BLOK 3 BIOMEDIK 2
Assalamualaikum, wr.wb
Buku panduan Skill Lab Blok 3 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada
Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam
Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini
dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang
Terimakasih.
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar .........................................................................................2
Pendahuluan..............................................................................................5
BLOK 3 BIOMEDIK 2
3
PEMERIKSAAN FISIK DASAR 2
KONTRIBUTOR
Spesialis Paru
Spesialis Penyakit Dalam
PENYUSUN
dr. Nanda Desreza
Kepentingan
4
o Dengan mempelajari skills ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
Karakteristik mahasiswa
o Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 3 (Biomedik 2) ini adalah
Tujuan pembelajaran
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Jantung meliputi inspeksi,
sensasi bau.
o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek tendon, bicep, tricep,
perkusi, auskultasi.
5
PENUNTUN SKILLS LAB
Jantung dan pembuluh darah besarnya, vena cava inferior dan superior, aorta, arteri dan
vena pulmonalis terletak pada garis tengah thoraks, dikelilingi oleh kedua paru di bagian lateral
dan posterior, dan dibatasi sternum dan rongga iga sentral di bagian anterior. Oesofagus,
melintasi thoraks dari leher hingga rongga abdomen, terletak antara struktur vaskuler garis
tengah denganpermukaan anterior korpus vertebrae. Rangka dada tediri dari 12 vertebra torakal,
6
Perikardium yaitu Suatu kantong perikard fibrosa, yang menutupi seluruh permukaan
jantung, dipisahkan dari permukaan jantung oleh ruang yang berisi 15-30 cc cairan. Ruang ini
untuk mencegah pergesekan dan proteksi luar jantung saat berkontraksi dan berelaksasi sesuai
Ruang Jantung memiliki empat ruang. Dinding yang relatif tipis adalah atrium yang
menerima darah vena dari sirkulasi vena sistemik (atrium kanan) dan dari paru (atrium kiri).
kanan membawa darah kotor ke dalam sirkurasi purmonal; ventrikel kiri menerima darah bersih
Katup Jantung, Kedua katup atrioventrikular memisahkan atrium dengan ventrikel. Katup
trikuspid yang berdaun tiga memungkinkan darah masuk dari atrium kanan ke dalam ventrikel
kanan, dan katup mitralis yang memiliki dua daun terletak antara atrium kiri dengan ventrikel
kiri. Dua buah katup yang mengatur jalan keluar dari jantung; biasanya keduanya mempunyai
tiga daun dan secara kolektif disebut sebagai katup-katup semilunaris. Katup pulmonal yang
memungkinkan darah kotor masuk ke dalam arteri pulmonalis, kemudian masuk ke dalam paru
untuk mendapatkan oksigen dan melepaskan karbondioksida. Katup aorta, memungkinkan darah
bersih meninggalkan ventrikel kiri, masuk ke dalam aorta, lalu dibawa ke sirkulasi sistemik.
Setelah dilakukan penilaian umum keadaan pasien, pemeriksaan dada anterior dilakukan
ketika pasien tidur terlentang dengan kepala sedikit diangkat 30 derajat, dan pasien diharuskan
rileks. Selama pemeriksaan, pemeriksa perlu berusaha membayangkan daerah jantung yang
diproyeksikan pada dinding dada. Jika pasiennya laki-laki, pakaiannya harus dibuka sampai
sebatas pinggang. Jika wanita, pakaiannya harus diatur sedemikian rupa untuk mencegah
7
pemaparan payudara yang tidak perlu dan memalukan. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan
A.INSPEKSI
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan sakit (ringan s/d
berat), pucat, berkeringat, sesak saat istirahat, tanda-tanda sianosis sentral atau anemia di
Adanya jari tabuh (clubbing finger), perdarahan splinter, kulit lengan, kuku dan sianosis
perifer.
-Inspeksi Leher
Di samping pelebaran kelenjar tiroid pemeriksa juga melihat adanya distensi vena
jugularis, dimana pasien diminta berada pada posisi semifowler dengan kepala sedikit miring
menjauh dan sisi yang sedang diperiksa.Penerangan dengan menggunakan cahaya tangensial
(cahaya dan samping) untuk mernbentuk bayangan kecil di sepanjang leher, hal ini untuk
-Inspeksi Dada
Pasien terlebih dahulu berada dalam posisi nyaman yaitu telentang semifowler.
Penerangan harus cukup baik pada dinding dada depan agar inspeksi prekordium dapat
dilakukan secara adekuat. Di samping adanya jaringan parut pada dinding dada, pemeriksa
mencari pulsasi yang terlihat pada keenam area prekordium: sternoklavikular, aortik, pulmonik,
ventricular dekstra, ventrikular sinistra dan epigastrik, serta memperkirakan titik impuls
8
maksimum khususnya di dalam area ventrikular sinistra. Pemeriksa juga mengamati gerakan
B. PALPASI
Melanjutkan pemeriksaan fisik palpasi nadi perifer dan prekordium. Pasien dipastikan
dalam posisi yang nyaman, diselimuti dengan tepat dan tetap hangat. Pastikan tangan pemeriksa
juga hangat dan menggunakan tekanan yang ringan sampai sedang untuk palpasi.
-Palpasi Nadi
Palpasi nadi karotis, brakhialis, radialis, femoralis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialis
posterior. Arteri-arteri tersebut dekat dengan permukaan tubuh dan terdapat diatas tulang
sehingga mudah untuk dipalpasi. Palpasi harus dilakukan secara bilateral (setara dan sinkron) di
kedua pergelangan tangan dan dinilai: kecepatan, irama, isi dan karakter. Gelombang nadi
normal mempunyai dua komponen sistol dan diastole dengan regularitas tertentu. Denyut radialis
biasanya dinilai dalam 15 detik untuk menghitung frekuensinya (kali/menit) bila denyutnya
reguler. Isi denyut harus diperiksa apakah amplitudonya terasa kecil atau besar. Isi denyut yang
kecil menunjukkan isi sekuncup yang kecil dan curah jantung berkurang, isi denyut yang besar
Karakter nadi mengacu pada bentuk gelombang nadi. Karakter tersebut paling baik
dinilai di arteri brakhialis atau karotis karena ukuran dan letraknya yang dekat dengan jantung.
Gelombang nadi sangat dipengaruhi oleh transmisi melalui percabangan arteri dan kelainan
tertentu lebih mudah dideteksi di satu tempat daripada tempat lain. Cara memeriksa nadi
femoralis yang paling baik adalah dengan pasien membuka baju dan berbaring datar. Pemeriksa
9
harus menggunakan ibu jari untuk menekan kuat pada titik mid-inguinal dan ditentukan apakah
Denyut nadi poplitea terletak di dalam fossa poplitea dan paling baik dipalpasi dengan
menekan arteri tersebut ke permukaan posterior ujung distal femur dengan ujung jari kedua
tangan. Pasien diminta berbaring terlentang dengan lutut menekuk. Posisi perabaan nadi dorsalis
pedis dan tibialis adalah terletak pada lokasi anatomi pembuluh darah tersebut.
Kemampuan menilai fungsi jantung dan volume darah yang dipompakan dapat tergambar
melalui penilaian tekanan vena jugularis/jungular venous pressure (JVP). Vena-vena servikalis
membentuk suatu manometer berisi darah yang berhubungan dengan atrium kanan dan dapat
digunakan untuk mengukur tekanan rata-rata atrium kanan . Selain itu, vena-vena servikalis
tersebut dapat memberikan informasi mengenai bentuk gelombang pada atrium kanan.
Tinggi tekanan vena rata-rata harus diukur dengan patokan sudut sternum. Umumnya
tekanan tersebut setinggi sudut sternum, bila tinggi tekanan di 2 cm di atas sudut stemum pada
-Palpasi Prekordium
Iktus kordis adalah titik terjauh ke arah kiri dan bawah, tempat impuls jantung.
Ditentukan melalui palpasi menggunakan telapak tangan dan ujung jari dengan pasien berbaring
45 derajat. Iktus kordis normal terletak di sela antar iga ke-5 dan garis midklavikula. Bila teraba
jauh keluar, berarti ada pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau pergeseran jantung ke kiri akibat
deformitas thoraks atau penyakit paru. Penilaian dilanjutkan kepada kualitas denyut, iktus kordis
yang kuat menunjukkan adanya peningkatan curah jantung. Denyut yang teraba perlu
10
dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri
C. PERKUSI
mediastinum pada kasus pergeseran mediastinum akibat hambatan aliran udara atau kolaps paru
kanan yang dicurigai melalui anamnesa penyakit paru kronik atau ditemukan bukti melalui
pemeriksaan fisik thoraks atau paru. Pada perkusi biasanya bunyi hasil ketukan dapat berupa
Normal di ICR III. Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek
Normal di ICR V, satu jari didalam linea mid clavicula. Perubahan nada perkusi dari
Normal di Linea Pars Sternalis kanan, atau satu-dua jari sebelah kanan Mid Sternal Line.
Perubahan nada perkusi dari sonor menjadi sonor memendek, harus diperkusi perlahan-
lahan.
- Sesudah itu dicari Batas Jantung Absolut, yang letaknya kira-kira 2 jari didalam batas
jantung relatif. Perkusi dengan perlahan-lahan. Perubahan nada perkusi dari Sonor
11
D. AUSKULTASI
Stetoskop berfungsi menyalurkan suara dari dinding dada disertai eksklusi bising lain dan
memperkuat bunyi berfrekuensi tertentu. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi bernada rendah,
sedangkan diafragma memperkuat bunyi bernada yang lebih tinggi. Pada awalnya, pemeriksa
perlu mendengarkan bunyi di apek dengan menggunakan bel dan diafragma untuk mencari
bising nada rendah stenosis mitral dan bising pansistolik regurgitasi mitral. Lalu mendengarkan
1. Bunyi Jantung I
bunyinya.
- Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat
terhadap posisi tertutup, makin kecil kesempatan akseterasi darah yang keluar dari
ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I. Sebaliknya, makin lebar terbu kanya katup
12
atrioventrikular sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan
terdengar dibandingkan pasien gemuk. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum,
2. Bunyi jantung II
Timbul karena getaran menutupnya katup semilunar Aorta maupun Pulmonal. Pada
keadaan normal, terdengar pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi dengan
Disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat pengisian cepat (rapid filling
phase) dari ventrikel. Hanya terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda atau keadaan
4. Bunyi jantung IV
menurun. Jika atrium tidak berkontraksi dengan efisien, misalnya pada atrial fibrilasi, maka
bunyi jantung IV tidak terdengar. Bunyi jantung sering dinamakan berdasarkan daerah katup
dimana bunyi tersebut didengar. Ml berarti bunyi jantung I di daerah mitral. P2 berarti bunyi
13
jantung II di daerah pulmonal. Bunyi jantung I normal akan terdengar jelas di daerah apeks,
sedangkan bunyi jantung II dikatakan mengeras jika intensitasnya terdengar sama keras dengan
Merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan anatomis atau aliran darah yang
Merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih lama. Jadi, perbedaan
antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan lamanya bunyi/getaran berlangsung.
Terdiri-dari:
- Bising holosistolik : mengisi seluruh fase siklus jantung. Ditemukan pada mitral
insufisiensi atau ventricular septal defect (VSD). Bising sistolik diastolik: mengisi baik
Pulmonal Stenosis (PS), Ventrikular Septal Defect (VSD), Mitral lnsufisiensi (MI).
- Bising diastolik : terdengar pada fase diastolik, misalnya pada lnsufisiensi Aorta (AI).
- Terdengar terus menerus (continous murmur), misalnya pada Patent Ductus Arteriosus
(PDA).
- Bising yang tedengar pada sebagian dari suatu fase siklus jantung :
o Late systolic murmur, misalnya pada prolaps katup mitral.
o Early diastolic murmur, misalnya pada aorta insufisiensi (Al) atau pulmonal
insufisiensi (Pl).
14
o Late diastolic murmur, misalnya pada mitral stenosis.
SKILL 1
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
15
kelenjar tyroid, distensi vena jugularis
10 Perhatikan dinding dada; apakah adanya jaringan
parut, menilai pulsasi denyut jantung, gerakan
dinding dada.
Melakukan Palpasi
Melakukan perkusi
Melakukan Auskultasi
Keterangan Skor:
Mahasiswa Instruktur
( .. ) ( .)
16
PENUNTUN SKILLS LAB
Adanya gangguan pada otak, medula, spinalis, dan saraf tepi dapat menimbulkan
gangguan sensorik. Seorang penderita dapat mengeluhkan sensibilitas seperti rasa kebas, baal,
hilangnya rasa raba, hilangnya rasa nyeri, tidak bisa membedakan rasa panas atau dingin, tidak
mampu mengetahui pergerakan dan posisi sendi, dan tidak mampu mengetahui rasa getar pada
permukaan kulit. Namun, kadang-kadang penderita juga mengeluhkan gangguan sensorik yang
ekstrim, dimana respon yang timbul melebihi intensitas rangsangan yang diberikan. Misalnya
penderita mengeluhkan sangat nyeri saat dirangsang nyeri ringan, atau intensitas rasa raba yang
meningkat. Dalam hal ini, pemeriksa hendaknya mampu mengenal dan menginterpretasikan
kelainan yang ditemukan serta mengaitkannya dengan topik kelainan pada sistem saraf.
dan proprioseptif. Pemeriksaan sensibilitas eksteroseptif terdiri dari sensibilitas taktil, sensibilitas
nyeri, dan sensibilitas suhu. Sedangkan pemeriksaan sensibilitas proprioseptif terdiri dari
sensibilitas posisi sendi, sensibilitas getar, sensibilitas tekan dan nyeri dalam.
17
Dalam penilaian sistem sensorik, perlu dipahami pola-pola distribusi sensorik pada kulit,
yang disebut dermatom. Pada kelainan sensorik akibat gangguan sistem saraf pusat, ditemukan
gangguan sensibilitas dengan pola dermatom berbatas tegas. Sedangkan gangguan system saraf
perifer akan menyebabkan kelainan sensibilitas dengan pola dermatom tidak berbatas tegas.
PROSEDUR KERJA
Sehubungan dengan pemeriksaan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus
1. Pemeriksaan sensorik membutuhkan konsentrasi penuh dan kerjasama yang baik antara
2. Kesadaran penderita harus penuh dan tajam (komposmentis dan kooperatif). Penderita tidak
boleh dalam keadaan lelah, karena kelelahan akan mengakibatkan gangguan perhatian serta
3. Prosedur pemeriksaan harus benar-benar dimengerti oleh penderita. Dengan demikian cara
dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti
olehnya.
kemudian menilai apakah pasien mengerti dan mampu merespon pemeriksaan sesuai dengan
yang diharapkan.
gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip
serta perubahan sikap tubuh. Mungkin pula muncul dilatasi pupil, nadi yang lebih cepat dari
18
6. Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan-
perbedaan sensasi yang ringan dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya.
7. Perlu ditekankan disini tentang azas simetris : pemeriksaan bagian kiri harus selalu
dibandingkan dengan bagian kanan. Juga perlu dipahami tentang azas ekstrem :
pemeriksaan dikerjakan dari Ujung atas dan Ujung bawah kearah pusat. Hal ini untuk
8. Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap
bagian tubuh, dan pada individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Dengan
menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan/tujuan, tanpa menyakiti penderita dan
10. Perlu ditekankan disini bahwa hasil pemeriksaan fungsi sensorik pada suatu saat tidak dapat
dipercaya, membingungkan atau sulit dinilai. Dengan demikian kita harus hati-hati dalam hal
penarikan kesimpulan.
Alat yang dipakai : kuas halus, kapas, bulu, tissue, atau bila peralatan tidak tersedia,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan jari tangan yang disentuhkan ke kulit secara halus sekali.
Cara pemeriksaan :
2. Lakukan stimulasi seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan
subkutan.
19
3. Tekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan dan telapak kaki yang kulitnya
lebih tebal.
4. Selama pemeriksaan, minta penderita untuk menyatakan Ya atau Tidak apabila dia
merasakan atau tidak merasakan adanya rangsangan, dan sekaligus juga diminta untuk
menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang. Selain itu juga dinilai apakah
terdapat perbedaan intensitas rangsangan pada daerah yang simetris, misalnya telapak tangan kiri
5. Hendaknya pemeriksaan dilakukan pada kulit yang tidak berambut, karena gesekan pada
6. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada daerah yang terdapat kelainan ke daerah yang
sensasinya normal.
Alat yang dipakai dapat berupa jarum biasa, peniti, jarum pentul atau jarum yang terdapat
pada pangkal palu refleks. Stimulator listrik atau panas tidak dianjurkan.
Cara Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan terlebih dahulu mencobakan tusukan jarum tadi terhadap dirinya sendiri, dan
menimbulkan perlukaan.
4. Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara
bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan
5. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman
6. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka rangsangan dimulai dari daerah
7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya meninggi maka rangsangan dimulai dari daerah
REFLEKS
Pakar yang pertama kali diketahui menggunakan kata refleks ialah Rene Descartes, pada
tahun 1662" la melukiskan refleks memejam (refleks ancam), pada refleks ini, suatu pukulan
yang diancamkan ke mata menyebabkan mata dipejamkan. Kata refleks dibentuk dari : melihat
objek yang mendekat memberikan refleksi di otak. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
21
Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri
atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan eferen yang mengaktivasi organ efektor, serta
hubungan antara komponen ini. Misalnya: refleks tendon lutut timbul karena adanya rangsang
(ketokan), reseptor, serabut aferen, ganglion spinal, neuron perantara, sel neuron motorik, serabut
eferen dan efektor (otot). Hal ini dinamakan lengkung refleks (reflex arc) (lihat gambar 8- 1 dan
8 - 2). Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi diidapatkan pula
hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks
tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan
1. Jenis Refleks
sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. lni dapat
dilakukan pada orang yang menurun kesadarannya, bayi, anak, orang yang rendah intelegensinya
dan orang yang gelisah. Itulah sebabnya pemeriksaan refleks penting nilainya, karena lebih
objektif dari pemerikasaan lainnya. Dalam praktek sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam
Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan rangsangan, dan sebagai
jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle
stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks periostal miotatik
22
Refleks dalam dapat dinamai menurut otot yang bereaksi atau menurut tempat
merangsang, yaitu tempat insersio otot. Misalnya refleks kuadriseps femoris disebut juga refleks
tendon lutut atau refleks patela.Telah dikemukakan di atas bahwa timbulnya refleks ini ialah
karena teregangnya otot oleh rangsang yang diberikan dan sebagai jawaban otot berkontraksi,
rasa-regang (ketok) ini ditangkap oleh alat penangkap (reseptor rasa-praprioseptif karena itu
refleks ini juga dinamai refleks proprioseptif. Contoh dan refleks dalam ialah reflex kuadriseps
femoris, glabela.
