DISUSUN OLEH :
DESI KUNTARI
P1337420922200
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Price,
2006). Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang
mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara
(menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis,
menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir,
dll), interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Judha,
2012).
Intensitas skala nyeri dapat diketahui dengan menggunakan skala
nyeri. Skala nyeri menurut bourbanis ada beberapa tingkatan sebagai berikut
: (1). 0 = Tidak nyeri, (2). 1-3 = Nyeri ringan, (3). 4-6 = Nyeri sedang, (4).
7-9 = Nyeri berat, (5). 10 = Nyeri tak tertahankan (Potter dan Perry, 2006).
Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non far
makologi. Penanganan farmakologi yang sering digunakan adalah obat-obat
an jenis analgesic dan opiat (Black, 2014). Terapi non farmakologi untuk m
engatasi intensitas nyeri yang sering digunakan adalah metode TENS
(Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan
distraksi.tindakan relaksasi mencakup latihan pernafasan diafragma,
meditasi, guided imagery, dan teknik relaksasi progresif (Brunner &
Suddart, 2016).
Teknik relaksasi otot progresif merupakan bentuk intervensi
keperawatan dengan menggunakan teknik relaksasi yang berfokus pada
penegangan perlahan dan merelaksasikan setiap otot dan berfokus pada
perbedaan antara ketegangan otot dan relaksasi (Astuti, Anggorowati, dan
Johan 2017). Pada penelitian yang dilakukan Giulia et all (2019) tentang
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan nyeri pada pasien
diabetes mellitus didapatkan pengaruh yang bermakna terhadap penurunan
sesudah diberikan intervensi dengan nilai p value =0,001 (p < 0,05).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagai
mana pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan intensitas
nyeri pada klien dengan abdominal pain di RSUD Dr. Gondo Suwarno
Kabupaten Semarang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan dengan penerapan relaksasi otot pro
gresif pada klien abdominal pain dengan masalah keperawatan nyeri di
RSUD Dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan proses keperawatan pada klien abdominal pain dengan
masalah keperawatan nyeri di RSUD Dr. Gondo Suwarno Kabupaten
Semarang.
b. Menerapkan relaksasi otot progresif pada klien abdominal pain dengan
masalah keperawatan nyeri di RSUD Dr. Gondo Suwarno Kabupaten
Semarang.
c. Mengevaluasi respon pasien setelah dilakukan relaksasi otot progresif p
ada klien abdominal pain dengan masalah keperawatan nyeri di RSUD
Dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang.
C. Manfaat
Studi kasus ini bermanfaat bagi :
1. Bagi Klien
Diharapkan setelah dilakukan penerapan intervensi relaksasi otot pro
gresif dapat menyelesaikan masalah nyeri pada klien abdominal pain dan
meningkatkan kenyamanannya.
2. Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberi informasi dan masuk
an mengenai inovasi intervensi relaksasi otot progresif yang dapat dilaku
kan oleh perawat dalam mengatasi nyeri pada klien abdominal pain.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi pe
ndidikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan inte
rvensi keperawatan komplementer atau penatalaksanaan non farmakologi
pada klien dengan abdominal pain.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Intensitas Nyeri
1. Definisi nyeri
Nyeri merupakan masalah kesehatan yang komplek yang
mengerakkan seseorang untuk datang ke pelayanan kesehatan (Saurdana,
2015).Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak enak membuat orang
tertekan dan menderita (Sari, 2016).
Nyeri merupakan sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan ketusakan
jaringan aktual maupun potensial (Yoga, 2016). Nyeri bersamaan proses
penyakit, beberapa pemerikasaan diagnostik, pembedahan dan
pengobatan (Nurdin, 2013). Jenis-jenis nyeri ada nyeri akut dan nyeri
kronis.
Nyeri akut atau sementara merupakan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan aktual atau potensial.Terjadi tiba-
tiba atau lambat dari itensitas ringan hingga berat yang akirnya dapat
diantisipasi atau di prediksi (Herdman, 2015).Nyeri kronis, berlangsung
lebih lama dari yang diharapkan nyeri kronis ini berupa hal yang bersifat
kanker.Nyeri kanker biasanya disebabkan oleh perkembangan tumor,
berhubungan dengan patologis, infeksi, toksin dari pengobatan, dan
invasif (Potter & Perry, 2009).
Nyeri pada kanker berasal dari kerusakan jasmani akibat adanya
kanker, tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri
dan bisa karena tarikan, jepitan dan metastase.Pada pasien kanker
payudara nyeri disebabkan karena peradangan, akibat kerusakan ujung
saraf reseptor akibat peradangan atau terjepitnya oleh pembengkaan
(Kasih, 2015).Nyeri pada pasien kanker juga dirasakan saat menjalankan
kemoterapi karena penggunaan zat kimia (Setiawan, 2015).
1) Umur
Cara lansia berespon terhadap nyeri berbeda dengan cara
berespon orang yang berusia lebih muda (Smeltzer &
Bare, 2002).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin, secara umum pria wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon terhadap nyeri. Beberapa kebudanyaan
yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya seorang anak laki-laki
tidak boleh menangis sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam situasi yang sama (Potter & Perry, 2009).
3) Genetik
Genetik mempunyai kemungkinan untuk batas ambang nyeri
seseorang atau toleransi seseorang terhadap nyeri.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari perhatian,
pengalaman nyeri sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial.
1) Perhatian
Seseorang yang memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri
akan mempengaruhi persepsinya.
2) Pengalaman nyeri sebelumnya
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari
banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupanya.
3) Dukungan keluarga dan social
Walaupun nyeri masih ada dukungan keluarga dan teman-
temanya dapat mengurangi nyeri yang dirasakan.
c. Faktor Spiritual
Spiritual membuat seseorang mencari tau makna atau nyeri yang
dirasakan, seperti mengapa nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang
telah dia lakukan selama ini, dan lain-lain (Potter & Perry,
2009).
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi nyeri yaitu kecemasan dan
koping individu.
1) Kecemasan
Ansietas berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi
pasien terhadap nyeri. Misalnya pada pasien kanker payudara
dimana mengalami nyeri pinggang merasa takutbahwa nyeri
tersebut indikasi metastasis muda (Smeltzer & Bare, 2002).
2) Koping individu
Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
memperlakukan nyeri, seseorang mengontrol nyeri dengan lokus
internal bahwa dirinya sendiri mempunyai kemampuan mengontrol
nyeri. Sebaliknya seseorang yang menggunakan lokus eksternal
bahwa faktor lain seperti perawat yang bertanggungjawab
terhadap nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2009).
e. Faktor Budaya
Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh bagaimana seseorang
merespon terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yakni nyeri akut
dan nyeri kronis (Smeltzer & Bare, 2002):
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera fisik.Nyeri akut mengindikasian bahwa krusakan atau
cedera telah terjadi.Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa
nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk
menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan
nyeri.Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan.nyeri akut terjadi kurang dari 3 bulan. Untuk tujuan
definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung
dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu.Nyeri ini berlangsung diluar waktu
penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera fisik. Nyeri kronis didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih, meskipun 3 bulan
merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan
nyeri akut dan nyerikronis.
Tabel 2.1. Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis Menurut Aryani,
dkk 2009
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Status kejadian Status situasi, status
eksistensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang dan
terselubung
Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enambulan
sampaibertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit
diketahui dengan pasti dibedakan instensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan
perasaan)
5. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intesitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
a. Skala Intensitas Nyeri Deskritif
Gambar 2.1
b. Skala Identitas Nyeri Numeric
Gambar 2.2
c. Skala Analog Visual
Gambar 2.3
d. Skala Nyeri Menurut Bourbanis
Gambar 2.4
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan ; Secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang ; Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-10 : Nyeri berat ; Secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, Pasien
sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
6. Penatalaksanaan Nyeri
Penanganan nyeri ada farmakologi dan ada non farmokologi.
a. Farmakologi
1) Analgesik Narkotika
Opiot merupakan obat yang paling umum untuk mengatasi
nyeri pada pasien.
2) Analgesik Lokal
Analgesik lokal bekerja dengan memblokade kondusi saraf
saat diberiakn langsung ke serabut saraf.
3) Analgesik yang dikontrol Pasien
Analgesik yang dikontrol klien terdiri dari infus yang diisi
narkotik sesuai resep, ini dipakai pada pasien kanker.
4) Obat-obat non steroid (NSAIDs)
Obat yang termasuk menghambat agregasi platelet, contoh
asam menfenamat, ketorolac (Nurmayanti, 2015).
b. Non farmakologi
Ada beberapa penanganan nyeri secara non farmakologi yaitu:
1) Distraksi
Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri.
Misalnya dengan mendengarkan musik dapat menurunkan
intensitas nyeri pada penderita kanker payudara (Endarto,
2014).
2) Relaksasi
Terdiri atas nafas abdomen atau bernafas dengan tenang,
teratur, dengan frekuensi lambat (calm breath).
3) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan
jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut maupun nyeri
kronis. Dengan hipnoterapi meningkatkan kadar endorphirn
dalam tubuh, sehingga membuat rilek dan tenang menurunkan
nyeri (Dewi, 2013).
4) Bimbingan Spiritual
Bimbingan spiritual doa, dzikir dimanfaatkan untuk
menurunkan nyeri pada pasien kanker. Implementasi asuhan
keperawatan dengan menajemen nyeri non farmakologis
diantaranya adalah dengan dzikir mendekatkan diri kepada
Tuhan.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Topik
Intervensi Relaksasi Otot Progresif berdasarkan Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) Terhadap Intensitas Nyeri pada Klien dengan Abdominal
Pain.
B. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan dengan penerapan nafas dalam pada
klien dengan diagnose abdominal pain, dengan masalah keperawatan nyeri di
bangsal Alamanda RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang.
C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui penerapan relaksasi otot progresif pada pasien abdominal
pain
2. Menganalisa bagaimana penerapan relaksasi otot progresif untuk
mengatasi nyeri pasien
3. Melaporkan hasil yang didapatkan selama studi kasus ini mengenai
penerapan relaksasi otot progresif dalam membantu mengatasi masalah
nyeri pada pasien
D. Waktu
Pelaksanaan intervensi relaksasi otot progresif berdasarkan evidence based
nursing practice (ebnp) terhadap intensitas nyeri pada klien dengan abdominal
pain, dilakukan pada Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi Tanggal 17
September 2022.
E. Tempat
Bangsal Alamanda RSUD dr. Gondo Suwarno Kabupaten Semarang.
F. Setting
1. Persiapan pelaksanaan
a. Menentukan rencana kegiatan
b. Mengajukan proposal kegiatan
c. Melakukan konsultasi, perbaikan, dan kegiatan yang akan
dilaksanakan
d. Menetukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alat yang akan
digunakan dalam pelaksaan
e. Mengumpulkan data tentang pasien dengan keluhan/masalah
2. Pelaksanaan
a. Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum
melaksanakan intervensi pada pasien
b. Mahasiswa menemui pasien, mengucapkan salam, mengevaluasi
keadaan pasien, menjelaskan tentang tujuan dan manfaat tindakan
yang akan dilakukan mengenai intervensi relaksasi otot progresif
c. Pasien dengan criteria inklusi yang setuju dijadikan responden maka
diambil sebagai responden
d. Melakukan pengkajian data focus
e. Mengimplementasikan teknik relaksasi otot progresif sesuai SOP
f. Melakukan evaluasi tindakan
g. Catat pada pelaporan tindakan/evaluasi
G. Media/Instrument
1. Alat dan bahan pengumpulan data
a. Rekam medis pasien
b. Format evaluasi tindakan
2. Alat dan bahan pelaksanaan
a. Tidak ada
H. Prosedur
1. Rancangan solusi yang ditawarkan
Penulisan ini disusun menggunakan design studi kasus atau case
study. Case study adalah metode yang digunakan untuk memahami
individu yang dilakukan secara integrative dan menyeluruh, dengan
tujuaan didapatkannya pemahaman yang mendalam mengenai kondisi
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya, dengan tujuan untuk
menyelesaikan permasalahan dan memperoleh perkembangan diri yang
baik (Rahardjo & Gudnanto, 2010).
2. Teknik pengumpulan data
a. Teknik pengumpulan data dengan melakukan skrining pada pasien
langsung
b. Pasien yang masuk pada kriteria inklusi kemudian dimintakan
persetujuan untuk dilakukan tindakan atau intervensi relaksasi otot
progresif
c. Pasien mendapat penjelasan mengenai mekanisme dan tujuan
relaksasi otot progresif
d. Apabila pasien setuju kemudian dilakukan intervensi
e. Catat hasil atau evaluasi setelah dilakukan tindakan atau intervensi
3. Kriteria pasien
Populasi dalam studi kasus ini adalah pasien dengan nyeri, sedangkan
sampel yang digunakan adalah pasien nyeri yang memiliki masalah nyeri
akut dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang apabila terpenuhi dapat
mengakibatkan calon objek menjadi objek penelitian. Kriteria inklusi
pada studi kasus ini adalah :
1) Pasien dengan orientasi baik
2) Pasien yang merasakan nyeri memiliki masalah nyeri akut
3) Pasien bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam studi kasus ini adalah :
1) Pasien dengan penurunan kesadaran
2) Pasien yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi
I. Evidance Based Practice
P (Population) : Populasi yang diambil adalah pasien dengan nyeri
I (Intervemtiom) : Intervensi yang dilakukan yaitu teknik relaksasi otot
progresif
C (Comparasion) : Pada studi kasus ini tidak ada intervensi pembanding
O (Outcome) : Hasil yang diharapkan dalam studi kasus ini adalah
tercapainya penurunan nyeri serta nyeri hilang setelah diberikan intervensi.
J. Analisis Artikel
No Judul Peneliti Tahun Analisis
1 Efektifitas Iwayan 2016 P : pasien gastritis
penggunaan Supetran I : Teknik relaksasi otot
teknik relaksasi progresif
otot progresif C : tidak ada intervensi
dalam pembanding
menurunkan O : Teknik relaksasi otot
tingkat nyeri progresif efektif dalam
pasien gastritis di menurunkan tingkat nyeri
rumah sakit pasien gastritis dari skala
daerah madani sedang ke skala ringan
palu
2 Pengaruh Helena Fira, 2021 P : remaja putri
Relakasi Otot Apriza, Nila I : relaksasi otot progresif
Progresif Kusumawati C : tidak ada intervensi
Terhadap pembanding
Penurunan Skala O : teknik relaksasi otot
Nyeri Dismenore progresif efektif dalam
pada Remaja menurunkan skala nyeri
Putri di Desa pada remaja putri yang
Pulau Jambu mengalami desminore
Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok
K. Evaluasi EBNP
Evaluasi yang akan dilakukan pada studi kasus ini adalah apakah Relaksasi
otot progresif yang diberikan dapat membantu mengatasi masalah pada pasien
sehingga dapat tercapainya nyeri berkurang bahkan menghilang.
L. Referensi
Jurnal 1 :
Supetran, Iwayan (2016) Efektifitas Penggunaan Teknik Relaksasi Otot
Progresif dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien Gastritis di Rumah Sakit
Daerah Madani Palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 6 No. 1: Juni 2016.
Jurnal 2 :
Fira, Helena, Apriza, Nila Kusumawati (2021) Pengaruh Relakasi Otot
Progresif Terhadap Penurunan Skala Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di
Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok. PROPETIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 5 No. 1: April 2021
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Implementasi EBNP
Evidence Based Practice yang akan diterapkan pada studi kasus ini
yaitu penerapan Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk mengatsi
masalah nyeri akut pada pasien
a. Prosedur Pelaksanaan :
1) Tahap Awal
Memilih pasien untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria
inklusi
2) Tahap Pelaksanaan
a) Pra Interaksi
- Mengecek program terapi
- Mencuci tangan
- Menyiapkan alat
b) Tahap Interaksi
Orientasi
- Mengucapkan salam terapeutik pada klien
- Memperkenalkan diri
- Melakukan evaluasi atau validasi kondisi klien saat ini
- Menjaga privasi klien
- Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topic) dengan
klien
Kerja
- Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi
setengah duudk di tempat tidur atau di kursi atau
dengan posisi lying position (posisi berbaring) ditempat
tidur atau di kursi dengan satu bantal.
- Kepalkan tangan denagn erat (5-10 detik) lalu
kendurkan (20-30 detik), ulangi gerakan ini sampai 8
kali
- Luruskan tangan dan tarik telapak tangan ke arah kita
(ke langit-langit) dalm 5-10 detik lalu rilekskan
kembali otot, ulangi gerakan sampai 8 kali
- Kepalakn kedua tangan dan angkat kedua bahu tahan 5-
10 detik, dilakukan 8 kali
- Kerutkan dahi dan alis sampai otot terasa tahan dalam
hitungan 5-10 detik lalu rileks kan, ulangi gerakan 8
kali
- Katupkan rahang dengan menggigit gigi
- Monyongkan bibir sehingga terasa tegang dimulut
- Letakkan tangan dibelakang kepala lalu dorong kepala
kebelakang
- Tundukkan kepala hingga menyentuh dagu
- Busungkan dada dan kencangkan perut, dengan tarik
nafas dalam melalui hidung(tahan 3 detik) nuang
melalui mulut
- Tegangkan otot kaki tidak lebih dari 5 detik untuk
menghindari kram, kemudian rilekskan
- Langkah terakhir, lakukan nafas dalam tarik nafas
melalui hidung tahan 3 detik lalu keluarkan perlahan
melalui mulut
Terminasi
- Evaluasi hasil : kemampuan pasien untuk melakukan
teknik ini
- Memberikan kesempatan pada pasien untuk
memberikan umpan balik dari terapi yang dilakukan
- Tindak lanjut : topic, waktu, tempat untuk kegiatan
selanjutnya
- Membereskan alat
- Mencuci tangan
- Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan
memantau respon klien
2. prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri Berdasarkan EBNP
a) Penulis mengumpulkan data pasien dengan nyeri akut
b) Penulis melakukan pengkajian pada pasien nyeri akut yang
mengalami nyeri
c) Penulis meminta persetujuan kepada pasien untuk dilakukan Teknik
relaksasi otot progresif dengan menjelaskan metode dan cara
pelaksanaan prosedur tersebut.
d) Melaksanakan intervensi
e) Melakukan penilaian apakah teknik nafas dalam yang dilakukan
dapat memenuhi kriteria hasil yaitu mengatasi nyeri yang dialami
pasien.
B. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari kegiatan ini adalah :
1. Tersedianya jurnal, media serta sarana dan prasarana untuk
melakukan implementasi keperawatan EBNP
2. Pasien yang kooperatif dan mau bekerjasama dalam implementasi
ini
C. Faktor Penghambat
Tidak ada faktor penghambat dalam berjalannya desain inovatif EBNP ini
dikarenakan kondisi klien dan lingkungan sekitar yang mendukung. Selain
itu, klien juga kooperatif sehingga dapat berjalan sesuai rencana
D. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan aplikasi tindakan “Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Intensitas Nyeri” dapat berjalan dengan baik sesuai rencana. Kondisi ruangan
dan pasien yang kooperatif menjadi salah satu keberhasilan dalam kegiatan ini.
Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
No Identitas Diagnosa Waktu Implementasi Respon
1. Ny. S Nyeri 17 1. Identifikasi DS : Klien
lokasi, mengatakan
dengan akut b.d September
karakteristik, nyeri sudah
diagnose agen 2022 durasi, berkurang
frekuensi, setelah
medis penceder 12.30
kualitas, dilakukan
abdominal a WIB intensitas teknik
nyeri relaksasi otot
pain, fisiologis
2. Identifikasi progresif
berusia 32 (D.0077) respon nyeri P : nyeri
non verbal muncul/bert
tahun. Klien
3. Berikan ambah saat
dirawat di teknik non klien
farmakologi makan/minu
ruang
untuk m
Alamanda mengurangi Q : kram
rasa nyeri R : perut
RSUD Dr.
(relaksasi sampai
Gondo otot pinggang
progresif) S : skala
Suwarno
4. Jelaskan nyeri 2
Kabupaten penyebab, T : hilang
periode, dan timbul
Semarang.
pemicu nyeri DO :
Klien 5. Anjurkan Kesadaran
monitor composmenti
mengatakan
nyeri secara s,Wajah
Klien mandiri klien tampak
lebih segar,
mengatakan
Klien tampak
nyeri pada jarang
memegang
ulu hati dan
perutnya
perut TTV :
TD : 110/70
hingga
mmHg
menjalar ke N :
67x/menit
punggung P
S : 36,2
: saat makan SpO2 : 97 %
dan minum,
Q :
kenceng-
kenceng
seperti
kram, R :
ulu hati dan
perut bagian
kanan atas
sampai
pinggang, S
: skala nyeri
4, T : hilang
timbul
PENUTUP
A. Simpulan
Afroh F., Judha M., & Sudarti. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri
Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika.
American Cancer Society. (2015). Breast Cancer Fact & Figure 2015-2016.
Atlanta : American Cancer Societ.
Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. (2017). Effect Of Progressive Muscular
Relaxation On Anxiety Levels In Patients With Chronic Kidney Disease
Undergoing Hemodialysis In The General Hospital Of Tugurejo Semarang,
Indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383-389.
Brunner & Suddarth. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta : EGC