Anda di halaman 1dari 30

KERACUNAN ARSEN

OLEH

DR. REINHARD JD, SH,SPF


PENDAHULUAN
Berbagai cerita mengenai Arsen menjadi topik pembicaraan
yang hangat.
 Di Teluk Buyat, Sulawesi Utara

Pencemaran industri  pertambangan, akibat limbah yang


mengandung logam berat termasuk  Merkuri dan Arsen.
 Peracunan terhadap seorang aktifis HAM Munir, yang sedang
dalam perjalanan ke Belanda.
ARSEN DALAM PERADABAN

 Kata arsenik dipinjam dari bahasa Persia


[ ‫ ] زرنيخ‬Zarnik yang berarti "orpimen kuning".
 Zarnik dipinjam dalam bahasa Yunani sebagai arsenikon.

 Sejak zaman dahulu sering digunakan untuk membunuh


 Dalam zaman Perunggu, arsenik sering digunakan dlm
pembuatan perunggu, yang membuat campuran tersebut
lebih keras.
 Warangan, yang sering digunakan sebagai bahan pelapis
permukaan keris dan mempertegas kontras pada pamor
serta meningkatkan daya bunuh senjata tikam itu
 Pada zaman Ratu Victoria di Britania Raya, arsenik
dicampurkan dengan cuka dan kapur dan dimakan oleh
kaum perempuan untuk meningkatkan penampilan wajah
mereka menjadi lebih putih.
LAMBANG KIMIA UNTUK ARSENIK

Germanium ← Arsenik → Selenium

P

As

Sb

Arsenik secara kimiawi berdekatan dengan Fosfor & memiliki


karakteristik yang serupa dengan Fosfor, Sehingga dapat
sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia.
ARSEN
 Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dengan
simbol As
 Memiliki tiga bentuk alotropik : kuning, hitam dan abu-abu
 Bentuk metal tidak beracun, dan dalam bentuk ini tidak
larut dalam air.
 Racun Arsen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Bentuknya seperti bubuk giling, tidak larut dalam
air.
 Namun jika dalam bentuk senyawa oksidanya, arsen
dioksida berbentuk serbuk putih yang larut dalam air, tidak
berbau dan tidak berasa
 Yang beracun
Bentuk garam yang larut
Bentuk oksida yang terpapar oleh udara
 Arsenik ketika terpapar panas akan menguap dan akan cepat
teroksidasi menjadi oksida arsenik, yang berbau seperti bau
bawang putih membentuk asap beracun Arsenic Trioxide
 Beberapa senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi,
berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih
dahulu.
GEJALA KLINIS KERACUNAN AKUT
Timbulnya gejala biasanya dalam waktu 2 jam setelah
masuknya racun, menyebabkan:
 Gejala gastrointestinal hebat → Rasa terbakar pada tenggorokan, retrosternum dan
epigastrium dengan rasa logam pada mulut.

 Rasa sangat haus disertai dengan mual, muntah-muntah hebat, dan diare. Isi
lambung dan bahkan isi deudonum dapat keluar, muntahan dapat mengandung
bubuk berwarna putih (As2O3), kadang-kadang sedikit berdarah

 Nyeri yang akut pada abdomen dan nyeri epigastrium yang cepat menjalar ke
seluruh perut, hingga nyeri pada perabaan, mungkin karena adanya perforasi
lambung

 Tenesmus yang disertai tinja warna hitam karena banyak mengandung darah dan
banyak mengandung cairan seperti diare pada kolera

 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit mengakibatkan dehidrasi dan


kejang otot. Pasien menjadi gelisah
 Arsen juga memperlemah kerja otot jantung dan mempengaruhi endotel kapiler
yang mengakibatkan dilatasi kapiler sehingga menyebabkan syok bertambah berat
→ syok hipovolemik. Tanda-tanda syok akan menonjol pada tahap menjelang
kematian.

 Ginjal dipengaruhi sehingga mengakibatkan berkurangnya produksi urine,


terdapatnya sel darah merah dalam urine dan selanjutnya akan mengalami
kegagalan ginjal. Koma, kejang-kejang dan meninggal.

 Pada kasus dimana racun arsen dalam bentuk serbuk arsen, pasien akan batuk-
batuk dengan dahak yang berbusa, gangguan pernafasan, dan selanjutnya mungkin
mengalami edema paru akut.

 Pada beberapa kasus gejala-gejala pada sistem pencernaan sangat minimal bahkan
tidak ada sama sekali. Pasien merasa pusing, nyeri pada prekordium, delirium,
kehilangan kesadaran dan meninggal. Paralisis seluruh anggota badan mungkin
bisa terjadi sebelum kematian. Keadaan ini disebut juga dengan bentuk narkotik
dari keracunan arsen.
CARA KEMATIAN

 Dehidrasi→syok
 Kegagalan ginjal

 Edema paru
GEJALA KLINIS KERACUNAN
SUBAKUT

 Munculnya gejala-gejala lebih lambat dan gejala


pada sistem saraf lebih menonjol, misalnya neuritis
perifer multipel, nyeri pada otot-otot betis dan
paralisis otot. Berkaitan dengan hal tersebut diatas
adalah gejala pada sistem pencernaan, yaitu nyeri
abdomen, muntah, tinja yang berwarna gelap dan
mengandung darah. Kulit berwarna kuning mungkin
akan muncul kemudian.
 Dosis fatal : 180 mg
 Periode fatal : 12-48 jam
DIAGNOSA BANDING.
Keracunan Arsen Kolera
1. Hanya terjadi beberapa kasus 1. Terjadi dalam bentuk epidemi
2. Nyeri tenggorokan dirasakan 2. Nyeri tenggorokan dirasakan
sebelum muntah setelah muntah
3. Timbulnya gejala mendadak 3. Timbulnya gejala kira-kira 1–5 hari
4. Suara biasanya tidak dipengaruhi 4. Suara serak dan kasar
5. Konjungtiva mengalami kongesti 5. Konjungtiva normal
dan inflamasi
6. Muntah diikuti dengan diare 6. Diare diikuti dengan muntah
7. Muntah pasien mengandung bercak 7. Muntah pasien cair
darah
8. Tinja seperti air cucian beras dan 8. Tinja hanya seperti air cucian beras
mengandung darah
dan tidak mengandung darah
9. Ada tenesmus 9. Tidak ada tenesmus
10. Dari pemeriksaan tinja ditemukan
10. Dari pemeriksaan tinja ditemukan
arsen
vibrio kolera.
GEJALA KLINIS KERACUNAN ARSEN
KRONIS:

 Gastroenteritis kronis dengan anoreksia, nausea yang tidak jelas dan diare
interminten.
 Jaundice akibat nekrosis sel  hati subakut
 Gejala neurologik berupa neuritis perifer
 Melanosis arsenik umumnya terlihat pada pelipis, kelopak mata dan leher yang
menyerupai pigmentasi pada penyakit Addison tetapi mukosa mulut tidak terkena.
 Keratosis dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).
 Erupsi kulit
 Pada kuku dapat dijumpai adanya stria putih transversal (Mee’s lines). Kuku yang
rapuh dan kerontokan rambut juga merupakan petunjuk kemungkinan 
 Malaise dengan anemia dan hilangnya berat badan menyebabkan terjadinya
kakeksia dan terjadinya berbagai infeksi. Anemia sering disertai dengan
leukopenia yang berat (kurang dari 1000/cc) dan  eosinofilia relatif.
 Nefrosis dengan albuminuria yang jelas.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada kasus keracunan Arsen, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku meningkat.
Nilai batas normal kadar Arsen adalah sebagai berikut :
 Rambut kepala normal : 0.5 mg/kg
 Curiga keracunan : 0.75 mg/kg
 Keracunan akut : 30 mg /kg
 Kuku normal : sampai 1mg/kg
 Curiga keracunan : 1 mg/kg
 Keracunan akut : 80 ug/kg
 Dalam urin, arsen dapat ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum, dan dapat
terus ditemukan hingga 10-12 hari.
 Pada keracunan kronik, arsen dieksresikan tidak terus menerus (intermitten)
tergantung pada intake.
 Titik-titik basofil pada eritrosit dan leukosit muda mungkin ditemukan pada darah
tepi, menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji Kopro-porfirin urin
akan meberikan hasil positip.
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
 Korban mati keracunan akut.
 Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
 Pada pembedahan jenazah
 Ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-
kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance). Iritasi lambung dapat
menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-
partikel arsen dapat tertahan. Orpimen terlihat sebagai partikel-partikel As
berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih.
 Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Histopstologik
jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan
organ lain parenkimnya dapat mengalami degenerasi bengkak keruh.
 Pada korban meninggal perlu diambil organ, darah, urin, isi usus, isi lambung,
rambut, kuku, dan kulit.
 Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban
hidup adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut, dan kuku.
 Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan
terlihat tanda-tanda kegagalan kardiorespirasi akut.
 Bila lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik,
tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan
nekrosis fokal serta nekrosisi tubuli.
KORBAN MATI AKIBAT KERACUNAN
KRONIK

 Pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk.


 Pada kulit terdapat pigmentsi berwarna coklat
(melanosis arsenik),
 Keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).
 Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mee’s lines)
pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
 Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi adanya racun dilakukan terhadap

 Sampel urin (seluruhnya),


 Isi lambung (seluruhnya),
 Darah perifer (10 cc),
 Rambut dan kuku (dicabut dari pangkalnya).
 Untuk korban keracunan yang meninggal bahan pemeriksaan  diambil
juga dari  jaringan otak dan hati (masing-masing  100 gram),
 ginjal (50 gram),
 cairan empedu serta humor vitreus (seluruhnya).
 Selain bahan-bahan tersebut, sebagai pembanding dapat juga dilakukan
pemeriksaan atas bahan makanan, minuman, obat-obatan yang dicurigai.
UJI LABORATORIUM
 Pemeriksaan toksikologi terhadap Arsen dilakukan dengan  metode
Kolorimetrik maupun Atomic Absorption Spectroscopy, yang 
mendeteksi  total Arsen.
 Arsen biasanya  telah dapat terdeteksi dalam 2-4 jam  setelah masuk
secara per oral. Untuk pemeriksaan segmental terhadap rambut
dilakukan pemeriksaan dengan Neutron Activation Analysis (NAA).
 Uji Reinsch : terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada
permukaan batang tembaga.
 Uji Gutzeit : Noda coklat sampai hitam pd kertas saring.
 Fisika : As menunjukkan nyala api yg khas.
 Kromatografi gas.
UJI MARSH

Zat + Hcl + Zn (logam) → kilauan cermin Arsenik (arsenic mirror).


Neutron Activation Analysis (NAA)

 Cara baru mendeteksi arsenik dalam Sampel Rambut menggunakan teknik neutron
activation analysis (NAA).
 Setiap unsur mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat
diketahui jenis unsur dalam sampel beserta kadarnya.
PENATALAKSANAAN INTOKSIKASI
ARSEN

 Mencegah pemaparan lebih lanjut terhadap racun.


