sultan Agung pada tanggal 21 November 2021 pukul 10.00 WIB
dengan keluhan mulai merasakan kenceng-kenceng yang sering disertai keluar
lendir dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak merasa terdapat flek darah
yang keluar dari jalan lahir. Pasien merasakan gerakan janin aktif seperti biasa.
Mual dan muntah disangkal, Riwayat trauma (-), pijat (-), aktivitas berlebih (-), dan
tidak melakukan hubungan suami istri.
 Riwayat Menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Durasi : 5-8 hari
- Siklus : 28 hari, teratur
- Dismenore :-
- HPHT : 17/02/2021
 Riwayat Perkawinan
- Pasien menikah sebanyak 1 kali
- Usia pernikahan 4 tahun
- Usia menikah 26 tahun
 Riwayat Obstetri
- G1P0A0 :
o G1 Hamil saat ini :
- HPHT : 2 Februari 2021
- HPL : 24 November 2021
- UK : 39 minggu
 Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di Bidan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan
rutin 1 bulan sekali dan diberikan vitamin dan suplemen besi.
 Riwayat KB
Pasien belum menggunakan KB apapun .
 Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Hipertensi : disangkal
o Riwayat DM : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat operasi kandungan : disangkal
o Riwayat Trauma : disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat Hipertensi : disangkal
o Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
o Riwayat Penyakit Paru : disangkal
o Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta, kesan ekonomi : cukup, untuk biaya
kesehatan ditanggung pemerintah (BPJS).
 Riwayat Gizi
Pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, dan makan sekitar 2-3x
sehari. Selama hamil pasien mengkonsumsi makanan yang sudah mencukupi
kebutuhan gizi
B. PEMERIKSAAN FISIK
 STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 163 cm
BB : 75 kg
BMI : 28,2
Vital Sign
 TD : 139/96 mmHg
 Nadi : 78 x / menit
 RR : 20 x / menit
 Suhu : 360C

 Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Mata Cekung (-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Discharge (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), Lidah Kering (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor < 2 detik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, membesar, kencang (+), hiperpigmentasi aerola
mamae, papila mamae menonjol
Interpretasi : Dalam batas normal

- Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Perkusi : Tidak dapat ditentukan batas – batasnya karena
terhalang oleh mamae yang membesar
 Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan (-)
Interpretasi : Dalam batas normal

- Paru
 Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Interpretasi : Normal

- Abdomen
 Inspeksi : simetris, cembung, sikatriks (-), striae (+), linea nigra
(+) dilatasi vena (-), massa (-), jejas (-), scar operasi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-),
 Perkusi : tidak dilakukan
Interpretasi : Dalam batas normal

- Extremitas
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
Interpretasi : Dalam batas normal

 Status Obstetri
1. Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+),
linea nigra (+), bekas operasi (-).
- Auskultasi : DJJ (+) 11-11-11 reguler (132x/min)
- Palpasi : Terasa pembesaran uterus dengan bagian-
bagian janin
o Leopold I : TFU 35 cm, teraba bagian janin bulat, besar,
dan lunak (bokong).
o Leopold II : Teraba tahanan memanjang di sebelah kanan
dan bagian kecil-kecil di sebelah kiri.
o Leopold III : Teraba bagian janin bulat, besar dan keras
(kepala).
o Leopold IV : Belum masuk PAP
- His : 3x dalam 10 menit, durasi 40 detik, kontraksi kuat dengan
periode relaksasi.
 Status Genitalia Interna
- Vaginal Discharge : Discharge (+), darah (-), fluxus (-), fluor (-). 
- VT pembukaan 3 cm, kulit ketuban (+), Portio teba, lunak, Osborn Test (+)
Lendir (+), darah (-).
 Status Genitalia Eksterna
Inspeksi : air ketuban (-), lendir (+), darah (-), vulva oedem (-), tanda radang (-),
massa (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium (21-11-2021)
HEMATOLOGI HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12,1 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 36,9 33 – 45 %
Leukosit 10.24 3.6– 11.0 ribu/µL
Trombosit 189 150-440 ribu/µL
ELEKTROLIT
Natrium 126 (L) 135 – 147 mmol/L
Kalium 3,0 (L) 3,5 – 5,0 mmol/L
Chlorida 101,0 95 - 105 mmol/L
b. Pemeriksaan Urinalisa (21-11-2021)
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN
URIN LENGKAP
Warna Kuning
Kejernihan Agak Keruh Jernih
Protein Negatif <30 (Negatif) M/dl
Reduksi Negatif <15 (Negatif)
Bilirubin Negatif < 1 (Negatif)
Reaksi/PH 6,5 4,8 – 7,4
Urobilinogen 0,2 <2
Benda Keton Negatif <5 (Negatif)
Nitrit Negatif Negatif
Berat Jenis 1.020 1.015- 1.025
Darah (Blood) Negatif <5 (negatif)
Leukosit 70 <10 (negatif)

