Anda di halaman 1dari 16

1.

Konsep Gangguan
Kebutuhan Dasar
A. Definisi
Rasa nyaman berupa terbebas
dari rasa yang tidak
menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu.
Nyeri merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan
yang terkadang dialami
individu. Kebutuhan
terbebas dari rasa nyeri
itu
merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang
merupakan tujuan
diberikannya
asuhan keperawatan pada
seorang pasien di rumah
sakit(Perry & Potter, 2009).
1. Konsep Gangguan
Kebutuhan Dasar
A. Definisi
Rasa nyaman berupa terbebas
dari rasa yang tidak
menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu.
Nyeri merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan
yang terkadang dialami
individu. Kebutuhan
terbebas dari rasa nyeri
itu
merupakan salah satu
kebutuhan dasar yang
merupakan tujuan
diberikannya
asuhan keperawatan pada
seorang pasien di rumah
sakit(Perry & Potter, 2009)

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


DENGAN DIAGNOSA NYERI AKUT DI RUANG FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT PUSRI PALEMBANG

Oleh:

Nama : Ega Zinnia Palar


NIM : 231000414901032
CI Akademik
Elfira Husna S.Kep.,Ners.,M.kep

CI Klinik:
Yessi Arita, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITINGGI

2023

A. DEFINISI

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu
kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang
terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikan nya
asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit(Perry & Potter, 2009).
Nyeri diartikan berbeda-
beda antar individu,
bergantung pada
persepsinya.Walaupun
demikian, ada satu kesamaan
mengenai persepsi nyeri.
Secara sederhana, nyeri
dapat diartikan sebagai
suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara
sensori maupun emosional
yang berhubungan
dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau
faktor lain, sehingga
individu
merasa tersiksa, menderita
yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-
hari, psikis, dan lain-lain
(Perry & Potter, 2009)
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada
persepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri.Secara
sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu
merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari,
psikis, dan lain-lain (Perry & Potter, 2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yangberlangsung
kurang dari 3 bulan.
Nyeri akut dapat di deskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera
akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengan
intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singka
t(kurang dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah
keadaan
pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat.
Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi
meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al.,
2015).
B. ETIOLOGI

a. Penyebab nyeri dapat di klasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu


penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
Secara fisik misalnya,penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik,
termis, kimiawi, maupunelektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah. Secara psikis, penyebabnyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma
psikologis.
b. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf nyeri ini terletak dan tersebar pada lapisan
kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri
yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena
penyebab organic melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik
(Asmadi, 2008).

C. ANATOMI

Nosiseptor merupakan reseptor nyeri, yang ada di akhiran saraf bebas pada
setiap jaringan tubuh kecuali otak. Stimulus suhu, mekanik, ataupun kimia dapat
mengaktivasi nosiseptor. Jaringan yang rusak akan mengeluarkan zat-zat kimia seperti
prostaglandin, kinin, dan potassium yang menstimulasi nosiseptor (Derrickson, 2012).
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan desendens. Pada jalur
asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls nyeri masuk ke medulla
spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan A-δ halus masing-masing membawa nyeri
akut-tajam dan kronik lambat, bersinaps di substansia tanduk dorsal, memotong medulla
spinalis, dan naik ke otak melalui cabang traktus spinotalamikus.

D. FISIOLOGI

Fisiologi Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya


rangsangan.Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit
yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara ptensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga dengan nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri(nosiseptor) ada
yang bernialin da nada yang tidak bernialin dari saraf eferen. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rutesaraf dan akhirnya sampai di dalam
masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.
Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi
kualitasnyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosisai kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan selular,yang
disebabkan oleh stimulus internal, mekanik, kimiawi, atau stimulus listrik yangmenyebabkan
pelepasan substansi kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen,yaitu:
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det)
yangmemungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang
apalagipenyebab nyeri dihilangkan.

b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2 m/de)
yang terdapat pada daerah
yang lebih dalam, nyeri
biasanya bersifat tumpul
dan sulit dialokasi (Tamsuri,
2010)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpuldan sulit
dialokasi (Tamsuri, 2010).

E. PEMERIKSA PENUNJANG

Berdasarkan Ni Putu Wardani (2014), pemeriksaan penunjang yang dilakukan


bertujuan untuk mengetahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti:a.
Pemeriksaan laboratoriumb. Pemeriksaan penunjang lainya
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila nyeri tekan abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
4) EKG

F. PENATAKLASANAAN

a. Farmakologi

Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri


secarafarmakologi adalah seperti berikut ini :
1) Analgesik Narkotik Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ
opium seperti morfin dankodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan
kegembiraan karenaobat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan
mengaktifkan penekanannyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun
penggunaan obat inimenimbulkan efek menekan pusat pernapasan di medulla
batang otak.
2) Analgesik Non Narkotik Analgesik non narkotik seperti aspirin,
asetaminifen dan ibuprofen selainmemiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan antipiretik. Efeksamping obat ini paling umum terjadi gangguan
pencernaan seperti adanyaulkus gaster dan perdarahan gaster.

b. Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut para
Ahliadalah sebagai berikut:
1)Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutikan klien dengan perawat akan
memberikanpondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada
klien yangmengalami nyeri.

2) Bimbingan Antisipasi
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila
dengantimbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien.

3) Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik
dariketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

4) Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam
pikiranklien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahapdapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.
5) Distraksi
Merupakan tindakan pengalihan klien ke hal-hal diluar nyeri, yang
dengandemikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri.

6) Akupuntur
Akupuntur merupakan terapi pengobatan kuni dari Cina, dimana
akupunturmenstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan aliran
energidisepanjang jalur yang disebut jalur meridian.

7) Biofeedback
Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada
otak,kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan”
memberikaninformasi tersebut kepada klien.

8) Stimulasi kutaneus
Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk
mengontrolnyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air
hangat/sauna, masase, kompres air dingin/panas, pijatan dengan menthol atau TENS
(TranscutaneusElectrical Nerve Stimulation).

9) Akupresur
Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang
dapatdilakukan secara mandiri. Klien dapat menggunakan ibu jari atau jari untuk
memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan padaotot
kepala, bahu atau leher.

10) Psikoterapi
Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa
klien,terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien
yangmengalami depresi, atau pada klien yang pernah mempunyai riwayat masalah
psikiatri
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat
nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu
serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
berikut:
H. DIAGONASA KEPERAWATAN

SDKI SIKI SLKI


Resiko defisit nutrisi b.d Manajemen Nutrisi Observasi Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan status
faktor psikologis
▪ Identifikasi status nutrisi nutrisi membaik. Kriteria hasil:
▪ Identifikasi alergi dan a. Porsi makan yang dihabiskan
intoleransi makanan meningkat
▪ Identifikasi makanan yang b. Berat badan membaik
disukai c. Frekuensi makan membaik
▪ Identifikasi kebutuhan kalori d. Nafsu makan membaik
dan jenis nutrient
▪ Identifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastrik
▪ Monitor asupan makanan
▪ Monitor berat badan
▪ Monitor hasil pemeriksaan

Laboratorium Terapeutik

▪ Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu
▪ Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
▪ Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
▪ Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
▪ Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
▪ Berikan suplemen makanan,
jika perlu
▪ Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
▪ Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
▪ Ajarkan diet yang
diprogramkan Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Nyeri akut b.d agen Manajemen Nyeri Observasi Setelah diberikan asuhan
pencedera fisiologis keperawatan selama 2x24 jam
▪ lokasi, karakteristik, durasi, diharapkan nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas dengan kriteria hasil:
nyeri a. Keluhan nyeri menurun b.
▪ Identifikasi skala nyeri Tampak meringis menurun
▪ Identifikasi respon nyeri non c. Sikap protektif menurun d.
verbal Gelisah menurun
▪ Identifikasi faktor yang e. Kesulitan tidur menurun f.
memperberat dan memperingan Frekuensi nadi membaik g.
nyeri Tekanan darah membaik
▪ Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
▪ Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
▪ Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
▪ Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
▪ Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
▪ Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
▪ Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) ▪ Fasilitasi istirahat
dan tidur
▪ Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
▪ Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri ▪ Jelaskan
strategi meredakan nyeri
▪ Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
▪ Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
▪ Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: ARRuzz Media.
Alimul, A. and H. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. (D. Sjabana, Ed.) (1st ed.).
Salemba medika.
Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri. 13(1), 7.
https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449
Fudori, A., Innayati, A., & Immawati, I. (2021). PENERAPAN RELAKSASI OTOT
PROGRESIF UNTUK MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
PASIEN CEPHALGIA DI KOTA METRO. Jurnal Cendikia
Muda, 1(4), 428-435.
Hidayati, H. B. (2016a). Pendekatan Klinisi dalam Manajemen Nyeri Kepala. Mnj.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21776
Hidayati, H. B. (2016b). Pendekatan Klinisi dalam Manajemen Nyeri Kepala. Mnj, 2(2), 89–
96.
Kurniawan, B. C. (2019). Peran Anamnesis Terhadap Kesembuhan Pasien Cephalgia.
Kurniawan, B. C. (2016). Peran Anamnesis Terhadap Kesembuhan Pasien Cephalgia.
Kusuma, H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Mediaction.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, shirlee J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik
(7th ed.). Jakarta: EGC
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Funda mental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik. (7 ed., Vol. 1) Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai