Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi dan sediaan obat kortikosteroid

Secara hormonal, kortikosteroid dibagi menjadi 2, yaitu mineralokortikoid dan glukokortikoid.


Glukokortikoid atau steroid hormon yang diproduksi oleh korteks adrenal, bagian adrenal
kelenjar. Hormon ini mempengaruhi hampir semua organ tubuh dan sangat penting dalam
menjaga homeostasis saat disekresikan dalam jumlah normal. Kortikosteroid eksogen
digunakan sebagai obat dalam berbagai kelainan. Penggunaanya harus dipantau secara ketat,
karena mereka memiliki efek terapeutik dan efek yang merugikan.1

a. Glukokortikoid
stilah kortikosteroid sebenarnya mengacu pada semua sekresi korteks adrenal, tapi
paling sering digunakan untuk menentukan glukokortikoid, yang penting dalam
metabolisme, inflamasi, dan proses kekebalan tubuh. Glukokortikoid meliputi kortisol,
kortikosteron, dan kortison.1 Kortisol berperan sebesar 95% dalam aktivitas
glukokortikoid, dan sekitar 15 sampai 20 miligram glukokortikoid disekresikan setiap
hari. Kortikosteron menghasilkan sekitar 1,5 sampai 4 miligram kortikosteron
disekresikan setiap hari. Kortison menghasilkan jumlah kecil dan disekresikan dalam
jumlah kecil. Glukokortikoid disekresikan secara teratus, dengan jumlah terbesar
diproduksi di pagi hari dan jumlah terkecil selama jam malam.1,2

Gambar 1: klasifikasi glukokortikoid berdasarkan durasi.2

b. Mineralokortikoid
Mineralocorticoids berperan penting dalam perawatan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Aldosteron adalah mineralokortikoid utama dan bertanggung jawab atas
sekitar 90% dari aktivitas mineralokortikoid.1
Gambar 2: klasifikasi glukokortikoid.2
Gambar 3: klasifikasi mineralokortikoid.2

Berdasarkan cara penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi dua, yaitu kortikosteroid


sistemik dan kortikosteroid topikal (KT).

Kortikosteroid sistemik banyak digunakan dalam bidang dermatologi karena obat


tersebut mempunyai efek imunosupresan dan antiinflamasi. Sejak kortikosteroid digunakan

dalam bidang dermatologi, obat tersebut sangat menolong penderita. Berbagai penyakit yang

dahulu lama penyembuhannya dapat dipersingkat, misalnya dermatitis. Penyakit berat yang

dahulu dapat menyebabkan kematian, misalnya pemfigus, angka kematiannya dapat ditekan

berkat pengobatan dengan kortikosteroid, demikian pula sindrom Stevens Johnson yang berat
dan nekrolisis epidermal toksik. 4
Tabel 1: Mengenal lama kerja, potensi glukokortikoid, dosis ekuivalen, dan potensi
mineralokortikoid

Macam Kortikosteroid Potensi glukokortikoid Dosis ekuivalen (mg) Potensi mineralokortikoid


1. Kerja singkat
a. Hidrokortison 1 20,0 2+
b. Kortison 0,8 25,0 2+
2. Kerjasedang
a. Meprednison 4-5 4,0 0
b. Metilprednisolon 5 4,0 0
c. Prednisolon 4 5,0 1+
d. Prednison 4 5,0 1+
e. Triamsinolon 5 4,0 0
3. Kerjalama
a. Betametason 20-30 0,60 0
b. Deksametason 20-30 0,75 0
c. Parametason 10 2,0 0

Kortikosteroid topikal bagi menjadi 7 golongan besar, diantaranya berdasarkan anti


inflamasi dan anti mitotik, Golongan 1 yang paling kuat daya anti inflamasi dan anti mitotiknya
(superpoten). Sebaliknya golongan VII yang terlemah (potensi lemah).4

Daftar pustaka:
1. Priyanka Gupta and Vijayalakshmi Bhatia Sanjay Gandhi. Corticosteroid
Physiology and Principles of Therapy. Indian Journal of Pediatrics, Volume 75—
October, 2008.
2. Applications of Steroid in Clinical Practice: A Review. Safiya Shaikh, Himanshu
Verma. ISRN Anesthesiology Volume 2012 (2012), Article ID 985495.
3. Dora Liu , Alexandra Ahmet et al. A practical guide to the monitoring and
management of the complications of systemic corticosteroid therapy.
Biomedcentral. 2013.
4. Jacob SE, Steele T. Corticosteroid classes: A quick reference guide including patch
test substances and cross-reactivity. 2010;54(4):723-727.
5. Reyshiani Johan. Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. CDK-227/ vol.
42 no. 4, 2015.

Anda mungkin juga menyukai