Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN HASIL PENELITIAN

MANAJEMEN NYERI DENGAN KOMBINASI TEHNIK


RELAKSASI NAPAS DALAM DAN PEMBERIAN
ANALGETIK DALAM MENURUNKAN NYERI PADA
CEDERA KEPALA RINGAN

ERIKA MARDANIA
Latar belakang
Trauma adalah luka, khususnya yang
disebabkan oleh cedera fisik yang tiba-tiba.
 Nyeri merupakan masalah yang serius
yang harus direspons dan di intervensi
dengan memberikan rasa nyaman, aman
dan bahkan membebaskan nyeri tersebut.
Manajemen nyeri
. Manajemen nyeri adalah satu bagian dari disiplin
ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya
menghilangkan nyeri. Penanganan nyeri bisa
dilakukan secara farmakologi yaitu dengan pemberian
analgesik. Sedangkan secara non farmakologi melalui
distraksi, relaksasi, kompres hangat atau dingin,
aromaterapi, hypnotis, dll
PENDAHULUAN
Cedera
Cedera menurut definisi National Committee for
Injury Prevention and Control cit Morton et al (2012),
adalah kerusakan yang tidak disengaja atau disengaja
pada tubuh yang disebabkan oleh pejanan akut
terhadap tenaga panas, mekanis, listrik, atau kimia
atau akibat tidak adanya kebutuhan esensial seperti
panas atau oksigen.
NYERI
Mubarak et al, (2015) mengatakan pada trauma
mekanik rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf
bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat
benturan, gesekan, luka, dan lain-lain.
Terjadinya nyeri pada trauma dikarenakan pada saat
sel saraf rusak maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian
zat- zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf
reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden.
Manajemen nyeri
Manajemen nyeri atau pain management adalah satu
bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan
dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain
relief (Potter dan Perry cit Syamsiah dan Endang,
2015). Penanganan nyeri bisa dilakukan secara
farmakologi yaitu dengan pemberian analgesik dan
penenang. Sedangkan secara non farmakologi melalui
distraksi, relaksasi, kompres hangat atau dingin,
aromaterapi, hypnotis, dll (Rezkiyah cit Yusrizal et al
2012)
teknik non farmakologi dan
teknik farmakologi
Pengkombinasian antara teknik non farmakologi dan
teknik farmakologi adalah cara yang efektif untuk
menghilangkan nyeri terutama nyeri yang sangat
hebat yang berlangsung berjam-jam atau bahkan
berhari-hari (Smeltzer dan Bare cit Yusrizal, 2012).
LANJUTAN
Selain penanganan secara farmakologi, cara lain
adalah dengan manajemen nyeri non farmakologi
dengan melakukan teknik relaksasi, yang merupakan
tindakan eksternal yang mempengaruhi respon
internal individu terhadap nyeri.
Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi
mencakup relaksasi otot, nafas dalam, masase,
meditasi dan perilaku
Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
mengembuskan nafas secara perlahan.
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
kesimpulan
Terdapat perubahan penurunan nyeri sebelum dan
sesudah pemberian manajemen nyeri, dimana
sebelum dilakukan manajemen nyeri didapatkan
skala nyeri 5 dan setelah dilakukan intervensi
didapatkan skala nyeri 3.
 Manajemen nyeri dengan menggunakan kombinasi
tehnik napas dalam dan pemberian analgetik dapat
menurunkan nyeri pada pasien Cedera Kepala Ringan
(CKR).
Asuhan Keperawatan Trauma :
Cedera Kepala Ringan (CKR).

ERIKA MARDANIA
pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan: pasien mengatakan
nyeri kepala setelah kecelakaan dengan nyeri saat
bergerak, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada
bagian kepala, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul.

observasi, pasien tampak menyeringai


kesakitan dan pasien tampak memegangi kepala
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan dari data tersebut, diagnosis yang
muncul pada Ny. S yaitu
: Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
fisik (trauma).
Intervensi keperawatan
: dengan pemberian manajemen nyeri
Tujuan

yaitu tingkat nyeri dengan diharapkan keparahaan


dari nyeri yang diamati dan dilaporkan dapat
berkurang dengan kriteria hasil: Nyeri yang
dilaporkan ringan (skala nyeri 1-3) dan ekspresi nyeri
wajah tidak ada.
Implementasi
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
(misalnya., farmakologi, nonfarmakologi) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan
kebutuhan,
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan
antisipatif,
terapi musik, terapi bermain, terapi aktivitas,
akupressur, aplikasi panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah dan jika memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersamaan
dengan tindakan penurun rasa nyeri lainnya).
Intervensi keperawatan pemberian analgetik juga
merupakan salah satu tindakan yang
direkomendasikan dalam mengurangi nyeri pada
pasien cedera dimana rangsangan nyeri dapat
memicu peningkatan TIK dan harus ditangani, pada
pasien cedera otak terjadi peningkatan kadar
prostaglandin dimana prostaglandin berperan dalam
proses rasa nyeri.
Intervensi nonfarmakologi yang dapat dilakukan
adalah teknik nafas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu
tindakan yang mampu merangsang tubuh untuk
mengeluarkan opoid endogen yaitu endorphin dan
enkefalin, yang mana kedua zat tersebut memiliki
sifat yang sama seperti morfin dengan efek analgetik
Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara
berulang-ulang akan menimbulkan rasa nyaman.
Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Orang yang memiliki toleransi terhadap nyeri yang
baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri dan
akan memiliki mekanisme koping yang baik pula.
Evaluasi
didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan tindakan
manajemen nyeri pada Ny. S terdapat perubahan nyeri,
yaitu pasien mengatakan nyeri kepala setelah
kecelakaan berkurang saat bergerak dan skala nyeri
berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Secara objektif
ekspresi wajah pasien tampak lebih rileks, hasil
pemeriksaan tanda- tanda vital yaitu tekanan darah :
120/80 mmHg, frekuensi nafas 20x/menit, nadi:
88x/menit, suhu : 36,8°C. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen nyeri pada cedera kepala dapat
menurunkan nyeri.
Implikasi hasil penelitian dalam
pelayanan keperawatan
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan
perawatan langsung kepada pasien dengan cedera
kepala yang mengalami nyeri, khususnya dalam
tindakan memberikan latihan teknik nafas dalam.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai