(DEMAM TYPHOID)
OLEH:
1. Ahmad Jamil Amar
2. Eka Nimgsih
3. Jusniah
4. Erni
5. Nur Asiah
6. Ardian Siregar
7. Fanni Faradina
8. Muhammad Fatur Rahman
9. Muhammad Mirwan
YAYASAN TANAH SINERGI
AKADEMI KEPERAWATAN BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2017/201
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Demam Tipoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
tiphii yang menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam Tipoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhii pada
usus kecil dan aliran darah. Bakteri ini tercampur didalam air yang kotor atau susu dan
makanan yang terinfeksi.
B. Etiologi
Etiologi demam tipoid adalah salmonella tiphii, dimana mikroorganisme ini merupakan
bakteri gram negative yang motif, bersifat aerob dan tidak membentuk sopra. Salmonella
tiphii dapat tumbuh dalam semua media yang selektif. Bakteri ini memfregmentasi glukosa
dan manosa tetapi tidak dapat memfregmentasi laktosa. Salmonella tiphii dapat hidup dalam
tubuh manusia. Sumber penularan berasal dari tinja dan urin karier, dari penderita pada fase
akut dan fase penyembuhan.
C. Manifestasi Klinik
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya, yaitu :
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epiktaksis.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relative,
lidah tipoid, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran.
Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat
lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada
malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan
pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue) , ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya
terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal menurut Ngastiyah (2005). Umumnya
klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor,
koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.
D. Patogenesis
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
F. Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan :
1) Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4
x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP
Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan
suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
2) Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu.
3) Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg
trimetoprim, diberikan selama 2 minggu pula.
4) Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI
RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik.
Demam pada umumnya mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme: Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi: Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi
kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan: Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat: Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri: Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap
keadaan penyakit anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif: Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad
klien.
g. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di
rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress: Biasanya orang tua akan nampak cemas
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C,
muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran: Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi: Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler: Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
e. Sistem integumen: Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
f. Sistem gastrointestinal: Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal: Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen: Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Diagnose keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dispnea.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
e. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
f. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.
g. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
i. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring
j. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan
k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan, dyspnea.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola napas efektif
Kriteria hasil : - Pola napas efektif
· Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
· Tidak ada keluhan sesak
· Frekuensi pernapasan dalam batas normal
24-32 x/menit
Intervensi keperawatan
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
2) Selidiki perubahan kesadaran
R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan
3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring
R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
4) Dorong penggunaan teknik napas dalam
R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru
5) Kolaborasi
Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi
R/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat,
ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh,
TTV dalam batas normal
TD : 80-120/60-80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370 C
P : 24-32x/i
Intervensi Keperawatan
1.) Observasi tanda-tanda vital
R/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator
untuk melakukan intervensi selanjutnya
2.) Beri kompres pada daerah dahi
R/: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu
tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas
k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, kecemasan
teratasi
Kriteria hasil : - ekspresi tenang
- Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien
R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor
untuk menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya
R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya
3) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya
R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban
yang dirasakan berkurang
4) Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya
R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan
5) Berikan dorongan spiritual
R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa
yang dapat menyembuhkan
E. Evaluasi
a. Pola napas efektif
- Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
- Tidak ada keluhan sesak
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal: 24-32 x/menit
b. Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria :
· Suhu tubuh 36C - 37C
· Bebas demam
c. Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
· Klien tidak mengeluh nyeri.
· Wajah klien ceria
d. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria :
· Turgor kulit baik.
· Mukosa lembab
· Intake cairan adekuat.
· Tidak terjadi muntah.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
· Nafsu makan baik.
· Menunjukkan berat badan stabil/ideal.
f. Tidak terjadi gangguan pola tidur dengan kriteri
· Tidak ada keluhan tidur kurang
· Klien tampak segar
· Klien tidur 8-10 jam semalam
g. Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaran
h. Tidak terjadi gangguan eliminasi BAB, dengan kriteria:
· Klien BAB 1 kali sehari
· Konsistensi lunak
i. Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara
mandiri
j. Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan tampak segar
k. Kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria :
· Ekspresi wajah oran tua nampak tenang
· Orang tua nampak tenang
· Tidak sering bertanya tentang penyakitnya
BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
1. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092
Orang tua/wali
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar
2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas .
3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD
pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer
(Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt.
BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien
tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N:
100x/m, R:20x/m.
5. RIWAYAT SOSIAL :
1) Yang mengasuh:
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2) Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena
masih dalam taraf perkembangan.
3) Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4) Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas
6. RIWAYAT KELUARGA
1) Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
2) Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup,
lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat
dengan rumahnya.
3) Penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun
menurun.
9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum
a. Tingkat kesadaran : composmentis.
b. S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
c. BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-), Lidah kotor/ putih
8. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Jantung: S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
Payudara : Tak ada keluhan, simetris.
10. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
11. Genetalia :
Tak ada keluhan.
12. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik
13. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.
C. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
1. Ceftriaxon 2x 3 mg
Paracetamol 250 mg
2. Dexa 3 x2 mg
Ctm 3x1
3. Sotatic 2x 1 ½
4. N. 500 /drip
Curliv 2x1
5. Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm
2. ANALISA DATA
2. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia ( mual & muntah)
3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1.Mengobserfasi tanda – tanda vital
berhubungan tindakan keperawatan R: Tanda-tanda vital berubah sesuai
dengan proses selama 2 x 24 jam tingkat perkembangan penyakit
ifeksi diharapkan suhu tubuh dan menjadi indikator untuk
salmonella normal engan KH: melakukan intervensi selanjutnya
thypi Mempertahaankan 2. Pantau aktifitas kejang
suhu tubuh dalam batas R: Pemantauan yang teratur menentukan
normal tindakan yang akan dilakukan
3. Pantau hidrasi
R: Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan
4. Berikan kompres air biasa
R/: Pemberian kompres dapat
menyebabkan peralihan panas secara
konduksi dan membantu tubuh untuk
menyesuaikan terhadap panas
5. Pemberian terapi 0bat anti piretik
sesuai program
R/: Mempercepat proses penyembuhan,
menurunkan demam. Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuhan dan
proses infeksi dari bakteri
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. kaji tingkat nyeri intensitas dan skala
berhubungan tindakan keperawatan nyeri
dengan proses selama 2x24 jam R/: Sebagai indikator dalam melakukan
inflamasi diharapkan nyeri intervensi selanjutnya dan untuk
berkurang,dengan KH: mengetahui sejauh mana nyeri
Skala nyeri menjadi 3 dipersepsikan.
Pasien nampak lebih 2. ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas
rileks dalam)
1. Pasien R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi
mampu mengontrol otot-otot sehingga mengurangi nyeri
nyeri 3. posisikan pasien senyaman mungkin
R/: Posisi yang nyaman akan membuat
klien lebih rileks sehingga merelaksasikan
otot-otot.
4. Ajarkan kepada orang tua untuk
menggunakan tehnik relaksasi
misalnya visualisasi, aktivitas hiburan
yang tepat
R/: Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian
5. kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat analgesik
R/: Dengan obat analgetik akan menekan
atau mengurangi rasa nyeri
3 Resiko nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji pola dan kebiasaan makan
kurang dari tindakan keperawatan R: menjadi indikator untuk melakukan
kebutuhan selama 2 x 24 jam intervensi selanjutnya
berhubungan kebutuhan nutrisi 2. Kaji tanda dan gejala dehidrasi
dengan anoreksia adekuat dengan kriteria hypovolemik, riwayat muntah, kehausan
( mual, muntah) hasil : dan turgor kulit
1. Klien tidak muntah R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat
2. Porsi makan yang menunjukkan respon terhadap dan atau
disediakan habis efek dari kehilangan cairan
3. Berikan cairan peroral pada klien sesuai
kebutuhan
R/: Cairan peroral akan membantu
memenuhi kebutuhan cairan
4. Anjurkan kepada orang tua klien untuk
mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat
diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh
5. Kolaborasi pemberian terapi cairan dan
nutrisi
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan
sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
5. BB : 11kg
6. Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
file:///G:/thypoid/adriana-ners-ASUHAN-KEPERAWATAN-DEMAM-THYPOID.htm
(Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-THYPOID-HIMPUNAN-PERAWAT-MUDA-
INDONESIA.htm (Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/askep-thypoid-aplikasi-nanda-nic-noc-Etika-keperawatan.htm (Diakses
11 November 2017)
file:///G:/thypoid/MeyokaFransPelata-pung-Blog-ASKEP-DEMAM-THYPOID-NANDA-
NOC-NIC.htm (Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-PADA-ANAK-DENGAN-THYPOID.htm (Diakses 11 November
2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-TYPOID-PADA-ANAK-DAN-TEORINYA-Asuhan-
Keperawatan.htm (Diakses 11 November 2017)