2. Refleks Superfisialis
berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya
+ : jawaban normal
Tidak ada batas yang tegas antara tingkat refleks yang dikemukakan di atas, yaitu : tidak
ada batas yang tegas antara refleks lemah, refleks normal dan refleks meningkat. Bila refleks nya
negatif, hal ini mudah dipastikan. Pada refleks yang meninggi, daerah tempat memberikan
23
rangsang biasanya bertambah luas. Misalnya refleks kuadriseps femoris, bila ia meninggi, maka
tempat merangsang tidak saja di tendon di patella.Tetapi dapat meluas sampai tulang tibia.
Kontraksi otot pun bertambah hebat, sehingga mengakibatkan gerakan yang kuat pada
persendiannya. Jika meningginya refleks hebat, kadang-kadang didapatkan klonus, yaitu otot
berkontraksi secara klonik. Pada refleks yang lemah, kila perlu mempalpasi otot untuk
Kadang-kadang kita perlu pula melakukan sedikit upaya untuk memperjelas refleks yang
lemah. Hal ini misalnya dilakukan dengan membuat otot yang diperiksa berada dalam kontraksi
enteng sebelum dirangsang. Misalnya bila kita hendak memeriksa refleks kuadriseps femoris,
kita suruh pasien mendorongkan tungkai bawahnya sedikit kedepan sambil kita menahannya,
baru kemudian kita beri rangsang (ketok) pada tendon di patella. Selain itu, juga perhatian
penderita perlu dialihkan, misalnya dengan menyuruhnya menarik pada kedua tangannya yang
saling bertautan.
Refleks yang meninggi tidak selalu berarti adanya gangguan palologis, tetapi bila refleks
pada sisi kanan berbeda dari sisi kiri, besar sekali kemungkinan bahwa hal ini disebabkan oleh
keadaan patologis. Simetri memang penting dalam penyakit saraf. Kita mengetahui bahwa
simetri sempurna tidak ada pada tubuh manusia. Walaupun demikian, banyak pemeriksaan
neurologis didasarkan atas anggapan bahwa bagian tubuh adalah sama atau simetris (secara
kasar). Tiap reflex dalam dapat meninggi secara bilateral, namun hal ini tidak selalu berarti
adanya lesi piramidal. Lain halnya kalau peninggian refleks bersifat asimetris. Karenanya harus
diingat bahwa: Pada pemeriksaan refleks jangan lupa membandingkan bagian-bagian yang
24
4. Pemeriksaan reflex
Sebetulnya banyak refleks yang dapat dibangkitkan; Tiap otot bila diketok pada
insersinya akan berkontraksi dan merupakan suatu refleks. Kami hanya mengemukakan refeks
Refleks glabela.
Pukulan singkat pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis mengakibatkan kontraksi
singkat kedua otot orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang atau
negatif sedangkan pada syndrom Parkinson reffeks ini sering meninggi. Pusat refleks ini terletak
di pons.
melintang di dagu. Setelah itu, telunjuk dikelok dengan kefok-refleks (refleks hammer) yang
mengakibatkan berkontraksinya otot maseter sehingga mulut merapat. Pusat refleks ini terletak
di pons.
Refleks biseps.
Kita pegang tangan pasien yang disemifleksikan sambil mengepalkan ibu jari di atas
tendon otot biseps. Ibu jari kemudian diketok, hal ini mengakibatkan gerakan fleksi lengan
25
Refleks Triseps.
Kita pegang lengan bawah pasien yang difleksikansetengah (semifleksi). Setelah itu,
diketok pada tendon insersi m.triseps, yang berada sedikit di atas olecranon. Sebagai jawaban ini
lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung refleks melalui nervus radialis yang
Lengan bawah difleksikan serta dipronasikan sedikit. Kemudian diketok pada prosesus
stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah akan berfleksi dan bersupinasi. Lengkung
Refleks ulna.
stiloideus dari ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi pada lengan bawah dan kadang-
kadang juga gerakan aduksi pada pergelangan tangan. Lengkung refleks, melalui nervus
Tangan pasien yang ditumpukan pada dasar yang agak keras disupinasikan dan jan-jari
difleksikan sedikit. Telunjuk pemeriksa ditempelkan menyilang pada permukaan volar tulang
jari-jari. Kemudian telunjuk pemeriksa diketok. Pada keadaan normal, jari-jari pasien akan
26
berfleksi enteng demikian juga tulang akhir ibu jari. Pada lesi piramidal, fleksi jari-jari lebih
kuat. Nilai patologiknya lebih penting jika terdapal asimetri antara jari kanan dan kiri.
Lengkung refleks ini melalui nervus medianus dan nervus ulnaris yang pusatnya terlelak
di C6-Th1. Refleks-dalam dinding perut. Dinding perut pasien, yang disuruh berbaring, ditekan
sedikit dengan jari telunjuk atau dengan penggaris kemudian diketok. Otot dinding perut akan
berkontraksi.Terlihat pusar akan bergerak ke arah otot yang berkontraksi. Lengkung refleks ini
Pada orang normal, kontraksi dinding perut sedang saja, pada orang yang penggeli reaksi
ini dapat kuat. Reaksi dinding perut ini mempunyai nilai yang penting bila ditinjau bersama-
Bila refleks-dalam dinding perut meninggi, sedang refleks superfisialisnya negatif, maka
hal ini dapat menandakan adanya lesi piramidal pada tempat yang lebih atas dari Th .6.
Kata KPR masih sering digunakan untuk refleks ini, yaitu singkatan dari bahasa Belanda.
Kniepeesreflex yang berarti refleks tendon lutut. Pada pemeriksaan refleksi ini, tungkai
difleksikan dan digantungkan, misalnya pada tepi tempat tidur. Kemudian diketok pada tendon
muskulus kuadriseps femoris, di bawah atau di atas patella, (biasanya di bawah patella).
Kuadriseps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah,
27
Dalam bahasa Belanda refleks ini disebul Achilleepeesreflex, disingkat APR. Singkatan
APR masih sering digunakan di lndonesia. Tungkai bawah difleksikan sedikit,kemudian kita
pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu,
tendon Achilles diketok. Hal ini berkontraksinya triseps sure dan memberikan gerak fleksi pada
5. Refleks Superfisialis
Refleks kornea.
Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing. Hal ini
mengakibatkan dipejamkannya mata (m.orbikularis okuli). Pada pemeriksaan ini harus dijaga
agar datangnya ke mata tidak dilihat oleh pasien, misalnya dengan menyuruhnya melirik arah
yang berlawanan dengan arah datangnya kapas, gangguan nervus V sensorik, refleks ini negative
atau berkurang. Sensibilitas kornea diurus oleh nervus V sensorik cabang oftalmik.Refleks
kornea juga akan menghilang atau berkurang bila terdapat kelumpuhan m. orbikularis okuli yang
Pada lengkung refleks ini rangkaian neuron suprasegmental juga dilibatkan, sehingga bila
terdapat kerusakan suprasegmental, refleks dinding perut ini menjadi negatif. Refleks ini
dibangkitkan dengan jalan menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya
kayu geretan atau kunci. Bila positif, maka otot (m.rektus abdominis) akan berkontraksi. Refleks
ini dilakukan pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu di epigastrium (otol yang berkontraksi
28
diinenvasi oleh Th 6, Th 7), perut bagian atas (Th 7, Th 9), perut bagian tengah (Th 1, Th 11),
perut bagian bawah (Th 11 . Th 12 dan lumbal atasl. Pada kontraksi otot. Terlihat pusar bergerak
Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita normal yang banyak anak
(sering hamil), yang dinding perutnya lembek, demikian juga pada orang gemuk dan orang lanjut
usia, juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding
perutnya berkembang baik, bila refleks ini negatif. Hal ini mempunyai nilai patologis. Bila
refleks dinding perut superfisialis negatif disertai refleks-dalam dinding perut yang meninggi hal
ini menunjukkan adanya lesi traktus piramidalis di tempat yang lebih atas dariTh 6.
Refleks dinding perut superfisialis biasanya lekas lelah, la akan menghilang setelah
beberapa kali dilakukan. Refleks kremaster. Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggores
atau menyentuh bagian medial pangkal paha. Telihat skrotum berkontraksi. Pada lesi traktus
piramidalis, refleks ini negatif. Refleks ini dapat negatif pada orang lanjut usia, penderita
hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis. Lengkung refleks melalui Ll, L2.
Bila kulit di sekitar anus dirangsang, misalnya dengan tusukan ringan atau goresan, hal
ini mengakibatkan otot sfingter eksternus berkontraksi. Lengkung refleks ini melalui SS2 - S4,
S5.
29
SKILL 2
PEMERIKSAAN SARAF (Neurologi)
30
15 Jangan menanyakan pada klien: apakah anda
merasakan ini atau pakah ini runcing?
16 Gunakan ujung jarum untuk membuat rangsangan
terhadap kulit dan kepala jarum secara bergantian,
sementara itu mintalah pasien untuk menyatakan
sensasinya sesuai dengan pendapatnya
17 Mintalah klien untuk menyatakan juga apakah
terdapat perbedaan intensiatas ketajaman
rangsangan di daerah yang berlainan
18 Apabila di curigaiada daerah yang sensasinya
menurun maka mulailah rangsangan dari daerah tadi
menuju arah yang normal
31
G PEMERIKSAAN REFLEKS
BRAKHIORADIALIS
32 Mintalah penderita duduk dengan santai
33 Tempatkanlah lengan bawah penderita dalam posisi
antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
34 Letakkan lengan bawah penderita di atas lengan
bawah pemeriksa
35 Mintalah penderita untuk mereleksasikan lengan
bawahnya sepenuhnya
36 Pukullah tendon brakhoradialis pada radius bagian
distal dengan memekai reflex hammer yang datar
Keterangan Skor:
Mahasiswa Instruktur
( .. ) ( .)
32
PENUNTUN SKILLS LAB
(GASTROENTEROHEPATOLOGI)
Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisik umum secara
keseluruhan. Secara umum tujuan pemeriksaan abdomen yaitu untuik mencari atau
mengindentifikasi kelainan di sistem gastrointestinal, atau sistem ginjal dan saluran kemih,
diperlukan pengambilan anamnesis yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran cerna
Yang dimaksud abdomen adalah yaitu suatu rongga dalam badan dibawah diafragma
sampai batas atas rongga pelvis. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik abdomen
yaitu pemeriksaan daerah abdomen atau perut di bawah arkus kosta kanan-kiri sampai garis lipat
A. Pembagian Regional
Ada beberapa cara untuk membagi permukaan dinding perut dalam beberapa regional
Dengan cara ini dinding depan abdomen terbagi atas 4 daerah atau lazim disebut sebagai berikut:
Kepentingan pembagian ini yaitu untuk menyederhanakan penulisan laporan, misalnya untuk
kepentingan konsultasi atau pemeriksaan kelainan yang mencakup daerah yang cukup jelas.
33
2. Pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik
Yaitu dengan menarik dua garis sejajar dengan garis median dan dua garis transversal
yaitu yang menghubungkan dua titik palinq bawah dari arkus kosta dan satu garis lagi yang
Berdasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi atas 9
regio:
1. Regio epigastrium
4. Regio umbilikus
Kepentingan pembagian ini yaitu bila kita meminta pasien untuk menunjukkan dengan
tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi perjalanan rasa nyeri tersebut. Dalam hal ini
sangat penting untuk membuat peta lokasi rasa nyeri beserta perjalanannya, sebab sudah
diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan masing-masing organ intra abdominal
Secara garis besar organ-organ dalam abdomen dapat diproyeksikan pada permukaan
a. Hati atau hepar berada didaerah epigastrium dan didaerah hipokondrium kanan,
34
Lambung berada didaerah epigastrium,
d. Kandung empedu atau vesika felea seringkali berada pada perbatasan daerah
e. Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di daerah
hipogastrium,
f. Apendiks berada di daerah antara daerah iliaka kanan. Lumbal kanan dan bagian bawah
daerah umbilikal.
tidak mungkin teraba pada orang dewasa. Pada anak-anak, dimana otot perutnya belum
Selain pada regional tersebut terdapat beberapa titik dan garis yang sudah disepakati:
Titik Mc Burney: yaitu titik pada dinding perut kuadran kanan bawah yang terletak pada
1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS dengan umbilikus. Titik Mc Burney
tersebut dianggap lokasi apendiks yang akan terasa nyeri tekan bila terdapat apenditis.
Garis Schufner: yaitu garis yang menghubungkan titik pada arkus kosta kiri dengan
umbilikus (dibagi 4) dan garis ini diteruskan sampai SIAS kanan yang merupakan titik
3. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu
bantal, dengan kedua tangan disisi kanan-kirinya. Usahakan semua bagian abdomen dapat
diperiksa termasuk xiphoideus sternum dan mulut hernia. Sebaliknya kandung kemih
35
dikosongkan dulu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap
1. Pemeriksaan Inspeksi
penyakitnya. Pasien dengan kolik ginjal atau empedu, benar-benar terlihat menggeliat di tempat
Pasien dengan peritonitis yang menderita nyeri hebat jika bergerak secara sekilas tetap
berdiam diri di tempat tidur karena setiap gerakan sekecil apapun akan memperberat rasa
sakitnya. Mereka mungkin berbaring di tempat tidur dengan lutut di tarik ke atas untuk
dengan pucat dan berkeringat mungkin menderita syok awal karena pankreatitis atau perforasi
tukak lambung.
b. lnspeksi Kulit
Periksalah kulit untuk melihat adanya ikterus (kuning). Jika mungkin, periksalah adanya
ikterus dengan menggunakan cahaya alamiah, karena lampu pijar akan menutupi adanya ikterus.
Periksa pula ada tidaknya spider angioma, yang dapat ditemukan pada pasien dengan sirosis
alkholik, namun tidak spesifik, karena dapat ditemukan pula pada kehamilan dan penyakit
vaskular kolagen.
c. Inspeksi Ektremitas
36
Apakah otot-otot kecil ditangan mengecil ini berkaitan dengan warna kulit. Kuku
diperiksa dengan melihat adanya perubahan didasar kuku, terutama peningkatan ukuran lunula,
d. Inspeksi Wajah
Apakah matanya cekung, apakah ada daerah temporal cekung, ini merupakan tanda-tanda
kelemahan dan nutrisi buruk. Sklera ikterus atau tidak. Kulit disekitar mulut dan mukosa oral
pembuluh darah kapiler yang menetap di kulit dan mukosa) pada bibir dan lidah mengarah pada
sindrom Osier-Weber-Rendu.
e. Inspeksi Abdomen
Pemeriksaan inspeksi yaitu melihat perut baik bagian depan atau pun belakang
(pinggang). Inspeksi ini dilakukan dengan penerangan cahay yang cukup sehingga di dapatkan
keadaan abdomen seperti simetris atau tidak, bentuk atau kontur, ukuran, kondisi dinding perut
Pada pemeriksaan tahap awal ini diperhatikan secara inspeksi kelainan-kelainan yang
terlihat pada perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetris perut yang menunjukkan
adanya masa tumor, striae, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari
umbilikus) atau obstruksi vena kava inferior, peristaltik usus, distensi dan hernia. Pada keadaan
normal terlentang, dinding perut terlihat simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran
Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltik usus tidak
terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltik usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan
37
dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus. Obstruksi lumen usus ini dapat disebabkan macam-
Bentuk dan ukuran perut dalam keadaan normal bervariasi tergantung habitus, jaringan
lemak subkutan atau intra abdomen dan kondisi otot dinding perut, Pada keadaan starvasi bentuk
dinding perut cekung dan tipis, disebut bentuk skopoid. Pada keadaan ini dapat terlihat gerakan
peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam keadaan normal dapat terjadi pada pasien
gemuk. Pada keadaan patologis, perut membuncit disebabkan oleh ileus paralitik, ileus
obstruktif, meteorismus, asites, kistoma ovarii, dan kehamilan. Tonjolan setempat menunjukkan
adanya kelainan organ dibawahnya, misalnya tonjolan regio suprapubis terjadi karena
pembesaran uterus pada perempuan atau terjadi karena retensi urin pada pria tua dengan
hipertrofi prostat atau prostat atau perempuan dengan kehamilan muda. Pada stenosis pilorus,
lambung dapat menjadi besar sekali sehingga pada abdomen terlihat pembesaran setempat. Pada
kulit perut perlu diperhatikan adanya sikatriks akibat ulserasi pada kulit atau akibat operasi atau
luka tusuk.
Adanya garis-garis putih sering disebut striae alba yang dapat terjadi setelah kehamilan
atau pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas asites. Striae kemerahan dapat terlihat pada
sindrom dishing. Pulsasi arteri pada dinding perut dapat terlihat pada pasien aneurisme aorta atau
kadang-kadang pada pasien yang kurus, dan dapat terlihat pulsasi pada epigastrium pada pasien
Kulit perut menjadi kuning pada berbagai macam ikterus. Adakala ditemukan garis-garis
bekas garukan yang menandakan pruritus karena ikterus atau diabetes melitus. Pelebaran vena
terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran disekitar umbilikus disebut kaput medusa yang terdapat
pada sindrom banti. Pelebaran vena akibat obstruksi vena kava inferior terlihat sebagai pelebaran
38
vena dari daerah inguinal ke umbilikus, sedang akibat obstruksi vena kava superior aliran vena
ke distal.
gelembung pada permukaan air yang berjalan dari kiri kekanan. Dapat terjadi pada pilorus
stenosis.
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam
rongga abdomen. Palpasi dilakukan secara sisteniatis dengan seksama. Pertama kali tanyakan
apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan. Perhatikan ekspresi wajah pasien selama
pemeriksaan palpasi. Sedapat mungkin seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah
ada pembesaran masa tumor, apakah hati, limpa dan kandung empedu membesar atau teraba.
Periksa ginjal apakah ballottemen positif atau negatif. Palpasi dilakukan dalam 2 tahap yaitu
Palpasi dapat dilakukan dengan satu tangan dapat pula dua tangan (bimanual) terutama
pada pasien gemuk. Biasakan palpasi dengan seksama meskipun tidak ada keluhan yang
bersangkutan dengan penyakit traktus gastrointestinal. Pasien diusahakan dalam posisi telentang
dengan bantal secukupnya, kecuali bila pasien sesak nafas. Pemeriksa berdiri pada sebelah kanan
Palpasi superfisial: posisi tangan menempel pada dinding perut. Umumnya penekanan
dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari bukal dengan ujung jari. Sistematika palpasi
dilakukan dengan hati-hati pada daerah yang nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Palpasi
superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi superfisial tersebut bisa juga disebut palpasi awal
didapat pada palpasi superfisial dan untuk lebih menegaskan kelainan yang didapat pada palpasi
superfisial dan yang terpenting yaitu untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi hati,
limpa, ginjal. Palpasi dalam juga penting pada pasien yang gemuk atau pasien dengan otot
Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal,
apakah ada tahanan (defans), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan. Perinci masa tumor
yang ditemukan antara lain lokasi, ukuran (diukur dalam cm), bentuk, permukaan (rata atau
ireguler), konsistensi (lunak atau keres) pinggir (halus atau ireguler), nyeri tekan, melekat pada
kulit atau tidak, melekat pada jaringan dasar atau tidak, dapat di indent (tinja indentable),
Pada palpasi hati, mulai dari fosa iliaka kanan dan bergerak keatas pada tiap respirasi,
jari-jari harus mengarah pada dada pasien. Pada palpasi kandung empedu, kandung empedu yang
teraba biasanya selalu abnormal, pada keadaan ikterus, kandung empedu yang teraba berarti
bahwa penyebabnya bukan hanya batu kandung empedu tapi juga harus dipikirkan karsinoma
pankreas. Pada palpasi limpa, mulai dekat umbilikus, raba limpa pada tiap inspirasi, bergerak
secara bertahap keatas dan kiri setelah tiap inspirasi dan jika tidak teraba, baringkan pasien pada
posisi left lateral, dengan pinggul kiri dan lutut kiri ditekuk, dan ulangi, Pada posisi ginjal,
palpasi bimanual dan pastikan apakah ada ballotement. Usahakan dapat membedakan limpa
dengan ginjal, Bila limpa tidak dapat mencapai bagian atasnya, bergerak dengan respirasi, redup-
pekak pada perkusi, ada notch atau insisura limpa, ballottement negatif sedangkan pada ginjal :
40
dapat mencapai bagian atasnya, tidak dapat digerakkan (atau bergerak lambat), beresonansi pada
perkusi, tidak ada notch atau insisura, dan bisa ballotement positif.
1. Hati
Pada inspeksi harus diperhatikan apakah terdapat penonjolan pada regio hipokondrium
kanan. Pada keadaan pembesaran hati yang ekstrim (misal pada tumor hati) akan terlihat
permukaan abdomen yang asimetris antara daerah hipokondrium kanan dan kiri. Untuk
a. Dinding usus yang lemas dengan cara kaki ditekuk sehingga membentuk sudut 45-60 derajat
c. Pada saat ekspirasi maksimal jari ditekan kebawah, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak
d. Diharapkan, bila nanti membesar akan terjadi sentuhan antara jari pemeriksa dengan hati pada
saat inspirasi maksimal. Posisi pasien berbaring dengan kedua tungkai kanan dilipat agar
dinding abdomen lebih lentur. Palpasi dikerjakan dengan menggunakan sisi palmar radial jari
tangan kanan, bukan ujung jari. Lebih tegas lagi bila arah jari membentuk sudut 45 derajat
dengan garis median. Ujung jari terletak pada bagian lateral muskulus rekctus abdominalis dan
kemudian pada garis median untuk memeriksa hati lobus kiri Palpasi dimulai dari regio illiaka
Dinding abdomen ditekan kebawah dengan arah dorsal dan kranial sehingga akan dapat
menyentuh tepi anterior hati. Gerakan ini dilakukan berulang pada posisi digeser 1-2 jari ke arah
lengkung iga. Penekanan dilakukan pada saat pasien sedang inspirasi. Bila pada palpasi kita
dapat meraba adanya pembesaran hati, maka harus dilakukan deskripsi sebagai berikut:
41
- Beberapa lebar jari tangan cm dibawah lengkung iga kanan
- Bagaimana keadaan tepi hati. Misalnya tajam pada hepatitis akut atau tumpul pada tumor
hati.
- Bagaimana konsistensinya. Apakah kenyal (konsistensi normal) atau keras (pada tumor
hati)
- Bagaimana permukaannya. Pada tumor hati permukaannya teraba berbenjol.
- Apakah terdapat nyeri tekan. Hal ini dapat terjadi pada kelainan antara lain abses hati,
tumor hati. Selain itu pada abses hati dapat dirasakan adanya iluktuasi.
Pada keadaan normal hati tidak teraba pada palpasi kecuali pada beberapa kasus dengan
tubuh yang kurus (sekitar satu jari) dan pada bayi. Terabanya hati 1-2 jari dibawah lengkung iga
harus di komfirmasikan apakah hal tersebut memang suatu pembesaran hati atau adanya
perubahan bentuk diafragma (misal emfisema paru). Untuk menilai adanya pembesaran lobus
kiri hati dapat dilakukan palpasi pada daerah garis tengah abdomen ke arah epigastrium. Batas
atas hati sesuai dengan pemeriksaan perkusi batas paru hati (normal pada sela iga 6). Pada
beberapa keadaan patologis misalnya emlisema pani, batas ini akan lebih rendah sehingga besar
hati yang normal dapat teraba tepinya pada waktu palpasi. Perkusi batas atas dan bawah hati
(perubahan suara dari redup ke timpani) berguna untuk menilai adanya pengecilan hati (misal
sirosis hati). Pekak hati menghilang bila terjadi udara bebas di bawah diafragrna karena
perforasi. Suara bruit dapat terdengar pada pembesaran hati akibat tumor hati yang besar.
2. Limpa
Teknik palpasi limpa tidak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa
tidak teraba. Limpa membesar mulai dari bawah lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai
regio iliaka kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai inspirasi. Palpasi dimulai dari
42
regio iliaka kanan, melewati unibilikus digaris tengah abdomen. menuju ke lengkung iga kiri.
Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis Schuffner, yaitu garis yang dimulai dari
titik dilengkung iga kiri menuju ke umbilicus dan dibruskan sampai di spina iliaka anterior
superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi bagian yang sama. Palpasi limpa juga
dapat dipermudah dengan memiringkan pasien 45 derajat kearah kanan (kearah pemeriksa).
Setelah tepi bawah limpa teraba, maka dilakukan deskripsi sebagai benikut:
- Berapa jauh berada dan lengkung iga kin path ganis Schuf/her (S-l sampai dengan S-Vlll)
- Bagaiinana konsistensinya. Apakah kenyal (splenomegali karena hipertensi portal) atau
Untuk meyakinkan bahwa yang tenaba itu adalah limpa, harus diusahakan meraba incisuranya.
3. Ginjal
Ginjal terletak pada daerah retroperitoneal sehingga pemeriksaan harus dengan cara
bimanual. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan tangan kanan pada dinding
abdomen diventralnya. Pembesaran ginjal (akibat tumor atau hidronefrosis) akan teraba diantara
kedua tangan tersebut, dan bila salah satu tangan digerakkan akan teraba benturannya ditangan
lain. Fenomena ini dinamakan ballotement positif. Pada keadaan normal ballotement negatif.
Menyingkirkan Kemungkinan Nyeri Tekan Ginjal Untuk melakukan pemeriksaan ini, pasien
harus dalam posisi duduk. Pemeriksa mengepalkan tinjunya dan dengan lembut memukul daerah
sudut kostovertebral di kedua sisi. Pasien dengan pielonefritis biasanya merasakan nyeri hebat
bahkan pada perkusi ringan di daerah ini. Jika mencurigai adanya pielonefritis, pakailah tekanan
3. pemeriksaan Perkusi
43
Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, sama seperti pada perkusi di
rongga toraks tetapi dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan.
dan asites.
- Pembesaran organ
- Adanya udara bebas
- Cairan bebas didalam rongga abdomen
Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih
banyak cairan atau udara. dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali
didaerah hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan
bertambah bunyi timpani diseluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanya udara
Cara pemeriksaan batas paru - hati: Pada linea mid clavicula kanan
Diperkusi dari atas kebawah, nada sonor berubah monjadi sonor memendek. Normal
didapati pada sela iga ke V atau costa ke V (pada tinggi ini didapati cupula hati).
44
Diperkusi kebawah lagi, nada sonor memendek berubah menjadi pekak (Beda). Normal
Pasien disuruh menarik napas yang panjang dan menahan dahulu. Jari yang tadi ditempat
batas paru-hati absolut, jangan digeser-geser lagi. Waktu pasien rnenahan napasnya diperkusi
kembali.
