Anda di halaman 1dari 9

KASUS DISLOKASI

OLEH:
ANDI AZIFA ADILLAH AMHAR
NIM: A.16.08.001

S1 KEPERAWATAN
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2018/2019
KASUS DISLOKASI
1. Kasus
Pada hari jum’at, 24 mei 2019 pukul 17:00 WITA Tn”M”(45tahun) dibawa oleh
keluarganya ke RSUD Sulthan Dg. Radja. Tn”M” datang ke IGD dengan keluhan utama
nyeri pada bahu kiri dan sebagian lengan atas. Nyeri pada bahu kiri dirasakan setelah
mengalami kecelakaan (jatuh dari ketinggian) saat memperbaiki atap rumahnya pada hari
yang sama pukul 16:00 WITA dengan posisi tengkurap dan lengan kiri yang menopang
badan saat terjatuh. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan ditekan benda berat. Lokasi
nyeri bahu sebelah kiri dan lengan. Nyeri dirasakan terus menerus dengan skala nyeri sedang
(6). Nyeri bertambah saat ekstremitas digerakkan dan saat pasien bergerak. Tekanan
darah:130/90 mmHg, nadi:88x/menit, suhu:36,5oC, pernafasan:22x/menit. Nyeri pada bahu
disertai pembengkakan, gerakan terbatas, nyeri tekan pada bahu, tidak terdapat luka terbuka,
untuk bergerak pasien dibantu keluarga, pasien mengatakan merasa bingung dan merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, pasien mengatakan sulit untuk
menggerakkan lengan kirinya, pasien mengatakan sulit berkonsentrasi, pasien tampak
bersikap protektif, pasien mengatakan sulit untuk beristrahat pasien tampak meringis
menahan sakit, pasien dan keluarga tampak cemas, tampak gelisah, tampak tegang, pusing
(-), mual(-), muntah(-), makan dan minum baik, tampak penurunan kemampuan
menggerakkan lengan kiri, pasien memiliki riwayat kecelakaan. Tidak memiliki riwayat
hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit menular. Tidak memiliki riwayat alergi obat dan
makanan. Belum melakukan pengobatan sebelum masuk rumah sakit. Hasil pemeriksaan
radiologi: dislokasi anterior bahu , fraktur leher humerus. Hasil pemeriksaan EKG normal.
2. Penanganan awal
a. Pemasangan elastic verban: perban gulung yang dapat menyesuaikan diri dengan bentuk
bagian tubuh. Umumnya digunakan untuk menutup luka dan menyangga cedera jaringan
seperti keseleo. Perban ini bersifat lentur, namun dapat memberikan tekanan disekitar
luka untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
b. Arm sling: arm sling merupakan alat bantu penyangga lengan yang dirancang untuk
memberikan dukungan pada lengan dan tangan untuk otot, tulang dan cidera ligament.
Arm sling berfungsi untuk mengistrahatkan bagian lengan yang cidera agar tidak dapat
bergerak dengan bebas sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
c. Pemberian infus ringer laktat(RL): cairan ringer laktat adalah cairan isotonik yang
osmolaritasnya hampir mendekati serum, sehingga dapat menarik cairan dan elektrolit
dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema(pembengkakan).
d. Injeksi cefotaxim IV : anti biotik yang dignakan untuk mengobati sejumlah infeksi
bakteri, secara khusus obat ini digunakan untuk mengobati infeksi sendi, penyakit radang,
sepsis dan infeksi bakteri lain.
e. Injeksi ketorolac IV : salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) yang
biasanya dipakai untuk meredakan peradangan dan nyeri.
3. Definisi dan Etiologi
a. Definisi
Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan keluar
dari posisi normalnya. Seluruh sendi dapat mengalami dislokasi, termasuk sendi bahu,
jari, lutut, pinggul, dan pergelangan kaki. Dislokasi terjadi akibat cedera terutama
benturan keras yang dialami oleh sendi.
b. Etiologi
Beberapa penyebab seseorang untuk mengalami dislokasi adalah:
1. Olahraga, sperti ketika bermain basket, sepak bola, senam, atau gulat.
2. Kecelakaan kendaraan bermotor
3. Jatuh dari ketinggian
4. Keturunan, beberapa orang lahir dengan kondisi ligamen yang lebih lemah sehingga
rentan mengalami dislokasi.
5. Orang lanjut usia, orang lanjut usia memiliki kecendrungan untuk jatuh dan
mengalami dislokasi
6. Anak-anak, anak cenderung memiliki aktivitas fisik yang tinggi, jika tidak diawasi
oleh orang dewasa, maka dislokasi dapat terjadi.
4. Diagnosis keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
5. Intervensi
Diagnosis Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan 1. Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera fisik Observasi
(trauma) ditandai dengan: - Identifikasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif kualitas dan intensitas nyeri
a. Pasien mengeluh nyeri. - Identifikasi skala nyeri
P:Jatuh dari ketinggian - Identifikasi respon nyeri non verbal
yang mengakibatkan - Identifikasi faktor yang memperberat dan
tulang bahu mengalami memperingan nyeri
dislokasi - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
Q:Nyeri dirasakan seperti nyeri
tertusuk-tusuk dan - Monitor keberhasilan terapi komplementer
ditekan benda berat. yang sudah diberikan
R:Lokasi nyeri bahu - Monitor efek samping penggunaan analgetik
sebelah kiri dan lengan. Terapeutik
S: Skala nyeri sedang (6). - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
T:Nyeri dirasakan terus mengurangi rasa nyeri
menerus dengan Nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
bertambah saat - Fasilitasi istrahat dan tidur
ekstremitas digerakkan - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
dan saat pasien pemilihan strategi meredakan nyeri
bergerak. Edukasi
Data Objektif - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
a. Pasien tampak meringis - Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Pasien tampak bersikap - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
protektif - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
c. Pasien tampak gelisah - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
d. Pasien mengatakan sulit mengurangi rasa nyeri
beristrahat Kolaborasi
e. Tanda-tanda vital: - Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
 Tekanan darah:130/90 2. Pemberian analgesik
mmHg, Observasi
 nadi:88x/menit, - Identifikasi karakteristik nyeri
 suhu:36,5 C,
o - Identifikasi riwayat alergi obat
 pernafasan:22x/menit. - Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
- Monitor efektifitas analgetik
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesik optimal
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
3. Terapi relaksasi
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kempuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai stratei penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
2. Ansietas berhubungan 1. Reduksi ansietas
dengan krisis situasional Observasi
ditandai dengan: - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Data Subjektif - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
a. Pasien mengatakan - Monitor tanda-tanda ansietas
merasa bingung dan Terapeutik
merasa khawatir dengan - Ciptakan suasana terapeutik untuk
akibat dari kondisi yang menumbuhkan kepercayaan
dihadapi - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
b. Pasien mengatakan sulit jika memungkinkan
berkonsentrasi - Pahami situiasi yang membuat ansietas
c. Pasien mengatakan sulit - Dengarkan dengan penuh perhatian
untuk beristrahat, - Gunakan pendekatan yang tenang dan
Data Objektif meyakinkan
a. Pasien dan keluarga - Tempatkan barang pribadi yang memberikan
tampak cemas kenyamanan
b. Pasien tampak gelisah - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
c. Pasien tampak tegang, memicu kecemasan
d. Tanda-tanda vital: - Diskusikan perencanaan realistis tentang
 Tekanan darah:130/90 peristiwa yang akan datang
mmHg, Edukasi
 nadi:88x/menit, - Jelaskan prosedur, termasuk snsasi yang
 suhu:36,5oC, mungkin dialami
 pernafasan:22x/menit. - Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika
perlu
2. Terapi relakasasi
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kempuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
- Identifikasi kesdiaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Brikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai stratei penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
3. Konseling
Observasi
- Identifikasi kemampuan dan beri penguatan
- Identifikasi perilaku keluarga yang
mempengaruhi pasien
Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa
percaya dan penghargaan
- Berikan empati, kehangatan dan kejujuran
- Tetapkan tujuan dan lama hubungan konseling
- Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
- Berikan penguatan terhadap keterampilan baru
- Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
Edukasi
- Anjurkan mengekspressikan perasaan
- Anjurkan membuat daftar alternatif
penyelesaian masalah
- Anjurkan pengembangan keterampilan baru,
jika perlu
3. Hambatan mobilitas fisik 1. Dukung Mobilisasi
berhubungan dengan Observasi
kerusakan integritas struktur - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan lainnya
tulang ditandai dengan: - Identifikasi toleransi fisik melakukan
Data subjektif pergerakan
a. Pasien mengeluh sulit - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
menggerakkan lengan sebelum memulai mobilisasi
sebelah kiri - Monitor kondisi umum selama melakukan
b. Pasien mengatakan nyeri mobilisasi
saat bergerak Terapeutik
Data Objektif - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
a. Tampak penurunan - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
kemampuan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
menggerakkan lengan kiri dalam meningkatkan pergerakan
b. Tampak pembengkakan Edukasi
pada bahu, - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
c. Tampak gerakan terbatas - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
d. Nyeri tekan pada bahu - Ajarkan mobilisasi sderhanan yang harus
dilakukan
2. Dukung Ambulasi
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memuai ambulasi
- Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan
3. Pengaturan posisi
Observasi
- Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
- Monitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
- Tempatkan pada matras/tempat terapeutik yang
tepat
- Tempatkan pada posisi terapeutik
- Tempatkan objek yang sering digunakan dalam
jangkauan
- Atur posisi yang disukai jika tidak ada
kontraindikasi
- Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang
cedera dengan tepat
- Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan
tepat
- Berikan bantal yang tepat pada leher
- Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan
pada luka
- Ubah posisi setiap 2 jam
Edukasi
- Informasikan saat akan dilakukan perubahan
posisi
- Ajarkan cara menggunakan postur yang baik
selama melakukan perubahan posisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu

6. Istilah asing
a. Radiologi: cabang ilmu kedokteran untuk mengetahui bagian dalam tubuh manusia
menggunakan teknologi pencitraan baik menggunakan gelombang elektromagnetik
maupun gelombang mekanik.
b. Dislokasi anterior bahu: kondisi saat bonggol tulang lengan bagian atas terlepas dari
sendi bahu, dan terlepas ke arah depan
c. Fraktur leher humerus: patah tulang humerus di lengan atas yang gejalanya meliputi rasa
sakit, bengkak, dan memar
d. Ekstremitas: anggota gerak
e. Mobilisasi: pergerakan
f. Prognosis: perjalanan penyakit
g. Arm sling: alat penyangga lengan patah akibat cedera otot, tulang, dan sambungan sendi
h. Elastic verban: perban elastis yang digunakan untuk menciptakan tekanan lokal

Anda mungkin juga menyukai