Pembimbing:
dr. Moch. Ma’roef, Sp. OG
Oleh:
Nurizza Rahmania Putri
201820401011148
Kelompok L31
PENDAHULUAN
tersedia begitu banyak. Dan bukti riset yang dipublikasikan pun sangat
tahun. Padahal, “not all evidences are created equal”. Tidak semua artikel
yang sama
memberikan perbaikan klinis kepada pasien bisa pada saat yang sama
mengandung risiko kerugian dan biaya bagi pasien. Selain itu tidak semua
bukti dibutuhkan untuk pasien dalam praktik klinis Pengobatan yang sekarang
dikatakan paling baik belum tentu beberapa tahun ke depan masih juga paling
baik. Sedangkan tidak semua ilmu pengetahuan baru yang jumlahnya bisa
Pada EBM dokter juga diajari tentang menilai apakah jurnal tersebut
dapat dipercaya dan digunakan. Karena itu para dokter dan tenaga kesehatan
Oleh karena itu, kita sebagai calon tenaga kesehatan dibidang farmasi
kesehatan serta riset ilmiah dan memilih bukti-bukti. bukti-bukti yang dicari
1.3 Tujuan
Menjadi modal dasar bagi mahasiswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
BAB II
PEMBAHANSAN
Definisi
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling
dapat dipercaya.
Pengertian lain dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang
memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi
secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) bukti- bukti
ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2)
keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat
(patient values).
suatu permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang valid dan dapat
sejumlah penderita.
adalah
dengan masalah
dihadapi
text-book) sudah sangat tidak akurat pada saat ini. Beberapa justru
Pada tahun 2000 Sackett et al. (2000) mendefinisikan EBM: “the integration
of best research evidence with clinical expertise and patient values” – EBM adalah
integrasi bukti-bukti riset terbaik dengan keterampilan klinis dan nilai-nilai pasien.
Tujuan EBM
EBM bertujuan membantu klinisi memberikan pelayanan medis yang lebih
baik agar diperoleh hasil klinis (clinical outcome) yang optimal bagi pasien, dengan
cara memadukan bukti terbaik yang ada, keterampilan klinis, dan nilai- nilai pasien.
bukti dari riset yang menggunakan metodologi yang benar. Metodologi yang benar
Pengambilan keputusan klinis yang didukung oleh bukti ilmiah yang kuat
memberikan hasil yang lebih bisa diandalkan. Kedua, EBM mengembalikan focus
pelayanan medis adalah untuk membantu pasien hidup lebih panjang, lebih sehat,
Implikasi dari re-orientasi praktik kedokteran tersebut, bukti- bukti yang dicari dalam
Matters, POEM).
pandangan yang independen dalam membuat keputusan klinis, dan bersikap kritis
terhadap klaim dan kontroversi di bidang kedokteran. Praktik EBM menuntut dokter
untuk mengambil keputusan medis bersama pasien (shared decision making), dengan
individu pasien. Sistem nilai pasien meliputi pertimbangan biaya, keyakinan agama
dan moral pasien, dan otonomi pasien, dalam menentukan pilihan yang terbaik bagi
dirinya.
Catatan:
seorang dokter memberikan pelayanan medis kepada pasien hampir selalu timbul
yang akan diberikan kepada pasien. Sebagian dari pertanyaan itu cukup sederhana
atau merupakan pertanyaan rutin yang mudah dijawab, disebut pertanyaan latar
Pertanyaan yang sulit dijawab disebut pertanyaan latar depan (foreground questions).
Bukti adalah hasil dari pengamatan dan eksperimentasi sistematis. Jadi pendekatan
berbasis bukti sangat mengandalkan riset, yaitu data yang dikumpulkan secara
Langkah 3: Menilai Kritis Bukti penilaian kritis kualitas bukti dari artikel riset
terapi, prognosis, pencegahan, kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis
A. Validity
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari
B. Importance
(membedakan) pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan cukup
khususnya Likelihood Ratio (LR). Suatu intervensi medis yang mampu secara
kepada pasien
C. Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa
diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis. Efikasi (efficacy) adalah bukti
tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara
klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang sangat
terkontrol.
praktik klinis.
A. Patient
intervensi:
pasien?
B. Intervention
kepada pasien:
C. Comparison
bukti:
diakibatnya?
D. Outcome
dievaluasi, terdiri atas tiga kegiatan sebagai berikut. Pertama, mengevaluasi efisiensi
membutuhkan waktu terlalu lama untuk mendapatkan bukti yang dibutuhkan, atau
klinisi mendapat bukti dalam waktu cukup singkat tetapi dengan kualitas bukti yang
praktik klinis. Audit klinis adalah―”a quality improvement process that seeks to
improve patient care and outcomes through systematic review of care against explicit
criteria and the implementation of change". Dalam audit klinis dilakukan kajian
(disebut audit) pelayanan yang telah diberikan, untuk dievaluasi apakah terdapat
kesesuaian antara pelayanan yang sedang/ telah diberikan (being done) dengan
kriteria yang sudah ditetapkan dan harus dilakukan (should be done). Jika belum/
tidak dilakukan, maka audit klinis memberikan saran kerangka kerja yang dibutuhkan
agar bisa dilakukan upaya perbaikan pelayanan pasien dan perbaikan klinis pasien.
mendatang.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) EBM merupakan suatu pendekatan medis yang didasarkan pada bukti-
bukti ilmiah terkini untuk keperluan pelayanan kesehatan penderita
(Seckett et al,1996). Dan EBM mengintegrasikan tiga faktor yaitu : 1)
Clinical Expertise 2)Patients Values dan 3) the best research evidence.
2) EBM diperlukan karena beberapa hal berikut:
Infromasi selalu berubah (update) tentang diagnose, prognosis,
terapi dan pencegahan, promotif dan rehabilitatif sangat
diperlukan dlm praktek sehari-hari
Informasi detailer sering keliru dan menyesatkan
Bertambahnya pengalaman klinik kemampuan mendiagnose
(clinical judgement) juga meningkat tetapi kemampuan ilmiah
serta kinerja klinik menurun secara bermakna.
Meningkatnya jumlah Pasien -> waktu pelayanan semakin
banyak -> waktu update ilmu semakin berkurang.
3) EBM bertujuan mengembalikan fokus perhatian dokter dari
pelayanan medis berorientasi penyakit ke pelayanan medis
berorientasi pasien (patient-centered medical care).
4) Dalam pelaksanaannya EBM ada lima langkah penting yang perlu
dilakukan, yaitu:
1) Merumuskan pertanyaan klinik yang dapat dijawab.
2) Menentukan bukti yang terbaik
3) Menilai bukti tersebut secara kritis (mengetahui seberapa bagus
bukti tersebut dan apa artinya)
4) Mengaplikasikan bukti (mengintegrasikan hasil dengan keahlian
klinis dan nilai-nilai serta harapan pasien)