Anda di halaman 1dari 22

DEFINISI CLM

Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk


linear atau berkelok-kelok
meinmbulkan progresif disebabkan oleh
Invasi larva cacing tambang
Yang berasal dari feses anjing dan kucing

ETIOLOGI

Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang


yang hidup di usus anjing dan kucing,
yaitu ancylostoma braziliense dan ancylostoma caninum
ancylostoma braziliense dan ancylostoma caninum
dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis
Juga ditemukan di Indonesia

Life
Cycle

larva masuk ke kulit


rasa gatal dan panas di tempat larva melakukan penetrasi
(terutama terasa pada malam hari, jika digaruk dapat
menimbulkan infeksi sekunder)

timbul papul (menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada


di kulit selama beberapa jam atau hari)

diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau


berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan
berwarna kemerahan.

Penegakkan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas gambaran
klinis dengan ditemukannya lesi yang khas, yakni
terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau
berkelok-kelok, menimbul dan terdapat papul atau
vesikel diatasnya. Biopsi kurang mempunyai arti
karena larva sulit ditemukan. Penyakit ini akan sembuh
sendiri (self limited), sekitar 50% larva mati dalam 12
minggu walaupun tanpa terapi.

Diagnosa Banding
Dengan melihat adanya terowongan harus di bedakan
dengan scabies,pada scabies terowongan yang
terbentuk tidak sepanjang penyakit ini.bila melihat
bentuk yang polisiklik sering di kacaukan dengan
dermatofitosis.Pada
permulaan
lesi
berupa
papul,karena itu sering di duga insects bite.bila infasi
larva yang mutipel timbul serempak,papul-papul lesi
dini sering menyerupai herpes zoster stadium
permulaan.

Penatalaksanaan
Medikamentosa
1) Pengobatan sistemik (oral)
Obat oral tiabendazol digunakan dengan dosis 25-50 mg/kgBB
dua kali sehari selama 2-4 hari dengan dosis maksimal 2-4 gram
sehari. Terapi ini diberikan jika lesi luas dan terapi topikal tidak
berhasil Efek samping berupa pusing, kram, mual dan muntah.
Juga dapat digunakan albendazol 400 mg per oral, dosis tunggal
selama 2 hari berturut-turut Gatal dapat hilang dalam 24-48 jam
estela terapi dimulai dan dalam seminggu sebagian lesi atau
terowongan dapat diresolusi.

2) Pengobatan topikal
Obat pilihan berupa tiobendazol topikal 10%, diaplikasi 4 kali
sehari selama satu minggu.Topikal thiabendazole adalah
pilihan terapi pada lesi yang awal, untuk melokalisir lesi.,
menurangi lesi multiple dan infeksi folikel oleh cacing
tambang. Obat ini perlu diaplikasikan di sepanjang lesi dan
pada kulit normal di sekitar lesi. Dapat juga digunakan solutio
tiobendazol 2% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) atau
tiobendazol topikal ditambah kortikosteroid topikal yang
digunakan secara oklusi dalam 24-48 jam.

3) Cryotheraph
Terapi lama, yaitu pembekuan lesi, menggunkan etil
klorida ataudry ice. Terapi ini efektif bila epidermis
terkelupas bersama parasit. Seluruh terowongan harus
dibekukan karena parasit diperkirakan berada dalam
teroongan.

Non Medikamentosa
Dapat dicegah dengan meningkatkan sistem sanitasi
yang baik terutama yang terkait dengan feses.
Pemakaian sepatu pada area dimana banyak terdapat
penyakit cacing tambang. Memperhatikan kebersihan
dan menghindari kontak yang terlalu banyak dengan
hewan-hewan yang merupakan karier cacing tambang.

Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa
minggu
atau
beberapa
bulan.
Pengobatan
dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan
mengurangi
rasa
ketidaknyamanan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hal 125 126
Natadisastra, Djaenudin. 2005. Parasitologi Kedokteran (ditinjau dari organ yang
diserang). Jakarta: EGC
Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2010 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Handoko R. 2008. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar M, Siti A, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi 5. Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates.

Anda mungkin juga menyukai