MIOMA UTERI
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
di RSI Sultan Agung Semarang
Periode 22 Juli 2019 – 22 September 2019
Pembimbing :
dr. Rini Ariyani, Sp.OG (K)
Disusun oleh :
Aghna Husada Ningtyas
30101407117
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. S
2. Umur : 39 tahun 1 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01-38-62-xx
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Pembantu Rumah Tangga
7. Alamat : Tamanan, Donorejo, Demak
8. Pendidikan : SMP
9. Status : Sudah Menikah
10. Tanggal Masuk : 4 Agustus 2019
11. Masuk Jam : 11.30 WIB
12. Ruang : Baitun Nissa
13. Kelas : BPJS Non PBI Kelas III
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 5 Agustus 2019
pukul 09.00 WIB.
1. Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien usia 39 tahun (♀) datang ke Poli Obsgyn RSI Sultan Agung
Semarang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak ±4 hari yang
lalu. Darah yang keluar awalnya sedikit namun semakin hari semakin
banyak. Darah berwarna merah segar dan tidak bergumpal. Pasien juga
merasakan jika selama 4 bulan ini, perutnya terus bertambah besar, dan pada
saat menstruasi pasien juga mengeluhkan keluar darah yang banyak dari
jalan lahir. Dalam satu hari, pasien bisa mengganti pembalutya hingga ±4x.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada perut bawah dan nafsu makan yang
menurun. BAB normal dan untuk BAK pasien, pasien sering mengeluh
sering buang air kecil. Mual dan muntah tidak ditemukan.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 11 tahun
Siklus haid : 28 hari, tertatur 1 bulan sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah darah haid : Banyak (Ganti Pembalut ±4x dalam sehari)
Dismenore : (+)
4. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pertama kali dengan suami sekarang
• Menikah saat usia 17 tahun
• Lama menikah 22 tahun
5. Riwayat Obstetri
• P0A0
• HPHT : 18-07-2019
6. Riwayat KB
Tidak menggunakan KB
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TB : 157 cm
BB : 56 kg
Vital Sign
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
RR : 21 x / menit
Suhu : 36,20C
STATUS INTERNUS
D. STATUS GINEKOLOGI
Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal
discharge (-), darah (-)
Genitalia Interna (VT)
Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+). Fluor (-)
OUE/OUI : tertutup
Inspekulo
Tampak darah keluar pada OUE
Portio berukuran sebesar jempol tangan.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
IMUNOSEROLOGI
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
HEMATOLOGY
Darah Rutin 1
Genitalia Eksterna
Vulva oedem (-), massa (-), perlukaan (-), eritema (-), vaginal
discharge (-), darah (-)
Genitalia Interna (VT)
Vulva : tidak ada kelainan, fluxus (+). Fluor (-)
OUE/OUI : tertutup
Inspekulo
Tampak darah keluar pada OUE
Portio berukuran sebesar jempol tangan.
Pemeriksaan USG
Uterus membesar, disertai 3 buah massa solid oval, batas tegas
didalamnya (ukuran 7,36 x 5,98 x 7,51 cm ; 4,97 x 4,62 x 4,78 cm ; 6,98
x 7,69 x 5,46 cm) cenderung Mioma uteri
G. DIAGNOSIS KERJA
Pasien wanita P0A0 usia 37 tahun dengan Mioma Uteri.
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Adenomiosis
2. Neoplasma Ovarium
3. Kehamilan
I. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap
2. KCL 1 Flash dalam cairal RL 500 CC (20 tpm)
3. Inj Ceftriaxon 2 gram
4. Pro Miomektomi pada tanggal 6 Agustus 2019
J. EDUKASI
1. Istirahat cukup
2. Minum obat teratur
3. Edukasi untuk menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur,
dan biji-bijian, serta rendah lemak, daging merah, dan
direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai
kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter
4. Edukasi untuk tenang dan tidak cemas menjelang akan dilakukannya
operasi
K. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : dubia ad malam
Ad Sanationam : ad bonam
Follow up (4 Agustus 2019)
S O A P
- Keluar - TD : 120/80 Mioma Uteri -Planning Tx: Infus RL
darah dari 20 tpm
- Nadi : 85x/m
jalan lahir
-Monitoring TTV &
- Perut - RR : 20 x/m
KU
dirasakan
Suhu : 36ºC
membesar -Cek darah lengkap
dan nyeri Hb : 6,9 transfusi 4 kalf PRC
- Mual dan
-
muntah (-)
A. Definisi
B. Etiologi
Etiologi yang pasti pada mioma uteri sampai saat ini belum
diketahui. Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya
mioma uteri. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik
tunggal. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen
dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause.
C. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil
dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya
perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi
metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.
Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian
menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu
t(12;14)(q15;q24).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis GnRH
dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron,
faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang
distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma
daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan
setelah oforektomi bilateral pada usia dini.
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
E. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Perdarahan abnormal
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila
penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang
tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
H. Diagnosis banding
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
I. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan
mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat
dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
- Bila anemi beri tablet Fe dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri.
Konservatif
Operatif
J. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder tersebut antara lain :
• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri
cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
Bath RA, Kumar P. 2006. Experience with uterine leiomyoma at a teaching referral
hospital in India. Journal of Gynecologic Surgery 22: 143-150.
Cunningham, FG. 1995. Mioma uteri Obstetri William Edisi 18. Jakarta : EGC,
pp: 447-451.