PENDAHULUAN
1
(18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Menurut daftar rekam medis
Puskesmas Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Makassar Provinsi Sulawesi
Selatan pada Maret 2018, Arthritis menempati posisi ke 10 dari 10 daftar penyakit
terbanyak di Balai Pengobatan.
Diagnosis dan penatalaksanaan Gout Arthritis harus dilakukan secara dini
agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menimbulkan cacat yang permanen ataupun
komplikasi lain. Sehingga sangat penting bagi dokter umum yang memiliki
kompetensi 4A dalam kasus ini untuk mempelajari cara mendiagnosis dan
penatalaksanaan Gout Arthritis agar dapat meningkatkan keberhasilan terapi.7
1.3 Aspek Disiplin Ilmu yang Terkait dengan Pendekatan Diagnosis Holistik
Komprehensif pada Gout Arthritis
Untuk pengendalian permasalahan Gout Arthritis pada tingkat
individu dan masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan
dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), maka mahasiswa
program profesi dokter Universitas Muslim Indonesia melakukan kegiatan
kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas dilayanan primer (Puskesmas) dengan tujuan untuk meningkatkan
kompetensi yang dilandasi oleh profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
2
pengembangan diri, serta komunikasi efektif. Selain itu kompetensi
mempunyai landasan berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu
kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.
Kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.3.1 Profesionalitas yang luhur (Kompetensi 1) : untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian Gout Arthritis secara
individual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama,
etik moral dan peraturan perundangan.
1.3.2 Mawas diri dan pengembangan diri (Kompetensi 2) : Mahasiswa
mampu mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis,
sosial dan budaya sendiri dalam penatalaksanaan penyakit Gout
Arthritis, melakukan rujukan bagi kasus Gout Arthritis, sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang berlaku serta
mengembangkan pengetahuan.
1.3.3 Komunikasi efektif (Kompetensi 3) : Mahasiswa mampu melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada individu, keluarga,
masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian Gout Arthritis.
1.3.4 Pengelolaan Informasi (Kompetensi 4) : Mahasiswa mampu
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi
kesehatan dalam praktik kedokteran.
1.3.5 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran (Kompetensi 5) : Mahasiswa mampu
menyelesaikan masalah pengendalian Gout Arthritis secara holistik dan
komprehensif baik secara individu, keluarga maupun komunitas
berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil
yang optimum.
1.3.6 Keterampilan Klinis (Kompetensi 6) : Mahasiswa mampu melakukan
prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah Gout Arthritis dengan
menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan
keselamatan orang lain.
1.3.7 Pengelolaan Masalah Kesehatan (Kompetensi 7) : Mahasiswa mampu
mengelola masalah kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat
3
secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
4
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
penyakit Gout Arthritis di Puskesmas Minasa Upa tahun 2018.
5
umumnya bersifat cepat asal berobat teratur. Selain itu, kepatuhan untuk
menghindari faktor resiko juga merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan.
6
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS
E
Jenis Kelamin
N G
Y O
Umur
Inflamasi
E U
B Genetik T
A
Yang dapat
B dimodifikasi
Obesitas
Pola makan
Penyakit penyerta :
DM, hipertensi,
dislipidemia
7
2.2 Pendekatan Konsep Mandala
Gaya Hidup
- Kebiasaan pasien
mengkonsumsi makanan
tinggi purin, makanan yang
digoreng serta kacang -
kacangan
- Kurang aktifitas fisk
- Istirahat yang kurang
Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi
Perilaku Kesehatan - Kekhawatiran keluarga pasien jika
- Pasien tidak patuh atas keadaan sakitnya makin memburuk
edukasi dokter untuk - Kondisi ekonomi menengah
- Kehidupan sosial dengan
mengikuti senam prolanis
lingkungan cukup baik
- Tidak berobat secara - Kurangnya pengetahuan mengenai
teratur Gout Arthritis
- Pola hidup bersih dan - Dukungan gaya hidup sehat dari
sehat (PHBS) kurang keluarga kurang
KELUARGA
PASIEN
Pelayanan Lingkungan
Kesehatan Bengkak dan nyeri pada ibu jari
- Jarak rumah dengan Pekerjaan
puskesmas cukup kaki kanan dialami sejak 1 minggu - Pasien bekerja
dekat yang lalu. Nyeri dan keram-keram
- Pasien memiliki BPJS sebagai ibu rumah
- Penyuluhan oleh juga dirasakan pada sendi yang tangga
petugas kesehatan berdekatan dengan daerah yang
tentang gout arthritis
belum maksimal bengkak. Pasien merasakan sangat
kesakitan bila berjalan. Nyeri ulu hati
(+). Riwayat keluhan yang sama
sebelumnya (+). Riwayat penyakit
rematik dan dalam keluarga (+).
Lingkungan fisik
Faktor biologi
-Genetik
- Kebersihan lingkungan
-Perempuan (menopause) cukup baik
-Riwayat DM -Ventilasi dan penerangan
-Hiperurisemia didalam rumah cukup baik
Komunitas
Pemukiman yang cukup padat dan sanitasi lingkungan yang baik
8
2.3 Pendekatan Diagnosis Holistik pada Pelayanan Kedokteran Keluarga di
Layanan Primer
Pendekatan secara holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososio-kultural-spiritual pada ekosistemnya. Sebagai mahluk biologis
manusia adalah merupakan sistem organ yang terbentuk dari jaringan serta sel-
sel yang kompleks fungsionalnya.
Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat
penyakit pasien, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian
risiko internal/individual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta
keluarganya. Sesuai dengan arah yang digariskan dalam Sistem Kesehatan
Nasional 2004, maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai
pelaku pelayanan pertama (layanan primer).
Tujuan Diagnostik Holistik :
1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat
2. Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien
3. Pembatasan kecacatan lanjut
4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah sosial dalam kehidupannya)
5. Jangka waktu pengobatan pendek
6. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial
7. Terproteksi dari resiko yang ditemukan
8. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah
Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan
terapi, tujuaanya yakni:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interval kunjungan terapi.
9
Diagnosis Holistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi (penerimaan,
pencatatan biodata) dengan pasien
2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan saringan (Triage), data diisikan dengan lembaran
penyaring
3. Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien
4. Melakukan anamnesis
5. Melakukan pemeriksaan fisik
6. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,
prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi
7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktor
individual termasuk perilaku pasien
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien
9. Menilai aspek fungsi sosial.
Dasar-dasar dalam pengembangan pelayanan/pendekatan kedokteran
keluarga di layanan primer antara lain :
1. Pelayanan kesehatan menyeluruh (holistik) yang mengutamakan upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian
dari keluarga dan lingkungan komunitasnya
3. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara
terpadu dan paripurna (komprehensif).
