Anda di halaman 1dari 7

EFEKTIVITAS MASSAGE PUNGUNG DALAM MENGURANGI NYERI

PERSALINAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu pencapaian tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Kosasih, S.Sos.,M.PD.,MCE

Disusun oleh :

Ayu Widya Ristianti

201FI01030

PRODI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022
EFEKTIVITAS MASSAGE PUNGUNG DALAM MENGURANGI NYERI
PERSALINAN

PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawai
persainan adalah kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persainan ini akan berlangsung
selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum, 2016). Menurut Mochtar R (2013) persalinan atau disebut
dengan partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melaui vagina ke dunia luar.
Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi uterus harus dibedakan setiap kala persalinan:
karena ada perbedaan penting dalam karakteristik klinis, jalur saraf dan respon fisiologis. Pada
kala I fase akselerasi (dilatasi serviks 4 atau 5 sampai dilatasi 7 atau 8) nyeri sebagian besar
bersifat visceral, sedangkan selama tahap transisi (dilatasi serviks 7 atau 8 sampai pembukaan
lengkap) nyeri somatik menjadi lebih terasa. Nyeri kontraksi uterus menimbulkan respons stres
neuroendokrin umum yang menghasilkan efek fisiologis luas selama kala I persalinan
(Brownridge, 1995).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama persalinan.
Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi
rahim, kontraksi sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi
Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron tetapi sifatnya
tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg, dan kekuatan kontraksi
Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala
tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi
dapat juga keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
dapat berlangsung dalam waktu 24 jam. (Dyah Permata Sari, 2018).
Pengukuran intensitas nyeri Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji
persepsi neyri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
 mudah dimengerti dan digunakan
 memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
 mudah dinilai
 sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri.
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus
diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.
Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.
Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi. (Dyah Permata Sari,
2018).
Penatalaksaan farmaologis pada nyeri persalinan meliputi analgesik yang menurunkan dan
mengurangi rasa nyeri dan anastesi yang menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsia mapun
total. Penatalasanaan nyeri secara farmakologis pada ibu ini diupayakn dapat menimbulkan efek
yang seminima mungkin bagi ibu, seperti kesadaran, kontraksi uterus, kekuatan ibu mendorong
dan juga pada janinnya, penatalaksanaan secara farmaologis ini dapatmengurangi nyeri persainan
secara efektif dengan memberikan sensasi rasa nyeri yang minima, rasa nyaman dan rileks.
Penatalasaaan non farmaologis pada nyeri persainan bertujuan untuk mengontrol rasa
nyeri dan menekan pada pemenuhan harapan ibu yang ingin mengatasi rasa nyeri. Metode non
farmaologi mempunyai manfaat selain menurunkan nyeri persalinan juga mempunyai sifat non
invaif, sederhana, efektif, dan tanpa efek yang membahayakan, beberapa metode non
farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri persalinan, yaitu dengan relasasi,
tekhnik relaksasi pernafasan, focus perhatian, music, dukungan dan informasi, stimulasi
cutaneous, massage, dan akupresure. (Shanti Hekmawati, 2018).
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot
tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna
menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan
dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan
mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong,
meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah,
kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di
inginkan pada jaringan yang dibawahnya.
Aktivitas simpatis yang berlebihan, karena rasa sakit dan stres, dapat memperburuk
kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi. Stress meningkatkan adrenalin sehingga menyebabkan
kontraksi uterus lemah (Labor & Maguire, 2008). Dengan berlangsungnya pembukaan dan
penipisan servik maka setiap ibu bersalin pasti mengalami nyeri yang semakin meningkat. Nyeri
pada persalinan dapat menimbulkan kecemasan dan kelelahan pada ibu akibatnya membawa
pengaruh negatif pada kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin (Lestari Indah, 2012).
Setiap individu mempunyai perbedaan persepsi nyeri saat persalinan antara lain
disebabkan perbedaan dalam respon mempersepsikan nyeri yang dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti takut dan cemas dalam menghadapi persalinan, perhatian yang hanya terfokus pada nyeri,
kepribadian dan kelelahan (Anggraeni Ike dan Nurrachmawati Annisa, 2012).
Sebanyak 91,9% wanita mengalami nyeri saat proses persalinan kala I (Legiati Titi dan
Widiawati Ida, 2013). Hasil penelitian lain menunjukkan primipara mengalami tingkat nyeri
persalinan lebih tinggi dibandingkan dengan multipara yaitu sebesar 2,63 kali (95% CI 0,96-
7,20) (Fania Nurul Khoirunnisa dkk, 2017). Faktor umur ibu, paritas, persepsi dan kecemasan
memiliki hubungan dengan nyeri persalinan pada kala I fase aktif (Puspita, 2013). Hasil uji
statistik penelitian diketahui sebagian besar ibu bersalin baik primipara maupun multipara yang
masuk kategori nyeri berat sebesar 55% (11 orang) dan yang mengalami nyeri sangat berat
sebesar 30% (6 orang) dan 15% (3 orang). Nilai T-hitung nyeri fase laten sebesar 4,382 dan nilai
nyeri fase aktif sebesar 3,795 sehingga nilai Thitung > 0,05, artinya ada perbedaan tingkat nyeri
persalinan pada ibu primipara dengan ibu multipara pada Kala I persalinan (Nurdiantini, I.,
Prastiwi, S., & Nurmaningsari, 2017).

PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses aktif untuk perineum sehingga nyeri didominasi oleh
melahirkan janin ditandai dengan kontraksi kerusakan jaringan di panggul dan
uterus yang teratur, frekuensi dan perineum. Nyeri somatic menjalar ke
intensitasnya meningkat serta menimbulkan dermatom yang berdekatan T10 dan L1 dan
rasa nyeri. Rasa sait persainan memiliki dua jika dibandingkan dengan nyeri viseral,
komponen yaitu visceral dan somatik. Nyeri lebih tahan terhadap obat pengurangan rasa
visceral disebabkan oleh dilatasi serviks dan nyeri.
peregangan segmen bawah Rahim serta Semua impuls saraf yang dihasilkan
distensi korpus uteri. Pada setiap kontraksi (visceral dan somatic) menjalar ke sel-sel
uterus, tekanan ditransmisikan ke serviks tanduk dorsal kemudian diproses dan
menyebabkan peregangan dan distensi ditransmisikan ke otak melalui saluran
sehingga mengaktifkan rangsang nosiseptor spino-thalamic. Transmisi ke sistem
aferen yang sebagian disebabkan oleh hipotalamus dan limbik menyumbang
iskemia dalam rahim akibat kontraksi. respons emosional dan otonom yang terkait
Impuls yang dihasilkan dihantarkan ke dengan rasa sakit. Sehingga rasa sakit pada
sumsum tulang belakang oleh serabut C saat proses persalinan memberikan
aferen kecil tanpa mielin yang berjalan pengalaman emosional dan menghadirkan
dengan serabut simpatis melewati fleksus tantangan psikologis bagi banyak ibu.
pelvikus menuju nervus hipogatrik medius, Kontraksi juga meningkatkan
kemudian menjalar ke hipogastrik superior kecepatan metabolisme sehingga
menuju simpatis lumbal. Serabut nyeri dari memperberat kondisi iskemia yang
rantai simpatetik memasuki dorsal kornu merupakan kondisi yang ideal untuk
yang terkait dengan saraf-saraf tulang pelepasan bahan kimiawi pemicu timbulnya
belakang T10 hingga L1 dan melewati akar rasa nyeri. Adanya iskemik miomerium dan
saraf posterior ke sinaps di dorsal kornu serviks karena kontraksi. Bila aliran darah
sumsum tulang belakang. Beberapa sinaps yang menuju jaringan terhambat maka
menyeberang pada dorsal kornu dengan jaringan menjadi terasa nyeri. Diduga salah
ekstensi rostral dan kaudal yang ekstensif satu penyebab nyeri pada keadaan ischemia
sehingga menyebabkan nyeri yang adalah terkumpulnya sejumlah asam laktat
terlokalisasi diperut bagian bawah. yang akan merangsang ujung syaraf serabut
Nyeri somatik terjadi pada saat nyeri. Kontraksi pada serviks dan segmen
mendekati persalinan awal kala II, bersifat bawah rahim menyebabkan rasa takut yang
nyeri dan terlokalisir ke vagina, rektum dan memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf
simpatis. Adanya dilatasi dari serviks dan sebanyak 6 responden, setelah mendapatkan
segmen bawah rahim. Banyak data yang intervensi massage punggung.
mendukung hipotesis nyeri persalinan kala I Pada ibu primigravida massage
terutama disebabkan karena dilatasi serviks punggung menurunkan tingkat nyeri
dan segmen bawah rahim (Labor & persalinan sebesar 0,25, dimana p-value
Maguire, 2008) (Lestari Indah, 2012). sebesar 0,046 sedangkan pada ibu
Mayoritas nyeri pada kala I dilaporkan multigravida intervensi massage punggung
dengan skala nyeri berat yaitu sebanyak dapat menurunkan tingkat nyeri persalinan
78,3% (Wulandari Priharyanti, 2015). sebesar 0,35 dengan nilai p-value sebesar
Peningkatan skor rata-rata indikator 0,001. Dari hasil penelitian didapat bahwa
perilaku selama nyeri persalinan dapat intensitas nyeri persalinan setelah massage
menyebabkan penurunan durasi tahap persalinan pada kelompok ibu multigravida
persalinan dan keparahan nyeri. Banyak lebih rendah dari pada ibu primigravida.
penelitian yang melaporkan bahwa nyeri Ada pengaruh intervensi massage punggung
persalinan primipara dan multipara berbeda, terhadap intensitas nyeri pada ibu
ada hubungan yang signifikan antara paritas primigravida dan multigravida. Hasil
dengan tingkat nyeri pada persalinan (Flora Penelitian sejalan dengan penelitian yang
Honey Darmawan dan Adri Tri Wahyuni, dilakukan penelitian Durotun Afifah tahun
2015) terdapat hubungan yang bermakna 2011 menunjukan bahwa ada perbedaan
antara parietas dengan Intensitas Nyeri tingkat nyeri persalinan kala I pada ibu
Persalinan Kala I Fase Aktif (Adam & bersalin normal primigravida dan
Umboh, 2015). multigravida dengan p value = 0,000 < 0,05.
Sedangkan pada penelitian lain Ibu Primigravida membutuhkan adapasi
dibahas bahwa Berdasarkan distribusi terhadap nyeri yang cukup lama, karena
frekuensi tingkat nyeri yang dialami belum pernah merasakan sebelumnya,
mayoritas responden berada pada kelompok sedangkan multigravida lebih menganggap
nyeri sedang, baik pada sebelum dan nyeri adalah hal yang alamiah karena telah
sesudah intervensi masase punggung, pada mengalami sebelumnya, sehingga dapat
primigravida dan multigravida. Namun disimpulkan bahwa dengan dilakukannya
setelah dilakukan intervensi dapat terlihat massage punggung pada ibu primigravida
perbedaan pada ibu primigravida sebelum dan multigravida, maka penurunan rasa
dilakukan massage punggung tiga orang nyeri lebih signifikan berkurang pada ibu
responden yang berada pada skala nyeri multigravida daripada ibu primigravida.
berat terkontrol, setelah dilakukan intervensi KESIMPULAN
berupa masase punggung pada kala I Fase Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai
aktif ada perubahan intensitas nyeri yang sumber bahwa ada pengaruh pijat punggung
dirasakan oleh ibu primigravida dari nyeri terhadap pengurangan nyeri punggun pada
berat terkontrol berubah menjadi nyeri persalinan kala I fase atif. Yang mana pada
ringan dan sedang. Pada ibu multigravida primigravida membutuhkan adaptasi
yang mengalami nyeri berat terkontrol ada terhadap nyeri yang cukup lama sedangkan
pada mutigravida nyeri persalinan dianggap pada ibu multigravida dan primigravida,
ha yang alamiah karena telah mengalami maka penurunan yang lebih signifikan
sebelumnya. Dan dengan dilakukannya berkurang yaitu pada ibu multigravida
penelitian pada kedua jurna tersebut bahwa daripada ibu primigravida.
dengan dilaukannya massage punggung
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.umtas.ac.id/index.php/bimtas/article/download/340/215

https://e-journal.ibi.or.id/index.php/jib/article/download/204/93/

Anda mungkin juga menyukai