Pembimbing:
dr. Maria Dwikarya, Sp.KK.
Disusun Oleh: Lydia
Levina, S.Ked.
11 2011 025
BAB I
PANDAHULUAN
Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang
sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat dari
preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup
banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi termasuk dalam bidang dermatologi
kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien.
1,2
3,4
meningkatkan
aktivitas
antiinflamasinya,
misalnya deksametason
yang
mempunyai efek antiinflamasi 30 kali lebih kuat dan efek retensi natrium lebih kecil
dibandingkan dengan kortisol. Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat
dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid
topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu dan merupakan
terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli kulit dengan menyediakan banyak
pilihan efek pengobatan yang diinginkan, diantaranya termasuk melembabkan kulit,
melicinkan, atau mendinginkan area yang dirawat.
3,4,5
BAB II
KORTIKOSTEROID
1.
DEFINISI
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di
bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik
(ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan pada banyak
sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem
kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan
protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku
.8
Kelenjar adrenal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian korteks dan medulla,
sedangkan bagian korteks terbagi lagi menjadi 2 zona yaitu fasikulata dan
glomerulosa. Zona fasikulata mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan zona
glomerulosa. Zona fasikulata menghasilkan 2 jenis hormon yaitu glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek
utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinya nyata,
sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti.
Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison, yang merupakan
glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon,
triamsinolon, dan betametason.
3,9
adalah
desoksikortikosteron.
Umumnya
golongan
ini
tidak
pernah
digunakan
sebagai
obat
anti-inflamasi
karena efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar. Berdasarkan cara
penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik
dan kortikosteroid
1,3,9
topikal.
2.
FARMAKOLOGI
Semua
hormon
steroid
sama-sama
mempunyai
rumus
bangun
2,3,9,11
Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dari
plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian dengan
bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan
androgen lemah dengan 19 atom karbon. Sebagian besar kolesterol yang digunakan
untuk steroidogenesis ini berasal dari luar (eksogen), baik pada keadaan basal maupun
setelah pemberian ACTH.
Kortisol
Aldosteron
keadaaan
Kadar plasma
(g/100ml)
optimal (mg/hari)
Jam 08.00
Jam 16.00
20
16
0,125
0,01
Pada pemeriksaan sampel dengan tes saliva sebanyak 4 kali dalam satu hari
yaitu sebelum sarapan pagi hari, siang, sore hari dan pada malam hari sebelum tidur.
Pada pagi hari kadar kortisol yang paling tinggi dibandingkan waktu lainnya yang
membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani aktivitasnya. Orang yang
ssehat pengeluaran kortisol mengikuti kurva dimana dapat dibuat grafik mulai
menurunnya kadar kortisol hingga kadar terendah yaitu pada pukul 11 malam
dibuktikan dengan seseorang yang dapat beristirahat dengan cukup.
3.
12
MEKANISME KERJA
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein.
Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di
jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin.
Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis
protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Pada beberapa jaringan,
misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik;
pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang
sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini
1,3,9,11
13
Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar 60-90 menit, waktu
paruh dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat farmasi kortisol) diberikan
dalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme atau penyakit hati.
Hanya 1% kortisol diekskresi tanpa perubahan di urin sebagai kortisol bebas, sekitar
20% kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan jaringan lain dengan reseptor
mineralokortikoid sebelum mencapai hati. Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja juga mempengaruhi
afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednison adalah prodrug yang dengan
1
14
Efek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat pada kulit sebagai gambaran
dasar dan sepanjang penyembuhan luka. Konsepnya berguna untuk memisahkan efek
ke dalam sel atau struktur-struktur yang bertanggungjawab pada gambaran klinis ;
keratinosik (atropi epidermal, re-epitalisasi lambat), produksi fibrolas mengurangi
kolagen dan bahan dasar (atropi dermal, striae), efek vaskuler kebanyakan
berhubungan dengan jaringan konektif vaskuler (telangiektasis, purpura), dan
kerusakan angiogenesis (pembentukan jaringan granulasi yang lambat). Khasiat
glukokortikoid
adalah
sebagai
anti
radang
setempat,
anti-proliferatif,
dan
Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai.
Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi.
Potensi
kortikosteroid
ditentukan
berdasarkan
kemampuan
menyebabkan
vasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan
dengan struktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena
kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison, sedangkan
di kulit tidak menjadi proses itu. Hidrokortison efektif secara topikal mulai
konsentrasi 1%. Sejak tahun 1958, molekul hidrokortison banyak mengalami
perubahan. Pada umumnya molekul hidrokortison yang mengandung fluor
digolongkan kortikosteroid poten. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai
adalah vehikulum yang bersifat tertutup. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu
krem, gel, lotion, salep, fatty ointment (paling baik penetrasinya). Kortikosteroid
hanya sedikit diabsorpsi setelah pemberian pada kulit normal, misalnya, kira-kira 1%
dari dosis larutan hidrokortison yang diberikan pada lengan bawah ventral diabsorpsi.
Dibandingkan absorpsi di daerah lengan bawah, hidrokortison diabsorpsi 0,14 kali
yang melalui daerah telapak kaki, 0,83 kali yang melalui daerah telapak tangan, 3,5
kali yang melalui tengkorak kepala, 6 kali yang melalui dahi, 9 kali melalui vulva,
dan 42 kali melalui kulit scrotum. Penetrasi ditingkatkan beberapa kali pada daerah
kulit yang terinfeksi dermatitis atopik ; dan pada penyakit eksfoliatif berat, seperti
psoriasis eritodermik, tampaknya sedikit sawar untuk penetrasi.
2,3,11
2,3,11
KLASIFIKASI
Meskipun kortikosteroid mempunyai berbagai macam aktivitas biologik,
umumnya potensi sediaan alamiah maupun yang sintetik ditentukan oleh besarnya
efek retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat antiinflamasinya. Sediaan kortikosteroid sistemik dapat dibedakan menjadi tiga golongan
berdasarkan masa kerjanya, potensi glukokortikoid, dosis ekuivalen dan potensi
mineralokortikoid.
1,2,5,6,9
15
Potensi
Kortikosteroid
Lama
Mineralkortikoid Glukokortikoid
kerja
Dosis
ekuivalen
(mg)*
Glukokortikoid
Kortisol
20
Kortison
0,8
0,8
25
6--metilprednisolon
0,5
(hidrokortison)
Prednisone
0,8
Prednisolon
0,8
Triamsinolon
Parametason
10
Betametason
25
0,75
Deksametason
25
0,75
Aldosteron
300
0.3
Fluorokortison
150
15.0
2.0
Desoksikortikosteron
20
0.0
Mineralokortikoid
asetat
Keterangan:
* hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV.
S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam)
I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam)
L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam)
Pada tabel diatas terlihat bahwa triamsinolon, parametason, betametason,
dan deksametason tidak mempunyai efek mineralokortikoid. Hampir semua golongan
kortikosteroid mempunyai efek glukokortikoid. Pada tabel ini obat disusun menurut
kekuatan (potensi) dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Parametason,
betametason, dan deksametason mempunyai potensi paling kuat dengan waktu paruh
36-72 jam. Sedangkan kortison dan hidrokortison mempunyai waktu paruh paling
singkat yaitu kurang dari 12 jam. Harus diingat semakin kuat potensinya semakin
besar efek samping yang terjadi.
I yang paling kuat daya anti-inflamasi dan antimitotiknya (super poten). Sebaliknya
golongan VII yang terlemah (potensi lemah).
:
Klasifikasi
Nama Dagang
Nama Generik
Golongan 1: (super
Diprolene ointment
0,05% betamethason
poten)
Diprolene AF cream
dipropionate
Psorcon ointment
Temovate ointment
Temovate cream
Olux foam
Ultravate ointment
Ultravate cream
Cyclocort ointment
Golongan II: (potensi
Diprosone ointment
0,1% amcinonide
tinggi)
Elocon ointment
0,05% betamethasone
Florone ointment
dipropionate
Halog ointment
Halog cream
Halog solution
0,01% halcinonide
Lidex ointment
Lidex cream
Lidex gel
0,05% fluocinonide
Lidex solution
Maxiflor ointment
Maxivate ointment
Maxivate cream
Topicort ointment
0,05% betamethasone
Topicort cream
dipropionate
Topicort gel
0,25% desoximetasone
Aristocort A ointment
Cultivate ointment
tinggi)
Cyclocort cream
0,05% desoximetasone
Cyclocort lotion
Diprosone cream
Flurone cream
0,1 amcinonide
Lidex E cream
Maxiflor cream
0,05% betamethasone
Maxivate lotion
dipropionate
Topicort LP cream
Valisone ointment
0,05% fluocinonide
0,05% diflorosone diacetate
Aristocort ointment
0,05% betamethasone
Cordran ointment
dipropionate
medium)
Elocon cream
0,05% desoximetasone
Elocon lotion
Kenalog ointment
Kenalog cream
Synalar ointment
0,05% flurandrenolide
Westcort ointment
Cordran cream
Golongan V: (potensi
Cutivate cream
medium)
Dermatop cream
Diprosone lotion
Kenalog lotion
Locoid ointment
0,05% flurandrenolide
Locoid cream
Synalar cream
0,1% prednicarbate
Tridesilon ointment
0,05% betamethasone
Valisone cream
dipropionate
Westcort cream
Aclovate ointment
Aclovate cream
medium)
Aristocort cream
0,05% desonide
Desowen cream
Kenalog cream
Kenalog lotion
Locoid solution
0,05% aclometasone
Synalar cream
Synalar solution
Tridesilon cream
0,05% desonide
Valisone lotion
lemah)
glumetalone, prednisolone,
dan metilprednisolone
0,05% desonide
0,1% betamethasone valerate
5.
PEGGUNAAN KLINIK
Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat
pilihan untuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal
bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan
pengobatan kausal. Biasanya pada kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan
potensi lemah contohnya pada anak-anak dan usia lanjut, sedangkan pada kelainan
subakut digunakan kortikosteroid sedang contonya pada dermatitis kontak alergik,
dermatitis seboroik dan dermatitis intertriginosa. Jika kelainan kronis dan tebal
dipakai kortikosteroid potensi kuat contohnya pada psoriasis, dermatitis atopik,
dermatitis dishidrotik, dan dermatitis numular.
2,3,6,11
2,3,11
Pengobatan kortikosteroid pada bayi dan anak harus dilakukan dengan lebih
hati-hati. Penggunaan pada anak-anak memiliki efektifitas yang tinggi dan sedikit
efek samping terhadap pemberian kortikosteroid topikal dengan potensi lemah dan
dalam jangka waktu yang singkat. Sedangkan pada bayi memiliki risiko efek samping
yang tinggi karena kulit bayi masih belum sempurna dan fungsinya belum
berkembang seutuhnya. Secara umum, kulit bayi lebih tipis, ikatan sel-sel
epidermisnya masih longgar, lebih cepat menyerap obat sehingga kemungkinan efek
toksis lebih cepat terjadi serta sistem imun belum berfungsi secara sempurna Pada
bayi prematur lebih berisiko karena kulitnya lebih tipis dan angka penetrasi obat
topikal sangat tinggi.
2,11
steroid topikal meningkat. Selain itu, pada geriatric juga telah mengalami kulit yang
atropi sekunder karena proses penuaan. Kortikosteroid topikal harus digunakan secara
tidak sering, waktu singkat dan dengan pengawasan yang ketat.
1,2
1,2,16
Kortikosteroid dapat menyebabkan gangguan mental bagi penggunanya. Ratarata dosis yang dapat menyebabkan gangguan mental adalah 60 mg/hari, sedangkan
dosis dibawah 30 mg/hari tidak bersifat buruk pada mental penggunanya. Bagi
pengguna yang sebelumnya memiliki gangguan jiwa dan sedang menggunakan
pengobatan kortikosteroid sekitar 20% dapat menginduksi timbulnya gangguan
mental sedangkan 80% tidak.
6.
17
3,11
Steroid topikal terdiri dari berbagai macam vehikulum dan bentuk dosis. Salep
(ointments) ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula
lanolin atau minyak. Jenis ini merupakan yang terbaik untuk pengobatan kulit yang
kering karena banyak mengandung pelembab. Selain itu juga baik untuk pengobatan
pada kulit yang tebal contoh telapak tangan dan kaki. Salep mampu melembabkan
stratum korneum sehingga meningkatkan penyerapan dan potensi obat. Krim adalah
suspensi minyak dalam air. Krim memiliki komposisi yang bervariasi dan biasanya
lebih berminyak dibandingkan ointments tetapi berbeda pada daya hidrasi terhadap
kulit. Banyak pasien lebih mudah menemukan krim untuk kulit dan secara kosmetik
lebih baik dibandingkan ointments. Meskipun itu, krim terdiri dari emulsi dan bahan
pengawet yang mempermudah terjadi reaksi alergi pada beberapa pasien. Lotion
(bedak kocok) tediri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat, lotion mirip dengan krim. Lotion terdiri dari agents
yang membantu melarutkan kortikosteroid dan lebih mudah menyebar ke kulit.
Solution tidak mengandung minyak tetapi kandungannya terdiri dari air, alkohol dan
propylene glycol. Gel komponen solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat
kontak dengan kulit. Lotion, solution, dan gel memiliki daya penyerapan yang lebih
rendah dibandingkan ointment tetapi berguna pada pengobatan area rambut contoh
pada daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara kosmerik lebih tidak nyaman
pada pasien.
2,6
2,3,9
3,11
1.
Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
2.
3.
kortikosteroid level yang rendah dan dengan sekresi ACTH yang normal sehingga
dosis rendah dari prednison (2,5 sampai 5mg) pada malam hari sebelum tidur dapat
digunakan untuk memaksimalkan supresi adrenal pada kasus akne maupun
2
hirsustisme.
dosisnya:
Nama penyakit
Dermatitis
Deksametason 6x5 mg
Eritrodermia
Reaksi
lepra
Pemfigus
Prednison 3x10 mg
eritematosa
Prednison 3x10 mg
Psoriasis pustulosa
Prednison 40-80
Reaksi JarishHerxheimer
Dosis yang tertulis ialah dosis patokan untuk orang dewasa menurut
pengalaman, tidak bersifat mutlak karena bergantung pada respons penderita.
Dosis untuk anak disesuaikan dengan berat badan / umur. Jika setelah beberapa
hari belum tampak perbaikan, dosis ditingkatkan sampai ada perbaikan.
7.
MONITOR
Dasar
evaluasi
yang
digunakan
sebelum
dilakukan
pengobatan
Pemeriksaan tinja
perlu
dilakukan
pada
kasus
darah
yang
jangka panjang
No.
Efek samping
Monitor
1.
Hipertensi
Tekanan darah
2.
Berat badan
3.
Reaktivasi infeksi
4.
Abnormalitas metabolik
5.
Osteoporosis
6.
Mata
7.
Densitas tulang
Katarak
Glaukoma
bulan)
Ulkus peptik
8.
8. EFEK SAMPING
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis
yang sangat luas. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping
yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi.
Saluran cerna
Otot
Susunan
pusat
pankreatitis,
ileitis
regional,
kolitis
ulseratif.
saraf Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
Perubahan kepribadian (euforia, insomnia, gelisah, mudah
tersinggung, psikosis, paranoid, hiperkinesis, kecendrungan
Tulang
Mata
Kulit
Darah
Pembuluh darah
Kelenjar adrenal
bagian kortek
.
tulang panjang.
Metabolisme
protein,
KH
lemak
. Elektrolit
. Sistem immunitas
protein
(efek
katabolik),
hiperlipidemia,gula
nyeri
kepala,
psedudotumor
serebri,
impotensi, hiperhidrosis,
Jika sistemik steroids telah ditetapkan untuk satu bulan atau kurang, efek
samping yang serius jarang. Namun masalah yang mungkin timbul berikut:
Gangguan tidur
Jarang tetapi lebih mencemaskan dari efek samping penggunaan singkat dari
kortikosteroids termasuk: mania, kejiwaan, jantung, ulkus peptik, diabetes dan
nekrosis aseptik yang pinggul.
1
steroid
terhadap
stres
seperti
infeksi
atau
trauma
dapat
Osteoporosis terutama perokok, perempuan postmenopausal, orang tua, orangorang yang kurang berat atau yg tak bergerak, dan pasien dengan diabetes atau
masalah paru-paru. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang belakang,
ribs atau pinggul bersama dengan sedikit trauma. Ini terjadi setelah tahun
pertama dalam 10-20% dari pasien dirawat dengan lebih dari 7.5mg
Prednisone per hari. Hal ini diperkirakan hingga 50% dari pasien dengan
kortikosteroid oral akan mengalami patah tulang.
Redistribusi lemak tubuh: wajah bulan, punuk kerbau dan truncal obesity.
Ada juga efek samping dari mengurangi dosis; termasuk kelelahan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi dan depresi.
