Anda di halaman 1dari 28

SGD lbm 1

modul KB
Melda Angelin
30101507489
Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien
tersebut?
1. Induksi ovulasi
Klomifen sitrat
Mekanisme kerja 
CC merupakan agonis esterogen parsial, bekerja berkompetitif dengan estreogen terhadap reseptor
esterogen
tubuh akan mengira kekurangan esterogen

Hipofisis anterior terangsang untuk memproduksi FSH, LH

Menstimulasi ovarium untuk mengembangkan folikel yang mengandung sel telur

LH menyebabkan folikel yang matur pecah dan menghasilkan sel telur


Pemakaian klinis
• 50-150mg/hari selama 5 hari
• TIDAK BERGUNA pada pasien dengan kegagalan ovarium, hipofisis
Efek samping
• Hot flushes
• Pembesaran ovarium bahkan sampai teraba (pemakaian hari ke 7-10)
• Nyeri payudara
• Menoragia (>80ml)
• Kanker ovarium (terapi selama lebih dari setahun)
Regiment CC + FSH + hCG
( IUI / IVF )
hCG (struktur molekul
FSH sama kayak LH) OPU

36 hrs
CC(clomifencitrat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 21

TVU IVF (invitro fertilisasi)


serial
IUI (inseminasi intra uterin)

Mature follicles
Ø > 16 mm
• Pada istri diberi obat untuk memicu ovulasi
• Pasangan suami istri normal hanya diberi klomifen sitrat ( serophene dll ) mulai
harike3 - 5 menstruasi selama 5 hari
• Pasangan suami istri dengan masalah seperti anovulasi atau gangguan hormon
diberi HMG atau FSH untuk memicu perkembangan sel telur. Dosis ini umumnya
diberikan pada hari ke5 - 9.
• Pemeriksaan USG vaginal untuk melihat perkembangan folikel
• Setelah dilihat ukuran folikel sudah mencapai minimal 18mm maka diberikan
suntikan HCG agar terjadi ovulasi ( pecahnya folikel dan mengeluarkan sel telur )
terjadi 36 - 42 jam setelah suntik HCG
• Tahap pelaksanaan yaitu pemasukan sel-sel sperma yang telah dicuci ke
ronggarahim. Dilakukan 36 jam setelah suntik HCG.
• Kehamilan bisa dilihat dari haid tidak pada siklus selanjutnya.
Hubungan infertilitas dengan KB
Perbedaan infertilitas dengan steril
• INFERTILITAS adalah ketidakmampuan menjadi hamil pada pasangan
yang melakukan hubungan seksual secara teratur 2-3x/minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi selama 12 bulan
primer : tanpa kehamilan sebelumnya
sekunder : sebelumnya pernah terjadi konsepsi

• STERIL adalah seseorang yang mutlak tidak mungkin mendapat


keturunan misalnya pada pasien : aplasia genitalia atau pria tanpa
testis
Mekanisme terjadinya infertilitas pada pria
dan wanita
WHO KLS I - IV
WHO I : Kelainan di Hipofisis dan Hipotalamus
WHO II : Kelainan koordinasi antar organ
WHO III : Kegagalan Ovarium
WHO IV : Hiperprolaktinemia
DISFUNGSI OVULASI

• Faktor usia
Wanita usia 40-50 tahun hanya tersisa sedikit folikel premordial di dalam
ovarium, sehingga semakin sedikit pula kemungkinan terjadinya ovulasi
• Kelainan pada ovarium
kista ovarium, Premature ovarian failure (POF), kanker ovarium
• Kelainan koordinasi antar organ
PCOS (Polycystic ovary syndrome)
• Hiperprolaktin
• Kelainan di Hipofisis dan Hipotalamus
PCOS (Polycystic ovary syndrome)

Kegemukan, resistensi insulin

Merangsang pengeluaran LH (luteinizing hormone) yang berlebihan

peningkatan sintesis androgen diovarium

menyebabkan
menghambat perkembangan
kapsul ovarium fibrotik, hirsutisme, akne, seboreik, folikel dan memicu terjadinya siklus
pembesaran klitoris, dan pengecilan
anovulatorik.
payudara
hiperprolaktinemia
• Poros hipotalamus-hipofisis-ovarium
pada 3 lokasi
• Tingkat hipotalamus
• Mempengaruhi tonus dan sekresi siklik GnRH (LHRH)
• Tingkat hipofisis
• desensitisasi respons gonadotropin terhadap GnRH
• Tingkat ovarium
Pada wanita, hiper-protaktinemia dapat menyebabkan memendeknya fase luteal, sehingga
Gagal produksi progesteron (an-ovulasi)
DISFUNGSI TUBA
Penyebab kerusakan tuba

• Infeksi
• Chlamydia
• Gonorrhoea
• TBC
• Endometriosis : pembentukan jarian di uterus

Obstruksi proksimal

Obstruksi distal
MALE PROBLEM
• Disfungsi seks (ejakulasi dini)
• Immunologi
• Kelainan kongenital
maldesensus testis
kelainan genetik
agenesis vas deferens
• Varicocle
• Infeksi kelenjar acessori
• idiopatic
Hubungan stress terhadap infertilitas
• Tingkat hipothalamus ACTH  hipofisis sekresi CRH  kortisol
meningkat dan memicu beta –endophin inhibisi sekresi GnRH
Menghambat sekresi Gnrh

menghambat rangsangan hipofisis anterior untuk produksi FSH

Perkembangan folikel premordial menjadi matur juga akan terhambat

anovulasi
• Tingkat ovarium
Menghambat produksi hormon steroid, serta merangsang apoptosis
Suntikan 3 bulan sekali (Depo Povera)

Mekanisme kerja

• Obat ini akan menghambat terjadinya ovulasi dengan menekan produksi


Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

• Meningkatkan viskositas lendir cervix  Menghalangi penetrasi sperma

• Menghalangi implantasi ovum dalam endometrium (Penipisan


endometrium)
Sumber:
• Memengaruhi transport
Ilmu Kandungan; Binaovum di tuba2011; BAB 20 Kontrasepsi; Halaman 479
Pustaka Sarwono;
Lauralee Sherwood; Medical Physiology 7th edition; Chapter 20 The Reproductive System; Pg 572
Gerrard J Tortora; Principles of Anatomy and Physiology 14th edition; Chapter 28 Reproductive System; Pg.1062
Gambar di slide selanjutnya
Adakah hubungan antara pekerjaan suami dengan kejadian infertilitas? Jelaskan !

Gambar di slide selanjutnya

Sumber:
Traffic Pollutants affect Fertility in Men; M. De Rosa et al., European Society of Human Reproduction and Embryology; 2003
Ilmu Kandungan; Bina Pustaka Sarwono; 2011; BAB 19 Infertilitas; Halaman 467
Types of
Contraception
Netter; Reproductive System, Infertility;
Pg.240
Kontrasepsi Non Hormonal
1. Coitus Interuptus
a. Pengertian
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi
terjadi jauh dari genital external wanita
b. +/-
Keuntungan
+ Tidak memerlukan alat (murah)
+ Tidak menggunakan zat kimia
+ Selalu tersedia setiap saat
+ Tidak ada ESO
Kerugian
- Angka kelahiran tinggi
- Kenikmatan seksual berkurang sehingga dapat memengaruhi kehidupan perkawinan
c. Kontra indikasi
- Ejakulasi prematur pada pria
Kontrasepsi Non Hormonal
2. Kondom
a. Mekanisme Kerja : Menghalangi spermatozoa kedalam traktus genitalia
interna wanita
b. Keuntungan :
• Mencegah kehamilan
• Melindungi dari IMS
• Murah
c. Kerugian
• Angka kegagalan relatif tinggi
• Perlu pemakaian secara konsisten
d. Indikasi
• Pria : Penyakit genitalia, Sensitivitas penis terhadap sekret vagina, ejakulasi
prematur
• Wanita : Vaginitis, Kontraindikasi terhadap pemakaian alat kontrasepsi
lainnya, intensitas hubungan yang tidak terlalu sering
Kontrasepsi Non Hormonal

3. Pembilasan Pasca Senggama

Bertujuan untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina, dapat


dengan air biasa atau ditambahkan cuka (asam) sebagai spermatisid.

4. Prolonged Lactation Period

Bertujuan untuk mencegah terjadinya ovulasi dan memperpanjang


amenorrhea postpartum  tidak ada ovum yang dibuahi
Kontrasepsi Non Hormonal
5. Barrier intravaginal (wanita)
a. Pessarium (Diafragma vagina dan Cervical Cap)
- Diafragma vagina dibentuk atas karet yang berbentuk seperti kubah dan disertai per besi lunak
yang tidak dapat berkarat di pinggirnya
- Bentuk seperti kubah dengan pinggir – alas yang fleksibel
- Diafragma akan terfiksasi oleh : tekanan pegas pada pinggir – alas diafragma, tonus otot vagina, os.
Pubis / simfisis pubis
- ESO umumnya tidak ada apabila dipakai semestinya; harus dikeluarkan maksimal 24 jam setelah
senggama agar tidak timbul Toxic Shock Syndrome o/k toxin Streptococcus aureus

Keuntungan Kerugian

Sangat efektif (apabila dipakai dengan Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi
benar) dari pemakai
Aman Wanita memegang / memanipulasi
genitalnya sendiri
Diawasi sendiri oleh pemakai Awal pemakaian butuh intruksi dari tenaga
klinik terlatih
Hanya dipakai jika diperlukan Menjadi mahal bila sering dipakai
(spermisid mahal)
Tidak memengaruhi laktasi Insersinya sukar

Dapat terasa oleh suami saat senggama


Kontrasepsi Non Hormonal
6. Spermisid Vaginal
Merupakan zat kimia yanng kerjanya melumpuhkan spermatozoa didalam
vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam traktus genitalia interna
Keuntungan Kerugian

Aman Angka kegagalan relatif tinggi

Sebagai alat kontrasepsi cadangan untuk Harus digunakan 5-30menit sebellum


wanita dengan KI pemakaan Pil oral, IUD etc senggama

Proteksi kehamilan Harus dioleskan secara mendalam dari vagina

Tidak memerlukan supervisi medis Harus dilakukan berulang – ulang setiap akan
melakukan senggama

Dapat menimbulkan rasa terbakar atau iritasi


pada wanita
• Spermatisid
Setiap spermatisid memiliki 2 komponen zat
- Zat pembawa : Jelly, cream, busa, suppositoria yang akan meleleh etc
- Zat spermisid yang aktif:
Terdapat 3 golongan berdasarkan daya kerjanya
- Surfactants(surface acting) : bekerja pada permukaan sel, memecah
dinding sel spermatozoa
- Bakterisidal : bekerja dengan menggabungkan diri dengan gugus sulfur
dan hidrogen dalam spermatozoa sehingga dapat mengganggu
metabolisme
- Derajat keasaaman yang tinggi: Asam laktat, Asam borat, dll
Kontrasepsi Hormonal memengaruhi:
• Ovulasi
Estrogen dan Progesterone menghambat proses sekresi FSH dan LH sehingga
menghambat terjadinya ovulasi
• Implantasi
Estrogen dan Progesterone menghambat terjadinya implantasi dengan cara
menurunkan kualitas endometrium sehingga tidak siap menerima blastocyst
yang akan berimplantasi di dinding endometrium
• Fungsi Corpus luteum (Luteolysis)
Degenerasi corpus luteum  penurunan hormon estrogen dan progesteron
secara cepat  menyebabkan dibuangnya sebagian endometrium. Untuk
kelangsungan kehamilan sempurna dibutuhkan fungsi corpus luteum yang
baik.
• Lendir Cervix
Dalam 48 jam setelah pemakaian progesterone, sudah tampak lendir servix
yang kental seingga motilitas dan daya implantasi spermatozoa terhambat.
Macam Kontrasepsi Hormone Steroid
1. Pil Oral Kombinasi
- Mengandung Estrogen dan Progesteron
- Terdapat beberapa macam POK
 Monophasic : jumlah dan proporsi hormone konstan tiap hari
 Multiphasic : dosis hormone bervariasi setiap hari dalam satu siklus
2. Pil Sequential
- Terdiri dari estrogen saja utk 14-16hari
- Disusul tablet kombinasi utk 5 – 7 hari
3. Pil Serial
Sama seperti pil sequential hanya ditambahkan dengan placebo agar menjadi 28 tablet
4. Pil Incremental
- Estrogen dosis rendah sejak ari pertama siklus yang perlahan dinaikkan sampai mencapai 0.1mcg
- Progesteron diberikan hanya pada 5 hari terakhir
• Dasar Penggunaan Pil Oral: Meniru Keadaan Asli

Pil oral  menggantikan produksi normal kadar hormon Estrogen dan


Progesteron  menimbulkan negative feedback ke HPA Axis  menekan
produksi hormon – hormon FSH, LH  mencegah terjadinya pematangan
folikel dan ovulasi

ESO: Menimbulkan tanda-tanda mirip dengan kehamilan seperti payudara


membesar, amenorrhea laktasi, mual dan muntah.
Kontrasepsi Mengandung Progestin saja
1. Progesteron dosis sama = Mini-Pill
2. Suntikan
3. IUD yang mengandung progestrin
4. Implant
5. Vaginal Ring

Anda mungkin juga menyukai