Anda di halaman 1dari 31

ASKEP

(DEMAM TYPHOID)

OLEH:
1. Ahmad Jamil Amar
2. Eka Nimgsih
3. Jusniah
4. Erni
5. Nur Asiah
6. Ardian Siregar
7. Fanni Faradina
8. Muhammad Fatur Rahman
9. Muhammad Mirwan
YAYASAN TANAH SINERGI
AKADEMI KEPERAWATAN BULUKUMBA
TAHUN AKADEMIK 2017/201
BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Demam Tipoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella
tiphii yang menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu,
gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam Tipoid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhii pada
usus kecil dan aliran darah. Bakteri ini tercampur didalam air yang kotor atau susu dan
makanan yang terinfeksi.

B. Etiologi
Etiologi demam tipoid adalah salmonella tiphii, dimana mikroorganisme ini merupakan
bakteri gram negative yang motif, bersifat aerob dan tidak membentuk sopra. Salmonella
tiphii dapat tumbuh dalam semua media yang selektif. Bakteri ini memfregmentasi glukosa
dan manosa tetapi tidak dapat memfregmentasi laktosa. Salmonella tiphii dapat hidup dalam
tubuh manusia. Sumber penularan berasal dari tinja dan urin karier, dari penderita pada fase
akut dan fase penyembuhan.

C. Manifestasi Klinik
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada
umumnya, yaitu :
 Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk dan epiktaksis.
 Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relative,
lidah tipoid, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran.

Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat
lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada
malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan
pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue) , ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya
terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal menurut Ngastiyah (2005). Umumnya
klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor,
koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.

D. Patogenesis
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan
melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat
akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan
kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk
limpa, usus halus dan kandung empedu.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
 Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
 Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia,
Trombositopenia.
 Pemeriksaan sum-sum tulang : menunjukan gambaran hiperaktif sum-sum tulang.
 Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa
pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.

F. Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan :
1) Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama
demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4
x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di RSUP
Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil penurunan
suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
2) Ampisilin / Amoksilin; dosis 50 – 150 mg / kg BB, diberikan selama 2 minggu.
3) Kotrimoksasol; 2 x 2 tablet (a tablet mengandung 400 mg sulfametoksasol 80 mg
trimetoprim, diberikan selama 2 minggu pula.
4) Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI
RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik.
Demam pada umumnya mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.

b. Istirahat dan perawatan professional; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat


pertumbuhan. Pasien harus tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnay
kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu sekali dijaga hygiene perseorangan, kebersihan
tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran
menurun, posisinya perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
nipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
abstipasi dan retensi urin.
c. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)
Pertama pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
tingkat kesembuhan pasien. Juga perlu diberikan vitamin dan mineral yang cukup untuk
mendukung keadaan umum pasien.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut,
pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme: Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b. Pola eliminasi: Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi
kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan: Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat: Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri: Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap
keadaan penyakit anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif: Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad
klien.
g. Pola hubungan dan peran: Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di
rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Pola penanggulangan stress: Biasanya orang tua akan nampak cemas
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C,
muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran: Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi: Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler: Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
e. Sistem integumen: Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
f. Sistem gastrointestinal: Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus
meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal: Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen: Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
2. Diagnose keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dispnea.
b. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii.
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam
e. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
f. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.
g. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
i. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring
j. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan
k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya.

3. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan, dyspnea.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3X24 jam pola napas efektif
Kriteria hasil : - Pola napas efektif
· Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
· Tidak ada keluhan sesak
· Frekuensi pernapasan dalam batas normal
24-32 x/menit
Intervensi keperawatan
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
2) Selidiki perubahan kesadaran
R/: Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan
3) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring
R/: Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
4) Dorong penggunaan teknik napas dalam
R/: Membantu memaksimalkan ekspansi paru
5) Kolaborasi
Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi
R/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat,
ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh,
TTV dalam batas normal
TD : 80-120/60-80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370 C
P : 24-32x/i
Intervensi Keperawatan
1.) Observasi tanda-tanda vital
R/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator
untuk melakukan intervensi selanjutnya
2.) Beri kompres pada daerah dahi
R/: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu
tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas

3.) Anjurkan untuk banyak minum air putih


R/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan
cairan yang banyak
4.) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
R/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat
pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri

c. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : - Tidak ada keluhan nyeri
· Wajah tampak tampak rileks
· Skala nyeri 0-1
· TTV dalam batas normal
TD : 80-120/60-80 mmhg
N : 80-100x/i
S : 36,5-370C
P : 24-32x/i
Intervensi keperawatan
1.) Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri
R/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh
mana nyeri dipersepsikan.
2.) Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.
R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.
3.) Ajarkan tehnik nafas dalam
R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
4.) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi,
aktivitas hiburan yang tepat
R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
5.) Kolaborasi obat-obatan analgetik
R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, pola tidur efektif
Kriteria hasil : Melaporkan tidur nyenyak
· Klien tidur 8-10 jam semalam
· Klien tampak segar
Intervensi Keperawatan
1.) Kaji pola tidur klien
R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami, memudahkan
intervensi selanjutnya
2.) Berikan bantal yang nyaman
R/: Meningkatkan kenyamanan meningkatkan pemenuhan istirahat tidur
3.) Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung
R/: Mengurangi stimulus yang dapat mengganggu istirahat tidur
4.) Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur
R/: Meningkatkan relaksasi menstimulasi istirahat tidur yang nyaman
e. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi, intake inadekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, tidak terjadi defisit
volume cairan
Kriteria hasil : Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi
Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari
kehilangan cairan
2) Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah
R/: Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok
3) Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
R/: Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan
4) Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
5) Kolaborasi pemberian cairan intravena
R/: Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan yang
hilang
f. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
nausea, intake inadekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjad
Kriteria hasi : Nafsu makan meningkat
· Tidak ada keluhan anoreksia, nausea.
· Porsi makan dihabiskan
Intervensi keperawatan
1) Kaji kemampuan makan klien
R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya
2) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah
3) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat
4) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai
R/: Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klien
5) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung
gas/asam, pedas
R/: dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan
asupan nutrisi
6) Kolaborasi
Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi
R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
g. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, pola eliminasi kembali
normal
Kriteria hasil : - Klien melaporkan BAB lancar
- Konsistensi lunak
Intervensi Keperawatan
1) Kaji pola eliminasi klien
R/: Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya

2) Auskultasi bising usus


R/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit
3) Selidiki keluhan nyeri abdomen
R/: Berhubungan dengan distensi gas
4) Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
R/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
5) Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB
R/: Mengatasi konstipasi yang terjadi
6) Kolaborasi
Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi
R/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, persepsi sensori
dipertahankan
Kriteria hasil : - Tidak terjadi gangguan kesadaran
Intervensi Keperawatan
1) Kaji status neurologis
R/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak
2) Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil
R/: Istirahat yang cukup mampu membantu memulihkan kondisi pasien
3) Hindari aktivitas yang berlebihan
R/: Aktivitas yang berlebihan mampu memperburuk kondisi dan meningkatkan resiko cedera
4) Kolaborasi
Kaji fungsi ginjal/elektrolit
R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan perbaikan sebelum
intervensi terapeutik dapat dimulai
i. Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, tidak terjadi
kelemahan
Kriteria hasil : - Klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat intoleransi klien
R/: Menetapkan intervensi yang tepat
2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari
R/: Mengurangi penggunaan energi yang berlebihan
3) Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam
R/: Mencegah dekubitus karena tirah baring dan meningkatkan kenyamanan
4) Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi
R/: Meningkatkan aktivitasringan dan mendorong kemandirian sejak dini
j. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan; tirah baring
Tujuan : gangguan personal hygiene teratasi
Kriteria hasil : klien tampak rapid an tampak segar
Intervensi keperwatan :
1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
R/: Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
2) Lakukan washlap keseluruh tubuh klien dengan air hangat
R/: Memberikan kenyamanan dan menjaga kebersihan kulit klien
3) Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut klien
R/: Kebersihan mulut dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan dan kesehatan
pencernaan.
4) Anjurkan orang tua klien untuk mengganti pakaian klien setiap hari
R/: Memberikan kenyamanan kepada klien
5) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
R/: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif klien dan keluarga dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan

k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, kecemasan
teratasi
Kriteria hasil : - ekspresi tenang
- Orang tua klien tidak lagi sering bertanya tentang kondisi anaknya
Intervensi Keperawatan
1) Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien
R/: Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klien yang menjadi indikaor
untuk menentukan intervensi selanjutnya
2) Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya
R/: Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya
3) Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya
R/: Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban
yang dirasakan berkurang
4) Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya
R/: Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan
5) Berikan dorongan spiritual
R/: Meyakinkan orang tua klien bahwa selain perawatan/ pengobatan masih ada yang lebih kuasa
yang dapat menyembuhkan
E. Evaluasi
a. Pola napas efektif
- Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
- Tidak ada keluhan sesak
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal: 24-32 x/menit
b. Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria :
· Suhu tubuh 36C - 37C
· Bebas demam
c. Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
· Klien tidak mengeluh nyeri.
· Wajah klien ceria
d. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria :
· Turgor kulit baik.
· Mukosa lembab
· Intake cairan adekuat.
· Tidak terjadi muntah.
e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
· Nafsu makan baik.
· Menunjukkan berat badan stabil/ideal.
f. Tidak terjadi gangguan pola tidur dengan kriteri
· Tidak ada keluhan tidur kurang
· Klien tampak segar
· Klien tidur 8-10 jam semalam
g. Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaran
h. Tidak terjadi gangguan eliminasi BAB, dengan kriteria:
· Klien BAB 1 kali sehari
· Konsistensi lunak
i. Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara
mandiri
j. Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan tampak segar
k. Kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria :
· Ekspresi wajah oran tua nampak tenang
· Orang tua nampak tenang
· Tidak sering bertanya tentang penyakitnya
BAB III
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN THYPOID
DI RUANG INAYAH KAMAR 11
PKU MUHAMMADIYAH GAMBONG
1. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 10-05-2011
Jam masuk RS : 19.45 WIB
Tanggal pengkajian : 15-05-2011
Jam pengkajian : 20.30 WIB
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An.T
Tempat/tgl lahir : Kebumen,06-11-2006
Umur : 4,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa yang dimengerti : Jawa/Indonesia
Dx Medis : Thypoid
No Rekam Medis : 0198092

Orang tua/wali
Nama ayah/ibu/wali : Tn.K
Pekerjaan ayah/ibu/wali : Buruh
Alamat ayah/ibu/wali : Wonorejo,1/2 karanganyar

2. KELUHAN UTAMA
Pasien panas .
3. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Pada tanggal 10 mei 20011 pukul 19.45 WIB klien di bawa ke IGD PKU Muhammadiyah
Gombong dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu,pusing,mual,lemes,.Pada saat di IGD
pasien mendapatkan terapy Aminopilin 2x300 g/l, amoxilin g/l, Infus RL 12tpm, puyer
(Paracetamol 250mg 3x1).Tanda tanda vital Nadi di IGD; 110 x/mnt, suhu; 40º C, RR ; 16x/mnt.
BB: 12Kg
Pasien dibawa ke bangsal inayah sekitar jam 20.00 WIB. Pada saat di ruangan Kondisi klien
tampak lemas,akral hangat,pusing,pasien mual,tidak mau makan, tanda tanda vital; S: 3880C, N:
100x/m, R:20x/m.

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1) Prenatal :
Selama kehamilan ibu klien melakukan ANC ke bidan secara teratur sesuai dengan
anjuran dari bidan, selama hamil tidak ada keluhan dan penyakit yang diderita ibu klien
2) Perinatal dan post natal:
An. N lahir spontan ditolong bidan, BBL 3,2kg, langsung menangis.
3) Penyakit yang pernah diderita :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah sakit yang mengharuskan dirawat di RS, baru
kali ini.
4) Hospitalisasi/tindakan operasi :
Klien belum pernah mengalami hospitalisasi sebelum sakit yang sekarang.
5) Injuri/kecelakaan :
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami kecelakaan.
6) Alergi :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi demikian juga dengan
keluarga, tidak ada yang mempunyai riwayat alergi.
7) Imunisasi dan tes laboratorium :
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
8) Pengobatan :
Apabila klien sakit ibu klien membawa ke bidan atau dokter.

5. RIWAYAT SOSIAL :
1) Yang mengasuh:
Yang mengasuh klien adalah ibunya sendiri
2) Hubungan dengan anggota keluarga :
Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik, komunikasi masih belum lancar karena
masih dalam taraf perkembangan.
3) Hubungan dengan teman sebaya :
Hubungan dengan teman sebaya baik
4) Pembawaan secara umum :
Klien nampak pendiam, kooperatif, tidak takut dengan petugas

6. RIWAYAT KELUARGA
1) Sosial ekonomi :
Ibu klien sebagai seorang ibu rumah tangga dan bapak klien sebagai buruh.
2) Lingkungan rumah :
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya cukup bersih dan ventilasi udara cukup,
lantai rumah dari semen, jumlah jendela 6 buah, tidak ada sumber polusi yang dekat
dengan rumahnya.
3) Penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga, saudara yang mempunyai penyakit menular ataupun
menurun.

7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI


1) Personal sosial
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa memakai baju, gosok gigi dengan
bantuan ibunya, cuci dan mengeringkan tangan, menyebutkan nama temanya.
2) Motorik halus
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa membuat menara dari 6 kubus,meniru
garis vertikal.
3) Bahasa
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa bicara cukup mengerti, menyebut 4
gambar, mengatakan 2 nama kegiatan
4) Motorik kasar
Pada usia 4,6 tahun sesuai DDST klien sudah bisa melompat dan melempar bola lengan
ke atas
5) Interpretasi
Pertumbuhan dan perkembangan normal

8. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN


1) Pemeliharaan kesehatan:
Selama ini apabila anaknya sakit atau ada anggota keluarga yang sakit maka akan priksa
ke bidan kalau tidak sembuh dibawa ke dokter ataupun di bawa ke rumahsakit
2) Nutrisi
Saat ini klien mendapatkan diet bubur kasar ,ibu klien mengatakan klien susah makan
sejak sebelum sakit biasanya hanya makan pagi dan sore saja dan paling hanya 8- 10
sendok makan, pada saat dikaji ibu klien mengatakan klien makan hanya 1-3 sendok. Ibu
klien mengatakan anaknya muntah.
3) Cairan
Sebelum sakit klien minum susu 1-3 gelas perhari, selama sakit klien minum susu 1
gelas dan kadang minum air putih serta mendapatkan terapi cairan IV RL.
4) Aktivitas
Sebelum sakit klien tidak ada keluhan dalam aktifitasnya, dapat bermain dengan teman-
teman sebayanya di rumah, sekarang klien hanya tiduran, tidak bisa beraktifitas seperti
biasanya, ADL dibantu oleh ibunya dan perawat.
5) Tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien tidur sekitar pukul 19.30 s.d 05.00, tidur siang 2x dengan konsistensi
1 jam , pada saat sakit klien tidur sekitar jam 20.00 sampai jam 05.00, tidur siang sekitar
3 jam dengan konsistensi 1 jam.
6) Eliminasi
Sebelum sakit klien biasanya BAB 1x /hari BAK: 4-6x/hari
Pada saat dikaji klien BAB 1x konsistensi padat dan BAK 3-4x/hari
7) Pola hubungan
Hubungan dengan orang tua baik, dengan orang lain dan perawat baik.
8) Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan
Orang tua klien memberikan kebebasan kepada anaknya untuk bermain bersama teman-
temannya asalkan tidak melebihi waktunya beristirahat.
9) Kognitif dan persepsi
Tidak ada keluhan tentang penglihatan, penciuman, pendengaran dan perabaan,
klien berumur 4,6 tahun kemampuan kognitifnya baik,
10) Konsep diri
Ibu klien mengatakan pingin anaknya cepat sembuh karena tidak tega melihat anaknya
sakit.
11) Seksual dan menstruasi
Klien berjenis kelamin perempuan usia 4,6 tahun, belum mengalami menstruasi.
12) Nilai
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang bertentangan dengan kesehatan.

9. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Keadaaan umum
a. Tingkat kesadaran : composmentis.
b. S: 3880C, N: 100x/m, R:20x/m.
c. BB; 11 kg ,TB; 105 cm , LLA ; 18 cm , LK; 49 cm,LD; 60cm
2. Kulit
Warna sawo matang, kulit teraba hangat, kuku pendek dan bersih, turgor kulit menurun,
3. Kepala :
Bentuk mesochepal, warna rambut hitam, lurus, tersisir rapi dan bersih.
4. Mata :
Simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5. Telinga :
Simetris, discharge (-) bersih, bentuk normal.
6. Hidung :
Simetris, discharge (-), bentuk normal,
7. Mulut :
Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-), Lidah kotor/ putih
8. Leher :
JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limponodi.
9. Dada :
Paru-paru
I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P : tidak ada nyeri tekan
P : sonor
A : vesikuler
Jantung: S1-S2 murni, tak ada murmur, bising (-).
Payudara : Tak ada keluhan, simetris.
10. Abdomen :
I : terlihat membesar
A : bunyi bising usus 10x/m
P :perut kembung, agak keras
P :bunyi thimpany
11. Genetalia :
Tak ada keluhan.
12. Muskuleskeletal :
Tak ada keluhan, pergerakan sendi sesuai jenis, ROM baik
13. Neurologi :
Normal, tak ada keluhan.

10. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


a.Lab darah
Tanggl :15-05-2011
Pukul :10.44 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin total 0,90 mg/dl 0.00-1.00
Bilirubin direk 0.30 mg/dl < 0,20
SGOT 22.0 u/l 40.0 u/l
SGPT 23.0 u/l 41.0 u/l
Leokosit 12.61 4.80-10.80
Eritrosit 4.52 4.20- 5.40
Hemoglobin 11,9 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 34.9 % 37-47 g/dl
MCV 77.2 79-99
MCH 34.1 g/dl 33.0-47.0
Trombosit 178x 10 /ul 82.0-95.0
HbSag Negative negatif
Gol. Darah O -
Widal (+)

C. Terapi
Tanggal Per-oral Per-interal
1. Ceftriaxon 2x 3 mg
Paracetamol 250 mg
2. Dexa 3 x2 mg
Ctm 3x1
3. Sotatic 2x 1 ½
4. N. 500 /drip
Curliv 2x1
5. Inffus RL 20 tpm
6. D5 15 tpm

2. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 DS : ibu Klien mengatakan anaknya badan nya Proses infekksi Hipertermi
panas salmonella thypi
DO :
1. klien tampak lemas,
2. akral teraba hangat
3. Suhu: 3880C
4. Nadi: 100x/ menit
5. RR: 20x/ menit
2 DS: Proses inflamasi nyeri
P: ibu pasien mengatakan anak nya nyeri bila
untuk beraktifitas/bergerak hilang apabila saat
beristirahat.
Q : ibu pasien mengatakan nyeri anak nya
seperti ditusuk-tusuk
R: ibu Pasien mengatakan nyeri anak nya pada
perut bagian kanan atas.
S: Skala nyeri 4
T: nyeri timbul hingga 5 menit
DO:
Wajah pasien tampak menahan nyeri
N :100x/mnt
S : 38 C
RR: 20x/mnt
Ps lemah, ps tampak gelisah, ps merintih
kesakitan
Nafsu makan menurun, mual (+)
Konjungtiva anemis
Akral hangat
Pasien menangis
3 DS : - ibu klien mengatakan klien makan susah Anoreksia ( mual dan Resiko nutrisi
hanya 1-3 sendok. muntah) kurang dari
6. Ibu klien mengatakan anaknya muntah ± kebutuhan
2-3x setiap makan
7. ibu Klien mengatakan anaknya badan nya
panas
DO :
8. klien muntah
9. BB : 11 kg
10. Porsi makan dari RS hanya dimakan 1-3
sendok

2. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia ( mual & muntah)

3. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnoses Tujuan intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan 1.Mengobserfasi tanda – tanda vital
berhubungan tindakan keperawatan R: Tanda-tanda vital berubah sesuai
dengan proses selama 2 x 24 jam tingkat perkembangan penyakit
ifeksi diharapkan suhu tubuh dan menjadi indikator untuk
salmonella normal engan KH: melakukan intervensi selanjutnya
thypi Mempertahaankan 2. Pantau aktifitas kejang
suhu tubuh dalam batas R: Pemantauan yang teratur menentukan
normal tindakan yang akan dilakukan
3. Pantau hidrasi
R: Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan
4. Berikan kompres air biasa
R/: Pemberian kompres dapat
menyebabkan peralihan panas secara
konduksi dan membantu tubuh untuk
menyesuaikan terhadap panas
5. Pemberian terapi 0bat anti piretik
sesuai program
R/: Mempercepat proses penyembuhan,
menurunkan demam. Pemberian
antibiotik menghambat pertumbuhan dan
proses infeksi dari bakteri
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. kaji tingkat nyeri intensitas dan skala
berhubungan tindakan keperawatan nyeri
dengan proses selama 2x24 jam R/: Sebagai indikator dalam melakukan
inflamasi diharapkan nyeri intervensi selanjutnya dan untuk
berkurang,dengan KH: mengetahui sejauh mana nyeri
Skala nyeri menjadi 3 dipersepsikan.
Pasien nampak lebih 2. ajarkan teknik distraksi relaksasi(nafas
rileks dalam)
1. Pasien R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi
mampu mengontrol otot-otot sehingga mengurangi nyeri
nyeri 3. posisikan pasien senyaman mungkin
R/: Posisi yang nyaman akan membuat
klien lebih rileks sehingga merelaksasikan
otot-otot.
4. Ajarkan kepada orang tua untuk
menggunakan tehnik relaksasi
misalnya visualisasi, aktivitas hiburan
yang tepat
R/: Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian
5. kolaborasi dengan tim
medis pemberian obat analgesik
R/: Dengan obat analgetik akan menekan
atau mengurangi rasa nyeri
3 Resiko nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji pola dan kebiasaan makan
kurang dari tindakan keperawatan R: menjadi indikator untuk melakukan
kebutuhan selama 2 x 24 jam intervensi selanjutnya
berhubungan kebutuhan nutrisi 2. Kaji tanda dan gejala dehidrasi
dengan anoreksia adekuat dengan kriteria hypovolemik, riwayat muntah, kehausan
( mual, muntah) hasil : dan turgor kulit
1. Klien tidak muntah R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat
2. Porsi makan yang menunjukkan respon terhadap dan atau
disediakan habis efek dari kehilangan cairan
3. Berikan cairan peroral pada klien sesuai
kebutuhan
R/: Cairan peroral akan membantu
memenuhi kebutuhan cairan
4. Anjurkan kepada orang tua klien untuk
mempertahankan asupan cairan secara
dekuat
R/: Asupan cairan secara adekuat sangat
diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh
5. Kolaborasi pemberian terapi cairan dan
nutrisi

4. IMPLEMENTASI

1. Hipertermi berhunungan dengan proses infeksi salmonella thypi


Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05- 1.Mengobserfasi tanda – tanda 1. S: 37,80 C, N: 100x/m, R:20x/m.
2011 vital 2. Pasien tidak mengalami kejang
2. Memantau aktifitas kejang 3. Klien sedikit-sedikit mau minum
3. Memantau hidrasi 4. Pasien dikompres pake air hangat
4. Berikan kompres air biasa 5. Terapi diberikan
5. Pemberian terapi 0bat anti

16-05- 1. Mengobserfasi kembali tanda 1. S: 36,8C, N: 100x/m, R:20x/m.


2011 – tanda vital 2. Pasien tidak mengalami kejang
2. Memantau kembali aktifitas 3. Klien sedikit-sedikit mau minum
kejang 4. Pasien sudah tidak dikompres
3. Memantau kembali hidrasi 5. Terapi diberikan
4. Berikan kembali kompres air
biasa
5. Pemberian terapi 0bat anti
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-2011 1. Mengkaji KU dan tingkat 1. Keadaan pasien lemah
nyeri intensitas dan skala N : 100 x/mnt
nyeri R : 20 x/mnt
2. Mengajarkan teknik distraksi S : 37 C
relaksasi(nafas dalam) Skala nyeri 4
3. Memposisikan pasien 2. pasien melakukan tekhnik nafas
senyaman mungkin dalam
4. Mengajarkan kepada orang 3. posisi pasien semi-fowler
tua untuk menggunakan 4. orang tua mengerti
tehnik relaksasi misalnya 5. terap masuk
visualisasi, aktivitas hiburan
yang tepat
5. Berkolaborasi dengan tim
medis pemberian obat
analgesik

3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia ( mual, muntah)


Tgl Implementasi Respon pasien Ttd
15-05-2011 1. mengkaji pola dan kebiasaan 1.Klien makan hanya 1-3sdm
makan 2.klien sudah muntah 1x
2. Mengkaji tanda dan gejala 3.Ibu klien mengatakan anaknya
dehidrasi hypovolemik, riwayat masih susah makan
muntah, kehausan dan turgor kulit 4. Orang tua pasien mengerti
3. Memberikan cairan peroral pada 5.Infus RL terpasang 20tpm
klien sesuai kebutuhan
4. Menganjurkan kepada orang tua
klien untuk mempertahankan asupan
cairan secara adekuat
5. Berkolaborasi dalam
pemberian terapi cairan dan nutrisi
16-05-2011 1. mengkaji kembali pola dan 1. Klien menghabiskan ¼ porsi
kebiasaan makan dari RS
2. Mengkaji kembali tanda dan 2. klien sudah tidak muntah
gejala dehidrasi hypovolemik, 3. Klien terlihat makan
riwayat muntah, kehausan dan biskuit,pisang
turgor kulit 5.Infus RL terpasang 20tpm 1.
3. Memberikan kembli cairan
peroral pada klien sesuai kebutuhan
5. Berkolaborasi kembali dalam
pemberian terapi cairan dan nutrisi

5. EVALUASI

Hari / tanggal SOAP Ttd


Rabu S: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak panas
18-05-2011 O: klien masih tampak lemas,
1. klien sudah tdak muntah
2. Suhu: 36 C
3. Nadi: 90x/ menit
4. RR: 20x/ menit
A: masalah teratasi sebagian
P: pertahankan intervensi

Rabu S: ibu Pasien mengatakan ,anak nya sudah tidak nyeri


18-05-2011 perut
O: pasien nampak rileks
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
Motivasi pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi distraksi (nafas dalam) bila nyeri timbul
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik

Rabu S:
18-5-2011 - S: ibu klien mengatakan ,klien setiap habis makan
sudah berkurang muntah nya.
O: klien masih muntah 1x
5. BB : 11kg
6. Porsi makan dari RS hanya dimakan ¼ porsi
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
file:///G:/thypoid/adriana-ners-ASUHAN-KEPERAWATAN-DEMAM-THYPOID.htm
(Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-THYPOID-HIMPUNAN-PERAWAT-MUDA-
INDONESIA.htm (Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/askep-thypoid-aplikasi-nanda-nic-noc-Etika-keperawatan.htm (Diakses
11 November 2017)
file:///G:/thypoid/MeyokaFransPelata-pung-Blog-ASKEP-DEMAM-THYPOID-NANDA-
NOC-NIC.htm (Diakses 11 November 2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-PADA-ANAK-DENGAN-THYPOID.htm (Diakses 11 November
2017)
file:///G:/thypoid/ASKEP-TYPOID-PADA-ANAK-DAN-TEORINYA-Asuhan-
Keperawatan.htm (Diakses 11 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai