Anda di halaman 1dari 19

MINI-CEX

RETENSIO PLASENTA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSI Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:
Erin Puspasari
30101507441

Pembimbing :
dr. FX Sunarto, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
2019
Nama Mahasiswa : Erin Puspasari
NIM : 30101507441
Dokter Pembimbing : dr. FX Sunarto Sp. OG

A. IDENTITAS
a. Nama penderita : Ny. A
b. Umur : 30 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. No CM : 0109XXXX
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
g. Alamat : Genuk
h. Pendidikan : SMA
i. Status : Kawin
j. Nama suami : Tn. A
k. Tanggal Masuk : 7 Desember 2019
l. Kelas : VK-I

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 07 Desember 2019 pukul
22.00 WIB.
Keluhan Utama
Kencang-kencang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G1P0A0 usia 30 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSI Sultan Agung
Semarang pada 07 Desember 2019 pukul 22.00WIB dengan keluhan kencang-
kencang yang dirasa sering. Pasien mengatakan sudah mulai keluar air ketuban
sejak pukul 21.30. Gerak janin dirasakan aktif.
Riwayat Menstruasi
HPHT : 2 Mei 2019
HPL : 9 Februari 2020
Menarche : usia 9 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 3-4 hari
Dismenorrhea : (-)
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah sebanyak 1x
Dengan suami sekarang sudah 3 tahun
Jumlah anak : 0
Riwayat Obstetri
G1P0A0
G1 : Hamil ini
Riwayat ANC
Pasien melakukan ANC sebanyak 2x di bidan
Saran: mengurangi manis dan karbohidrat
Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga. Suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta di
swalayan dan biaya kesehatan ditanggung oleh JKN Non PBI
Riwayat Gizi
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada nafsu makan selama kehamilan.
Makanan yang dikonsumsi mencakup 4 sehat 5 sempurna berupa ikan, ayam,
sayur, dll

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,4 C
BB : 70 kg
TB : 150cm
BMI : 31,1 kg/cm2
Status Internus
Kepala : Mesocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : Dicharge (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), septum deviasi (-) nafas cuping (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-/-)
Leher : Simetris, limfadenopati (-)
Kulit : Turgor baik, petekie (-)
Mamae : Simetris, mamae membesar, hiperpigmentasi areola mamae, papila
mamae menonjol, benjolan abnormal (-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung tidak dapat ditentukan karena mamae membesar
Auskultasi : Suara jantung I dan II (N), reguler, tidak ada BJ tambahan
Paru
Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : stem fremitus dextra dan sinistra sama
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum (-),
hiperpigmentasi linea alba (+), sikatriks (-), luka bekas operasi (-), terlihat
gerak janin
Auskultasi : bising usus dbn
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : palpasi hepar dan lien dbn
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis + +

Status Obstetri
ABDOMEN
- Inspeksi : perut tampak membesar, membujur, striae gravidarum (+),
hiperpigmentasi linea alba (+), sikatriks (-), luka bekas operasi (-), terlihat
gerak janin
- Palpasi :
a. Leopold I : teraba bagian besar, bulat lunak
b. Leopold II : teraba tahanan memanjang sebelah
kanan, dan bagian kecil-kecil sebelah kiri
c. Leopold III : teraba bagian besar, bulat, keras
d. Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk
PAP (konvergen)
e. TFU : 25cm
f. TBJ : (25-12)x155 = 2015 gr
g. His : 4x/10 menit ~ 45detik
- Auskultasi :
DJJ 12-12-13, teratur, tidak ada perbedaan >1
GENITALIA
- Esketrna
inspeksi : air ketuban (+), lendir darah (+), vulva oedem (-), tanda radang (-),
massa (-), hemorroid (-)
- Interna
VT : O 10cm, eff 100%, portio tipis lembut, KK (-), bagian terbawah kepala
↓HII +, pod UUK kanan depan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGY
Hemoglobin 11,0 11.7-15.5 g/dl
Hematokrit 31.9 33-45 %
Leukosit 20,21 3.6-11.0 ribu/uL
Trombosit 439 150-440 ribu/Ul
Golongandarah/Rh A/Positif -

APTT/PTTK 29.8 21.8-28.0 detik


Kontrol 25.9 20.8-28.2 detik
PPT 9,0 (L) 9.3-11.4 detik
Kontrol 12.1 9.2-12.4 detik
IMUNOSEROLOGI
HbsAgkualitatif Non reaktif Non reaktif -
KIMIA
GDS 133 75-110 mg/dl

