Anda di halaman 1dari 40

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pernafasan: Oksigenasi dan Gangguan Rasa


Nyaman : Nyeri

Di Susun Oleh :

Nama : Ribka Savira

Nim : 1490123168

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

PROGRAM PROFESI NERS

INSITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2023
1. Pendahuluan
Salah satu tujuan dari tindakan medis adalah mempertahankan dan
memulihkan status kesehatan pasien serta meminimalkan penderitaan
mereka. Untuk mencapai tujuan ini, pemahaman nyeri secara universal
harus dapat dipahami dengan baik. Nyeri bisa berasal dari berbagai situasi
apapun, namun cedera menjadi penyebab utama. Persepsi rasa sakit di
setiap individu bersifat kompleks dan dikendalikan oleh berbagai variabel.
1 Untuk memahami fisiologi dan mekanisme nyeri serta metode
pengendalian yang optimal, harus dipahami jalur anatomis yang
mentransmisikan informasi nosiseptif ke otak. Jalur anatomi dibagi
menjadi empat bagian: sistem perifer, spinal, dorsal horn medullary,
sistem ascending supraspinal. Neuron aferen terletak pada ganglia dorsalis,
yang terdapat pada foramina vertebralis medulla spinalis. Setiap neuron
aferen memiliki akson bifurkasi yang tunggal, satu menuju jaringan perifer
yang diinfervasinya dan yang lain menuju ke cornu dorsalis medulla
spinalis, yang menerima input sensoris. Pada cornu dorsal medulla
spinalis, neuron primer yang pertama bersinaps dengan neuron kedua yang
aksonnya melintasi garis tengah menuju traktus spinotalamikus
kontralateral untuk mencapai talamus. Saat di cornu dorsalis, selain terjadi
sinaps dengan neuron kedua, juga terjadi sinaps terhadap interneuron,
neuron simpatik, dan cornu anterior motorik. Selanjutnya pada inti
thalamus, rangsangan diteruskan ke gyrus

2. Pengertian
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan
adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari
rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan
tujuan diberikutnya asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah
sakit (Perry&Potter,2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusukan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

3. Anatomi Fisiologi
Antara stimulus jaringan dengan subjektif nyeri terdapat empat proses
yang terdiri dari: (Butterworth,J.F.,dkk,2018)
a. Transduksi
Suatu proses yang akhir dari saraf aferen akan menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada
tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-
beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap
stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar
nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah serabut ini adalah A-delta dan
C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan
serabut saraf aferen yang tidak ber respon terhadap stimulasi eksternal
tanpa adanya mediator inflamasi.
b. Transmisi
Suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis dorsalis
medula spinalis, kemudian sepanjang traktir sensorik menuju otak.
Neuron aferen primer merupakan pengiriman dan penerimaan aktif
dari sinyal elektrik dan kimiawi. Kemudian akson nya akan berakhir di
kornu dorsalis madula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan
banyak neuron spinal.
c. Modulasi
proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis,
dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid
seperti mu, kappa, dan delta dapat di temukan di komu dorsalis. Sistem
nosiseptif juga mempunyai jalur desending yang berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya kebagian otak tengah
(midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.
Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambat (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
d. Persepsi
nyeri kesadaran akan pengalaman nyeri sebelumnya. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
askep psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri
adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang beresin hanya terhadap stimulus kuat yang
secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor.
Secara anatomi, reseptor nyeri (Nociseptor) ada yang bermyelin dan
ada juga yang tidak bermyelin dari syaraf aferen

4. Etiologi
Penyebab yang berasal l dari nyeri ini bisa dikategorikan 3 (tiga)
yaitu menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2018)
yaitu:
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).
b. Agen pencemaran kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
c. Agen cedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).

5. Skala Nyeri
a. Skala nyeri numerik (numerical rating scale) Pasien menyebutkan
intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5
nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS
digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri,
dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang
diberikan (Mubarak, dkk., 2015).
b. Skala nyeri deskriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga
disebut skala pendeskripsian verbal/ Verbal Deskriptor Scale (VDS)
merupakan garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian
ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”,
dan pasien diminta untuk menunjukan keadaan yang sesuai dengan
keadaan nyeri saat ini (Mubarak, dkk., 2015).
c. Skala wajah (faces scale) Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.
Gambar pertama tidak nyeri, kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih
nyeri dan gambar paling akhir, adalah orang dengan ekspresi nyeri
yang sangat berat. Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang
cocok dengan nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi
juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif
(Mubarak, dkk., 2015).

6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan Ni Putu Wardani (2018), pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan
yang dilakukan seperti:
a. Pemeriksa labotarium
b. Pemeriksaan diagnoga lainnya:
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila nyeri tekan
abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di otak
4) EKG

8. Penatalaksana
a. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tehnik-tehnik
berikut ini
1) Tehnik Latihan pengalihan
- Menonton Tv
- Berbincang-bincang dengan orang lain
- Mendengarkan music
2) Tehnik Relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi
paru-paru dengan udara, menghembuskan secara
perlahan, ,melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung,
serta mengulangi hal yang sama sambal terus berkonsentrasi
hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
b. Secara medis
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan
opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-
obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat
opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan
memberikan perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa
kantuk pada awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan
pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat
juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan
serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami
gangguan pernapasan (Berman, et al. 2009).
Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti
aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja
di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al.
2009).
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan
selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis
tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau
obat penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme
otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga
klien dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi
depresi dan gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat
juga menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman, et al. 2009).

9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas pasien barupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, Pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis.
b) Identitas penaggung jawab berupa nama, tangga lahir, jenis
kelamin, satatus, agama, Pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan pasien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat Kesehatan keluarga
e) Skala Nyeri
3) Pola Aktifitas Sehari-hari
a) Pola Makan dan Minum
b) Pola Eliminasi
c) Pola Istirahat/tidur
d) Persinal Hygiene
e) Pola Aktifitas/Latihan fisik
f) Kebiasaan Lain
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran umum
b) Tanda-tanda Vital
c) Pemeriksaan Fisik
d) Data Penunjangan
e) Therapi
b. Analisa Data

No Dx Etiologi Problem
1 Ds : Trauma Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri
Do: Kontak dengan
- tampak meringis jaringan sekitar
- gelisah
- frekuensi nadi Terpaja ujung saraf
meningkat
Tranduksi

Transmisi

Impuls ke batang otak

Koteks

Sensasi Nyeri

Respon apektif

Nyeri Akut
2 Ds : Trauma Nyeri Kronis
- merasa depresi
- mengeluh nyeri Kontak dengan
Do: jaringan sekitar
- tampak meringis
- gelisah Terpaja ujung saraf
- tidak mampu
menuntaskan Tranduksi
aktivitas
Transmisi

Impuls ke batang otak

Koteks

Sensasi Nyeri

Respon apektif

Sinyal nyeri berulang


(>3bulan)

Perubahan kimia pada


jalur saraf

Hipersensitifitas
terhadap sinyal nyeri

Nyeri kronis

c. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077)
2. Nyeri Kronis (D.0078)

d. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

Dx Kep Tujuan Intervensi


Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi,
jam diharapkan nyeri akut karakteristik, durasi,
teratasi dengan hasil: frekuensi, kualitas,
1. Tekanan darah intensitas nyeri
membaik 2. Identifikasi skala nyeri
2. Pola nafas 3. Idenfitikasi respon nyeri
membaik non verbal
3. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
5. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
9. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
11. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
12. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
13. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi

14. Kolaborasi pemberian


analgetik, jika perlu

Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi factor pencetus
jam diharapkan nyeri dan Pereda nyeri
Kronis teratasi dengan 2. Monitor kualitas nyeri (ms.
hasil : Terasa tajam, tumpul,
1. Tekanan darah diremas-remas, ditimpa
bebas berat)
membaik 3. Monitor lokasi dan
2. Pola nafas penyebaran nyeri
membaik 4. Monitor intensitas nyeri
3. Keluhan nyeri dengan menggunakan skala
menurun 5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
Terapeutik
6. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
7. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
9. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

e. Evaluasi
f. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang
teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan.
10. Daftar Pustaka
Butterworth, J. F. et. al. 2018. E-Book Morgan & Mikail’s Clinical
Anesthesiology : 6th Edition. United States of America. McGraw Hill
Company, Inc
Wardani, Ni Putu. (2018). Manajemen Nyeri Akut. Denpasar: Fakultas
Kedokteran. Universitas Udayana
Berman, A., Shirlee S., Kozier B., Glenora Erb. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Potter, Pactricia A. & Anne, G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan
Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Oksigenasi

Di Susun Oleh :

Nama : Ribka Savira

Nim : 1490123168

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

PROGRAM PROFESI NERS

INSITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2023
1. Pendahuluan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen
ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila
ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu
yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti
adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu
merasakan pentingnya oksigen. Medical oxygen adalah terapi yang harus
diresepkan oleh dokter dan bisa bekerja secara optimal bila digunakan
dalam pengaturan yang tepat. Seperti terapi lain pada umumnya, oksigen
medis bisa berbahaya jika digunakan dalam dosis yang lebih tinggi dari
kebutuhan tubuh.
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan
olehtubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan
nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam
setiap menitke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran,
fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya
berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber
tenaga yang dibutuhkan untukmetabolisme tubuh (Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke
dalamsistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen
ditambahkankedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas.
Pernapasan ataurespirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu
denganlingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untukmendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara
dihembuskanuntuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra,
2013). Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan
dasarmanusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh
dalammempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel
tubuhdalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian
Oksigenasi meupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidup, dan aktivitas berbagai organ dam sel
tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahkan
kelangsunga hidupseluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O2) setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan
(Andarmoyo, 2012).
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2
dan pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas
dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada
salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak
mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti meninggal
(Kusnanto, 2016)

3. Anatomi Fisiologi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama
untukmelakukan respirasi dimana respirasi merupakan proses
mengumpulkanoksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama
sistem respirasiadalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak
oksigen dalam jumlahyang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peateand Nair, 2011).

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan


sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, farin
danlaring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus
dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

a. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan
organ pertama dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal
(terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian eksternal
terdapatrangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago
yangterbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternalhidung memiliki tiga fungsi: (1) menghangatkan,
melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara
yang melalui bilikresonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung
sebagai bagianinternal digambarkan sebagai ruang yang besar pada
anteriortengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga
mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
(Tortorraand Derrickson, 2014).
b. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong
dengan panjang 13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan di
batasioleh membrane mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat
faringdalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi
makasedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluranuntuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk
suarasaat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi
imunterhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson, 2014).
c. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal
dan 3 bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah
kartilagoarytenoid, cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah
bagian
yang paling signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan
membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkansuara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal
adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsimelindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara
danmengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus
(Peateand Nair, 2011).
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler
yangdilewati udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi
olehepitel kolumnar bersilia sehingga dapat menjebak zat selain
udarayang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk
ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus
jugamemiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa
partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
e. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus
kanan dan kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru
kanandan kiri pula. Didalam masing-masing paru, bronkus terus
bercabangdan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah
cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal
dengansebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK
sekresimukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga
menyebabkan bronkitis kronis.
f. Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus.
Terdapattiga lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru
sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang yang bernama cardiac
notch yangmerupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru
dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan
visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan
visceral pleuramembatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura
terdapat lapisantipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan
antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu
sama
lainsaat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura visceral dan parieta
lmelekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat
saat basah (Peate and Nair, 2011).
Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil
yaitu bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan mengarah
pada bronchioleterminal. Di bagian akhir bronchiole terminal terdapat
sekumpulanalveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi pertukaran
gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitelalveolar.
Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa yangmembentuk sebagian
besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolartipe II jumlahnya lebih sedikit
dan ditemukan berada diantara selalveolar tipe I. sel alveolar tipe I adalah
tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II mengelilingi sel epitel
dengan permukaan bebasyang mengandung mikrofili yang mensekresi cairan
alveolar. Cairanalveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat
menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada
cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipiddan
lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruangudara dan
darah terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dankapiler, dimana
keduanya membentuk membran respiratori (Tortoradan Derrickson, 2014).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun
tetap berhubungan yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi
seluler mengacu pada proses metabolism intraseluler yang terjadi
dimitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yangterjadi saat
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-
sel tubuh (Sherwood, 2014).

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:

a. Ventilasi pulmonar bagaimana udara masuk dan keluar dari paru2)


b. Respirasi eksternal bagaimana oksigen berdifusi dari paru kesirkulasi
darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru3)
c. Transport gas bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawadari paru
ke jaringan tubuh atau sebaliknya4)
d. Respirasi internal bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh
dankarbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011)

4. Etiologi
1) Penurunan kapasitas O2
Secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke
jaringan adalah 97% akan tetapu nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapata gangguan pada tubuh. Misalnya,
pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebut mengakibatkan penurunan kapasitas peningkatan O2.
2) Penurunan Konsentrasi O2 inapirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi dan
penurunan kadar O2 inspirasi.
3) Hipolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
4) Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya tubuh mulai memecah persedian protein dan
menyebabkan penurunan masa otot.
5) Kondisi lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculosketal, trauma, penyakit
otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit
kronis,
5. Pathway
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu (Elizabeth, J. Corwin, 2008):
a. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi
tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi:
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

7. Penatalaksanaan
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dengan beberapa cara yaitu:
(Romanda, 2016)
a. Inhalasi oksigen Tindakan keperawatan yaitu dengan pemberian
oksigen ke paru melewati saluran nafas memakai alat bantu yaitu
oksigen. Tujuan pemberian oksigenasi yakni memenuhi kebutuhan
oksigen serta menghindari terjadinya hipoksia. Ada 2 sistem inhalasi
oksigen yakni sistem aliran rendah serta tinggi.
1) Sistem aliran rendah Lebih dikhususkan terhadap penderita yang
lebih butuh oksigen serta masih bisa bernafas oleh sendirinya dan
pernafasan normal. Contohnya yaitu pemberian oksigen memakai
nasal 19 kanul, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan
kantong rebreathing serta sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
2) Sistem aliran tinggi Kemungkinan besar memberiankan O2 dengan
FiO2 jauh efektif serta tidakadanya pengaruh terhadap jenis nafas,
oleh sebab itu bisa meningkatkan kefokusan oksigen yang lebih
tepat. Contohnya yaitu ventury mask ataupun sungkup muka
dengan ventury dengan aliran 2–15 liter/menit.
b. Fisioterapi dada Tindakan dengan melakukan postural drainase,
clapping, serta vibrating, terhadap penderita yang mengalami masalah
gangguan pernapasan. Pemberian fisioterapi dada bertujuan untuk
menambah ketetapan pola nafas serta membersihkan jalan nafas.
c. Postural drainase Tindakan keperawatan pengeluaran secret dari
berbagai segmen paru yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi
dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada
setiap segmen paru.
d. Napas dalam dan batuk efektif Latihan pernafasan dalam bertujuan
memperbaiki ventilasi oalveolus untuk memperbaiki ventilasi alveolus
ataupun menjaga pertukaran gas, mencegah atelektasis, menambah
ketepatan batuk, serta mngurangi stress. Latihan batuk efektif adalah
tindakan yang dilakukan guna melatih batuk yang secara tepat yang
bertujuan untuk 20 membersihkan laring, trakea, serta bronkiolus
terhadap secret pada jalan nafas.
e. Pembersihan lendir atau Suction Penderita yang tidak dapat membuang
secret ataupun lendir dengan sendiri dibantu dengan suctioning. Tujuan
dari suction yaitu guna membersihkan jalur nafas serta pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantudalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebut
uhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeri
ksaanfisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjanglainnya.
2) Anamnese
a) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku ban
gsa, nomorregister, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam
tidakterlalu tinggi tiga hari yang lalu.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas,
penyebabterjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah
dilakukan oleh pasien untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit penyakit
lainyang ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus
terdahuluserta tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau
penyakitlain yang berpotensi menurun atau menular pada
anggotakeluarga lain6)
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan
emosiyang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya sertatanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
3) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda- tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah
pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging,
adakahgangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkakdan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun,
luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhukulit, tekstur rambut dan kuku.
d) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada
danterdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan
nafas.
e) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi
jaringanmenurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi,
mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan
berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio
urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahntinggi badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri,
apakahadanya gangren di ekstrimitas.
i) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi
penurunansensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, refleklambat, kacau mental, dan disorientasi.
4) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan
eosinofilmeninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau
normal, walaupun terdapat komplikasi asma.
b) Analisa gas darah:
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi
bilaterdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan
pHmenunjukkan prognosis yang buruk.
- Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan
LDHyang meninggi.
- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE
yangmeninggi pada waktu seranggan, dan menurun
pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi
dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada tipe asma atopik.3)
c) Pemeriksaan sputum:
- Kristal – kristal charcotleyden yang
merupakandegranulasi dari kristal eosinofil.
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral
yangmerupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.
- Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari
epitel bronkus.
- Terdapatnya neutrofileosinofil.
d) Pemeriksaan RadiologiFoto Thoraks:
- Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus
akan bertambah.
- Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD)
menimbulkangambaran yang bertambah.
- Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat
gambaraninfiltrat pada paru.
e) Lain – Lain
- Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru,
menetapkanluas beratnya penyakit, mendiagnosis
keadaan.
- Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi.

b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Virus, bakteri, jamur, Pola napas
- Pasien aspirasi tidak
mengeluh efektif
kesulitan
bernapas Menyerang saluran
atau sesak pernapasan bawah
nafas.
- Pasien
melaporkn Penyebaran bakteri
adanya nyeri secara limfa
dada atau hematogen
tekanan
pada dada.
DO: Reaksi radang pada
- Penggunaan brokus dan alveolus
otot bantu
- Fase
ekspirasi
Ataleksi
memanjag
- Pola nafas
abnormal GangguanDifus
i

Pola napas tidak


efektik
2 Ds: Merokok, polusi Bersihan
- Pasien udara, infeksi, virus jalan napas
mengatakan tidak efekt
sering batuk
Asap/ virus
dan sulit
influenza
mengeluarkan
mengiritasi
lender dan
pasien jalan nafas
mengeluh
sesak nafas
DO: Hipersekresi lender,

- Tidak mampu inflamasi

batuk
- Pola nafas Fungsi silia menurun
berubah
- Batuk tidak
efektif Produksi sekret
menignkat

Mukus kental

Batuk berdahak

Bersihan jalan napas


tidak efektif
3 DS: Streptoko Ganguan
- Pasien kus pertukaran
mengeluh pneumon gas
sesak nafas okokus
saat statilokok
melakukan us
aktivitas
ringan Masuk melalui
- Pasien saluran nafas
melaporkan bagian atas
nyeri dada
yang
munculsaat
Bronkiolus
melakukan
aktivitas atau
dalam Alveoli

keadaan
tertentu Nafas kurang pada
DO: jaringan paru
- Pernapasan
pasien terlihat
cepat dan Reaksi radang

dangkal pada bronkus

- Pasien dan alveolus

mengalami
sianosis pada Ganguan pertukaran
bibir dan jari gas
- Spo2 pasien
tercatat 88%
- Tekanan
darah pasien
terlihat
mengalai
peningkatan
yang
signifikan

c. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien
dengan masalah oksigenasi adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017):
1) Pola Napas Tidak efektif
2) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
3) Gangguan Pertukaran Gas
d. Rencana Kepwrawatan
No Dx Tujuan Intervensi
1 Pola napas Tupan: Observasi:
tidak efektif Setelah dilakukan - Monitor pola
tindakan keperawatan napas (Frekunsi,
selama 3x24 jam kedalaman, usaha
pola napas)
napas tidak efektif - Monitor bunyi
dapat teratasi Tupen: napas tambahan
Setelah dilakukan (misalnya
intervensi selama gurling, mengi,
3x24 jam pola napas wheezing, ronkhi
membaik dengan kering)
kriteria: - Monitor
- Frekuensi sputum
napas (jumlah, warna,
membaik aroma)
- Dispnea Terapeutik
menurun - Pertahankan
- Pernapasan kepatenan jalan
cuping idung napas dengan
menurun hrad- tilt dan chin-
lift (jaw-trust jika
curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-
fowler atau
fowler
- Berikan
minum hangat
- Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 200
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan
teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,
jika perlu.

2 Bersihan Tupan: Observasi


jalan napas Setelah dilakukan - Identifikasi
tidak efektif tindakan keperawatan kemampuan
selama 3x24 jam batuk
bersihan jalan napas - Moniyor adanya
tidak efektif dapat retansi sputum
teratasi Tupen: - Monitor tanda dan
Setelah dilakukan gejala infeksi
intervensi selama 3x24 saluran napas
jam bersihan jalan Terapeutik
napas membaik dengan - Atur posisi semi-
kriteria: fowler atau fowler
- Frekuensi - Pasang perlak dan
napas bengkok di
membaik pangkuan pasien
- Pola napas - Buang sekret pada
membaik tempat sputum
- Batuk efektif Edukasi
meningkat - Jelaskan tujuan dan
- Produksi sputum prosedur batak

menurun efektif
- Anjurkan tarik
napas dalam
melalui
hidung
selama 4
detik, Ditahan
selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan tarik
napas dalam
hingga 3 kali
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
spektoran, jika
perlu.

3 Gangguan Tupan: Observasi


pertukaran Setelah dilakukan - Monitor frekuensi,
gas tindakan keperawatan irama, kedalaman
selama 3x24 jam dan upaya napas
gangguan pertukaran - Monitor
gasdap teratasi kemampuan batuk
Tupen: efektif
Setelah dilakukan - Monitor adanya
intervensi selama 3x24 sumbatan jalan
jam pertukaran gas napas
membaik dengan Terapeutik
kriteria: - Atur interval
- PCO2 membaik pemantauan
- PO2 membaik respirasi sesuai
- Bunyi napas kondisi pasien

tambahan - Dokumentasikan

menurun hasil pemantauan


Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan, jika
perlu

e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan
dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada..., SUPRAPTI BUDYASIH, Fakultas


Ilmu Kesehatan UMP, 2014

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada
Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017. Padang; Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.

INDAR ASMARANI, P., Tahir, R., & Muhsinah, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Asma Bronkial Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang
Laikawaraka Rsu Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya;


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Romanda, R. (2016). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.


2016.

Peate, I., dan Nair, M. (2011). Fundamentals of Anatomy and Physiology For Student
Nurses. UK: Blackwell Publishing Ltd.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
5.Jakarta; Penerbit Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai