Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA TRAUMA MUSKULOSKELETAL

Disusun Oleh
(Kelompok VI) :

• Arfiah Bugis (2001031)


• Larassati Biya (2001082)
 
DEFINISI TRAUMA MUSKULOSKELETAL

Trauma muskuloskeletal adalah kondisi dimana


seorang mengalami cedera atau trauma pada sistem
muskuloskeletal yang mengakibatkan disfungi di
bagian struktur disekitarnya dan pada bagian yang
dilindungi serta penyangganya.
Gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi
akibat suatu trauma kontusio, strain, sprain,
dislokasi, dan sublokasi.
KLASIFIKASI TRAUMA MUSKULOSKELETAL

01
Trauma
jaringan lunak
02
Faktur
• Faktur tertutup

03
• Faktur terbuka

Dislokasi
ETIOLOGI TRAUMA MUSKULOSKELETAL
1. Fraktur

Fraktur pada muskuloskeletal terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang.
2. Kontisio

Sering terjadi akibat benturan benda keras yang mengenai tubuh, pukulan yang keras
dan tendangan pada kaki atau terjatuh saat melakukan aktivitas.

3. Strain

Penyebab ketika mengangkat benda berat tanpa menekuk lutut. akselerasi - deselerasi
tiba-tiba terutama saat olahraga dan trauma langsung dan tidak langsung.

4. Dislokasi Sendi
dislokasi sendi yang paling sering dialami adalah terjatuh.
PENCEGAHAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

1. Pencegahan Primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat
dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan
helm saat mengemudi kendaraan bermotor. Anak-anak yang masih balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus
menggunakan pengaman pada kepala dan badan, pada pekerja bangunan
agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.
LANJUTAN.....
2. Pencegahan Sekunder
Tujuannnya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika
pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat
mendukung sistem intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.

1. Untuk mengendalikan pendarahan lakukan penekanan langsung (Turniket)

2. Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan metode apa saja, sehingga mencegah
trauma lebih lanjut.

3. Imobilisasi fraktur : Pembidaian bagian atas dan bawah fraktur, meliputi persendian proksimal dan
distal

4. Pada pasien yang fraktur:

a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penggunaan mitela dan kruk

b) Reposisi tertutup di ikuti oleh pemasangan gips


LANJUTAN.....

3. Pencegahan Tersier

Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan

sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah

stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk

memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali

atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. Pencegahan tersier

cenderung untuk kembali pada pencegahan primer.


PENATALAKSANAAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

1. Fraktur

a. Imobilisasi

Alat imobilisasi yang sering digunakan:

• Bidai

• Gips

b. Reduksi terbagi atas dua:

• Reduksi tertutup

• Reduksi terbuka

c. Traksi
LANJUTAN...
2. Strain

a. Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam
pertama

b. Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan


tendon-tulang

c. Pemasangan balut tekan


Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan.
3. Sprain

a. Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat penyembuhan

b. Meninggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakan


Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48 jam pertama
setelah cedera.
4. Terapi Farmakologi
Salisilat menjadi perlindungan pertama artropati, selain itu pada pasien trauma
muskuloskeletal juga diberikan terapi fammakologi seperti analgesik, nonsteroid
anti-inflamasi, kortikosteroid, dan skeletal muscle relaxant.
Pemeriksaan penunjang

1. X-ray
2. Scan Tulang
3. Arteriogram
4. Kretinin
5. Profil koagulas
Komplikasi
Komplikasi yang timbul dari trauma musculoskeletal adalah sindrom
kompartemen akut yaitu peningkatan tekanan jaringan intratitial yang
berkepanjangan menyebabkan gangguan perfusi dan kerusakan jaringan.
Konsep Asuhan
Keperawatan Pada
Trauma
Muskuloskeletal
Pengkajian
Anamnesis
Pengkajian ini sangatlah penting untuk mengetahui apakah
penderita menderita cedera dibagian ekstrimitas atau tidak dan
mekanisme traumapun bisa menyebabkan cedera dibagian
ekstrimitas yang tampak tidak jelas pada pemeriksaan awal. Anamesa
ini dilakukan pada saat korban sadar dan apabila korban tidak
memiliki riwayat trauma maka dapat dikatakan korban mengalami
fraktur patologis.
Jika penolong cukup banyak, anamesa dapat dilakukan bersamaan
dengan primary survey. Apabila penolong terbatas tidak dianjurkan
untuk melakukan anamesa sebelum penolong memeriksa adanya
gangguan airway, breathing, dan sirkulasi serta mengatasinya.
Pemeriksaan Umum
Pada saat pemeriksaan survei primer, pemeriksaan yang kita lakukan
harus terfokus, apakah ada fraktur dibagian tulang pelvis serta tulang
besar lainnya dan kita juga perlu mengontrol pendarahan. Pada saat
pemeriksaan sekunder yang perlu dilakukan adalah:
• Inspeksi
• Palpasi
• Kekuatan otot
• Pergerakan
• Pengkajian ini dilakukan menggunakan 5 P :
1. Pain (PQRST)
2. Pulse
3. Polor (warna)
4. Paralisis
5. Parasetesia
Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran Umum
• Kesadaran penderia
• Keadaan penyakit, kesakitan
• Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk
• Pemeriksaan dari kepala ke ujung jari tangan/kaki
2. Keadaan Lokal
• Look
• Feel
• Move
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
b) CT Scan
c) Pemeriksaan Laborotorium
d) Pemeriksaan Lainnya
• Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas
• Biopsy tulang dan otot
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (cedera jaringan lunak)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dan
gangguan muskuloskeletal, nyeri post operasi.
3. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan penurunan
mobilitas, medikasi, bedah perbaikan, perubahan pigmentasi, dan perubahan
sensasi.
Intervensi Keperawatan
No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Diagnosis
Keperawatan (SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan Intervensi Utama : Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan diharapkan Observasi :
tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Idenfitikasi respon nyeri non verbal
- Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun tentang nyeri
- Perasaan takut - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
mengalami cedera respon nyeri
berulang menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
- Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Tindakan Intervensi Utama : Dukungan Mobilisasi
fisik keperawatan diharapkan (I.05173)
mobilitas fisik meningkat Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
- Pergerakan lainnya
ekstremitas - Identifikasi toleransi fisik melakukan
meningkat pergerakan
- Kekuatan otot - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum memulai mobilisasi
- Rentang gerak - Monitor kondisi umum selama melakukan
(ROM) meningkat mobilisasi
Terapeutik :
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Intervensi Utama : Perawatan Integritas Kulit
intergritas kulit / keperawatan diharapkan (I.11353)
jaringan integritas kulit dan jaringan Observasi :
meningkat dengan kriteria - Identifikasi penyebab gangguan integritas
hasil : kulit (mis: perubahan sirkulasi, perubahan
- Kerusakan jaringan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
menurun lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
- Kerusakan lapisan Terapeutik :
kulit menurun - Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan
tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitive
     
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering
Edukasi :

- Anjurkan menggunakan pelembab


(mis: lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan


sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim

- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF


minimal 30 saat berada diluar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Thank You

Anda mungkin juga menyukai