Normal : yang mula-mula pekak menjadi sonor memendek lagi, kira-kira dua jari kebawah,
Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi diatas dinding
perut mungkin timpani dan di sampingnya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara
Pemeriksaan shifting dullnes sangat patognomonis dan dapat lebih dipercaya dari pada
memeriksa adanya gelombang cairan. Suatu keadaan yang disebut fenomena papan catur
(chessboard phenomen) dimana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup
Cara ini dilakukan pada pasien dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak
tegang. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang dan tangan pemeriksa diletakkan pada satu
sisi sedangkan tangan lainnya mengetuk-ngetuk dinding perut pada sisi lainnya.
45
Sementara itu mencegah gerakan yang diteruskan melalui dinding abdomen sendiri, maka
tangan pemeriksa lainnya (dapat pula dengan pertolongan tangan pasien sendiri) diletakkan
- Pasien berbaring telentang, cairan akan berkumpul pada tempat yang terendah yaitu pada
lain bunyi perkusi menjadi timpani, ini terjadi oleh karena berpindahnya cairan ke tempat
Untuk cairan yang lebih sedikit dan meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan
posisi pasien tengkurap dan menungging (knee-chest position). Setelah beberapa saat, pada
perkusi daerah perut yang terendah jika terdapat cairan akan didengar bunyi redup.
Pemeriksaan Puddle Sign. Seperti pada posisi knee-chest dan dengan menggunakan stetoskop
yang diletakkan pada bagian perut terbawah didengar perbedaan suara yang ditimbulkan karena
ketukan jari-jari pada sisi perut sedangkan stetoskop digeserkan melalui perut tersebut ke sisi
lainnya. Pasien pada posisi tegak maka suara perkusi redup didengar dibagian bawah.
4. Pemeriksaan Auskultasi
- Suara bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menghilang pada ileus
paralitik
- Succussion splash untuk mendektesi obstruksi pada tingkat lambung
- Bruit arterial
- Venos hum pada kaput medusa.
46
Dalam keadaan normal, suara peristaltik usus kadang-kadang dapat didengar walaupun
tanpa menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan lapar. Dalam
keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3 kali permenit. Jika terdapat obstruksi usus,
suara peristaltik usus ini akan meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat
Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) misal pada pasien pasca operasi atau pada
keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang balikan kadang-kadang
menghilang. Keadaan ini juga bisa. terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus dimana usus
Pada ileus obstruksi kadang terdengar suara peristaltik dengan nada yang tinggi dan suara
logam (metallic sound). Suara murmur sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada
auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran
hati karena hepatoma. Bising vena (venom hum) yang kadang-kadang disertai dengan terabanya
gerakan (thrill), dapat didengar di antara umbilikus dan epigastrium. Pada keadaan fistula
SKILL 3
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN (GASTROENTEROHEPATOLOGI)
47
pemeriksaan.
4 Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya
rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan
serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
5 Berdiri disebelah kanan pasien
6 Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju)
sebagian
Melakukan Auskultasi
48
20 Bruit dari karsinoma pancreas dikiri regio
epigastrium dan splenik friction rub bilateral
21 Lanjutkan mendengar selama 5 menit, bila
peristaltik tidak segera terdengar.
22 Melaporkan dan mencatat hasil auskultasi
Melakukan Palpasi
49
belakang.
35 Dilakukan beberapa kali sesuai irama inspirasi
sambil menempatkan posisi tangan kanan
berganti/tempat arah.
36 Palpasi kuadran kanan abdomen:
Tujuan: menemukan palpable hepar, ginjal kanan
37 Tangan kanan dengan jari-jari adduksi dimasukkan
dibawah margin tulang rusuk kanan dengan
permukan volar tangan menyentuh permukaan
abdomen, sensasi taktil akan diterima ujung-ujung
jari.
38 Supinasi tangan kiri ditempatkan dibawah toraks
kanan
39 Saat inspirasi dalam, tangan kanan digerakkan naik
dan masuk pada saat inspirasi akhir tercapai, secara
bersamaan toraks kanan dinaikkan oleh tangan kiri.
40 Apabila ditemukan nyeri yang langsung terjadi pada
saat melakukan palpasi abdomen, kepala pasien
dapat ditinggikan lagi memakai bantal.
41 Palpasi rebound (nyeri memantul) : menekan ujung
jari perlahahn-lahan ke dinding abdomen kemudia
secara tiba-tiba menarik kembali jari-jari, disebut
sebagai blumberg sign.
42 Apabila ditemukan massa pada abdomen, dilakukan
penilaian dalam hal : lokasi, ukuran, besar,
konsistensi, kekenyalan, mobilitas dan pulsasi.
Melakukan Perkusi
Keterangan Skor:
50
1 = Dilakukan dengan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Mahasiswa Instruktur
( .. ) ( .)
Dada membentuk suatu kotak tulang yang mengandung dan melindungi paru-paru,
jantung dan esofagus ketika ia berjalan ke dalam lambung. Rangka dada terdiri dari 12 vertebra
torakal, 12 pasang iga, klavikula dan sternum. Paru-paru secara terus menerus memberikan
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari sistem sirkulasi. Tenaga yang diperlukan untuk
pernapasan berasal dari muskulus interkostal dan diafragma. Gerak terpadu otot-otot ini bekerja
sebagai puputan untuk menarik udara masuk kedalam paru-paru. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Kendali pernapasan adalah kompleks dan diatur oleh pusat pernapasan di medula otak.
51
Udara inspirasi dihangatkan, di saring dan dilembabkan oleh saluran pernapasan atas.
Setelah melalui kartilago krikoid laring, udara mengalir melalui suatu sistem pipa yang fleksibel,
yaitu trakea. Setinggi vertebra torakal keempat atau kelima, trakea bercabang menjadi bronkus
Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar dan lebih datar dari pada bronkus kiri. Bronkus
tersebut terus bercabang menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil, kemudian menjadi
bronkiolus di dalam paru-paru. Tiap bronkiolus respiratorius berakhir di dalam suatu duktus
alveolaris, dan dari sini dipercabangkan banyak sakus alveolaris. Diperkirakan bahwa ada lebih
dari 500 juta alveolus di dalam paru-paru. Tiap dinding alveolus mengandung serat elastis yang
membuat sakus tersebut dapat mengembang selama inspirasi dan mengerut selama ekspirasi
Paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa lobus: atas, tengah dan bawah di paru kanan dan
atas dan bawah di paru kiri. Paru-paru di bungkus oleh suatu kantung tipis yaitu pleura. Pleura
viseralis terdapat tepat diatas parenkim paru-paru, sedangkan pleura parietalis melapisi dinding
dada. Kedua permukaan pleura ini saling meluncur satu sama lain selama inspirasi dan ekspirasi.
Ruang diantara kedua pleura ini disebut kavum pleura. Untuk melukiskan tanda-tanda fisik di
dalam dada secara tepat, pemeriksa harus memahami batas-batas topografi pada dinding dada.
Bagian-bagian yang mempunyai arti klinis yang penting adalah sebagai berikut:
- Stemum
- Clavicula
- Incisura suprasternalis
- Angulus sternomanubrial
52
- Garis mid clavikularis
- Garis skapularis
- Garis midspinal
Incisura suprasternalis terletak pada punck sternum dan dapat di raba sebagai cekungan
di dasar leher. Angulus sternomanubrial sering disebut sebagai Angulus Louis. Tonjolan tulang
ini terletak kira-kira 5 cm di bawah incisura suprasternalis. Lateral dari tonjolan ini adalah iga
Untuk menentukan daerah-daerah di permukaan dada, dibuat beberapa garis khayal pada
dada depan dan belakang. Gais mid sternalis di buat melalui bagian tengah stemum. Garis
midclavicular adalah garis yang dibuat melalui bagian tengah klavikula dan sejajar dengan garis
midsternalis. Garis aksilaris anterior adalah garis vertikal yang dibuat sepanjang lipatan aksilaris
anterior dan sejajar dengan garis mid sternalis. Garis aksilaris media dibuat melalui tiap puncak
aksila sejajar dengan garis mid sternalis. Garis akslaris posterior bersejajar dengan garis
midsternal dan berjalan vertikal sepanjang lipatan aksilaris posterior. Garis scapular sejajar
dengan garis midsternal dan berjalan melalui sudut bawah skapula. Garis midspinal adalah suatu
Perhitungan iga pada dada posterior agak lebih rumit. Sayap bawah skapula terletak
setinggi iga atau sela iga ke tujuh. Batas topografik penting lainnya yang berguna dapat
ditemukan dengan meminta pasien memfleksikan lehernya : prosessus spinosus servikal yang
53
Perlu diingat, bahwa hanya tujuh iga pertama yang membentuk persendian dengan
sternum. Iga kedelapan sampai kesepuluh membentuk persendian dengan tulang rawan
diatasnya. Iga kesebelas dan keduabelas adalah iga melayang dan mempunyai bagian anterior
yang bebas. Fissura interlobaris terletak diantara lobus paru-paru. Paru-paru kanan dan kiri
mempunyai fissura oblik, yang dimulai pada dada anterior setinggi iga keenam pada garis
midklavikula dan memanjang ke lateral atas ke iga kelima di garis aksilaris media, berakhir pada
dada posterior pada prosessus spinosus vertebra torakal ketiga (VT 3). Lobus bawah kanan
terletak dibawah fissure oblik kanan : lobus atas dan tengah kanan terletak di atas fissura oblik
kanan. Lobus bawah kiri terletak dibawah fissura oblik kiri ; lobus atas kiri terletak diatas fissura
oblik kiri. Fissura horizontal hanya ada di kanan dan memisahkan lobus atas kanan dan lobus
tengah kanan. Fissura memanjang dan iga keempat pada tepi stemum ke iga kelima pada garis
aksilaris media. Paru-paru menonjol ke atas kira-kira 3-4 cm di atas ujung medial klavikula.
Margo inferior paru-paru menonjol ke iga keenam pada garis midklavikula, iga kedelapan pada
garis aksilaris media, dan diantara VT 9 dan VT 12 dibagian posterior. Variasi ini berkaitan
dengan pernapasan. Percabangan trakea, karna, terletak di belakang angulus Louis kira-kira
setinggi VT 4 pada dada posterior. Hemidiafragma kanan pada akhir ekspirasi terletak setinggi
iga kelima dibagian depan dan VT 9 di bagian belakang. Adanya hati pada sisi kanan membuat
Batasan
Perubahan yang dapat ditemukan akibat kelainan yang terdapat pada torak dapat berupa
perubahan bentuk dan ukuran, gangguan pergerakan, serta perubahan sifat penghantar getaran.
Evaluasi akibat perubahan yang terjadi pada torak dilakukan dengan melakukan pemeriksaan :
54
Pemeriksaan Fisik
Setelah dilakukan penilaian umum keadaan pasien, pemeriksaan dada posterior dilakukan
ketika pasien masih duduk. Lengan pasien sebaiknya dilipat dan diletakkan diatas pangkuannya.
Bila pemeriksaan dada posterior sudah selesai, pasien diminta untuk berbaring dan pemeriksaan
dada anterior dimulai. Selama pemeriksaan, pemeriksa perlu berusaha membayangkan daerah
paru-paru dibawahnya.
Jika pasiennya laki-laki, pakaiannya harus dibuka sampai sebatas pinggang. Jika wanita,
pakaiannya harus diatur sedemikian rupa untuk mencegah pemaparan payudara yang tidak perlu
dan memalukan. Pemeriksa berdiri rnenghadap pasien. Pemeriksaan dada anterior dan posterior
mencakup:
1. INSPEKSI
Memperhatikan ekspresi wajah pasien seperti: pasien dalam keadaan akut, cuping hidung
yang dapat didengar seperti stridor atau wheezing (berhubungan dengan obstruksi aliran udara).
Pasien dengan obstruksi saluran pernapasan cenderung memilih posisi dimana mereka
dapat menyokong lengan mereka dan memfiksasi otot - otot bahu dan leher untuk membantu
respirasi. Suatu teknik yang lazim dipakai pasien dengan obstruksi bronkus adalah memegang
sisi-sisi tempat tidur dan memakai muskulus latissimus dorsi untuk membantu mengatasi
meningkatnya tahanan terhadap aliran keluar selama ekspirasi. Pasien dengan orthopneu duduk
- lnspeksi Leher
55
Pemakaian otot-otot tambahan merupakan suatu tanda paling dini adanya obstruksi
berkontraksi selama inspirasi. Otot-otot tambahan membantu dalam ventilasi, karena mereka
mengangkat klavikula dan dada anterior untuk meningkatkan volume paru-paru dan
dan otot-otot interkostal. Gerakan keatas klavikula lebih dari 5 mm selama pernapasan berkaitan
Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang memadai, dan konfigurasi
dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Peningkatan diameter anteroposterior (AP) dijumpai
pada COPD tingkat lanjut Diameter AP cenderung mendekati diameter lateral sehingga terbentuk
dada berbentuk tong. lga-iga kehilangan sudut 45 derajat dan menjadi lebih horizontal. Suafu
flail chest adalah konfigurasi dada dimana suatu sisi dada bergerak paradoksal ke dalam selama
inspirasi. Keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel. Kifoskoliosis adalah deformitas tulang
punggung dimana terdapat lengkungan tulang punggung abnormal AP dan lateral sehingga
pengembangan dada dan paru-paru menjadi sangat terbatas. Pectus excavatum atau dada corong
adalah cekungan pada sternum, akan menimbulkan masalah restriktif pada paru-paru hanya jika
cekungannya jelas. Pecfus carinatum atau dada burung merpati adalah suatu deformitas yang
Menilai Laju dan Pola Respirasi Pada saat menilai laju respirasi, jangan meminta pasien
untuk benapas "secara normal". Orang secara volunter akan mengubah pola dan laju
pernapasannya bila mereka menyadarinya. Cara yang lebih baik adalah, setelah menghitung
denyut radial, arahkan mata anda ke dada dan mengevaluasi pernapasan pasien sementara masih
56
memegang pergelangan tangannya. Pasien tidak menyadari bahwa anda sudah tidak menghitung
denyut nadi lagi, dan perubahan pernapasan secara volunter tidak akan terjadi. Hitunglah jumlah
pernapasan dalam periode 30 detik dan kalikanlah angkanya dengan 2 untuk mendapatkan laju
pernapasan per menit. Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali per menit.
metabolik. Dikenal pula sebagai pernapasan Kussmaul. Ada banyak macam pola pernapasan
abnormal.
- lnspeksi Tangan
Penemuan untuk clubbing adalah hilangnya sudut antara kuku dengan falang terminal.
Dengan memperhatikan bentuk rongga torak pada waktu diam dan bergerak. Perubahan
bentuk torak dapat diakibatkan oleh perubahan sangkar torak, ataupun oleh karena perubahan isi
torak. Apabila ada kelainan pada salah satu sisi hemithoraks akan memberikan kesan yang tidak
Kelainan dapat berupa efusi pleura, pneumothorak maupun massa dalam rongga torak.
Beberapa hal lain seperti atelektasis dan fibrotic menyebabkan penarikan pada rongga antar iga
57
yang memberikan kesan tidak simetris pada waktu inspeksi. Setiap kelainan pada paru, pleura
maupun dinding dada akan mengakibatkan gangguan distensibilitas yang dapat diamati dari
adanya gangguan pada pergerakan dada. Pada inspeksi juga diamati pola dan nafas.
2. PALPASI
Sekarang anda harus pindah ke punggung pasien untuk memeriksa dada posterior. Palpasi
adalah "meletakkan tangan". Palpasi dipakai dalam pemeriksaan dada untuk memeriksa hal-hal
berikut ini:
Semua daerah dada harus diperiksa untuk mengetahui adanya daerah- daerah nyeri tekan.
Pukul perlahan punggung pasien dengan kepalan tangan anda. Keluhan "nyeri dada" mungkin
hanya berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal setempat dan titlak berkaitan dengan penyakit
jantung atau paru-paru. Berlakulah dengan sangat cermat dalam memeriksa daerah-daerah nyeri
tekan didada.
Derajat simetri pergrerakan dada dapat ditentukan dengan meletakkan tangan anda secara
mendatar pada punggung pasien dengan ibu jari sejajar dengan garis tengah kira-kira setinggi iga
ke-10 dan menarik kulit dibawahnya sedikit kearah garis tengah. Pasien diminta untuk menarik
napas dalam, dan perhatikan gerakan tangan. Perhatikan simetris gerakan tangan. Penyakit paru
setempat dapat menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit dari pada sisi lainnya.
58
Prinsip Fremitus Taktil
Kata yang diucapkan menimbulkan getaran yang dapat didengar bila seseorang
mendengarkannya di dada dan paru-paru. lni disebut fremitus vokal. Bila orang mempalpasi
dinding dada ketika ia sedang berbicara, getaran ini dapat dirasakan. lni adalah fremitus taktil.
Suara dihantarkan dari laring melalui percabangan bronkus ke parenkim paru-paru dan dinding
dada. Fremitus taktil memberikan informasi yang berguna mengenai kepadatan jaringan paru-
paru dan rongga dada dibawahnya. Keadaan-keadaan yang meningkatkan kepadatan paru-paru
dan membuatnya lebih padat, seperti konsolidasi, meningkatkan penghantaran femitus taktil.
Kadaan-keadaan klinis yang mengurangi penghantaran gelombang suara ini akan mengurangi
fremitus taktil. Jika ada jaringan lemak yang berlebihan di dada, udara atau cairan di dalam
rongga dada atau paru-paru yang mengembang secara berlebihan, femitus taktil akan melemah.
Dapat diperiksa dengan salah satu dari 2 cara. Pada teknik pertama pemeriksa meletakkan
sisi ulnar tangan pada dinding dada, dan meminta pasien untuk mengatakan "tujuh puluh tujuh".
Fremitus taktil dinilai, dan tangan pemeriksa diletakkan ke posisi yang sama pada sisi yang
berlawanan. Fremitus taktil kemudian dibandingkan dengan sisi yang berlawanan. Dengan
menggerakkan tangan dari sisi ke sisi, dari atas ke bawah, pemeriksa dapat mendeteksi
perbedaan penghantaran suara ke dinding dada. "Tujuh puluh tujuh" adalah salah satu frasa yang
dipakai karena menimbulkan bunyi fibrasi yang baik. Fremitus taktil sebaiknya diperiksa pada
lima atau enam lokasi. Cara lain untuk memeriksa fremitus taktil adalah memakai ujung jari
Palpasi dapat membantu memberi informasi adanya gangguan pada pergerakan torak
serta gangguan pada penghantaran getaran. Fremitus fokal dapat dilakukan dengan tactile
59
fremitus maupun auditory fremitus. Fremitus fokal akan menurun bila rongga bronkhus terturup,
efflision, pneumotorak, dsb. Beberapa kelainan dapat meningkatkan fremitus fokal, misalnya
3. PERKUSI
indera oleh indera taktil dan pendengaran pemeriksa. Bunyi yang terdengar dan sensasi taktil
yang dirasakan tergantung pada rasio udara jaringan. Getaran yang ditimbulkan dengan perkusi
hanya dapat menilai paru sampai sedalam 5-6 cm, tetapi perkusi berguna karena banyak
perubahan rasio udara-jaringan segera dapat diketahui. Tujuan perkusi dada adalah untuk
menentukan batas anatomi resonansi paru dan menentukan daerah dengan bunyi perkusi
2. Redup, seperti diatas hepar (pada kuadran kanan atas), berlangsung singkat dan beramplitudo
3. Resonan/sonor, seperti pada seluruh dinding dada dimana paru-paru berinflasi normal,
4. Timpani, seperti pada gelembung gas di tambung dengan tinggi nada tinggi dan bergaung.
Pada dada normal, redup diatas jantung dan sonor diatas lapangan paru dapat terdengar
dan dirasakan. Ketika paru-paru berisi cairan dan menjadi lebih padat, seperti pada pneumonia,
60
sonor digantikan oleh redup. lstilah hipersonor dipakai untuk bunyi perkusi pada paru-paru yang
kepadatannya berkurang, seperti pada emfisema. Hipersonor adalah bunyi resonansi dengan
Teknik Perkusi
Perkusi dada memakai jari tengah tangan kiri yang diletakkan dengan kuat pada dinding
dada sejajar dengan iga pada sela iga dengan telapak tangan dan jari lain tidak menyentuh dada
tersebut. Ujung jari tengah tangan kanan mengetuk dengan cepat dan tajam pada falang terminal
jari kiri yang berada di atas dinding dada. Gerakan jari pengetuk harus berasal dari pergelangan
Tempat-tempat perkusi pada dada posterior adalah diatas, diantara dan dibawah skapula
disela iga. Tulang skapula tidak diperkusi. Pemeriksa harus mulai dari atas ke bawah, dari sisi ke
Perkusi dipakai pula untuk mendeteksi gerakan diafragma. Pasien diminta untuk menarik
napas dalam dan menahannya. Perkusi pada basis paru-paru kanan menentukan daerah sonor
terendah, yang mencerminkan batas diafragma terendah. Dibawah batas ini ada redup hati.
Pasien kemudian disuruh untuk mengeluarkan napas sebanyak mungkin, dan perkusi diulangi.
Pada ekspirasi, paru-paru akan mengecil, hati akan bergerak ke atas dan daerah yang sama akan
menjadi redup batas pekak telah bergerak keatas. Perbedaan antara batas pada waktu inspirasi
dengan batas pada waktu ekspirasi merupakan gerakan diafagma, biasanya sebesar 4 -5 cm.
Pasien dengan emfisema mempunyai gerakan diafragma yang berkurang. Pasien dengan
61
4. AUSKULTASI
Auskultasi dada dipakai untuk mengenali bunyi paru-paru. Stetoskop biasanya mempunyai dua
kepala : bel dan diafragma. Bel dipakai untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada rendah,
sedangkan diafragma lebih baik untuk mendeteksi bunyi dengan tinggi nada yang lebih tinggi.
Bel harus ditempelkan secara longgar di kulit, karena jika ditekan kuat: kulit akan berlaku
sebagai diafragma dan bunyi tinggi nada rendah akan tersaring. Sedangkan diafragma
ditempelkan secara kuat pada kulit. Jangan mendengarkan melalui pakaian. Bel atau diafragma
Bunyi pernapasan terdengar pada harnpir seluruh lapangan paru. Bunyi pernapasan
terdiri dari fase inspirasi diikuti fase ekspirasi. Ada empat macam bunyi pernapasan normal :
Trakeal : bunyi yang sangat kasar, keras dan dengan nada tinggi yang terdengar pada
dievaluasi, karena tidak mencerminkan problem klinis apapun juga pada paru.
Bronkial : bunyi yang keras, dengan tinggi nada tinggi, seperti udara mengalir melalui
pipa. Komponen ekspirasi lebih keras dan lebih lama dari pada komponen inspirasi dan
terdapat jeda yang jelas diantara kedua fase. Terdengar di daerah manubrium sterni.
Bronkovesikuler : campuran bunyi bronkial dan bunyi vesikuler. Komponen inspirasi
dan ekspirasi sama panjang. Dalam keadaan normal, hanya dapat didengar pada sela iga
pertama dan kedua di bagian depan dan diantara skapula dibagian belakang. Lni didekat
lapangan paru. Komponen inspirasi jauh lebih panjang dari pada ekspirasi.
62
Auskultasi Dada Posterior
Auskultasi harus dilakukan dalam lingkungan yang tenang. Pasien diminta menarik dan
mengeluarkan napas melalui mulutnya. Pemeriksa mula-mula harus memusatkan perhatian pada
panjang inspirasi kemudian pada panjang ekspirasi. Bila bunyi pernapasan sangat lemah, dipakai
istilah jauh. Bunyi pernapasan yang jauh lazim ditemukan pada pasien dengan paru-paru
1. Suara nafas.
2. Suara tambahan
3. Suara bisik
Penderita diminta mengucapkan kala desis, normal tidak terdengar pada parenkim paru.
Suara bisik akan terdengar pada fase ekspirasi, pada proses konsolidasi.
4. Suara percakapan
Pada keadaan normal tidak terdengar suara percakapan pada parenkim paru. Bila
terdengar disebut Bronkofoni posistif, dapat ditemukan pada beberapa kelainan parenkim
63
ekstratoraks utama paru perifer
Dada Anterior
Pemeriksa sekarang harus berpindah kedepan pasien. Bagian pertama pemeriksaan dada
anterior dilakukan dengan pasien dalam posisi duduk, setelah itu pasien diminta untuk berbaring.
Posisi trakea dapat ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan di incisura
suprasternal dan menggerakkannya sedikit ke lateral untuk meraba lokasi trakea. Teknik ini
diulangi, dengan menggerakkan jari dari incisura suprasternal ke sisi lain. Ruang antara trakea
dan klavikula harus sama. Pergeseran mediastinum dapat memindahkan trakea ke satu sisi.
Gerakan trakea ke atas di pakai untuk menentukan apakah trakea terfiksasi pada
mediastinum, ini disebut teknik tarikan trakea. Kepala pasien harus agak difleksikan, dan tangan
kiri pemeriksa harus menyokong bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan pemeriksa harus
diletakkan sejajar dengan trakea dengan telapak tangan menghadap keluar. Jari tengah
dimasukkan kedalam ruang krikotiroid, dan laring di dorong keatas. Laring dan trakea biasanya
bergerak kira-kira 1-2 cm, setelah menggerakkan laring keatas, secara perlahan-lahan turunkan
sebelum melepaskan jari-jari anda. Jangan melepaskannya seeara tiba-tiba dari posisinya
dibagian atas. Trakea yang terfiksasi menunjukkan fiksasi mediastinal, dapat terjadi pada pasien
64
Kemudian, mintalah pasien untuk berbaring pada punggungnya untuk pemeriksaan dada
anterior. Lengan pasien diletakkkan pada sisi tubuhnya. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan
tangan anda sepanjang margo iga lateral. Suruh pasien untuk menarik napas dalam ketika anda
Diperiksa di fosa supraklavikular dan sela iga anterior secara bergantian, dimulai di
klavikula. Pemeriksa harus melakukan pemeriksaan mulai dari fossa supraklavikular ke bawah,
Mencakup fossa supraklavikular, aksila, sela iga anterior. Bandingkan sisi satu dengan
lainnya. Bunyi redup mimgkin timbul pada sela iga ketiga sampai kelima bagian kiri sternum,
yang berkaitan dengan adanya jantung. Penting dilakukan perkusi di aksila, karena lobus atas
paling baik diperiksa pada posisi ini. Perkusi aksila kadang-kadang lebih mudah dilakukan pada
Dilakukan pada fossa supraklavikula, aksila dan sela iga anterior. Bandingkan bunyi
pernapasan satu sisi dengan sisi lainnya pada posisi yang sama.
65
SKILL 4
PEMERIKSAAN FISIK PARU
66
13 Perhatikan bagian sudut epigastrium (bentuk tumpul
atau lancip)
14 Perhatikan dan tentukan jenis pernafasan, apakah
ada pernafasan abnormal (Kusmaull, cheyne stokes,
asthmatic)
15 Jumlah frekuensi nafas (hitung)
16 Perhatikan perbandingan pergerakan dinding dada
kiri dengan kanan. (Apakah sama atau ada dinding
dada yang tertinggal)
Melakukan palpasi
Melakukan Perkusi
67
pada linea mid klavikularis kanan (perubahan suara
perkusi dari sonor ke redup)
25 Melakukan perkusi pada toraks anterior kiri bawah
daerah lambung akan didapat suara perkusi timpani
Melakukan Auskultasi
Melakukan palpasi
Melakukan perkusi
Melakukan Auskultasi
Keterangan Skor:
Mahasiswa Instruktur
69
( .. ) ( .)
70