Anda di halaman 1dari 39

IMPETIGO KONTAGIOSA

Oleh :
INTAN PERMATA BALQIS
201820401011158

SMF KULIT DAN KELAMIN


RSI AISYIYAH MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
Tinjauan
Pustaka
PENDAHULUAN
 Pioderma merupakan infeksi kulit yang prevalensinya paling banyak
mengenai anak-anak

 pioderma memiliki dua tipe yaitu pioderma primer dan pioderma


sekunder.

 Impetigo merupakan tipe pioderma yang paling banyak ditemui


dengan 70% dari kasus impetigo merupakan kasus impetigo
kontagiosa.
Definisi
• Impetigo : infeksi yang umum dan menular pada
permukaan kulit disebabkan Staphylococcus
aureus dan Streptococcus B Hemolytic grup A,
atau gabungan dari keduanya

Sinonim

• Impetigo krustosa, impetigo non bulosa, impetigo


vulgaris, impetigo tillbury fox .
EPIDEMIOLOGI

 Impetigo adalah 10% dari masalah kulit pada pediatri, pada anak-
anak insiden pada perempuan dan laki-laki adalah sama
 Tahun 2000-2015 : estimasi secara global terjadi pada 111 juta hingga
140 juta pada anak yang berusia dibawah 15 tahun
 Wilayah Asia memiliki angka penderita tertinggi sebanyak 77.385.548
Staphylococcus
Aureus
Etiologi &
Streptococcus B
Hemolytic grup A
Bulous

Klasifikasi

Non Bulous
(Kontagiosa/Krustosa)
PATOGENESIS

PRIMER

SEKUNDER
Hygiene (-) Malnutrisi

Lingkungan Penyakit
Kotor lainnya
Manifestasi Klinis

Makula Vesikel/bula Krusta

 Lesi Terasa gatal dan nyeri


 krusta berwarna kuning keemasan  lapisan yang tebal dan
rapuh.
 Lapisan lepas permukaan halus berwarna merah dan
lembab, yang akan menampung eksudat baru
 Predileksi: Tempat yang mudah terpapar.
Diagnosis

Anamnesis + Pemeriksaan Fisik

Pengecatan Gram

Kultur Bakteri

Uji Sensitivitas
Diagnosis Banding
Dermatitis
Dermatitis
Tinea Kontak
Atopi
alergi

Herpes
Varisela Scabies
Simpleks

Ektima
Impetigo Kontagiosa Dermatitis kontak alergi Dermatitis atopi

Definisi penyakit infeksi piogenik Respon hipersensitif tipe Penyakit kulit kronis sering
pada kulit superfisial dan delayed-type sebagai kambuh, diasosikan dengan
menular respon terhadap agen abnormalitas fungsi barrier
dari luar kulit dan sensitisasi alergen

Etiologi Streptococcus beta Reaksi hipersensitivitas/ Interaksi kompleks dari


hemolyticus grup A tipe IV terhadap alergen genetik yang
menyebabkan defek
pada barrier kulit dan
peningkatan respon
imunologi pada alergen
Epidemi Terutama terdapat pada Terdapat pada anak Dapat terjadi pada anak
anak-anak dan orang dewasa dan dewasa
ologi
Tidak disertai gejala Gatal, Eritema menjadi Gatal yang intens,
Gambaran umum. Eritema dan vesikel edema kemudian papul eritem dengan
klinis yang cepat pecah papulovesikel dengan ekskoriasi, vesikel
menjadi krusta tebal eskalasi. (plak edematous diatas kulit yang
berwarna kuning seperti bersquama dengan eritem, dan eksudat
madu. Jika krusta vesikulasi) serous (lesi akut)
dilepaskan tampak erosi di
bawahnya. Sering krusta
menyebar ke perifer dan
sembuh di bagian tengah

Wajah (sekitar lubang


Predileksi hidung dan mulut)
Seluruh tubuh, sesuai dengan
daerah yang terkena kontak
Muka atau ekstensor pada
bayi dan anak.
dengan alergen Lipat siku, lipat lutut, leher
dan pergelangan tangan
Gambar

Jika krusta sedikit, dilepaskan Kortikosteroid Kortikosteroid


Terapi dan diberi salep antibiotik. topikal,antihistamin oral atau topikal,antihistamin oral
Antibiotik sistemik diberikan topikal atau topikal
bila krusta banyak
Non farmakologis Farmakologis
 Menjaga kebersihan Individu  Terapi Topikal
dan Mengurangi Kontak  Terapi Sistemik  Jika Kasus
dengan Pasien berat atau lesi luas
 Topikal
1. Bila banyak pus atau krusta : kompres dengan permanganas
kalikus 1/5000. Asam salisilat 0,1 %, rivanol 1 %, larutan povidone
iodine ½ - 1 jam selama keadaan akut atau kompres dengan
larutan sodium chloride (NaCl) 0,9 %
2. Bila tidak tertutup pus atau krusta : Salep/krim asam fusidat 2%,
Mupirosin 2%. Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari
 Terapi Sistemik (8)
Lini Pertama
1. Klosaksilin/diklosaksilin : dewasa 4 x 250-500 mg/hari per oral,
anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
2. Amoksisilin dan asam klavulanat : 3 x 250-500 mg/hari; anak-anak :
25 mg/kgBB/ hari terbagi dalam 3 dosis
3. Sefaleksin : 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
Lini kedua
1. Azitromisin: 1x 500mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5)
2. Klindamisin: 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis
3. Eritromisin : dewasa 4 x250-500 mg/hari, anak-anak : 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis
Penyebab MRSA (methycilin resistant Staphylococcus aureus)
1. Trimetropim-sulfometoxazol 160/800 mg, 2 kali sehari
2. Doksisiklin, minosiklin 2 x 100 mg, tidak direkomendasikan untuk anak
3. Klindamisin 5 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis
Kasus yang berat disertai dengan infeksi sistemik atau infeksi didaerah
berbahaya , antibiotik diberikan parenteral.
1. Nafcilin 1-2 gram IV tiap 4 jam, anak 100-150 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis
2. Penisilin G 2-4 juta unit IV tiap 4-6 jam, anak : 60 – 100.000 unit/kgBB
tiap 6 jam
3. Cefazolin IV 1 gram tiap 8 jam, anak : 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis
4. Ceftriaxone IV 1-2 gram, 1kali/hari
5. Apabila dicurigai adanya MRSA pada infeksi berat : vankomisin 1-2
gram/hari dalam dosis terbagi atau 15-20 mg/kgBB setiap 8-12 jam
intravena, selama 7-14 hari. Anak : vankomisin 15 mg/kgBB Iv tiap 6
jam.
6. Linezolid 600 mg IV atau oral 2 kali sehari selama 7-14 hari , anak-
anak 10 mg/kgBB oral atau intravena tiap 8 jam
7. Klindamisin IV 600 mg tiap 8 jam atau 10-13 mg/kgBB tiap 6-8 jam
Komplikasi
• Selulitis, limfangitis, dan bakteremia, 
osteomyelitis, artritis septik, pneumonitis, dan
septikemia

Prognosis
• Impetigo krustosa biasanya akan sembuh dalam
beberapa hari setelah pemberian terapi topikal
dan antibiotik yang tepat
Tinjauan
Kasus
Identitas Pasien

Nama : An.D

Usia : 7 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Sawojaja

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 13 Februari 2019


Anamnesis

Keluhan Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat Riwayat


.

.
utama Penyakit Penyakit Penyakit Penyakit Alergi
Sekarang Dahulu Keluarga Sosial
Anamnesis
 KU : Luka bernanah nyeri dan gatal

 RPS :
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSIA Aisyiyah Malang pada
tanggal 13 Februari 2019 dengan keluhan luka bernanah yang gatal
dan nyeri pada jari tengah tangan kanan, jari telunjuk tangan kiri,
dan kaki kiri. Luka sudah 2 minggu, luka muncul dikaki sebelah kiri
terlebih dahulu setelah pasien mengikuti kerja bakti disekolah. Luka
terasa nyeri terutama saat disentuh dan gatal hingga membuat pasien
sulit untuk berjalan. Luka muncul diawali dengan warna kemerahan,
melenting kecil kemudian membesar, pecah, dan mengering. Nanah
yang mengering pada kaki kiri dicabut oleh pasien. Nyeri dan gatal
terasa tambah parah setelah mengkonsumsi ayam dan telur.Pasien
sudah pergi berobat sebelumnya dan diberikan salep gentamisin dan
obat dipenhydramine tetapi tidak membaik.
 RPD
: Tidak Pernah Sakit Seperti Ini
Sebelumnya

 RPK : Disangkal

R.Alergi : Ayam Potong dan Telur


• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kepala : Dalam batas normal
Status • Leher
• Thorax
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
generalis • Abdomen
• Ekstremitas
: Dalam batas normal
: Lihat status dermatologi
• Genitalia : Dalam batas normal
• Glutea : Dalam batas normal

•Pada regio digiti 2 manus sinitra tampak makula


eritematosa berbatas tidak jelas
Status •Pada regio digiti 3 manus dextra eritematosa
berbatas tidak jelas, krusta kuning, sedikit erosi
Dermatologi tanpa adanya vesikel maupun bula
•Pada regio pedis sinistra erosi, permukaan halus
berwarna merah dan lembab dilapisi eksudat tipis.
Diagnosis
•Impetigo Kontagiosa

Diagnosis Banding
•Dermatitis kontak alergi
•Dermatitis atopi
Terapi
Medikamentosa Non medikamentosa

•NaCl 0,9% Kompres 2 x •Kompres dan bersihkan


@15 menit krusta dengan kasa
•Mupirocin salep 2% 2 x yang dibasahi NaCl
1 selama 7 hari 0,9%
•Cetirizine 10 mg 1 x 1 •Minum obat secara
(10 mg/hari) selama 7 teratur
hari •Menjaga personal
hygine
Monitoring Edukasi

• Keluhan pasien • Memberikan informasi mengenai


• Kemajuan terapi penyakit pasien.
• Status lokalis pasien • Memberikan edukasi kepada
pasien untuk menggunakan obat
secara teratur dan tetap kontrol.
• Mencegah timbulnya luka untuk
menghindari infeksi sekunder
• Memberikan nutrisi yang baik dan
cukup
• Menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
• Istirahat yang cukup
Pembahasan
IDENTITAS PASIEN

1. Pasien An D, usia 7 tahun, laki-laki, sekolah dasar , tinggal bersama


orangtuanya,bermain di lokasi yang kurang bersih terutama saat
disekolah  impetigo kontagiosa menyerang anak-anak <15 tahun pria
maupun wanita, terutama yang sering kontak dengan tempat yang
kurang bersih,

ANAMNESIS

 luka bernanah nyeri dan gatal  keluhan yang biasa timbul pada impetigo
kontagiosa berupa gatal dan nyeri pada lesi
 Luka muncul dikaki sebelah kiri terlebih dahulu  Lokasi predominan terjadi
nya infeksi adalah area yang mudah terpapar terutama di daerah ekstremita
s dan wajah,
 menyebar impetigo kontagiosa sangat menular. Salah satu media yang
bisa menjadi penularan adalah melalui garukan pada lokasi lesi ke ke lokasi
kulit yang sehat lainnya.
PEMERIKSAAN FISIK

Regio digiti 2 manus sinitra tampak makula eritematosa berbatas tidak jelas, regi
o digiti 3 manus dextra eritematosa berbatas tidak jelas, krusta kuning, sedikit er
osi tanpa adanya vesikel maupun bula, regio pedis sinistra erosi, permukaan hal
us berwarna merah dan lembab dilapisi eksudat tipis  predileksi dari impetigo
kontagiosa dan gambaran klinis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis impetigo kontagiosa 


diagnosis impetigo kontagiosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis d
an gejala klinis

Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pengecatan gram  bakteri


kokkus gram positif
PENATALAKSANAAN

• Mupirocin salep 2% 2 x 1 selama 7 hari  first-line terapi


antibiotik
• Cetirizine tablet 10 mg 1 x 1 selama 7 hari  antihistami
n untuk mengurangi keluhan rasa gatal
• NaCl 0,9% Kompres 2 x @15 menit membersihkan debr
is yang masih menempel di luka yang basah
EDUKASI

• Minum dan menggunakan obat secara teratur


• Luka dikompres kasa yang sudah dibasahi denga
n NaCl sekitar 10-20 menit. Jika sudah kering bisa
diberikan salep krim
• Menjaga personal hygine dan kebersihan luka un
tuk mencegah infeksi sekunder.
Kesimpulan
Impetigo adalah infeksi yang umum dan menular pada
permukaan kulit disebabkan oleh streptococci,
staphylococci, atau gabungan dari keduanya.
.

Diagnosis impetigo kontagiosa ditegakkan


berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan penunjang
seperti pengecatan gram. Pada impetigo akan
ditemukan bakteri coccus gram positif

Penanganan yang menjadi pilihan utama dalam kasus


ini adalah antibiotik topical mupirocin 2% 2 x 1 selama
7 hari serta terapi pendukung lainnya. .
Daftar Pustaka
1. Craft N, Peter KL, Matthew Z.W, et.al . Superficial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K et all
(eds). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Vol 2.7th Ed. New York: McGraw Hill.
2008.pp.1694-1709.
2. Kalshetti, V. T., Bhate, V. M., Haswani, N., dan Bothikar, S. T. (2014). Staphilococcus aureus : A Major
Causative Agent of Community - Acquired Pyoderma. International Journal of Current Microbiology
and Applied Sciences, Volume 3, Number 9, pp. 94-97
3. Pereira, L. (2014). Impetigo - review. Anais Brasileiros de Dermatologia, 89(2), pp.293-299
4. Arnold, Odom, James. Bacterial Infection. In: James W.D, Berger T.G, Elston B.M (eds). Andrew s Disease
of the Skin Clinical Dermatology. 12th Ed. Canada: Saunders Elsevier. 2016. pp.245-251
5. Bowen, A., Mahé, A., Hay, R., Andrews, R., Steer, A., Tong, S. and Carapetis, J. (2015). The Global
Epidemiology of Impetigo: A Systematic Review of the Population Prevalence of Impetigo and
Pyoderma. PLOS ONE, 10(8), p.e0136789
6. Hay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox N, Grifliths C (eds). Rook s Text
Book of Dermatology. 9th ed. Turin: Blackwell. 2010. Pp.26.13 – 26.16
7. Elder, D. E., & Lever, W. F. (2004). Lever's histopathology of the skin. Philadelphia, Lippincott-Raven. Pp
539-540
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2017), Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia
9. Kusharjuni, Budiastuti. (2009). Penyakit Vestibulosa dalam Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di
Rumah Sakit : Abdullah, Beny., penerbit : Universitas Airlangga : Surabaya, pp : 91-93 6.
10. Airlangga University Press,2008. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin.

Anda mungkin juga menyukai