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN

MIKROSKOPIS
Sel Epitel >100 5-15 /LPK
Eritrosit 0-2 <1 / LBP /LPB
Leukosit 1-3 3-5 /LPB
Silinder 0
Parasit Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Jamur Negatif Negatif
Kristal Negatif
Benang Mukus Positif
D. RESUME
Pasien G1P0A0 berusia 30 tahun dengan usia kehamilan 39 minggu datang
ke IGD RSI Sultan Agung pada tanggal 21 November 2021 pukul 10.00 WIB
dengan keluhan mulai merasakan kenceng-kenceng yang sering disertai keluar
lendir dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Pasien tidak merasa terdapat flek darah
yang keluar dari jalan lahir. Pasien merasakan gerakan janin aktif seperti biasa.
Mual dan muntah disangkal, Riwayat trauma (-), pijat (-), aktivitas berlebih (-), dan
tidak melakukan hubungan suami istri.
 Riwayat Kehamilan
G1P0A0
 HPHT : 2 Februari 2021
 Status Present
Keadaan umum : Compos Mentis
 Status Internus
Dalam batas normal
 Status Obstetri
- Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+),
linea nigra (+),
- Auskultasi : DJJ (+) 11-11-11 reguler (132x/min)
- Palpasi : Terasa pembesaran uterus dengan bagian-
bagian janin
o Leopold I : TFU 35 cm, teraba bagian janin bulat, besar,
dan lunak (bokong).
o Leopold II : Teraba tahanan memanjang di sebelah kanan
dan bagian kecil-kecil di sebelah kiri.
o Leopold III : Teraba bagian janin bulat, besar dan keras
(kepala).
o Leopold IV : Belum masuk PAP
- His : 3x dalam 10 menit, durasi 40 detik, kontraksi kuat dengan
periode relaksasi.
 Status Genitalia Interna
- Vaginal Discharge : Discharge (+), darah (-), fluxus (-), fluor (-). 
- VT pembukaan 3 cm, kulit ketuban (+), Portio tebal, lunak, Osborn Test
(+) Lendir (+), darah (-).
 Status Genitalia Eksterna
- Inspeksi : air ketuban (-), lendir (+), darah (-), vulva oedem (-), tanda radang
(-), massa (-)
 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- Hiponatremi
- Hipokalemi

E. DIAGNOSA
Wanita G1P0A0 usia 30 tahun, usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal hidup
intrauterin , punggung kanan, presentasi kepala belum masuk PAP dengan
Cephalopelvic Disproprotion

F. TATALAKSANA
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan KU dan tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Terapi medikamentosa
 Infus RL 20 tpm
5. Pro SC tanggal 22 November 2021

G. FOLLOW UP
S O A P
21-11-2021
Pasien datang ke Kesadaran : Lemah Pasien • Rawat inap Monitoring
IGD pukul 10.30 Tekanan darah : 139/78 G1P0A0, 30 KU dan TTV
dengan keluhan mmHg tahun, hamil • RL 20 tpm
kenceng-kenceng Nadi : 86 x/menit 39 minggu • Premed Cefotaxime 1 gr
sejak 1 hari Pernafasan : 20 x/menit dengan CPD • Pro SC 22-11-2021
SMRS yang lalu, Suhu : 36. Celcius  
dan saat ini hamil Riwayat kehamilan G1P0A0
anak pertama Px Obstetri :
- Inspeksi : cembung, linea
nigra (+),
- Leopold 1 : TFU 35 cm,
bulat lunak
- Leopold 2 : punggung
kanan
- Leopold 3 : bulat keras
- Leopold 4 : belum masuk
PAP
- DJJ : 11-11-11 reguler
- VT : Pembukaan 3
cm, Portio tebal,
kulit ketuban (+),
Osborn test (+).
22-11-2021
Pasien - KU : Lemah Pasien - Monitoring KU dan
mengeluhkan - Tekanan darah :105/74 mmHg P1A0, 30 TTV
lemas dan nyeri - Nadi :100 x/menit tahun, post - Ceftriaxone 2x1 g (IV)
daerah operasi - Pernafasan : 20 x/menit SC ec CPD - Methylergometrine 2x1
- Suhu : 37 Celcius H-1 amp (IV)
- Pf Abdomen :   - Kaltrophen supp. 2x1
-Inspeksi : Luka post op (+), (Supp)
rembes (-) - Infus RL 20 tpm +
-PPV : darah ( minimal) Oxytocin 1 amp

23-11-2021
Pasien KU : Lemah Pasien - Cefadroxyl 2x1 tab
mengeluhkan Tekanan darah:101/72 mmHg P1A0, 30 - Methylergometrine 3x1
lemas dan nyeri Nadi : 85 x/menit tahun, post tab
daerah operasi Pernafasan : 20 x/menit SC ec CPD - Fermia 1x1
Suhu :38,5 Celcius H-2 - Aff DC dan Infus
- Inspeksi : Luka post op (+),   - Boleh Pulang
rembes (-)
- PPV : darah (-)
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Disproporsi Kepala Panggul

a. Pengertian

Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadaan yang timbul karena tidak

adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin disebabkan oleh

panggul sempit, janin yang besar sehingga tidak dapat melewati panggul

ataupun kombinasi keduanya. Dalam kasus DKP, jika kepala janin belum masuk

ke dalam pintu atas panggul pada saat term, mungkin akan dilakukan seksio

sesarea karena risiko terhadap janin semakin besar apabila persalinan tidak

semakin maju. Apabila kepala janin telah masuk ke dalam pintu panggul,

pilihannya adalah seksio sesarea elektif atau percobaan persalinan.

Ibu hamil dengan risiko tinggi terjadinya disproporsi kepala panggul

seharusnya dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ruangan operasi

sebelum proses persalinan dimulai.

b. Tipe/Karakteristik Panggul

Tipe panggul menurut Caldwell-Moloy :

1) Tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang

kiri-kanan, hampir mirip lingkaran. Diameter anteroposterior kirakira sama


dengan diameter transversal. Diameter transversal terbesar terletak ditengah.

Dinding samping panggul lurus. Ditemukan pada 45% perempuan.

Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).

2) Tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti elips membujur

anteroposterior. Diameter anteroposterior lebih panjang daripada diameter

transversal. Dinding samping panggul lurus. Ditemukan pada 35%

perempuan. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera (ape type).

3) Tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter

transversal terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping

panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Bagian

belakangnya pendek dan gepeng, bagian depannya menyempit ke depan.

Ditemukan pada 15% perempuan.

Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).

4) Tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau

"ginjal". Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin lebar ke

arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.

c. Epidemiologi

Disproporsi kepala panggul umumnya terjadi di negara berkembang dan

akibatnya berupa partus macet dan komplikasi persalinannya menjadi salah satu

penyebab penting kematian ibu.

Kejadian ini lebih sering terjadi di Asia, karena orang-orang Asia cenderung

memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari orang barat. Hal ini akan

meningkatkan risiko untuk terjadinya DKP (Toh-Adam, et al., 2012).

Pada tahun 2013, di RSUD Panembahan Senopati Bantul 40% dari


10 sampel yang diteliti manjalani seksio sesarea karena panggul sempit.

Berdasar penelitian ini, panggul sempit merupakan penyebab terbanyak seksio

sesrea (Agustina, 2013). Hasil penelitian di RSUD Liun Kandage Tahuna tahun

2014 ditemukan dari 167 ibu yang dilakukan seksio sesarea dengan indikasi

panggul sempit sebanyak 28 ibu (16,76%). Hal ini disebabkan oleh karena

bentuk tubuh atau postur tubuh dan bentuk panggul ibu yang kecil sehingga

tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan normal.

d. Faktor Risiko

Faktor risiko yang menyebabkan disproporsi kepala panggul, yaitu :

1) Taksiran berat janin yang besar

2) Tinggi badan ibu

3) BMI sebelum kehamilan dan sebelum kelahiran ≥ 25 kg/m2

4) Kenaikan berat badan selama kehamilan ≥ 16 kg

5) Nullipara

6) Tidak ada pelvimetri yang memadai

e. Penyebab

1) Faktor Panggul Ibu


Gambar 2.1 Diameter panggul normal

Keterangan :
Diameter anteroposterior = 12 cm

Diameter transversal = 12,5-13 cm

Diameter obliqua = 13 cm
a) Terdapat panggul-panggul sempit yang umumnya disertai peubahan

dalam bentuknya.

(1) Defek nutrisi dan lingkungan

(a) Defek minor : tepi paggul berbentuk segitiga

(android), tepi panggul datar (platipeloid).

(b) Defek mayor : rakitis, osteomalasia.

(2) Penyakit atau cidera

(a) Spinal (kifosis, skoliosis, spondilolistesis).

(b) Pelvik (tumor, fraktur, karies).

(c) Anggota gerak (atrofi, poliomyelitis pada masa

kanak-kanak, dislokasi panggul kongenital).

(3) Malformasi kongenital


(a) Pelvis naegel dan pelvis robert.

(b) Pelvis asimilasi.

b) Kesempitan pintu masuk panggul

Pintu panggul dapat dikatakan sempit apabila diameternya lebih

kecil 1-2 cm atau lebih. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas

panggul, ruang tengah panggul atau pintu bawah panggul, ataupun

kombinasi dari ketiganya.

(1) Kesempitan pintu atas panggul

Bila diameter anteroposterior kurang dari 10 cm dan

transversalnya kurang dari 12 cm, maka pintu atas panggul

dianggap sempit.

(2) Kesempitan pintu tengah panggul

Apabila ukurannya distansia interspinarum kurang dari 9,5 cm

diwaspadai akan kemungkinan kesukaran dalam persalinan,

ditambah lagi bila ukuran diameter sagitalis juga pendek.

(3) Kesempitan pintu bawah panggul

Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga

belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia

tuberum. Bila distansia tuberum dengan diameter sagitalis posterior

kurang dari 15 cm, maka dapat timbul kemacetan pada kelahiran

ukuran normal.

c) Pembagian tingkatan panggul sempit

(1) tingkat I : CV = 9 – 10 cm = borderline

(2) tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif

(3) tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim


(4) tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

d) Pembagian tingkatan kesempitan panggul menurut tindakan

(1) CV = 8 – 10 cm = partus percobaan

(2) CV = 6 – 8 cm = SC primer

(3) CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)

(4) Inlet dianggap sempit bila CV <10>

1) Faktor Janin

a) Janin Besar

Rata-rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan (37 minggu-

42 minggu) berkisar antara 2.500 gram hingga 4.000 gram. Janin

besar apabila >4.000 gram. Janin dapat terlahir besar karena beberapa

faktor, yaitu pada ibu dengan diabetes gestational, post term atau

pascamaturitas, faktor herediter, multiparitas. Janin besar disebut juga

makrosomia atau bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk

persalinan pervaginam dilakukan pada janin dengan lingkar kepala

<37 cm.

b) Malpresentasi Kepala

Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose

dan menghasilkan sikap fleksi. Pada sikap ini akan menghasilkan

presentasi belakang kepala. Dengan adanya malpresentasi kepala,

seperti presentasi puncak kepala (defleksi ringan), presentasi dahi

(defleksi sedang), dan presentasi muka (defleksi maksimum), maka

kemungkinan akan menimbukan kemacetan dalam persalinan. Hal ini

disebabkan karena kepala tidak dapat masuk pintu panggul karena

diameter kepala pada malpresentasi lebih besar dari diameter panggul.


Tabel 2.1 Diameter kepala janin dan presentasinya
No Diameter Panjang Presentasi
1 Suboksipito bregmatika 9,5 cm Fleksi vertex
2 Suboksipito frontal 10,5 cm Defleksi vertex parsial
3 Oksipito frontal 11,5 cm Defleksi vertex
4 Mento vertical 13 cm Dahi
5 Submento bregmatika 9,5 cm Wajah

f. Pemeriksaan

1) Anamnesis

Menanyakan kepada pasien riwayat kehamilan dan persalinan

sebelumnya untuk mengetahui risiko disproporsi kepala panggul.

2) Inspeksi

Ibu terlihat pendek, skoliosis, kifosis, kelainan panggul, dll. Tampak

kontur kepala janin menonjol di atas simfisis apabila belum memasuki pintu

atas panggul (Mochtar, 2005). Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm

dapat digunkan untuk mendiagnosis tinggi badan rendah dan berisiko untuk

terjadinya partus macet.

3) Palpasi

Menentukan bagian terbawah janin, pemeriksaan panggul luar dan

dalam. Ketiganya digunakan untuk perhitungan pelvimetri klinik.

4) Pelvimetri rongent

Pelvimetri rontgen digunakan untuk mengetahui arsitektur panggul,

baik dalam bentuk, ukurannya, jenis panggul, maupun turunnya bagian

terbawah janin (kepala, bokong, atau bahu). Ini dapat dilakukan untuk

memastikan adanya kelainan panggul atau disproporsi kepala panggul

setelah dilakukan evaluasi secara klinis.

5) Magnetik Resonance Imaging (MRI)


Dalam pemeriksaan disroporsi kepala panggul, MRI digunakan untuk

pencitraan janin, mengevaluasi adanya distosia jaringan lunak, mengukur

kapasitas pelvis dan untuk mengukur dimensi kepala.

g. Tindakan

1) Partus Percobaan

Untuk menilai kemajuan persalinan dan memperoleh bukti ada atau

tidaknya disproporsi kepala panggul, dapat dilakukan dengan partus

percobaan. Pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua

diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuranukuran panggul dalam semua

bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai

kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung

pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk dilakukan

persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan suatu tes terhadap kekuatan

his dan daya akomodasi, termasuk molase kepala janin.

Partus dikatakan maju apabila partus berjalan fisiologis, terjadi

perubahan pada pembukaan serviks, tingkat turunnya kepala, dan posisi

kepala (rotasi). Jika tidak terjadi perubahan tersebut maka disebut partus

tidak maju. Apabila terjadi kegagalan, partus dihentikan dengan indikasi

dan harus dilakukan seksio sesarea.

2) Seksio sesarea

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau

seksio sesarea adalah suatu histerotomia melahirkan janin dari dalam rahim

(Cunningham, et al., 2014). Seksio sesarea di lakukan untuk mencegah hal

– hal yang membahayakan nyawa ibu. Panggul sempit apabila ukurannya 1-

2 cm kurang dari ukuran yang normal (Sumelung, et al., 2014).


Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu dan dilakukan pada

kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup

berat/absolut atau karena terdapat disproporsi kepala panggul yang cukup

nyata. Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus percobaan dianggap

gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin, sedang syaratsyarat untuk persalianan per vaginam tidak atau

belum terpenuhi.

3) Simfisiotomi

Simfisiotomi adalah sebuah operasi untuk memperbesar kapasitas

pelvis dengan memotong jaringan ikat tulang pubis di bagian depan pelvis.

h. Prognosis

Apabila persalinan dengan disproporsi kepala panggul tanpa tindakan yang

tepat, maka :

Bahaya pada ibu :

1) Partus lama yang sering disertai dengan pecahnya ketuban, bakteri

menyebabkan bakteremia, infeksi intrapartum, dehidrasi, dan

asidosis.

2) Apabila kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, menyebabkan

peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus sering

menimbulkan cincin retraksi patologis bandl. Jika tidak segera diambil

tindakan akan menyebabkan ruptur uteri.

3) Dalam disproporsi kepala panggul, bagian terbawah janin akan

menekan tulang dan pintu panggul dengan kuat dan lama yang akan

menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan

kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari setelah melahirkan


akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula

rektovaginalis.

4) Peregangan dan pelebaran dasar panggul menyebabkan terjadinya

perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat.

Bahaya pada janin :

1) Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, ditambah

dengan infeksi intrapartum.

2) Persalinan panggul sempit menyebabkan kaput suksedaneum.

3) Molase (molding) atau lempeng tulang tengkorak yang bertumpang

tindih tidak menimbukan kerugian yang nyata, tetapi apabila terdapat

distorsi yang mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium,

laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intrakranial janin.

4) Penekanan tulang-tulang panggul pada jaringan di atas tulang kepala

janin, dapat menyebabkan fraktur pada os parietalis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Mac Donald, Gant. 2005. William Obstetri, Edisi 22. Jakarta :

EGC.

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai