Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rizki Setiawan

Kelas : 2A/S1 Keperawatan


NIM : 433131420119002

Case Study
Tn. I (50 tahun) dengan post op TURP atas indikasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) hari ke -1.
Keluhan nyeri seperti disayat saat BAK dan sensasi seperti terbakar pada bagian bawah perutnya dan
daerah kelaminnya dengan skala 6. Pasien juga mengeluhkan kesulitan memulai tidur karena nyeri.
Terpasang kateter 3 jalur.dan tampak urin masih berdarah /hematuria. Selain itu, untuk mencegah
sumbatan pada kateter akibat cloting darah setelah operasi dilakukan irigasi bladder, sampai warna urin
jernih. Sebelum dilepas kateter, maka dilakukan Tindakan bladder training pada pasien. TD 130/70 mmHg,
N 89 x/mnt, RR 22x/menit, S 37,20C.

Pertanyaan pemicu :
A. Jelaskan terkait data focus yang muncul pada kasus dan sampaikan justifikasinya!
Jawab :
Ds : - Klien mengeluh nyeri seperti disayat saat BAK dan sensasi terbakar pada bagian bawah
perut dan kelaminnya
- Klien mengeluh sulit tidur karena nyeri
Do :
- Skala nyeri 6.
- Terpasang kateter 3 jalur.
- Urin berdarah (hematuria).
- Dilakukan irigasi bladder training.
- Td 130/70
- N 89 x/menit.
- R 22 x/menit
- S 37,20 celcius

B. Sebutkan masalah keperawatan yang dapat muncul berdasarkan kasus tersebut? (Masalah
keperawatan terkait fisik maupun psikologis)
Jawab :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (post op Bph) d.d
Ds : klien mengeluh nyeri.
Do : sulit tidur.
Td meningkat.
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (pemeriksaan/tindakan ) d.d.
Ds : mengeluh sulit tidur
Do :
3. Gangguan Rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d.
Ds : mengeluh sulit tidur.
Do : pola eliminasi berubah

C. Apakah yang menjadi diagnose prioritas kasus tersebut?


Jawab :
1) Nyeri akut b.d agen pemcedera fisik (post op Bph).
2) Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (pemeriksaan/tindakan).
3) Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit.
D. Buat dokumentasi asuhan keperawatan lengkap (Analisa data-intervensi) dengan pendekatan
buku SDKI,SLKI dan SIKI berdasarkan masalah yang ada! Buat 1 intervensi berdasarkan
EBP (Evidence Base Practice).
Jawab :
Diagnosa
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (post op BPH) d.d
Ds : klien mengeluh nyeri.
Do :
- Sulit tidur.
- Tekanan darah meningkat.
2. Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan (pemeriksaan/tindakan)
Ds : Mengeluh sulit tidur
Do:
3. Gangguan Rasa Nyaman.
Ds : klien mengeluh sulit tidur
Do : pola eliminasi berubah

SLKI
1. Nyeri Akut
Tingkat Nyeri (L.08066)
Ekspektasi : Menurun.
Kriteria Hasil
- Keluhan nyeri menurun.
- Kesulitan tidur menurun.
- Tekanan darah membaik.
- Fungsi berkemih membaik.Pola tidur membaik.
2. Gangguan Pola Tidur.
Pola Tidur (L.05045)
Ekspektasi : Membaik.
Kriteria Hasil.
- Keluhan sulit tidur meningkat.
- Keluhan pola tidur berubah meningkat.
3. Gangguan Rasa Nyaman.
Status Kenyamanan (L.08064)
Ekspektasi : Meningkat.
Kriteria Hasil
- Keluhan sulit tidur menurun.
- Pola eliminasi membaik.
- Pola tidur membaik.

Intervensi
1. Nyeri Akut
1) Manajemen nyeri (I 08238)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan

Tindakan
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan Analgesik.
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi Istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan Pola Tidur


1) Dukungan Tidur
Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur.

Tindakan
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur.
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik, dan/atau psikologis).
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur).
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis.pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur).
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu.
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur.
- Tetapkan jadwal tidur rutin.
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga.
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
- Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur.
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM.
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur.
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non farmakologis lainnya.

2) Edukasi Aktivitas/Istirahat.
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat.
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya.
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/ olahraga secara rutin.
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas lainnya.
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat.
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.

3. Gangguan rasa nyaman.


1) Manajemen nyeri (I 08238)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respon nyeri non verbal.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
- Monitor efek samping penggunaan Analgesik.
Terapeutik
- Berikan teknik Nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi Istirahat dan tidur.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan Analgetik secara tepat.
- Ajarkan teknik Nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian Analgetik, jika perlu

2) Pengaturan posisi (I.01019)


Tindakan
Observasi
- Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi.
- Monitor alat traksi agar selalu tepat.
Terapeutik
- Tempatkan pada matras /tempat tidur terapeutik yang tepat.
- Tempatkan pada posisi terapeutik.
- Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan.
- Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan.
- Sediakan matras yang kokoh /padat.
- Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak Kontraindikasi.
- Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis.semi flower).
- Atur posisi yang meningkatkan drainage.
- Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat.
- Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat.
- Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat.
- Tinggikan anggota gerak 20° atau lebih di atas level jantung.
- Tinggikan tempat tidur bagian kepala.
- Berikan bantal yang tepat pada leher.
- Berikan topangan pada area edema.
- Posisikan untuk mempermudah ventilasi atau perfusi.
- Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif.
- Motivasi terlibat dalam perubahan posisi yang dapat meningkatkan nyeri.
- Hindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri.
- Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi.
- Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka.
- Meminimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi.
- Ubah posisi setiap 2 jam.
- Ubah posisi dengan teknik log roll.
- Pertahankan posisi dan integritas traksi.
- Jadwalkan secara tertulis untuk merubah posisi.
Edukasi
- Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi.
- Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanik tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian Premedikasi sebelum mengubah posisi, jika perlu.

3) Terapi relaksasi (I.09326)


Tindakan
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif.
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan.
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan.
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan.
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi.
- Gunakan pakaian longgar.
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama.
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan Analgetik atau tindakan medis lain,
jika sesuai.
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia.
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih.
- Anjurkan mengambil posisi nyaman.
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.
- Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih.
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi.

E. Jelaskan prosedur pelaksanaan Irigasi kateter! Apa saja yang perlu diperhatikan?
Jawab : Tujuan irigasi kateter :
1) Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine.
2) Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter urine,
misalnya oleh darah dan pus.
3) Untuk membersihkan kandung kemih.
4) Untuk mengobati infeksi 12ocal
RESPON KLIEN YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA
Tindakan irigasi kandung kemih perlu mendapat perhatian, bilamana respon pasien :
1) Pasien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena irigan terlalu dingin.
2) Ada darah atau bekuan darah dalam selang irigasi.
Tindakan :
1) Lambatkan atau hentikan irigasi kandung kemih
2) Memerlukan peningkatan kecepatan aliran (tujuan intervensi ini adalah mempertahankan
patensi kateter, sel darah mempunyai potensi menyumbat kateter).
PELAKSANAAN
1) Irigasi Kandung Kemih Terbuka
Persiapan alat :
a) Set irigasi steril dengan spuit (ujung sesuai untuk kebutuhan irigasi kateter).
b) Sarung tangan bersih.
c) Normal saline steril untuk cairan irigasi (atau cairan sesuai dengan order).
d) Kapas alkohol/swab.
e) Absorben pad.
f) Penutup steril untuk selang/tube.
g) Obat anti nyeri atau anti spasme.
h) Plester.
i) Kom
Persiapan pasien :
a) Periksa ulang tindakan yang di minta oleh dokter.
b) Persiapkan alat.
c) Identifikasi pasien.
d) Jelaskan prosedur dan rasionalnya kepada klien.
e) Cuci tangan.
f) Lakukan premedikasi sesuai dengan indikasi pada pasien.
g) Berikan privasi.
h) Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
Prosedur tindakan :
a) Buka selimut pasien untuk dapat mengekspose kateter.
b) Palpasi kandung kemih pasien untuk mengetahui adanya distensi.
c) Buka wadah cairan irigasi steril di meja/troli, pertahankan sterilitas bagian dalam dari
wadah.
d) Kenakan sarung tangan bersih.
e) Letakkan absorben pad di bawah sambungan selang dan kateter.
f) Masukkan cairan irigasi yang sebelumnya telah dibuka.
g) Buka tutup spuit dan letakkan di wadah cairan irigasi. Jangan mengkontaminasi ujung
spuit.
h) Letakkan kom wadah di atas absorben pad untuk menciptakan area kerja.
i) Lepaskan kateter dari selang urin bag, letakkan penutup steril pada ujung selang urin
bag.
j) Amankan selang urin bag di samping tempat tidur.
k) Letakkan ujung kateter ke kom.
l) Masukkan spuit ke kateter dan coba aspirasi adanya benda yang menyumbat.
m) Masukkan cairan irigasi ke spuit.
n) Masukkan 30-50mL cairan irigasi ke dalam kateter secara perlahan lahan dan tekanan
lembut,
- Cabut spuit dan biarkan cairan mengalir ke luar.
- Rendahkan posisi kom agar cairan dapat keluar dengan bantuan gravitasi atau sedot
kembali cairan yang telah dimasukkan.
- Lanjutkan irigasi kandung kemih pasien dengan 30-50mL cairan irigasi hingga cairan
keluar jernih
o) Cabut penutup dari selang urin bag.
p) Usap ujung kateter dengan kapas alkohol/swab, dan hubungkan kateter dengan selang
urin bag.
q) Pastikan jalur paten dari kateter hingga urin bag. Hindari selang menggantung di
bawah posisi urin bag.
r) Fiksasi kateter pada paha dalam untuk perempuan dan abdomen pada laki-laki.
s) Pasang kembali pengaman sisi tempat tidur pasien.
t) Rapikan alat dan lepaskan sarung tangan.
u) Pastikan pasien bersih dan nyaman.
v) Cuci tangan.
w) Hitung jumlah cairan yang keluar dan apa saja yang keluar bersama cairan irigasi.
x) Catat jumlah dan kondisi cairan irigasi yang keluar pada chart pasien
2) Irigasi Kandung Kemih Terbuka
Persiapan alat :
Sebelum melakukan tindakan irigasi kandung kemih, maka perlu Anda lakukan persiapan alat
sebagai berikut :
a) Set irigasi (wadah steril untuk tempat cairan irigasi).
b) Spuit 30 mL dengan kanula tanpa jarum.
c) Antiseptik swab/kapas alcohol.
d) Cairan irigasi steril.
e) Klem (untuk selang urin bag).
f) Sarung tangan bersih.
g) Obat, bila direspkan.
h) Absorben pada
Persiapan pasien :
Sebelum melakukan tindakan irigasi kandung kemih, maka perlu Anda lakukan persiapan
pasien sebagai berikut :
a) Periksa ulang perintah dokter dan rencana keperawatan pasien.
b) Identifikasi pasien. Jelaskan prosedur dan rasional dari tindakan yang akan dilakukan.
c) Berikan premedikasi bila diresepkan.
d) Persiapkan alat-alat.
e) Cuci tangan.
f) Berikan privasi. Posisikan pasien posisi dorsal recumbent bila tidak ada kontra
indikasi.
g) Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan perawat. Turunkan pengaman sisi tempat
tidur.
h) Kenakan sarung tangan.
i) Keluarkan urin yang berada di dalam urin bag dan catat jumlahnya
Prosedur tindakan :
Setelah persiapan alat dan persiapan pasien selesai, maka selanjutnya adalah prosedur
tindakan yang harus Anda lakukan adalah sebagi berikut :
a) Buka set wadah steril. Pertahankan sterilitas bagian dalam.
b) Letakkan absorben pad di bawah ujung kateter untuk menciptakan area kerja.
c) Tuangkan cairan irigasi pada wadah steril.
d) Klem selang urin bag tepat di bawah tempat injeksi.
e) Usap area injeksi dengan kapas alcohol.
f) Masukkan kanula spuit ke area injeksi.
g) Coba lakukan aspirasi adanya bekuan darah atau bagian yang menyebabkan
obstruksi.
h) Masukkan cairan irigasi ke dalam spuit.
i) Usap lokasi injeksi kembali.
j) Suntikkan cairan irigasi melalui lokasi penginjeksian secara perlahan-lahan.
k) Cabut spuit dari lokasi penginjeksian.
l) Lepaskan klem dan rendahkan posisi kateter untuk mengalirkan cairan ke urin bag.
m) Ulangi prosedur hingga didapatkan cairan jernih tanpa adanya bekuan darah atau
benda yang dapat menyebabkan obstruksi.
n) Rapikan kembali alat dan lepaskan sarung tangan.
o) Turunkan bed dan naikkan pengaman sisi tempat tidur.
p) Cuci tangan.
q) Hitung jumlah cairan yang keluar dan kondisi visual dari cairan irigasi. Catat di
rekam medis pasien

F. Jelaskan prosedur pelaksanaan Bladder training! Apa saja yang perlu diperhatikan?
Jawab : Tujuan yang dapat dicapai dalam sumber yang lain adalah :
1) Klien dapat mengontrol berkemih.
2) Klien dapat mengontrol buang air besar.
3) Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia.
4) Menghindari isolasi sosial bagi klien
PENGKAJIAN
Sebelum Anda melakukan tindakan ini, maka Anda harus melakukan pengkajian antara
lain :
1) Pola berkemih.
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu
2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
2) Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab.
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama.
PELAKSANAAN
1) Tentukan pola berkemih pasien dan dorong pasien untuk berkemih pada saat itu. Ciptakan
jadwal berkemih regular dan bantu pasien untuk mempertahankannya, baik pasien merasakan
keinginan untuk berkemih ataupun tidak. ( contoh : sesaat setelah bangun, tiap 1 hingga 2 jam
selama siang hari, sebelum tidur, setiap 4 jam pada malam hari). Rangkaian peregangan-
relaksasi dalam jadwal tersebut dapat meningkatkan tonus otot dan kontrol volunter.
Instruksikan pasien untuk mempraktikkan nafas dalam hingga rasa keinginan berkemih
berkurang atau hilang.
2) Ketika pasien sudah mampu merasakan dapat mengontrol berkemih, jangka waktu bisa
diperpanjang tanpa adanya inkontinensia.
3) Atur asupan cairan, terutama pada siang hari, untuk membantu mengurangi kebutuhan
berkemih pada malam hari.
4) Dorong pasien untuk minum Antara pukul 06.00 – 18.00.
5) Hindari konsumsi berlebihan dari jus sitrus, minuman berkabonasi (khususnya minuman
dengan pemanis buatan), alkohol dan minuman yang mengandung kafein, karena dapat
mengiritasi bladder, meningkatkan resiko inkontinensia.
6) Bila pasien mendapatkan terapi diuretik, jadwalkan pemberian pada pagi hari.
7) Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini dibutuhkan untuk memastikan
produksi urin adekuat yang dapat menstimulasi refleks berkemih.
8) Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan linen tetap kering. Hindari
penggunaan diaper, menghindari persepsi boleh mengompol.
9) Bantu pasien dengan program latihan untuk meningkatkan tonus otot dan program latihan otot
pelvis yang bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
10) Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih. Puji pasien bila dapat
melakukan berkemih di toilet dan mempertahankan untuk tidak mengompol.

G. Edukasi keperawatan apa yang perlu diberikan berdasarkan kasus diatas!


Jawab : Edukasi dan promosi kesehatan untuk benign prostatic hyperplasia terutama untuk menghindari
obat yang dapat menyebabkan retensi urin dan obat herbal, serta menerapkan diet rendah lemak dan tinggi
protein.
Banyak konsumsi air putih minimal 2 L/hari. Jangan lakukan aktivitas yang berat, istirahat cukup,
konsumsi makanan tinggi serat : Buah buahan, sayur -sayuran.

Anda mungkin juga menyukai