Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

AIK

TENTANG AKHLAK KELUARGA DAN AKHLAK SOSIAL

Disusun Oleh:

Tauhiddurohman (11120080)

Titiek Nirwana Citra Sari (11120081)

D3-1C

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik .

Dan segalah Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan


anugrah,kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini . makalah ini merupakan pengetahuan tentang konsep aqidah dalam
islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap
permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat .

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas
materi yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya , membaca
akan masuk pada inti pembahasaan dan di akhiri dengan kesimpulan , saran dan
makalah ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang
konsep aqidah islam,kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaaat bagi kita semua.

Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Cirebon, 08 April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang..................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
AURGENSI KELUARGA DALAM HIDUP MANUSIA.....................................................................................5
AKHLAK SUAMI ISTRI...............................................................................................................................6
AKHLAK ORANG TUA TERHADAP ANAK...................................................................................................6
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA...................................................................................................7
. Cara Membangun Keluarga Sakinah......................................................................................................9
F. LARANGAN KEKERASAN DALAM KELUARGA......................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................................13
PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL..................................................................................13
MASYARAKAT DAMBAAN ISLAM...............................................................................................................13
TOLERANSI INTER DAN ANTAR UMAT BERAGAMA...................................................................................13
PRINSIP ISLAM DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL.............................................................14
PANDANGAN ISLAM TERHADAP BEBERAPA PERSOALAN KEMISKINAN, KEBODOHAN, DAN
PENGANGGURAN......................................................................................................................................15
BAB IV........................................................................................................................................................17
KESIMPULAN.............................................................................................................................................17
BAB V.........................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang sempurna.
Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau mempunyai
sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia,
baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan
keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi keluarganya.

Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu sendiri
merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri hendaknya
memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum berkeluarga,
pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah
dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan
akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang
ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar
rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak
mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi
seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun
berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia
lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa
suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada
pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang
suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia
sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan
sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT
َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالَئِ َكةٌ ِغالَظٌ ِشدَا ٌد الَ يَ ْعصُوْ نَ هللاَ َما أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ ن‬
َ‫َما ي ُْؤ َمرُوْ ن‬

“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yg
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tdk
pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yg diperintahkan.”

Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh para
pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan. Setelah
berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan calon
kekasih atau terganggu.

Akhlak merupakan salah satu ajaran yang sangat diperhatikan Islam. Kata akhlak berasal
dari bahasa arab khuluq yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi‟at. Menurut Ima>mGhoza>li >, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan
pertimbangan pikiran lebih dahulu.1 Untuk menciptakan akhlak manusia yang mulia
tentulah melalui suatu pendidikan. Dalam hal ini pendidikan akhlak merupakan inti dari
semua pendidikan, karena pendidikan akhlak mengarahkan pada terciptanya prilaku lahir dan
bati manusia menjadi seimbang.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh beberapa perumusan
masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :

1. Bagaimana Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia?

2. Bagaimana Akhlakul Karimah dalam Rumah Tangga?

3. Bagaimana Akhlak Suami atau Isteri?

4. Bagaimana Akhlak Orang Tua Kepada Anak?

5. Bagaimana Akhlak anak terhadap Orang Tua?

6. Bagaimana Membangun Keluarga Sakinah?

7. Bagaimana Larangan kekerasan dalam rumah tangga?


BAB II
PEMBAHASAN
AURGENSI KELUARGA DALAM HIDUP MANUSIA

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas
suami-isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga
hubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar
dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan
sosial yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi,
sekalipun antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah. Pengertian keluarga
dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara Psikologis, keluarga
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-
masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi,
saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan pengertian secara
sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara
pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk
saling menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dalam suatu
keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan, saling
membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri
anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak
menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik. Keluarga yang seimbang
adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan hubungan atau relasi antara
ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa harus
diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai pengawas tertinggi yang
lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap
orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis
pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan, secara
praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang
tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati
sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali
menerima sejumlah nilai pendidikan. Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan
oleh orang tua dirasakan oleh anak dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri
untuk berperilaku. Nilai moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak
pertama kali diterimanya dari orang tua, dan juga tidak kalah pentingnya komunikasi
dialogis sangat diperlukan oleh anak untuk memahami berbagai persoalan-persoalan yang
tentunya dalam tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa
berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah digariskan. Sentralisasi nilai-
nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama pada anak mutlak dijadikan
sebagai sumber pertama dan sandaran utama dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral
agama yang dijabarkan dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga, agama yang ditanamkan oleh orang tua
sejak kecil kepada anak akan membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-
nilai agama yang diberikan mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.

AKHLAK SUAMI ISTRI

a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur bangun tidur yang
lihat hanya pasangan)
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri berpakaian untuk
suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan. Merasakan tanggung jawab bersama
baik suami maupun isteri (saling mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
d. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik, instospeksi
masing-masing.
e. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri.
f. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi pujian.
g. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan.
Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu).
h. Menjaga hubungan dengan pihak lain.

AKHLAK ORANG TUA TERHADAP ANAK

Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak dan
kewajiban masing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis dan penuh
kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu
membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti
Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari orang tuanya. Nabi Muhammad
SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Akhlak sangat berkaitan dengan adab. Untuk itulah beliau mengajarkan kita adab sejak
bangun tidur hingga tidur. Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak kepada orang
tuanya, murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik. Para pakar pendidikan sering
mengatakan bahwa ketika orang tua mengajarkan adab kepada anaknya, walaupun
sebelumnya ia juga belum melakukan adab itu, dengan belajar adab tersebut bersama
anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab. Hal ini akan berujung
pada terbentuknya karakter yang bagus. Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan
orang tuanya. Anak berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu
membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti
Rasulullah SAW.

Allah Swt berfirman dalam Al-Quran Surat An-Nisa :9:

“ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-
nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa:9)

Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak dalam keadaan
lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek kehidupan, seperti lemah
mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman
akan menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus memperhatikan semua
aspek perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan mental,
maupun masalah akidah atau keimananya. Oleh karena itu, para orang tua hendaklah
bertakwa kepada Allah, berlaku lemah lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam
menanamkan kecerdasan spiritual pada anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang
tua mendidik dan membesarkannya. Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh
orang tua dalam peranannya mendidik anak, antara lain :

1. Orang tua sebagai panutan

2. Orang tua sebagai motivator anak

3. Orang tua sebagai cermin utama anak

4. Orang tua sebagai fasilitator anak

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

a. Kewajiban kepada ibu.

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun
merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya,
disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat
membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai
memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan
mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah
terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat
tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan
oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya
tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena
demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak
dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam
cara memuliakan orang tua.

b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam
keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya,
walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak
semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya sehingga orang tua
itu meridhoinya.

Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman ayat 14 :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu.”(QS.Luqman:14)

Menurut ukuran secara umum, orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada anaknya.
Kalaulah itu terjadi penganiayaan orang tua kepada anaknya adalah disebabkan perbuatan si
anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada anaknya.
Didalam kasus demikian seandainya orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya
sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut
lantaran orang tua.

c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak.
Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada
anaknya, anak pun akan berkata halus. Kalau ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata
yang kasar, maka anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh
ibu dan ayahnya. Sebab anak mempunyai insting kuat yang lebih mudah ditiru adalah orang
yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku lemah lembut
dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari oleh orang tuanya
bagaimana anak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya
menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata
mulia.

d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal
ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang
diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya: “Kami pernah berada pada suatu majelis bersama
Nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa
kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada
kedua orang tuaku. Rasulullah SAW bersabda: Ya, ada empat hal :mendoakan dan
memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan
teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih
sayang kecuali karena kedua orang tua.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau
itu sudah tiada yaitu:

1) Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Allah SWT dari
segala dosa orang tua kita.

2) Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya
beliau akan naik haji, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban anaknya
menunaikan haji orang tua tersebut.

3) Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai
teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat.
Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di
atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup

4) Bersilaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua.
Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal
itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.

. Cara Membangun Keluarga Sakinah

Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah


bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk
mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap
keluarga perlu merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh
Allah dalam mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa
yang diinginkan oleh-Nya.Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi
institusi yang aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga
merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu
lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus
dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal sama ada yang menggembirakan maupun
kesulitan yang dihadapidi samping menjadi tempat menjana nilai-nilai kekeluargaan dan
kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta perhatian yang dirasakan oleh
seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga akan memberi kepadanya keyakinan
dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu
bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk
dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang,
ketenangan dan juga ketenteraman.Al-Qur’an merupakan landasan dari terbangunnya
keluarga sakinah, dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam keluarga dan
masyarakat.

Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada lima, yaitu :

1. memiliki kecenderungan kepada agama


2. yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda
3. sederhana dalam belanja
4. santun dalam bergaul dan
5. selalu introspeksi.

Sedangkan Konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah adalah :

A .Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan TepatAgar terciptanya keluarga yang
sakinah, maka dalam menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat. Diantara
kriteria tersebut misalnya beragama islam dan shaleh.

B. Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan RahmahMawaddah adalah jenis cinta
membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis
cinta yang lembut,siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai.

C. Saling Mengerti Antara Suami-IstriSeorang suami atau istri harus tahu latar
belakang pribadi masing-masing.
D. Saling Menerima Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri itu
ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si istri suka
warna putih, tidak perlu

E. Saling Menghargai Seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai.

F. Saling Mempercayai dalam berumah tangga seorang istri harus percaya kepada
suaminya, begitu pula dengan suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar
rumah.

G. Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-MasingSuami mempunyai


kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

H. Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian-Pertikaian adalah salah satu penyebab


retaknya keharmonisan keluarga

I. Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan.

J. Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal Menurut hadis Nabi.

BAGAIMANA MENJADI KELUARGA SAKINAH diantaranya :

1. Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui
tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak belukar yang
penuh onak dan duri.

2. Ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan, tetapi
sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan.

3. Ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan sepenuh hati.

4. Ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan
anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak dengan
masing-masing sepenuh hati.

F. LARANGAN KEKERASAN DALAM KELUARGA

Berbicara mengenai kekerasan dalam rumah tangga bak fenomena gunung es yang
tampak dilautan. Istilah tersebut mengungkapkan angka kasus kekerasan dalam rumah
tangga yang dilaporkan tidak sebanding dengan kekerasan dalam rumah tangga yang
belum dilaporkan. Hal itu diakibatkan ketidakmampuan atau ketakutan korban untuk
melaporkan kekerasan yang dialaminya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga, KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.

Lingkup rumah tangga meliputi suami, isteri, dan anak dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, serta
yang menetap dalam rumah tangga seperti pembantu rumah tangga dapat dipandang
sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang
bersangkutan.

Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan untuk mencegah segala bentuk
kekerasan dalam rumah tangga, melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga,
menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, serta memelihara keutuhan rumah
tangga yang harmonis dan sejahtera.

Adapun larangan kekerasan dalam rumah tangga dapat dilihat dalam Pasal 5 – 9 UU
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang pada intinya "Setiap orang dilarang
melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan
penelantaran rumah tangga."
BAB III
PEMBAHASAN

PANDANGAN ISLAM TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL


Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, islam telah tampil sebagai agama yang memberi
perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan
Tuhan, dan antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dengan muamalah
( perlakuan atau tindakan terhadap orang lain ). Dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi
tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter
(kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.

MASYARAKAT DAMBAAN ISLAM


Ibnu Qoyyim Al-Jauzy mengatakan bahwa pembentukan masyarakat islami bertujuan
membangun hubungan yang kuat antara individu sebuah masyarakat dengan menerapkan sebuah
ikatan yang terbangun diatas kecintaan sebagai realisasi sabda Rasulullah yang berbunyi
“Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari).

• Tugas (peran) masyarakat terhadap akhlaq yang diutarakan oleh DR. Yusuf Qordhawi ada tiga
hal, yakni Taujih (mengarahkan), Tatshit (memperkuat) dan Himaayah (memelihara).

• Taujih atau pengarahan itu bisa dilakukan dengan penyebaran pamflet, penyampaian di
berbagai media massa, pembekalan, dakwah dan irsyad (menunjuki jalan yang lurus).

• Tatshit (memperkuat) itu dilakukan dengan pendidikan, dan dengan tarbiyah yang mengakar
dan mendalam dalam level rumah tangga, sekolah dan universitas.

• Himaayah (memelihara) itu bisa dilakukan dengan dua hal berikut : dengan selalu ber- amar
ma’ruf dan nahi mungkar.

TOLERANSI INTER DAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Dasar mengapa Allah SWT menetapkan perbedaan sebagai sunnah-Nya adalah sangat beralasan.

Pertama ; penghargaan terhadap kehidupan umat manusia.

Kedua ; kebutuhan dasar manusia untuk bersaing. Jika dilihat sepintas kebutuhan ini berkonotasi
negatif, namun jika dipahami lebih jauh hal ini wajar karena sifat manusia secara individual
memerlukan pengakuan eksistensi dirinya.
Toleransi lahir setelah manusia memahami arti perbedaan. Toleransi yang dalam bahasa inggris
disebut tollerance memiliki arti kesabaran atau kelapangan dada. Toleransi akan menghasilkan
kehidupan masyarakat yang rukun.

Istilah rukun berasal dari bahasa Arab “ruknun“ yang berarti dasar. Sedangkan menurut kata sifat
rukun berarti damai. Sehingga, kerukunan umat beragama berarti hidup berdampingan dalam
suasana damai, walaupun berbeda keyakinan atau berbeda agama.

Agama Islam mengajarkan kita untuk menjaga persaudaraan antar muslim, yang disebut
ukhuwah Islamiyah.

Quraish Shihab mengemukakan empat bentuk ukhuwah, antara lain: o Ukhuwah fi


al-‘ubudiyyah, seluruh makhluk adalah bersaudara atau memiliki persamaan. Seperti yang
tertulis dalam Al–Qur’an surat Al–An’am ayat 38 : “ dan tiadalah binatang – binatang yang ada
di bumi dan burung–burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu.”

1. Ukhuwah fi al-insaniyah, seluruh umat manusia bersaudara.

2. Ukhuwah fi al wathaniyah wa al nasab, persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.

3.Ukhuwah fi din al-Islam, persaudaraan antar sesama muslim.

PRINSIP ISLAM DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti
aman, makmur dan sentosa. Sedangkan kesejahteraan sosial merupakan gambaran umum
masyarakat yang merasa aman, makmur dan sentosa. M. Quraish Shihab mengawali
kesejahteraan sosial dengan kata “Islam” sebagai bentuk penyerahan diri manusia kepada Allah
SWT demi mewujudkan dan menumbuh suburkan aspek-aspek akidah dan etika.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat digali makna- maknanya antara lain ;

• Makna keselamatan adalah terma pertama yang menjadi rujukan manusia dalam memandang
dirinya sendiri. Sifat selamat akan membawa diri pada kemampuan manusia untuk melanjutkan
kehidupan selanjutnya, baik itu kehidupan dunia maupun akhirat.

• Makna kedamaian merupakan kelanjutan dari makna keselamatan dalam keadaan ini manusia
diharapkan selalu berdamai dengan manusia lain agar tidak terjadi tindakan saling memusnahkan
atau pembunuhan.

• Makna kasih sayang potensi dasar manusia untuk saling memberi dan menerima dalam bentuk
perasaan simpati dan empati.
• Makna terakhir adalah kepatuhan merupakan inti ajaran yang diturunkan Allah pada umat
manusia. Jenis kepatuhan ini menandakan bahwa manusia tidak bisa berlaku semaunya sendiri
tanpa sebuah arahan yang jelas dari pemimpin. Dalam Islam kepemimpinan disimbolkan dalam
contoh imam ketika shalat.

Itulah prinsip-prinsip yang dipegang oleh Islam dalam usaha menyejahterakan umatnya.
Sehingga ada yang mengasumsikan kesejahteraan manusia merupakan produk dari sikap
keberagamaan. Diharapkan dari konsep Islam itu akan muncul rasa aman, makmur dan sentosa
sejalan dengan pengertian kesejahteraan sosial di atas

PANDANGAN ISLAM TERHADAP BEBERAPA PERSOALAN


KEMISKINAN, KEBODOHAN, DAN PENGANGGURAN.
Kemiskinan struktural merupakan bentuk kemiskinan yang seringkali terjadi pada negara yang
sebenarnya memiliki sumber daya alam melimpah. Namun karena ada unsur kesengajaan dari
beberapa pihak menjadikan masyarakat tidak berdaya menghadapi sistem yang koruptif.

Contoh dari struktur yang memiskinkan ini antara lain :

Sistem kapitalisme. Dalam sistem ini hak-hak pribadi sangat dilindungi oleh negara sehingga
siapa pun berhak mendapatkan apa yang diinginkan, termasuk menguasai kekayaan dan
menumpuk kekayaan itu. Karena itu tidak mengherankan jika yang kaya akan semakin kaya dan
sebaliknya yang miskin semakin merana. Pesan awal Qur’an cukup sederhana yaitu tidak
dibenarkan menumpuk kekayaan untuk kesenangan pribadi, tetapi dianggap kebaikan jika
memberikan derma dan membagi kekayaan secara merata. Jalan satu- satunya untuk melepas
jeratan hanyalah perubahan sistem.

Kemiskinan kultural tidak terkait dengan sistem yang dianut oleh suatu negara. Kemiskinan ini
terpelihara oleh budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat. Islam memandang
kemiskinan kultural tidak sesuai dengan tujuan kemanusiaan universal. Kemiskinan kultural
sama artinya dengan bentuk pembudayaan miskin. Bahkan pada tingkat akut mereka merasa
mengemis atau meminta-minta adalah hal yang wajar dan bagian dari mata pencaharian. Padahal
jelas Islam mengajarkan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, tangan yang
di atas adalah menafkahkan dan tangan di bawah adalah yang meminta (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dua bentuk kemiskinan di atas membawa akibat turunan seperti kebodohan. Maksudnya jika
keadaan miskin akan menyebabkan seseorang tidak dapat mengenyam pendidikan secara baik.
Islam memberi jalan keluar pada setiap muslim untuk menuntut ilmu dimana pun, kapan pun dan
pada siapa pun. Ketidakterbatasan ilmu dalam Islam banyak dituangkan dalam Qur’an maupun
Hadist Nabi saw. Akibat turunan lainnya dari kemiskinan dan kebodohan adalah pengangguran.
Semakin lama persoalan ini semakin membesar di tengah-tengah sistem ekonomi yang tidak
memihak pada kaum miskin.
Pengangguran bisa dilihat di dua sebab yang berbeda ; pertama, sebab eksternal, yaitu jika
keadaan sekitar yang tidak memberi peluang pekerjaan yang layak bagi pencari kerja. Banyak
sekali peluang pekerjaan yang hanya memihak pada golongan, kelompok atau kepentingan
tertentu saja sehingga menutup kemungkinan persaingan yang sehat di antara pencari pekerjaan.
Sebab kedua berkaitan dengan internal manusia sendiri. Yakni terpeliharanya budaya malas di
sebuah masyarakat.

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (Q.S. Huud (11) ; 6). Sejalan dengan maksud ayat di
atas, pengangguran bisa diidentikkan dengan sikap diam atau tidak mau berusaha seseorang
dalam menghadapi realitas hidupnya. Sehingga makna akar kata miskin yang berasal dari bahasa
Arab sakana yang berarti diam atau tenang mungkin merujuk pada sikap ini.

Nampaknya persoalan kemiskinan, kebodohan dan pengangguran saling terkait satu sama lain.
Sehingga tidak ada alasan yang membenarkan apabila hanya satu persoalan saja yang
diselesaikan. Persoalan satu bertumpu pada persoalan lain, yang dalam penyelesaiannya harus
menyeluruh tanpa meninggalkan atau menunda lainnya. Kiranya tugas seorang muslim
seyogyanya menyelesaikan persoalan ini juga secara komprehensif jika mau dikatakan muslim
yang kaffah.
BAB IV

KESIMPULAN
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-mula
menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan religius
dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang
merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan
negara.

Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab itu manusia perlu bersosialisasi dengan
orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam pandangan Islam sebuah masyarakat adalah
kumpulan individu yang berinteraksi secara terus menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu
perasaan dan di bawah aturan yang sama. Sehingga diantara mereka akan terjalin hubungan yang
harmonis. Ada delapan akhlak sosial islami yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat yaitu 1.
Akhlak saling menyayangi 2. Beramal Sholeh 3. Saling menghormati 4. Berlaku adil 5. Menjaga
persaudaraan 6. Berani membela kebenaran 7. Tolong menolong dan 8. Musyawarah.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu

www.slideshare.net/akhlak.sosial

Anda mungkin juga menyukai