 Mengeluarkan racun yang belum sempat diserap dengan :
 Merangsang muntah
 Lakukan bilas lambung, walaupun sudah muntah-muntah, karena sifat arsen
yang melekat pada dinding lambung. Bilaslah lambung dengan FeSO4
sehingga terbentuk Feri-arsenat yang larut dalam air, bilas berulang-ulang.
 Bilas lambung dengan selang lambung menggunakan larutan kalium
permanganat atau larutan ferri oksida terhidrogenasi. Setelah itu diberikan
tepung arang serta magnesium oksida
 Magnesium sulfat atau minyak jarak bisa digunakan.
 Dekontaminasi usus: Pemberian arang aktif (norit),
lavase dan/atau laksan  dapat dilakukan untuk
dekontaminasi usus, meskipun efektifitasnya 
dipertanyakan.
 Percepatan eliminasi: Tindakan hemodialisis dapat
dipertimbangkan jika Arsen ditelan dalam jumlah
banyak dan ditemukan adanya gejala sistemik berupa
hipotensi, kekacauan mental, koma, oliguria
dan/atau  asidosis laktat.
TERAPI SUPORTIF
 Menggantikan cairan dengan pemberian infus.
 Balans cairan dan elektrolit perlu mendapat perhatian
karena Arsen menyebabkan vasodilatasi.
 Obati hipotensi yang terjadi dengan pemberian
cairan sebelum menggunakan obat vasopresor.
 Obat vasokonstriktor perifer jika terdapat kegagalan
peredaran darah perifer.
 Morfin jika mengalami nyeri hebat
ANTIDOTUM
 British Anti Lewisite (BAL) dalam minyak (dimercaprol).
Dosis pemberian BAL bervariasi tergantung dari berat ringannya
paparan Arsen.
Pada umumnya dosis  yang diberikan  adalah 3 - 5 mg/kg berat badan (BB), IM
setiap 4 jam selama 2 hari,
Lalu 3 mg/kg BB, IM setiap 6 jam selama 1 hari,
Dilanjutkan 3 mg/kg BB, im setiap 12 jam selama 7 hari atau  sampai gejala
tidak ada lagi atau  kadar Arsen  dalam urin turun menjadi < 50 ug/24 jam
 Penicillamine merupakan terapi tambahan  pada kelainan
pencernaan yang serius dan efek sampingnya lebih ringan
dibandingkan BAL
 Obat lainnya yaitu Dimercaptosuccinic acid (DMSA) merupakan
obat oral dan diduga bermanfaat untuk pengobatan jangka
panjang atau pengobatan lanjut keracunan Arsen dan untuk
khelasi Arsen organik.
 Telur dan Albumin bisa digunakan karena bekerja sebagai unsur
demulsen
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
GAS ARSIN

 Transfusi darah bila korban anemi berat.


 Beri oksigen untuk mengatasi hipoksia.

 Monotiol / ditiol dapat mencegah hemolisis sel darah


merah bila segera diberikan setelah terkena racun.
 Antidotum B.A.L. tidak efektif, tetapi Dimerkapto-
propil-eter dapat digunakan secara efektif.
 Berikan pula terapi simptomatik
KESIMPULAN
 KEPENTINGAN DARI SEGI MEDIKO-LEGAL
 Arsen sangat sering digunakan untuk membunuh, karena :
 Harganya murah
 Mudah diperoleh
 Tidak mempunyai bau dan rasa sehingga mudah dicampur pada makanan dan
minuman.
 Sangat efektif karena hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
 Keracunan karena ketidak-sengajaan biasanya karena salah menentukan
identitas.
 Bunuh diri menggunakan arsen jarang ditemukan.
 Sangat sering digunakan untuk meracuni sapi atau tikus.
PENUTUP
 Arsen merupakan racun yang ada di mana-mana di sekitar
kita. Dalam setiap makanan kita, baik yang nabati maupun 
hewani, terdapat Arsen dalam jumlah yang bervariasi.
 Tempat tinggal pada daerah tambang merupakan rawan
untuk terjadinya keracunan Arsen.
 Pola konsumsi yang banyak memakan seafood dan kerang-
kerangan juga merupakan potensi besar untuk mengalami
intoksikasi Arsen karena tingginya kandungan Arsen pada
makanan-makanan tersebut.
 Catatan sejarah menunjukkan bahwa peracunan dengan
menggunakan racun Arsen merupakan modus pembunuhan
dengan racun yang paling umum sejak dulu.

Anda mungkin juga menyukai