4. Pelayanan medis yang bersinambung
5. Pelayanan medis yang terpadu
Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
10
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran.
Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang
disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien.
Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter
keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien
pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program
dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal
maupun informal.
Prinsip pelayanan Kedokteran Keluarga di Layanan Primer adalah:
a. Comprehensive care and holistic approach
b. Continuous care
c. Prevention first
d. Coordinative and collaborative care
e. Personal care as the integral part of his/her family
f. Family, community, and environment consideration
g. Ethics and law awareness
h. Cost effective care and quality assurance
i. Can be audited and accountable care
Pendekatan menyeluruh (holistic approach), yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
Untuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat dari
beberapa aspek yaitu:
I. Aspek Personal : Keluhan utama, harapan dan kekhawatiran.
II. Aspek Klinis: Bila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan
diagnosis kerja dan diagnosis banding.
11
III. Aspek Internal : Kepribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.
Karakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.
IV. Aspek Eksternal : Psikososial dan ekonomi keluarga.
V. Derajat Fungsi Sosial :
- Derajat 1 :Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri
- Derajat 2 :Pasien mengalami sedikit kesulitan.
- Derajat 3 :Ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
- Derajat 4 :Banyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung
pada keluarga.
- Derajat 5 : Tak dapat melakukan kegiatan
12
2.4.2 EPIDEMIOLOGI4
2.4.2.1 Epidemologi Gout Arthritis Berdasarkan Trias Epidemologi
a. Agent
Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang
menjadi lebih mudah untuk terkena penyakit arthritis gout. Secara
garis besar, terdapat dua faktor risiko untuk pasien dengan penyakit
arthritis gout, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor
yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
adalah usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah pekerjaan, Glomerular Filtration Rate (GFR),
kadar asam urat, dan penyakit-penyakit penyerta lain seperti
Diabetes Melitus (DM), hipertensi, dan dislipidemia yang membuat
individu tersebut memiliki risiko lebih besar untuk terserang
penyakit arthritis gout.4
b. Host (Pejamu)
Tekanan darah yang tinggi secara tidak langsung berhubungan
dengan insiden terjadinya gout dikarenakan penurunan aliran darah
renal sehingga menyebabkan peningkatan resistensi vaskular ginjal
dan sistemik, yang akhirnya menyebabkan ekskresi urat melalui
ginjal menurun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi asam urat dapat menentukan progresifitas penyakit
ginjal, stroke, serta meta analisis melaporkan bahwa asam urat
berhubungan dengan adanya hipertensi, diabetes, serta sindrom
metabolik.8
c. Environment
13
2.4.2.2 Epidemologi Gout Arthritis Berdasarkan Variabel Epidemologi
a. Distribusi menurut orang (person)
- Distribusi menurut umur
Prevalensi di AS penyakit gout arthritis diikuti dengan
meningkatnya usia, khususnya pada laki-laki. Sekitar 90% pasien
gout primer adalah laki-laki yang umumnya yang berusia lebih dari
30 tahun, sementara gout pada wanita umumnya terjadi setelah
menopause.9 Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia di
bawah 34 tahun sebesar 32%.2
- Distribusi menurut jenis kelamin
Prevalensi dari gout arthritis lebih sering menyerang laki-laki
dibanding perempuan.9
- Distribusi menurut etnik
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori
di Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat
tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa
karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alkohol.7
14
2.4.3 PATOGENESIS
Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penumpukan kristal
monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian.2 Asam urat
merupakan kristal putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami
dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga
cairan ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam darah
dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam tubuh, dan
banyaknya ekskresi asam urat.10
15
Gejala-gejala klinik hiperuresemia dibagi dalam 4 stadium,yaitu:
Stadium I
Tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum, sukar berkonsentrasi. Pada
pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi.
Stadium II
Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis yang akut dan hebat,
90% lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi semua persendian dapat
diserang, kadang-kadang lebih dari satu sendi yang diserang (migratory
polyarthritis). Sendi tersebut menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi
panas, merah, sangat nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar
ke sekitar sendi dan lebih menyolok daripada arthritis yang lain. Kadang-
kadang terjadi efusi di sendi-sendi besar. Tanpa terapi keluhan dapat
berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari. Pembengkakan dan nyeri
berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali.
Stadium III
Stadium IV
Pada stadium ini penderita terus menderita arthritis yang kronis dan tophi
sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga. Akhirnya sendi-sendi dapat
rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi.12
16
urat didalam sinovia dan tulang rawan. Asam urat didalam serum meningkat.
Penyakit ini dianggap sebagai suatu penyakit orang berada yang memakan
makanan yang kaya akan DNA, yang memproduksi banyak asam urat.13
Berdasarkan American College of Rheumatology pada tahun 2012 mengenai
pedoman penatalaksanaan gout, derajat Arthritis Gout berdasarkan beratnya
serangan akut seperti dijelaskan pada Tabel 1.
Derajat Skala
Ringan ≤4
Sedang 5-6
Berat ≥7
Sumber: American College of Rheumatology, 2012
17
- Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di
kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.
- Hiperurisemia, yaitu pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi
tubuh saja).
18
Pada umumnya, sehabis penyedotan dilakukan, dimasukkan obat anti-
radang ke dalam sendi. Jika penyedotan ini dilakukan dengan cara yang
tepat maka pasien tidak akan merasa sakit. Jarum yang dipilih juga harus
sesuai kebutuhan injeksi saat itu dan lebih baik dilakukan pembiusan pada
pasien terlebih dahulu. Jika lokasi penyuntikan tidak steril maka akan
mengakibatkan infeksi sendi. Perdarahan bisa juga terjadi jika tempat
suntikan tidak tepat dan nyeri hebat pun bisa terjadi jika teknik penyuntikan
tidak tepat. Selain memeriksa keadaan sendi yang mengalami peradangan,
dokter biasanya akan memeriksa kadar asam urat dalam darah. Kadar asam
urat yang tinggi adalah sangat sugestif untuk diagnosis gout arthritis.
Namun, tidak jarang kadar asam urat ditemukan dalam kondisi normal.
Keadaan ini biasanya ditemukan pada pasien dengan pengobatan asam urat
tinggi sebelumnya. Karena, kadar asam urat sangat bervariasi dan
dipengaruhi oleh pengobatan maka kadar standar atau kadar normal di
dalam darah adalah berkisar dari 3,5 – 7 mg/dL.15
Pemeriksaan cairan sendi ini merupakan pemeriksaan yang terbaik.
Cairan hasil aspirasi jarum yang dilakukan pada sendi yang mengalami
peradangan akan tampak keruh karena mengandung kristal dan sel-sel
radang. Seringkali cairan memiliki konsistensi seperti pasta dan berkapur.
Agar mendapatkan gambaran yang jelas jenis kristal yang terkandung maka
harus diperiksa di bawah mikroskop khusus yang berpolarisasi. Kristal-
kristal asam urat berbentuk jarum atau batangan ini bisa ditemukan di dalam
atau di luar sel. Kadang bisa juga ditemukan bakteri bila terjadi septik
arthritis.
3. Foto Polos
Perubahan radiologis hanya terjadi setelah bertahun-tahun timbulnya
gejala. Terdapat predileksi pada sendi MTP pertama, walaupun pergelangan
kaki, lutut, siku, dan sendi lainnya juga dapat terlibat. Foto polos dapat
memperlihatkan:
1. Efusi dan pembengkakan sendi
19
2. Erosi: hal ini cenderung menimbulkan penampakan “punched out”,
yang berada terpisah dari permukaan artikular. Densitas tulang tidak
mengalami perubahan.
3. Tofi: mengandung natrium urat dan terdeposit pada tulang, jaringan
lunak, dan sekitar sendi. Kalsifikasi pada tofi juga dapat ditemukan, dan
tofi intraoseus dapat membesar hingga menyebabkan destruksi sendi.14
Terjadi pembengkakan jaringan lunak yang disertai erosi luas (tanda panah)
20
2.4.6 PENATALAKSANAAN
Secara umum penanganan arthritis gout adalah memberikan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.3 Tujuan terapi
meliputi terminasi serangan akut; mencegah serangan di masa depan;
mengatasi rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan aman; mencegah
komplikasi seperti terbentuknya tophi, batu ginjal, dan arthropati destruktif.
Pengelolaan gout sebagian bertolakan karena adanya komorbiditas;
kesulitan dalam mencapai kepatuhan terutama jika perubahan gaya hidup
diindikasikan; efektivitas dan keamanan terapi dapat bervariasi dari pasien
ke pasien.5
Pengobatan gout bergantung pada tahap penyakitnya (patofisiologi
gout). Skema pengobatan gout seperti terlihat pada Gambar 4.
21
Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik (menggunakan obat-
obatan). Medikamentosa pada gout termasuk:
OAINS dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout
secara efektif. Efek samping yang sering terjadi karena OAINS adalah iritasi
pada sistem gastroinstestinal, ulserasi pada perut dan usus, dan bahkan
pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat menderita alergi
terhadap aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh
dari OAINS adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari
selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya.3
Kolkisin
Kortikosteroid
22
dosis awal dengan 40 IU setiap 6 sampai 12 jam untuk beberapa hari, jika
diperlukan.5
Gout dapat dicegah dengan mengurangi konsentrasi asam urat serum <
6,0 mg/dL. Penurunan kurang dari 5,0 mg/dL mungkin diperlukan untuk
reabsorpsi dari tophi. Terapi dengan obat yang menurunkan konsentrasi
asam urat serum harus dipertimbangkan, ketika semua kriteria sebagai
berikut: penyebab hiperurisemia tidak dapat dikoreksi atau, jika diperbaiki,
tidak menurunkan konsentrasi serum asam urat kurang dari 7,0 mg/dL;
pasien memiliki dua atau tiga serangan pasti gout atau memiliki tophi; dan
pasien dengan kebutuhan untuk minum obat secara teratur dan permanen.
Dua kelas obat yang tersedia: obat urikosurik (misalnya Probenesid) dan
xanthine oxidase inhibitor (misalnya Allopurinol).5
23
Mengontrol berat badan, membatasi konsumsi daging merah dan latihan
sehari-hari, merupakan rekomendasi dasar gaya hidup yang penting untuk
pasien dengan gout atau hiperurisemia. Alkohol harus dihindari karena
meningkatkan produksi asam urat dan merusak ekskresinya. Dehidrasi dan
trauma berulang yang mungkin terjadi dalam latihan atau pekerjaan tertentu
harus dihindari, dan obat-obatan yang dikenal untuk berkontribusi untuk
hiperurisemia, termasuk thiazide dan diuretik loop, salisilat dosis rendah,
siklosporin, niacin, etambutol, dan pirazinamid harus dihilangkan, jika
memungkinkan.5
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau
kegemukan, asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak
500-1000 kkal dari kebutuhan energi normal hingga tercapai berat badan
normal.17 Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan,
berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah
24
konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan
mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.18
2. Protein cukup, yaitu 1,0-1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi
total.17 Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung
protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak dan
limpa. Asupan protein yang dianjurkan adalah sebesar 50-70 g/hari atau
0.8-1 g/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah
protein nabati yang berasal dari susu,keju, dan telur.18
3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan
purin >150 mg/100 gr.17 Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka
penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun,
karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung
nukleoprotein, maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Tindakan
yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150
mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1000 mg purin
per hari).18
4. Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total. Lemak
berlebih dapat menghambat pengeluaran asam urat atau purin melalui
urin.17 Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15% dari total kalori.18
5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65-75% dari kebutuhan
energi total. Karena kebanyakan pasien gout arthritis mempunyai berat
badan lebih, maka dianjurkan untuk menggunakan sumber karbohidrat
kompleks. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh pasien gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. Konsumsi
karbohidrat kompleks ini sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari.
Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis,
gulali, dan sirup sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.18
25
6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.18 Memperbanyak
konsumsi sumber makanan berpotasium tinggi, seperti pisang, avokad,
kentang, susu, dan yoghurt. Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang
mengandung banyak vitamin C, seperti tomat, stroberi dan jeruk.
Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berkhasiat sebagai diuretik
karena kaya air, seperti jambu air, blewah, melon dan semangka.
Dianjurkan mengonsumsi tanaman herbal dan buah-buahan yang
berkhasiat mengatasi penyakit asam urat, seperti daun salam, sidaguri,
sirsak, labu siam, kentang, apel dan suka apel.19
7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari.17 Konsumsi
cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urine.
Oleh karena itu, disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari.18
2.4.7 KOMPLIKASI
Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan - gangguan
pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari penangan pada
penderia asam urat akut terlambat menangani penyakitnya. Pada penderita
asam urat ada dua penyebab gangguan pada ginjal yaitu terjadinya batu
ginjal (batu asam urat) dan risiko kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi
pada penderita yang memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl.
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh melalui
urine. Seperti yang telah diketahui, urine di proses di ginjal. Oleh sebab itu,
jika kadar di dalam darah terlalu tinggi maka asam urat yang berlebih akan
26
membentuk kristal dalam darah. Apabila jumlahnya semakin banyak, akan
mengakibatkan penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal.
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat yang
sama, urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal menyatu.
Kedua hal ini menjadikannya sebua lingkungan yang ideal untuk
terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan gejala sampai batu
ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau masuk ke saluran kemih
(ureter), suatu saluran yang menghubungkan ginjal dan kandungan kemih.21
Sekitar 20-40% penderita gout minimal mengalami albuminuri sebagai
akibat gangguan fungsi ginjal. Terdapat tiga bentuk kelainan ginjal yang
diakibatkan hiperurisemia dan gout :22
1. Nefropati urat yaitu deposisi kristal urat di interstitial medulla dan
pyramid ginjal, merupakan proses yang kronik, ditandai dengan adanya
reaksi sel giant di sekitarnya.
2. Nefropati asam urat yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang besar
pada duktur kolektivus dan ureter, sehingga menimbulkan keadaan gagal
ginjal akut. Disebut juga sindrom lisis tumor, dan sering didapatkan pada
pasien leukemia dan limfoma pasca kemoterapi.
3. Nefrolitiasis yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan gout
primer.
Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat seseorang
berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang menderita
hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3 - 5 kali munculnya penyakit
jantung koroner dan stroke. Hubungan antara asam urat dengan penyakit
jantung adalah adanya kristal asam urat yang dapat merusak endotel atau
pembuluh darah koroner. Hiperurisemia juga berhubungan dengan
sindroma metabolik atau resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan -
kelainan dengan meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi,
sclerosis.21
27
Penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten
Profesor Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian yang
dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of Rheumatology
didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang tinggi dalam darah
berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes hampir 20% dan risiko
peningkatan kondisi yang mengarah pada perkembangan penyakit ginjal
dari 40%.
Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout
dalam database Veterans Administration. Pada awal penelitian, semua
peserta penelitian tidak menderita diabetes atau penyakit ginjal. Selama
periode tiga tahun, 9% laki - laki dengan gout yang memiliki kadar asam
urat tidak terkontrol berada pada kondisi yang mengarah pada
perkembangan diabetes dibandingkan dengan 6% dari mereka dengan kadar
asam urat yang terkontrol. Pada penderita diabetes ditemukan 19% lebih
tinggi dengan kadar asam urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam
darah yang lebih tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol.
Penelitian kedua dilakukan oleh peneliti yang sama menggunakan
database yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih
dari 3 tahun dengan periode gout pada pria yang memiliki kadar asam urat
yang tidak terkontrol memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk penyakit ginjal
dibandingkan dengan pria dengan kadar asam urat terkontrol. Penelitian
tersebut tidak membuktikan bahwa kadar asam urat yang tidak terkontrol
menyebabkan masalah kesehatan, tetapi menunjukkan hubungan
peningkatan kadar tersebut dengan masalah kesehatan.21
28
tulang baru pada permukaan persendian. Gambaran klinis osteoartritis
umumnya berupa nyeri sendi, terutama apabila sendi bergerak atau
menanggung beban. Nyeri tumpul ini berkurang bila sendi digerakkan atau
bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi
tersebut tidak digerakkan beberapa lama, tetapi kekakuan ini akan
menghilang setelah digerakkan. Kekakuan pada pagi hari, jika terjadi,
biasanya hanya bertahan selama beberapa menit, bila dibandingkan dengan
kekakuan sendi di pagi hari yang disebabkan oleh artritis reumatoid yang
terjadi lebih lama.
Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi kronis progresif
yang mempengaruhi sendi-sendi kecil dari tangan, kaki, pergelangan tangan
dan pergelangan kaki secara simetris. Kehadiran erosi pada x-ray adalah
patognomonik untuk diagnosis RA. Kekakuan terlihat pada RA aktif yang
terburuk paling sering terjadi di pagi hari. Ini dapat berlangsung satu sampai
dua jam (atau bahkan sepanjang hari). Kekakuan untuk waktu yang lama di
pagi hari adalah petunjuk bahwa Anda mungkin memiliki RA, karena
beberapa penyakit rematik lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya,
osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi
berkepanjangan.
2.4.9 PROGNOSIS
Prognosis artritis gout sering dikaitkan dengan morbiditas yang
cukup besar, dengan episode serangan akut yang sering menyebabkan
penderita cacat. Namun, artritis gout yang diterapi lebih dini dan benar akan
membawa prognosis yang baik jika kepatuhan penderita terhadap
pengobatan juga baik.24
29
BAB III
3.1 Metodologi
Studi kasus ini menggunakan desain studi Kohort untuk mempelajari
hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan),
dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko.
Kemudian mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat subjek
dalam kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah kesehatan untuk
melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara paripurna dan
holistik terutama tentang penatalaksanaan pasien gout arthritis dengan
pendekatan diagnosis holistik di Puskesmas Minasa Upa pada tanggal 16 Mei
2018.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarganya dengan cara
melakukan home visit untuk mengetahui secara holistik keadaan pasien.
30
Gambar 7. Puskesmas Minasa Upa
31
km2 dan Kelurahan Karunrung 1,52 km2. Serta total jumlah penduduk dan
wilayah kerja adalah 55.719 jiwa. Oleh karena berada didepan jalan poros
maka Puskesmas Minasa Upa terjangkau oleh kendaraan umum.
3.3.2 Keadaan Demografi
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa pada tahun
2016 sebanyak 55.719 jiwa dengan perincian laki-laki 27.689 orang dan
perempuan 28.030.
Tabel 2. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa Upa
Pria (Jiwa) Wanita (Jiwa) Jumlah (Jiwa)
27.689 28.030 55.719
32
2. Konstruktif, jika penduduk berada dalam kelompok termuda hampir
sama besarnya
3. Stasioner, jika banyaknya penduduk sama dalam tiap kelompok umur
tertentu
33
Tabel 5. Distribusi Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Minasa
Upa
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-kanak 7 buah
2 SD Neg/Inpres 9 buah
3 SMP 1 buah
4 SMA 1 buah
5 Akademi 1 buah
3.3.9 Kegiatan Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Minasa Upa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Wilayah
Kerja Puskesmas Minasa Upa
Pekerjaan Jumlah Penduduk
PNS 2012 orang ( 51.2%)
ABRI 75 orang ( 1,9 %)
Pensiunan ABRI 228 orang (5,8%)
Pedagang 1466 orang ( 37,3 %)
Buruh 149 orang ( 3,8%)
3.3.10 Agama
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas Minasa Upa sebagian
beragama Islam sebanyak 45.657 orang, beragama Protestan 2.588 orang,
beragama Khatolik 1.286 orang, beragama Hindu 113 orang, selebihnya
beragama Budha 173 orang
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja Puskesmas
Minasa Upa
No Agama Jumlah
1 Islam 45.657 Jiwa
2 Protestan 2.588 Jiwa
3 Katholik 1286 Jiwa
4 Hindu 113 Jiwa
5 Budha 173 Jiwa
34
3.4 Sarana Kesehatan
3.4.1 Data Dasar Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang selanjutnya disebut
PUSKESMAS adalah fasilitas pelayananan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama esensial dan pengembangan, dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama berupa rawat jalan, pelayanan gawat darurat, one day care,
dan home care berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan.
35
3.4.3 Struktur Organisasi
Gambar 9. Struktur Organisasi PKM Minasa Upa (Permenkes No.75 Thn 2014)
36
3.4.4 Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Minasa Upa
sebanyak 37 orang dengan berbagai spesifikasi, yang terdiri dari:
Tabel 8. Tenaga Kesehatan Puskesmas Minasa Upa
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter umum 3 Orang
2 Dokter Gigi 2 Orang
3 Apoteker 2 Orang
4 Perawat 11 Orang
5 Bidan 6 Orang
6 Perawat Gigi 2 Orang
7 Nutrisionist 2 Orang
8 Epidemiologi 1 orang
9 Sanitarian 2 Orang
10 Laboratorium 1 orang
11 Asisten apoteker 1 Orang
12 Bendahara 1 Orang
13 Tata Usaha 1 Orang
14 Staf 1 Orang
15 Juru Masak 1 Orang
37
3.4.6 Upaya Kesehatan
Puskesmas Minasa Upa sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Kesehatan Kota Makassar yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Dengan demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Upaya kesehatan di Puskesmas Minasa Upa terbagi atas dua upaya
kesehatan yaitu :
1. Upaya kesehatan wajib puskesmas
- Upaya Promosi Kesehatan
- Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana
- Upaya Perbaikan Gizi
- Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
- Upaya Pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
- Upaya Kesehatan Sekolah
- Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
- Upaya Kesehatan Kerja
- Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut
- Upaya Kesehatan Jiwa
- Upaya Kesehatan Usia Lanjut
38
3. Survei mawas diri
4. Musyawarah masyarakat kelurahan
5. Pemantauan PHBS rumah tangga
6. Pendataan Indikator Keluarga Sehat
Upaya kesehatan lingkungan
1. Pendataan TTU, dan TPM
2. Pemicu sanitasi total masyarakat
3. Inspeksi sanitasi
4. Pendataan dan pemantauan lingkungan pemukiman
5. Abatesasi
6. Penyuluhan kesehatan lingkungan
7. Pemantauan jentik
8. Penyuluhan tentang stop BAB sembarangan
9. Pemicu stop BAB sembarangan
10. Pemantauan kualitas air (damicu, SGL, S.bor)
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
1. Pemeriksaan ibu hamil (pemeriksaan, penjaringan ibu hamil,
kunjungan rumah bumil DO, kunjungan rumah ibu hamil RESTI)
2. Kelas ibu hamil
3. Pelaksanaan program perencanaan persalinan dan komplikasi
4. Skrining HIV
5. Penjemputan data ibu bersalin di RS, RSB, dan RSIA
6. PMT ibu hamil KEK
7. Pemeriksaan IVA
8. Pelacakan kasus kematian ibu termaksud otopsi
9. Pemantauan kesehatan ibu nifas
10. Pelayanan nifas termasuk KB
11. Pemeriksaan neonatus
12. Pemantauan kesehatan neonatus termasuk neonatus resiko tinggi
13. Pelacakan kematian neonatus termasuk otopsi verbal
14. Pemeriksaan bayi
39
15. Pemantauan bayi resti
16. Pelayanan dan konseling keluarga berencana
Upaya perbaikan kesehatan gizi masyarakat
1. Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu setiap bulan
2. Pemantauan status gizi
3. Pelacakan bayi/ balita rawan gizi
4. Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan gizi pada balita
gizi kurang dan gizi buruk
5. Pemberian PMT penyuluhan
6. Edukasi pendidikan kesehatan
7. Pemantauan garam beryodium
8. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita.
9. Pemberian TTD pada anak remaja putri usia 12 – 18 tahun
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
1. Sosialisasi dan penyuluhan penyakit TB MDR, HIV/AIDS, IMS,
malaria, DBD, kecacingan, dan tuberculosis
2. Penemuan kasusu secara dini
3. Pelacakan kasusu kontak
4. Pengobatan dan pencegahan (individu, keluarga, dan masyarakat)
5. Kunjungan rumah untuk follow up tata laksana
6. Pengembalian dan pengiriman specimen
7. Monitoring dan evaluasi
8. Screening TB-HIV
9. Penemuan kasus baru
10. Pelacakan penderita mangkir
11. Pemeriksaan kontak kusta
12. Penanganan reaksi pemeriksaan anak sekolah
Upaya pengobatan
1. Pemeriksaan: umum dan gigi
2. Pemeriksaan penunjang
3. Pemberian obat
40
3.4.7 Sepuluh Penyakit Utama di Puskesmas Minasa Upa
Tabel 9. Daftar 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Minasa Upa
Nama Penyakit Jumlah
Common cold 176
Hipertensi 175
Dermatitis dan penyakit lainnya 99
Diabetes mellitus 96
Batuk 67
Demam yang tidak diketahui penyebabnya 67
ISPA 59
Gangguan jaringan lunak lainnya 52
Penyakit sistemik pencernaan tidak spesifik 49
Arthritis 44
PASIEN
LOKET
KAMAR RUJUK
PERIKSA
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Poli KIA/KB LABORATORIUM
RUANG TINDAKAN
APOTEK
Gambar 10. Alur Pelayanan Puskesmas Minasa Upa
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus
4.1.1 Identitas Pasien
Nama Penderita : Ny. A B
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 22 Mei 1948 (69 tahun)
Alamat : Jl. Minasa Upa Blok A6/ 17
Tanggal Pemeriksaan : 16/05/2018
Anamnesis : Autoanamnesis
4.1.2 Keluhan Utama : Bengkak dan nyeri pada ibu jari kaki kanan
Anamnesis Terpimpin:
Bengkak dan nyeri pada ibu jari kaki kanan dialami sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri dan keram-keram juga dirasakan pada sendi yang berdekatan dengan daerah
yang bengkak. Pasien merasakan sangat kesakitan bila berjalan. Demam (-), nyeri
kepala (-), batuk (-) batuk darah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah
(-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan biasa. Buang air besar saat ini lancar 1 kali sehari
berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih.
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+). Riwayat penyakit rematik dan dalam
keluarga (+)
Riwayat DM (+) sejak 5 tahun yang lalu berobat teratur (metformin 3 x 1).
Riwayat DM pada keluarga (+). Riwayat jika mendapatkan luka sukar sembuh (+)
Riwayat Hipertensi (-).
Riwayat penyakit jantung (-). Riwayat penyakit jantung pada keluarga (-)
Riwayat batuk lama (-), Riwayat OAT (-)
Riwayat minum obat diuretik (-)
Riwayat minum kopi (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit maag (+)
Riwayat minum minuman beralkohol (-)
Riwayat penyakit kuning (-)
42
4.1.3 Pemeriksaan Fisis
Status Present:
Sakit Sedang/Gizi Cukup/ Compos mentis
BB= 50 kg; TB= 157 cm; LLA=22 cm; IMT=20,28 kg/m2 (normal)
Tanda Vital:
Tensi : 110/60 mmHg
Nadi : 82 kali/ menit (Reguler, kuat angkat)
Pernapasan : 20 kali/ menit (Thoracoabdominal)
Suhu : 36,7oC (axilla)
Kepala:
Ekspresi : Normal
Simetris Muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : (-)
Rambut : Hitam, lurus, sulit dicabut
Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Kesegala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, isokor, ∅2,5mm/2,5mm, RCL +/+,
RCTL +/+
Telinga:
Tophi : (-)
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
Hidung:
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
43
Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Farings : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Kel. Gondok : Tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Kaku Kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada:
- Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan
- Bentuk : Normothoraks
- Pembuluh Darah : Bruit (-)
- Buah Dada : Tidak ada kelainan
- Sela Iga : Tidak ada pelebaran
- Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
Paru:
o Palpasi:
Fremitus Raba : Kiri = Kanan
Nyeri Tekan : (-)
o Perkusi:
Paru Kiri : Sonor
Paru Kanan : Sonor
Batas Paru Hepar : ICS V-VI anteriordextra
Batas Paru Belakang Kanan :Vertebra thorakal X dextra
44
Batas Paru Belakang Kiri :Vertebra thorakal XI sinistra
o Auskultasi:
Bunyi Pernapasan :Vesikuler
Bunyi Tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung
kanan:linea parasternalis dextra, batas jantung kiri: linea
midclavicularis sinistra)
o Auskultasi :
BJ I/II : Murni reguler
Bunyi Tambahan : Bising (-)
Perut:
o Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
o Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan epigastrik (-)
Hati : Tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Lain-lain : Kulit tidak ada kelainan
o Perkusi : Timpani (+) , Shifting dullness (-)
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Alat Kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum : Tidak ada kelainan
Punggung : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
o Palpasi : Gibbus (-)
o Nyeri Ketok : (-)
o Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
45
o Gerakan : Dalam batas normal
Ekstremitas
- Tampak benjolan pada MTP – 1 (metatarsophalangeal – 1) dextra.
Nyeri tekan pada benjolan (+), tampak merah (+), teraba hangat (+).
4.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Tes Kimia darah :
1. Asam urat : 8,6 mg/dl (meningkat)
2. GDS : 156 mg/dl (normal)
4.1.5 Diagnosis
Gout Arthritis
4.1.6 Penatalaksanaan Awal dan Edukasi
A. Medikamentosa
- Natrium Diclofenac 50 mg/24jam/oral
- Allopurinol 300 mg/24jam/oral (diminum setelah fase akut)
- Omeprazole 20 mg/24jam/oral ac
B. Non-medikamentosa
- Melakukan olahraga ringan secara rutin.
- Kurangi aktivitas berat.
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.
- Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin
seperti kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
- Mengurangi konsumsi kopi, makanan yang pedas, dan makanan
yang merangsang peningkatan asam lambung lainnya.
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga.
4.1.7 Anjuran Pemeriksaan :
- Kontrol Darah Rutin
- Foto Radiologi
- Pemeriksaan Cairan Sendi
4.1.8 Prognosis
Ad Vitam : Dubia et bonam
Ad Functionem : Dubia et bonam
46
Ad Sanationem : Dubia et bonam
Status Jenis
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala
1 Tn. C Laki- laki Alm. SMP -
keluarga
69
2 Ny. A B Istri Perempuan SMP IRT
tahun
Anak 39 Kuli
3. Tn. I Laki- laki SMP
pertama tahun Bangunan
Asisten
35
4. Ny. D Menantu Perempuan SD Rumah
tahun
Tangga
47
4.2.3 Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
Tabel 11. Keadaan Rumah Pasien di Jalan Minasa Upa Blok A6/ 17 Tahun 2018
Status kepemilikan rumah : Milik Pribadi
Daerah perumahan : kurang tertata rapih dan kurang bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 4 x 6 m2 Keluarga Ny.A B tinggal di rumah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang dengan kepemilikian rumah
Luas halaman rumah : tidak ada pribadi. Ny.A B tinggal dalam
Lantai rumah dari : tegel rumah yang kurang sehat dengan
Dinding rumah dari : tembok lingkungan rumah yang cukup
Jamban keluarga : ada padat dan ventilasi yang cukup
Tempat bermain : tidak ada memadai dan dihuni oleh 4 Orang.
48
di buat sendiri sebagai cemilan. Di dalam sehari, Ny.A B, memiliki kebiasaan
makan sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
4.2.7 Pola Dukungan Keluarga
A. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Pasien masih memiliki anak dan menantu yang membantu pasien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
B. Faktor Penghambat Terselesaikaanya Masalah Dalam Keluarga
Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah
dalam keluarga yaitu kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan faktor penyebab gout
arthritis, disertai dukungan gaya hidup sehat yang kurang dari keluarga.
4.2.8 Fungsi Fisiologis (Skor APGAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton, dengan menilai 5 Fungsi pokok
keluarga, antara lain:
- Adaptasi : Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
- Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
- Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota
keluarga.
- Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta
interaksi emosional yang berlangsung.
- Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam
membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor:
49
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
50
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 6 ini menunjukkan Fungsi keluarga
kurang sehat.
4.2.9 Fungsi Patologis (SCREEM)
Aspek sumber daya patologi
- Social:
Pasien baik dalam bermasyarakat dengan tetangga.
- Cultural:
Pasien memiliki pola makanan yang kurang sehat. Bahasa bugis sebagai
bahasa sehari – hari yang digunakan pasien.
- Religious:
Keluarga pasien rajin melakukan sholat 5 waktu dan puasa.
- Economy:
Keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi belum tercukupi.
- Education:
Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga pasien yaitu SMP.
- Medication:
Pasien dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari
puskesmas dan memiliki asuransi kesehatan BPJS.
51
Keterangan :
: Keluarga Ny.A B
: Laki-laki meninggal
: Laki-laki normal
: Wanita meninggal
: Wanita normal
: Wanita gout arthritis
B. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Extended Family yaitu keluarga besar yang terdiri
atas ayah, ibu, anak-anak serta cucu. Pasien sehari-hari melakukan aktivitas dalam
rumah.
C. Hubungan Anggota Keluarga
Hubungan antara anggota keluarga kurang baik, mereka jarang berkumpul dan
berkomunikasi.
4.3 Pembahasan
Diagnosis pada pasien ini adalah Gout Arthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
52
4.3.1 Analisa Kasus
Tabel 13. Pendekatan Kedokteran Keluarga Pada Pasien post Gout Arthritis.
Skor Resume Hasil Akhir Skor
Masalah Upaya Penyelesaian
Awal Perbaikan Akhir
Faktor biologis
- Gout merupakan 2 - Edukasi mengenai - Terselenggara 4
penyakit penyakit dan penyuluhan
peradangan pada pencegahannya - Keluarga memahami
sendi melalui penyuluhan bahwa penyakit gout
gaya hidup sehat arthritis memerlukan
pengobatan yang lama
dan teratur
- Keluarga mau
menerapkan gaya
hidup sehat
Faktor ekonomi dan
pemenuhan
kebutuhan
- Kondisi ekonomi 4 - Motivasi mengenai - Keluarga 4
menengah ke perlunya memiliki menyisihkan
bawah sehingga tabungan pendapatan untuk
tidak memiliki tabungan
tabungan
- Kehidupan sosial 3 - Mengingatkan untuk - Memiliki rasa 4
dengan tetap bertawakkal Tawakkal kepada
lingkungan cukup kepada Allah, dan Allah, dan menjalin
baik yakinkan bahwa hubungan yang baik
semua akan baik-baik dengan tetangga
saja. Serta tetap
menjaga silaturahmi
dengan tetangga.
Faktor perilaku
kesehatan
53
- Higiene pribadi 3 - Edukasi tentang - Anggota keluarga 4
yang kurang dan pentingnya PHBS paham akan
lingkungan yang dirumah untuk pentingnya PHBS
kurang bersih mencegah infeksi. dan mau
mengaplikasikan
dengan baik PHBS
dilingkungan dan
rumah mereka
- Berobat tidak 2 - Edukasi untuk berobat - Pasien berobat 5
teratur secara teratur serta secara teratur dan
minum obat sesuai minum obat sesuai
anjuran dokter anjuran dokter
Faktor Psikososial
- Kurangnya 2 - Menyarankan kepada - Anggota keluarga 4
perhatian anggota keluarga bersedia memberi
keluarga pasien untuk lebih perhatian perhatian lebih
terhadap penyakit dengan kondisi pasien kepada pasien
yang diderita
pasien
- Motivasi untuk 2 - Memotivasi pasien - Pasien termotivasi 4
sembuh kurang serta menjelaskan untuk sembuh
kepada pasien bahwa
penyakitnya dapat
sembuh apabila
pasien berobat secara
teratur
Total Skor 15 29
Rata-rata Skor 2,1 4,1
Tabel 10. Klasifikasi Skor Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber
(hanya keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnyaoleh
provider.
54
Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang
belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian
besar oleh provider.
Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung
pada upaya provider.
Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
A. Anamnesis Holistik
a. Aspek Personal
Saat kami mendatangi rumah pasien, pasien sedang duduk di ruang tamu.
Kemudian pasien diberitahu oleh anak pasien bahwa petugas dari puskesmas
telah datang. Pasien baru pertama kali mendapat kunjungan dari pihak pukesmas
untuk mengontrol keadaan pasien, disamping itu pasien sangat begitu senang
karena ada teman berbagi cerita. Pasien masih memiliki harapan untuk bisa
beraktifitas seperti sedia kala.
55
b. Aspek Klinik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan
penunjang, didapatkan diagnosis Gout Arthritis.
c. Aspek Faktor Risiko Internal
Dulunya pasien sering lupa dan malas ke puskesmas. Pasien kurang
menerapkan pola hidup sehat berupa pola makan yang baik.
d. Aspek Faktor Risiko Eksternal
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, dikarenakan
kesibukan dari anak dan menantunya sebagai keluarga sehingga tidak
mengingatkan untuk berobat.
e. Aspek Fungsional
Tn.C sudah meninggal dunia. Tn. I yang merupakan satu-satunya anak dari
Ny. A B bekerja sebagai kuli bangunan dan Ny.D banyak menghabiskan waktu
untuk berkerja membantu pekerjaan rumah tangga tetangganya sebagai
penghasilan tambahan untuk keluarganya.
f. Derajat Fungsional
Derajat 3 yaitu ada beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa
dilakukan, hanya dapat melakukan kerja ringan.
g. Rencana Pelaksanaan
- Pertemuan ke-1: Rumah pasien Jalan Minasa Upa Blok A6/ 17, 16 Mei 2018
pukul 11.00 WITA.
- Pertemuan ke-2: Rumah pasien Jalan Minasa Upa Blok A6/ 17, 17 Mei 2018
pukul 10.00 WITA
56
Tabel 14. Anamnesis Holistik Pasien Gout Arthritis
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya Ket.
diharapkan
Aspek Memberikan edukasi Pasien Pada Pasien dapat Tidak Tidak
personal kepada pasien mengenai saat sadar dan ada menol
penyakit Gout Arthritis kunjung mengerti akan ak
dan komplikasi serta an pentingnya
memberikan informasi rumah pola hidup
mengenai perkembangan sehat
penyakitnya.
Aspek Memberikan obat gout Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
klinik arthritis untuk mengontrol saat dirasakan ada menol
serangan penyakit dan kunjung pasien ak
untuk mengurangi gejala an berkurang,
rumah Peradangan
pada jari
berkurang,
melakukan
fisioterapi
Aspek Mengajarkan bagaimana Pasien Pada Keluhan yang Tidak Tidak
risiko pola makan yang baik, saat dirasakan ada menol
internal menganjurkan untuk kunjung pasien ak
menjaga hygenitas diri an berkurang,
rumah Peradangan
pada jari
berkurang.
Aspek Menganjurkan keluarga Keluarga Pada Keluarga Tidak Tidak
risiko selalu memberi dukungan saat memberi ada menol
external kepada pasien agar selalu kunjung perhatian dan ak
menjaga kesehatannya an dukungan
dan selalu mengingatkan rumah lebih kepada
pasien untuk minum obat, pasien dan
pasien lebih
57
dan mendukung pola diet termotivasi
pasien. untuk sembuh
Menganjurkan kepada
keluarga pasien untuk
tetap meningkatkan
komunikasi yang baik
dengan pasien
Aspek Menganjurkan untuk Pasien Pada Agar kondisi Tidak Tidak
fungsio menghindari hal-hal yang saat tubuh selalu ada menol
nal bisa mencederai pasien. kunjung sehat dan ak
an bugar, agar
rumah kelemahan
pada tubuh
pasien bisa
berkurang
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, Tanda Vital: Tekanan Darah: 110/60 mmHg, Nadi : 82
x/menit, Pernapasan : 20 x/menit, Suhu : 36,7oC. Tampak benjolan dan kemerahan
pada jempol kaki kanan, ada nyeri tekan serta teraba hangat.
C. Pemeriksaan Penunjang
Tes Kimia darah :
1. Asam urat : 8,6 mg/dl (meningkat)
2. GDS : 156 mg/dl (normal)
D. Diagnosis Holistik
- Diagnose Klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Gout Arthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko internal,
dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan
pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik. Menurut Subkomite
58
The American Rheumatism Association menetapkan bahwa kriteria diagnostik
untuk gout adalah:3
- Diagnose Psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan.
Kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan
pasien.
Tidak ada pelaku rawat dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
Keluarga pasien kurang memerhatikan kondisi penyakit pasien, kurangnya
komunikasi antara pasien dan anggota keluarga dikarenakan kesibukan
dari suami dan anak-anaknya sebagai keluarga sehingga tidak
mengingatkan untuk berobat.
59
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini meliputi
pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien dan keluarga
pasien).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer diperlukan agar orang sehat tidak menderita penyakit
Gout Arthtritis antara lain:
- Mengontrol kesehatan
- Mengatur pola makan
- Mengontrol diet
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengobatan Farmakologi
- Natrium Diclofenac 50 mg/24jam/oral
- Allopurinol 300 mg/24jam/oral (diminum setelah fase akut)
- Omeprazole 20 mg/24jam/oral ac
b. Pengobatan Non Farmakologi
- Melakukan olahraga ringan secara rutin
- Kurangi aktifitas berat
- Memperbaiki pola makan yang teratur dan gizi yang cukup
- Menghindari makan-makanan yang mengandung tinggi purin seperti
kacang-kacangan, sayur bayam, dll.
- Menghindari makan-makanan yang berlemak
- Mengurangi konsumsi kopi, makanan yang pedas, dan makanan yang
merangsang peningkatan asam lambung lainnya.
- Memperbaiki higienitas pribadi dan keluarga
3. Pencegahan Tersier
Pada pasien belum ditemukan adanya tanda – tanda komplikasi seperti
destruksi sendi yang membutuhkan pencegahan tersier (rehabilitasi).
60
F. Terapi Untuk Keluarga
Terapi untuk keluarga hanya berupa terapi non farmakologi terutama yang
berkaitan dengan emosi, psikis dan proses pengobatan pasien. Dimana anggota
keluarga diberikan pemahaman agar bisa memberikan dukungan dan motivasi
kepada pasien diit rendah purin. Selain itu apabila kita kembali mengingat bahwa
silsilah keluarga ini dengan resiko penyakit metabolik yang tinggi sehingga, penting
mengingatkan ke anggota keluarga untuk menjaga pola makan serta melakukan
kebiasaan hidup yang sehat.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
- Diagnosa klinis:
Diagnosis pada pasien ini adalah Gout Arthritis, didapatkan berdasarkan
anamnesis secara holistik yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek risiko
internal, dan aspek risiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan
melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnostik holistik.
- Diagnosis psikososial:
Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan serta
kurangnya perhatian dari anggota keluarga terhadap kondisi kesehatan
pasien.
- Prinsip kedokteran keluarga yang memandang pasien secara holistik harus
senantiasa dijalankan dalam praktik sehari-hari karena ternyata banyak
faktor baik dari internal maupun eksternal pasien yang dapat memengaruhi
perjalanan suatu penyakit.
- Dengan mengetahui faktor-faktor resiko yang ada, maka pencegahan dapat
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien
5.2. SARAN
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Ny.A B, maka disarankan
untuk :
- Mengidentifikasi faktor-faktor yang mencetuskan penyakit Gout arthritis.
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit Gout
Arthritis serta komplikasi yang ditimbulkan pada saat tidak teratur
mengonsumsi obat.
- Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberi perhatian dan
dukungan lebih kepada pasien dan pasien lebih termotivasi untuk sembuh.
- Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat secara teratur dan
mengontrol penyakitnya secara rutin di pelayanan kesehatan terdekat.
62
DAFTAR PUSTAKA
63
11. Manampiring AE, Bodhy W. 2011. Laporan Penelitian Itek dan Seni
(Lembaga Penelitian): Prevalensi Hiperurisemia pada Remaja Obese di
Kota Tomohon. Universitas Sam Ratulangi: Manado.
12. Syukri M. 2007. Asam Urat dan Hiperuresemia. Majalah Kedokteran
Nusantara Volume 40 No. 1 Maret 2007.
13. Sibuea WH, Panggabean MM, Gultom SP. 2009. Ilmu Penyakit Dalam.
Rineka Cipta: Jakarta.
14. Patel PR. 2007. Lecture Notes Radiologi. Edisi Kedua. Erlangga Medical
Series: Jakarta.
15. Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. Kelley`s Textbook of
Rheumatlogy. 8th ed.Philadeplhia:Saunders;2001.p.1481-506.
16. Hensen, Tjokorda Raka Putra. 2007. Hubungan Konsumsi Purin dengan
Hiperurisemia pada Suku Bali di Daerah Pariwisata Pedesaan. J Peny
Dalam, Volume 8 Nomor 1 Januari 2007.
17. Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietsien Indonesia: Jakarta.
18. Helmi ZN. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika:
Jakarta.
19. Noormindharwati L. 2014. Tahukah Anda Makanan Berbahaya untuk Asam
Urat. Dunia Sehat: Jakarta.
20. Reppie MR, Asdie HAH, Astuti H. 2007. Pengaruh Konseling Gizi dengan
Buku Saku Diet pada Pasien Hiperurisemia Rawat Jalan di RSUD Noongan
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 4, No.1, Juli
2007: 35 – 42.
21. Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat.Yogyakarta, Notebook.
Hal. 21-72.
22. Hidayat, Rudy. 2009. Gout Dan Hiperurisemia. Medicinus: Vol 22 No. 1-2.
Diaskes pada tanggal 04 Maret 2015; www.dexamedica.com
23. Waugh A and Grand A, editors. Rose and Wilson Anatomy and Physiology
in Health and Illness 9th ed. Edinburg: Churchill Livingstone; 2001.p.414-5
24. Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape,
64
diakses 10 Mei 2018,http://www.emedicine. medscape.
com/article/329958-author
65
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 12. Tampak Depan Rumah Pasien
66
Gambar 14. Kondisi Kamar Tidur
67
Gambar 16 . Kondisi Dapur
68