Pada pengobatan jangka panjang harus waspada terhdap efek samping, hendaknya
diperiksa tekanan darah dan berat badan (seminggu sekali) terutama pada usia diatas
40 tahun dan pemeriksaan laboratorium Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, L.E.D, urin
lengkap kadar Na dan K dalam darah, gula darah (seminggu sekali), foto toraks,
6
3,11
purpura,
dermatosis
akneformis,
hipertrikosis
setempat,
3,11
3,11
Efek Epidermal
Ini termasuk :
1. Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik
dermal, suatu penurunan ketebalan rata-rata lapisan keratosit, dengan
Pemberian KCl 3 x 500 mg sehari untuk orang dewasa, jika terjadi defisiensi K
Obat anabolik
ACTH diberikan 4 minggu sekali, yang biasanya kami berikan ialah ACTH sintetik
yaitu synacthen depot sebanyak 1 mg (qoo IU). Pada pemberian kortikosteroid dosis
tinggi dapat diberikan seminggu sekali
Antasida
18
BAB III
RESUME
Kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada
pasien. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon steroid (glukokortikoid maupun
mineralokortikoid) yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.. Kortikosteroid terbagi
kepada dua golongan utama yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.
1,2,3,10
1,2,3,10
Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal 6 prinsip terapi yang perlu
diperhatikan sebelum obat kortikosteroid digunakan: (1) Untuk tiap penyakit pada
tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and error, dan harus dievaluasi
dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. (2) Suatu dosis tunggal besar
kortikosteroid umumnya tidak berbahaya. (3) Penggunaan kortikosteroid untuk
beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali
dengan dosis sangat besar. (4) Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau
lebih hingga dosis melebihi dosis substitusi, insidens efek samping dan efek letal
potensial akan bertambah. (5) Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan
kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat
paliatif karena efek anti-inflamasinya. (6) Penghentian pengobatan tiba-tiba pada
terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai resiko insufisiensi adrenal yang
hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.
3,10
1) Abidin
Taufik.
Oral
Corticosteroid.
2009.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid
2) Freeberg. M. Irwin, Eisen. Z. Atrhur, Wolff. Klaus, dkk. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. Volume II B. Sixth Edition. Newyork;
Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2003; 2381-2387, 2322-2327
3) Maftuhah. Husni, Abidin. Taufik, Oral Kortikosteroid. 2009. Fakultas
Kedokteran
Universitas
Mataram.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal
4) Sutarman Putu Ngakan, Roma Julius. Pengaruh Kortikosteroid Terhadap
Sistem Imun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedoteran Universitas
Hasanuddin Rumah Sakit Ujumg Pandang. Cermin Dunia Kedokteran
No.85;1993.
Diunduh
dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PengaruhKortikosteroid085.pdf/13
PengaruhKortikosteroid085.html
5) Sularsito Adi Sri Dr, dkk. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi
Obat Alergik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1995; 23-26
6) Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 337-347
7) Agusni Indropo. Mekanisme Kerja Kortikosteroid Topikal. Bagian Ilmu
Penyakit
Kulit
Airlangga/RSUD
dan
Kelamin
Soetomo.
Fakultas
Surabaya;
Kedokteran
2001.
Universitas
Diunduh
dari
http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/bipkk/article/viewFile/191/191
8) Doctorology Indonesia. Kortikosteroid dan Efek Sampingnya. 2009.
http://doctorology.net/?p=61
9) Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai
penerbit FKUI, 1995 ; 484-500
10) Polito Andrea; Aboab Jrme; Annane Djillali, PhD. Adrenal insufficiency
in sepsis.
2009.
Irwan.
Kortikosteroid
Topikal.
2009.
Diunduh
dari
http://irwanashari.blogspot.com/2009/02/kortikosteroid-topikal.html
12) Stress, Insomnia and the Adrenal Glands (Cortisol and DHEA). 2009.
Diunduh
dari
http://www.nutritionalmedicine.org.uk/phdi/p1.nsf/supppages/franklin?open
document&part=6.
13) http://img.medscape.com/fullsize/migrated/550/721/apt550721.fig1.gif
14) http://www.microbiologybytes.com/iandi/1b.html
15) E
health
links.
Synthetic
Glucocoticoids.
2009.
Diunduh
dari
http://www.endotext.org/adrenal/adrenal14/ch01s02.html
16) 1Hati-hati, Obati Penyakit Kulit pada Anak. Agustus 2003. Diunduh dari
http://www.kompas.com
17) Hall
W.C
Richard,
Steroid
M.D.
Psychiatric
Psychosis.
Adverse
2009.
Drug
Reactions:
Diunduh
dari
http://www.janela1.com/vh/docs/v0002511.htm
18) 1Corticosteroid.
2009.
Diunduh
http://emedicine.medscape.com/article/1063590-treatment
dari