E. RESUME

Pasien G1P0A0 usia 30 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSI Sultan Agung
Semarang pukul 22.00 WIB dengan keluhan kencang-kencang yang dirasa sering
yaitu 4x dalam 10 menit sejak jam 21.00 WIB. Sebelumnya air ketuban belum dirasa
mengalir namun pukul 21.30 air ketuban mulai merembes. Gerak janin dirasakan
aktif.
Status internus : dbn
Status obstetri :
Abdomen
Inspeksi : perut membesar, membujur, striae gravidarum (+), hiperpgmentasi
linea alba (+), terlihat gerak janin
Palpasi : Leopold (letak kepala, puka, bagian terbawah belum masuk PAP)
Auskultasi DJJ 12-12-13 , teratur
Genitalia
Eksterna : air ketuban (+), lendir darah (+)
Interna : VT : O 10cm, eff 100%, portio tipis lembut, KK (-), bagian terbawah
kepala, , ↓HII+, pod UUK kanan depan U
Laboratorium : leukositosis

F. DIAGNOSIS
G1P0A0 usia 30 tahun hamil 32 minggu,
Janin tunggal hidup intrauterine
Presentasi kepala, U, puka
Inpartu kala I fase aktif
G. FOLLOW UP
07 Desember 2019 Pasien dipindahkan ke ruang VK
(22.05 WIB) S :Pasien mengatakan kencang-kencang, keluar air ketuban j.21.30
O:
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah : 164/109 mmHg
- Nadi : 89 x/ment
- Pernafasan : 24x/menit
- Suhu : 36,5oC
- BB : 70 kg
- TB : 150 cm
- TFU:30 cm
- His :4x/10 menit, durasi 45s
- DJJ:13-12-13
- VT : pembukaan 10 cm (lengkap), penipisan 100%, KK(-
),bagian bawah Kepala, ↓ H-II+, UUK kanan depan.
A : G1P0A0 usia 30 tahun hamil 32 minggu,
Janin tunggal hidup intrauterine
Presentasi kepala, U, puka
Inpartu kala I fase aktif
P : advice dr.Fx Sunarto, Sp.OG
Pimpin mengejan
Infus RL
07 Desember 2019 S :Pasien ingin mengejan
(22.20 WIB) O:
- KU : Baik
- Tekanan darah : 140/100 mmHg
- Nadi : 86 x/ment
- Pernafasan : 20x/menit
- Suhu : 36,4o
- BB : 70 kg
- TB : 150 cm
- TFU :25 cm
- His :5x/10 menit, durasi 30s
- DJJ :12-12-11
- VT : pembukaan 10 cm, penipisan 100%, KK(-
),bagian bawah Kepala, ↓ H-III, UUK kanan depan.
A : Bayi perempuan lahir spontan pukul 22.25 WIB dengan BB: 1800
gr, PB: 47 cm, AS: 3-4-5, laserasi perineum(-), plasenta belum lahir
P: Monitor keadaan umum
Oksitosin 1 amp
Peregangan tali pusat terkendali
07 Desember 2019 S : Ibu tidak Mules
(22.45 WIB) O:
- KU :Baik
- TD : 130/85 mmHg
- N :88x/menit
- RR :20x/menit
- S : 36,0ºC
- PPV : (+)
- TFU : setinggi pusat
- Perineum laserasi(-)
- Perdarahan post partum ±100 cc
A : P1A0 post partum spontan dengan retensio plasenta
P : drip oksitosin 1 amp 20 tpm
Lakukan manual plasenta
07 Desember 2019 S : ibu tidak mules lagi
(23.00 WIB) O:
- KU :Baik
- TD : 120/80 mmHg
- N :80x/menit
- RR :20x/menit
- S : 36,0ºC
- Fluxus (+)
- VT:OUE tertutup
A : P1A0 PP spontan+post manual plasenta e.c. retensio plasenta
P:
- Pro.curetage
- Inj.ceftriakson 1gr
- Kolaborasi dengan dr. Fx Sunarto, Sp.OG
08 Desember 2019 S: Pasien mengatakan nyeri
(06.30 WIB) O:
- TD: 117/70 mmHg
- N: 80x/mnt
- S: 36oC
- RR: 20 x/mnt
- Skala nyeri:3
- ASI: -
A: P1A0 post partus spontan+post manual plasenta dan kuretase H0
P: Advice dr. FX. Sunarto, Sp. OG
- Ceftriakson 2x1
- Metilergometrin 2x1
- Fermia 2x1
09 Desember 2019 S :Keluhan nyeri berkurang
(06.00WIB) O:
- TD: 117/75 mmHg
- N: 85x/mnt
- S: 36,5oC
- RR: 20 x/mnt
- Skala nyeri: 1
- ASI: +
A: P1A0 post partus spontan + post manual plasenta dan kuretase H1
P: Boleh pulang
Kontrol Senin, 15 Desember 2019

H. TATALAKSANA
Dexamethasone 2x2 amp
Ceftriaxon 2x1
Fermia 1x1
Metilergometrin 3x1
Manual plasenta
kuretase

I. EDUKASI
TINJAUAN PUSTAKA

I. PERDARAHAN POST PARTUM

Perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc.


Gejala klinik : lemah, limbung, keringat dingin, menggigil, hiperpneu, tekanan darah
sistolik <90 mmHg, nadi>100x/m, Hb <8 g%.

Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :


 Perdrahan postpartum primer : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir.
 Perdarahan postpartum sekunder : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.

Bedasarkan penyebabnya :
1. Atoni uteri ( 50 – 60% ).
2. Retensio plasenta ( 16 – 17% ).
3. Sisa plasenta ( 23 – 24% ).
4. Laserasi jalan lahir ( 4 – 5% ).
5. Kelainan darah ( 0,5 – 0,8% ).
Penanganan
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

II. RETENSIO PLACENTA

DEFINISI
Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir
dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang
banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera.

ETIOLOGI
a. Fungsional
 His kurang kuat (penyebab terpenting)
 Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya
(plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang
sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut
plasenta adhesive.
b. Patologi – anatomi
 Plasenta akreta
 Plasenta inkreta
 Plasenta perkreta

Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:


a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas
sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat
untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding
uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di
bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan
kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

FAKTOR PREDISPOSISI
a. Riwayat retensio plasenta pada persalinan terdahulu
Pada kondisi ini akan timbul risiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang
sekarang. Karena itu, diperlukan anamnesis yang seksama saat melakukan
pemeriksaan antenatal yang pertama, sehingga dapat dibuat perencanaan
persalinan yang baik pada pasien.
b. Paritas tinggi
Pada setiap kehamilan dan persalinan akan terjadi perubahan serabut otot menjadi
jaringan ikat pada uterus. Hal ini dapat menurunkan kemampuan uterus untuk
berkontraksi sehingga sulit melakukan penekanan pada pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka setelah lepasnya plasenta. Resiko terjadinya hal ini akan amat
meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih.
c. Mioma uteri
Akan mengganggu aktivitas uterus yang efisien.
d. Anemia
Wanita yang mengalami persalinan dengan kadar hemoglobin yang rendah (di
bawah 10 g/dl), akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan
darah meskipun hanya sedikit.
III. PATOFISIOLOGI
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu :
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat palsenta,
namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (
dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm ).
3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya
dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematon yang terbentuk antara dinding
uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak
turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul
di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala III pada persalinan
normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan
ultrasonografi pada kala III, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari
tempat implantasinya.
Tanda – tanda lepasnya plasenta :
1. Keluanya darah secara tiba – tiba.
2. Tali pusat memanjang.
3. Uterus membulat dan memanjang.
Faktor – faktor yang mempengaruhi plasenta :
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks ; kelemahan
dan tidak efektifnya kontraksi uterus ; serta pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa ;
implantasi di cornu ; dan adanya plasenta akreta.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang
tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi
yang tidak ritmik ; pemberian uterotonik yang tidak tepat wakunya yang juga
dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plaenta ; serta pemberian
anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

IV. KLASIFIKASI
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian
lapisan miomentrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miomentrium.
d. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkaserata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.
V. MANIFESTASI KLINIS
Separasi / akreta Plasenta
Gejala Plasenta akreta
parsial inkarserata
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

VI. DIAGNOSIS
a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi
mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat
multiple fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi
dilahirkan.
b. Palpasi uterus : Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uterus.
c. Memeriksa plasenta dan ketuban : Apakah lengkap atau tidak.
d. Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
 Sisa plasenta dan ketuban.
 Robekan rahim.
e. Inspekulo : Untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
f. Pemeriksaan Laboratorium : Periksa darah lengkap (untuk menentukan tingkat
hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta
jumlah leukosit.), clot observation test(COT).
VII. PENATALAKSANAAN
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:
a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau
NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400
cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang
sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk
eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta. Pada umumnya
pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan
di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan
dengan kuretase pada abortus.
f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.
VIII. MANUAL PLASENTA
 Indikasi
Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan
uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah
persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus.
 Teknik Plasenta Manual
Sebelum dikerjakan, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan
umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer
Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan
suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi
rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu
tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan)
dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.

Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut


Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu
melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring),
ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang
membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri
dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah.
Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya
ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian
pinggir plasenta yang terlepas.
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas
fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di
dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya
(kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri
supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus
(perforasi) dapat dihindarkan.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta


Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk
mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang
tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah
plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan
uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus.
Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada
vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit.

IX. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak
menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan
kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula
fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya
menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses
keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa
perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa
menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan
keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
3. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
4. Hemoragi, Utomo. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. 1998
5. Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178
6. WHO guidelines for the management of postpartum haemorrhage and retained
plasenta
7. ChongsomchaiC, LumbiganonP, LaopaiboonM. Prophylactic antibiotics for
manual removal of retained plasenta in vaginal birth (Review). The Cochrane
Library 2011, Issue6

Anda mungkin juga menyukai