a. Tranduksi
tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat
dalam proses ini, yaitu serabut Abeta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara
b. Transmisi
Proses dimana implus disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis menuju
otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik
dan kimiawi.
c. Modulasi
Proses dimana amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Sistem penghantar dalam kerusakan jaringan, proses penyakit ataupun fungsi
abnormal dari otot atau organ dalam.(nosiseptif), juga mempunyai jalur desending
d. Persepsi
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil
dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik
individu lainnya.
3. Fisiologi
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan relaksi.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
4. Etiologi
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab
Gangguan Rasa Nyaman adalah :
a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
g. Gangguan adaptasi kehamilan.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur
yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan
secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang
berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan
nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap
bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang
alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert).
Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini
dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah presepsi
nyeri.
d. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri
yang menurun.
e. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian
dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
g. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka
sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu
peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu
yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
h. Keletihan
i. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu
berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien dapat
memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
6. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (nyeri akut) dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu sebagai berikut (PPNI, 2016) :
a. Gejala dan tanda mayor :
Data subjektif :
1) Menguluh nyeri
Data objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (waspada, posisi menghidari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi menigkat
5) Sulit tidur
b. Gejala dan tanda minor :
Data subjektif (tidak ada)
Data objektif:
1). Tekanan darah meningkat
2). Pola napas berubah
3). Nafsu makan berubah
5). Proses berfikir terganggu
6). Menarik diri
7). Berfokus pada diri sendiri
8). Diaforesis
7.Diagnosa Keperawatan
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi,kompres
hangat/dingin)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
- Fasilitas istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strataegi meredakan nyeri
Edukasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snydar, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing
(10th ed), USA: Pearson Education.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. Jakarta:
EGC.
Carpenito, LJ. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doenges at al .2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta : EGC.
Mansjoer, dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Price & Wilson .2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2.
Edisi 6. Jakarta : EGC