Disusun oleh :
Kelompok 2
Prodi DIV Kebidanan Alih Jenjang
Antik Kristiyani P27224023238
Endah Sugiarti P27224023252
Limaningsih P27224023257
Rini Rahayu P27224023269
Rini Setiyaningsih P27224023270
Tantrie Rosariningtyas P27224023274
Tri Wahyuni P27224023296
Umi Lestari P27224023277
Nur Handayani P27224023265
Yanuar Murdianigsih P27224023278
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
denganrahmat , karunia, serta taufik dan hidayahnya dapat menyelesaikan
makalah tentang “TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PERSALINAN
AKUPRESSURE, PELVIC ROCKING, RELAKSASI, KEGEL EXERCISE,
DAN AROMATHERAPY “dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga berterimakasih kepada ibu Dewi Murtiningsih, SST.,
M.Keb dosen mata kuliah kegawat daruratan yang telah memberikan tugas ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yangmemba
canya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan keluar. Persalinan dianggap
normal jika wanita berada pada atau dekat masa aterm, tidak terjadi
komplikasi, terdapat janin dengan presentasi puncak kepala, dan
persalinan selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005). Pada persalinan kala I,
lamanya persalinan pada ibu primipara 6-18 jam dan ibu multipara 2-10
jam (Yunitasari, 2009)
Proses persalinan kala I disertai nyeri yang merupakan suatu
proses fisiologis. Proses persalinan kala I merupakan pengalaman
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,
dilatasi, dan penipisan serviks (Arifin, 2008). Nyeri yang dirasakan
berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar
punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2005). Sebuah studi pada wanita
dalam persalinan kala I dengan memakai McGill Pain Questionnare
untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri
akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable, unberable, extremely
severe), 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri
sedang, 25% nyeri ringan (Acute Pain Services (APS), 2007).
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada
persalinan, baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen
nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode
nonfarmakologi namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi
mempunyai efek yang kurang baik. Sedangkan metode nonfarmakologi
bersifat non intrusif, non invasif, murah, sederhana, efektif dan tanpa
efek yang merugikan. Metode nonfarmakologi juga dapat meningkatkan
kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya
dan kekuatannya (Burn & Blarney, 1994 ; Cook & Wilcox, 1997 dikutip
oleh Arifin, 2008).
Metode nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri persalinan antara lain teknik relaksasi, imajinasi,
pergerakan dan perubahan posisi, umpan balik biologis, effleurage,
hidroterapi, hipnoterapi, homeopati, terapi bola-bola persalinan, terapi
musik, akupresur, akupunktur, dan aromaterapi (Mander, 2004).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis dapat membuat rumusan
masalah dari makalah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan persalinan?
2. Apa yang dimaksud dengan teknologi tepat guna dalam persalinan?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yakni:
1. Mengetahui tentang persalinan
2. Mengetahui tentang teknologi tepat guna dalam persalinan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan proses fisiologis pengeluaran janin,
plasenta, dan ketuban melalui jalan lahir. Persalinan secara alami adalah
persalinan yang dilakukan pada proses persalinan dan kelahiran tanpa
intervensi medis serta obatobatan penghilang rasa sakit, namun juga
membutuhkan dukungan. Melahirkan secara alami merupakan harapan
bagi setiap ibu hamil, dalam beberapa kasus intervensi medis minimal
diperlukan (Indrayani, 2016).
Menurut IBI persalinan normal merupakan persalinan yang
meliputi presentasi janin belakang kepala yang dapat berlangsung
spontan dengan lama persainan dengan batas waktu yang normal,
sedangkan menurut WHO persalinan normal adalah persalinan dengan
persentasi janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan
lama persalinan dalam batas normal, beresiko rendah sejak awal
persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
Proses dinamika dari persalinan meliputi empat faktor utama
yaitu power, passage, passanger, psikis dan juga tidak kalah pentingnya
faktor Penolong persalinan. Jika terdapat masalah pada salah satu faktor
tersebut maka dapat menyebabkan kesulitan selama persalinan
(Purwaningsih, 2010).
D. Penatalaksanaan
1. Pendekatan Farmakologi
a. Pemberian Nitrogen Monksida dan Oksigen
Metode : Suatu campuran N2O 50% dan O2 50% diberian
melalui sebuah silinder dengan perlengkapan Entonox.
Metode ini sangat baik dipakai dalam praktik karena :
1) Dapat tersedia untuk semua bidan
2) Wanita (ibu) dapat mengontrolnya sendiri
3) Bekerja dengan cepat biasanya dalam 3-4 kontraksi
4) Efek dapat menghilang lebih cepat jika zat berhenti
di berikan
5) Aman digunakan bersamaan dengan pereda nyeri
lainya
6) Berguna sebagai bantuan untuk meningkatkan
strategi koping saat melewati situasi yang sulit ,
atau saat menunggu efektivitas dari pereda nyeri
lainnya sehingga mempercepat proses persalinan
(Janet Medforth, 2014).
2. Pendekatan Non Farmakologi
Menurut Diah Tepi Rahmawati (2016) mengenai metode
nonfarmakologi yang digunakanuntuk menghilangkan nyeri dan
mempercepat proses persalinan. Metode tersebut antara lain
relaksasi (latihan nafas dalam), teknik pernapasan, fokus perhatian,
pelvic rocking, music atau murotal, dukungan dan informasi,
stimulasi cutaneus, massage, akupresur dan TENS (ranscutaneous
electrical nerve stimulation). Diantara metode-metode yang
disebutkan diatas, akupresur merupakan salah satu metode yang
paling efektif mengurangi nyeri dan mempercepat durasi
persalinan. Akupresur adalah metode akupuntur tanpa jarum yang
berasal dari pengobatan tradisional China. Metode akupresur
menggunakan tangan untuk memijat bagian-bagian tubuh tertentu
pada titik-titik akupuntur. Titiktitik yang berhubungan dengan
persalinan adalah SP6 dan LI4.
F. Penelitian
Titik akupresur yang berkaitan dengan persalinan adalah SP6 dan
LI4. Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 merupakan titik rahim.
Penekanan pada kedua titik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan
energi, memperlancar aliran darah yang tersumbat disepanjang meridian
(Diyah Tepi Rahmawati, 2016).
Menurut Dibble et al. titik SP6 dan titik LI4 merupakan titik rahim.
Penekanan pada keduatitik ini akan memperbaiki ketidakseimbangan
energi, memperlancar aliran darah yang tersumbat disepanjang meridian.
Akupresur pada acupoint SP6 dan LI4 dapat merangsang pelepasan
hormon oksitosin untuk induksi persalinan dan pengelolaan nyeri
selamapersalinan (Lee et al ,2001). Penekanan padaacupoint SP6
memiliki pengaruh kuat terhadaporgan reproduksi, memperlancar proses
persalinan dengan membantu dilatasi servik (Lian,et al, 2000). Penekanan
pada acupoint LI4 memiliki efek mengurangi rasa sakit dan merangsang
kontraksi uterus. Penggunaan akupresur pada acupoint SP6 dan LI4 secara
bersama dilaporkan efektif dalam induksi persalinan dan pengurangan
nyeri persalinan (Sujiyatini, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian (Neneng Siti L, 2018) peningkatan
kontraksi sebelum dilakukan pemijatan L14 terhadap ibu Inpartu kala I
fase aktif di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun 2018. Hasil
penelitian didapatkan rata-rata kontraksi pada ibu yang belum dilakukan
pemijatan L14 pada kala I persalinan fase aktif adalah 3,3810 (3 kali
dalam 10 menit) dengan skor kontraksi minimal 3 kali dalam 10 menit
dan maksimal 4 kali dalam 10 menit.
Peningkatan kontraksi sesudah dilakukan pemijatan L14 terhadap
ibu Inpartu kala I fase aktif di BPM Lia Maria Bandar Lampung Tahun
2018. Hasil penelitian di dapatkan bahwa rata-rata peningkatan kontraksi
sesudah dilakukan pemijatan pada titik L14 terhadap ibu Inpartu kala I
fase aktif adalah 4,5952 (5 kali dalam 10 menit) skor kontraksi minimal
4 kali dalam 10 menit dan maksimal 5 kali dalam 10 menit, maka hasil uji
statistik didapatkan nilai p=0,000< 0,05, maka dapat disimpulkan ada
pengaruh yang signifikan antara peningkatan kontraksi sebelum pemijatan
L14 dan sesudah pemijatan L14 pada ibu Inpartu kala I fase aktif.
Hasil didukung oleh penelitian yang dilakukan Budiarti (2011)
hasil pengukuran persalinan lama pada kelompok ibu yang mendapatkan
akupresur pada titik L14 menunjukkan 60,4% lama persalinan ≤6 jam dan
39,6% pada kelompok yang tidak mendapat akupresur. Menurut peneliti
peningkatan kontraksi merupakan akibat dari respon tubuh yang seimbang,
dimana tubuh dapat memproduksi hormon dengan baik sehingga memicu
terjadinya peningkatan kontraksi yang cukup besar. Selain itu peningkatan
kontraksi juga dapat terjadi akibat respon sentuhan dari luar, seperti
dilakukanya pemijatan pada titik L14 secara teratur yang terletak antara
tulang metacarpal pertama dan kedua pada bagian distal lipatan pada
kedua tangan yang di lakukan disela-sela waktu kontraksi.
G. Pelvic Rocking
1. Pengertian
Pelvic rocking merupakan olah tubuh dengan melakukan
putaran pada bagian pinggang dan pinggul. Olah tubuh dengan
metode pelvic rocking ini bertujuan untuk melatih otot pinggang,
pinggul, dan membantu penurunan kepala bayi agar masuk ke
dalam tulang panggul menuju jalan lahir. Ini dapat dilakukan tanpa
atau dengan alat bantu, yaitu birthing ball (Hermina ,2015 : 165 ).
Menurut Handajani (2013) pelvic rocking exercise adalah salah
satu bentuk latihan efektif dan mempunyai beberapa keuntungan.
Pelvic rocking exercise dapat mempertkuat otot-otot perut dan
pinggang. Latihan ini dapat mengurangi tekanan pada pinggang
dengan menggerakkan janin ke depan dari pinggang ibu secara
sementara. Latihan ini juga dapat mengurangi tekanan pembuluh
darah di area uterus, dan mengurangi tekanan pada kandung kemih
ibu serta membuat ibu merasa rileks.
Pelvic rocking dapat membantu ibu dalam posisi tegak,
tetap tegak ketika dalam proses persalinan yang akan
memungkinkan rahim untuk bekerja seefisien mungkin dengan
membuat bidang panggul lebih luas dan terbuka. Dengan kata lain
dapat merangsang dilatasi dan memperlebar outlet panggul. Duduk
lurus di atas bola maka gaya gravitasi bumi akan membantu janin
atau bagian terendah janin untuk segera turun ke panggul (Masbait,
2015 : 3). Renaningtyas (2013) menjelaskan bahwa cara
melakukan pelvic rocking dengan birth ball adalah menggoyang
panggul dengan menggunakan bola persalinan. Pada saat proses
persalinan memasuki kala I, duduk di atas bola dan dengan
perlahan mengayunkan dan menggoyangkan pinggul ke depan dan
ke belakang
2. Indikasi
a. Ibu inpartu yang merasakan nyeri
b. Pembukaan yang lama
c. Penurunan kepala bayi yang lama
3. Kontraindikasi
a. Janin malpresentasi
b. Perdarahan antepartum
c. Ibu hamil dengan hipertensi
d. Penurunan kesadaran (Kustari,dkk, 2012).
4. Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan latihan dengan
birth ball menurut Kustari,dkk (2012) yaitu :
a. Alat dan Bahan
1) Bola
Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu
hamil. Ibu hamil dengan tinggi badan 160-170 cm
dianjurkan menggunakan bola dengan diameter 55-
65 cm.
2) Matras
3) Kursi
4) Bantal atau pengalas yang empuk
b. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan
penerangan yang cukup merangsang turunnya stress pada
ibu. Pastikan lantai yang digunakan untuk terapi birth ball
tidak licin dan anti selip. Privasi ruangan membantu ibu
hamil termotivasi dalam latihan birth ball (Kustari,dkk,
2012).
Posisi bola yang dekat dengan tempat tidur dapat
membuat ibu merasa lebih aman sehingga ibu dapat
menjaga keseimbangan jika ingin mengganti posisi.
Birthing ball dapat digunakan pada saat yoga, pelvic
rocking, gerakan jongkok bangun pada ibu hamil. Selain itu
penggunaan birthing ball pada saat pelvic rocking juga
membantu untuk pemijatan bagian perineum ibu hamil
(Hermina2015 : 165 ).
c. Ibu
Ibu yang akan melahirkan. Klien dipersiapkan latihan
dengan kondisi yang tidak capek. Jika ibu dalam kondisi
capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak dan
membuat ibu merasa lelah sehingga akan kehabisan tenaga
saat meneran. Menurut Ondeck (2014)
5. Jenis Gerakan
Jenis gerakan yang dijelaskan oleh Kustari,dkk (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Duduk di atas bola
1) Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi
dengan kaki sedikit membuka agar keseimbangan
badan di atas bola terjaga.
2) Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan
pinggul ke samping kanan dan ke samping kiri
mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
3) Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan
pinggul ke depan dan kebelakang mengikuti aliran
menggelinding bola. Lakukan secara berulang
minimal 2 x 8 hitungan.
4) Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan sebaliknya
seperti membentuk lingkaran atau hula hoop.
5) Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral
maju dan mundur.
6) Mathew (2012 : 3) menyatakan bahwa dengan cara
duduk di bola, ibu harus menggerakkan pinggul
secara melingkar. Hal ini memungkinkan kepala
bayi akan menekan serviks dengan mendorong
dilatasi.
Gambar 2.4. Duduk di Atas Bola
6. Penelitian
Penelitian dari Surtiningsih (2016) yang menyimpulkan bahwa
pelvic rocking sangat efektif dalam memperpendek kala I fase aktif
dengan p-value 0,000 < 0,05. Penelitian ini juga didukung oleh
penelitian Zaky(2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara pelvic rocking dengan birth ball terhadap perkembangan
persalinan dalam hal penurunan interval dan meningkatkan durasi
dan frekuensi kontraksi uterus, dilatasi serviks dan penurunan
kepala janin. Para peneliti merekomendasikan bahwa pelvic
rocking dengan birth balldapat mempengaruhi kemajuan
persalinan, mengelola rasa sakit, serta mempromosikan
pengendalian diri dan mencapai pengalaman melahirkan yang lebih
memuaskan.
H. Relaksasi
1. Pengertian
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres. Teknik relaksasi memberikan individu
kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik
dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi merupakan upaya
pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dan
beregenerasi setiap hari dan merupakan alternatif terhadap alkohol,
merokok, atau makan berlebihan (Edelman dan Mandle 1994,
dalam Potter dan Perry, 2006, p. 1528-1529).
Teknik relaksasi napas dalam merupakan bentuk latihan
napas yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma) dan
pursed lip breathing (Lusianah, 2012, p. 42). Perlakuan teknik
relaksasi napas dalam efektif atau banyak memberikan pengaruh
penurunan tingkat nyeri setelah diberi perlakuan selama 30 menit
(Fitriani, R., 2014).
2. Manfaat
Menurut Priharjo (2003), manfaat teknik relaksasi napas dalam
menurut adalah sebagai berikut:
a. Ketentraman hati.
b. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.
c. Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah.
d. Detak jantung lebih rendah.
e. Mengurangi tekanan darah.
f. Meningkatkan keyakinan.
g. Kesehatan mental menjadi lebih baik.
3. Patofisiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), teknik relaksasi napas dalam
dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas
simpatik dalam sistem saraf otonom. Relaksasi melibatkan otot dan
respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
4. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah langkah-langkah tindakan dalam melakukan
teknik relaksasi napas dalam menurut Lusianah (2012, p. 43-45) :
a. Mempersiapkan alat : satu bantal.
b. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi
setengah duduk di tempat tidur atau di kursi atau dengan
lying position (posisi berbaring) di tempat tidur atau di
kursi dengan satu bantal
c. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk
merilekskan otot abdomen.
d. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen
yaitu tepat dibawah tulang iga.
e. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung,
menjaga mulut tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama
inspirasi.
f. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan
gerakan naiknya abdomen sejauh mungkin, tetap dalam
kondisi rileks dan cegah lengkung pada punggung. Jika ada
kesulitan menaikkan abdomen, tarik napas dengan cepat,
lalu napas kuat melalui hidung.
g. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir,
seperti meniup dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat
sehingga terbentuk suara hembusan tanpa mengembungkan
pipi, teknik pursed lip breathing ini menyebabkan resistensi
pada pengeluaran udara paru, meningkatkan tekanan di
bronkus (jalan napas utama) dan meminimalkan kolapsnya
jalan napas yang sempit.
h. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan
turunnya abdomen ketika ekspirasi. Hitunglah sampai 7
selama ekspirasi.
i. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan
meningkatkannya secara bertahap 5-10 menit. Latihan
ini dapat dilakukan dalam posisi tegap, berdiri, dan
berjalan.
j. Merapikan lingkungan dan kembalikan klien pada posisi
semula.
5. Penelitian
Penelitian yang dilakukan Titi Astuti, dkk. (2019) yang berjudul
aplikasi relaksasi napas dalam terhadap nyeri dan lamanya
persalinan kala 1 ibu bersalin. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain quasi experiment. Sampel berjumlah 64
responden, terdiri dari 32 responden kelompok intervensi dan 32
responden kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji t-
independent. Rata-rata nyeri persalinan kelompok intervensi 4,13
sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata nyerinya 5,72. Hasil uji
statistik didapatkan ada perbedaan nyeri persalinan antara ibu
bersalin kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p value =
0,000). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa teknik relaksasi
napas dalam pada ibu bersalin mampu menurunkan intensitas nyeri
persalinan kala 1.
I. Kegel exercise
1. Pengertian
Kegel exercise pada dasarnya merupakan senam untuk
menekan otot-otot yang menghentikan air seni. Dan Kegel exercise
baik untuk dilakukan, karena selain gerakanya mudah, juga dapat
dilakukan dimana pun (Laura, 2006).
Latihan kegel membantu membuat otot pubokogsigeus
(PC) yang terletak di sekitar panggul sampai tulang ekor menjadi
kuat dan supel, dan meningkatkan sirkulasi darah pada daerah
sekitar vagina, yang dapat membantu selama kehamilan dan proses
persalinan (Suririnah, 2008).
2. Manfaat
Macam-macam manfaat dari Kegel exercise, yaitu:
a. Menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perineal)
sebagai persiapan persalinan (Yuliarti, 2010).
b. Mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun mental
(Yuliarti, 2010).
c. Membantu mereka yang mengalami kesulitan
mengendalikan buang air kecil (urinary incontinence) pada
periode akhir kehamilan dan setelah melahikan (Chopra,
2006) atau pun masalah incontinensia selain ibu hamil dan
melahirkan. Pada hasil penelitian Mustofa dan Wahyu
(2009), menunjukan bahwa setelah dilakukan latihan kegel
terjadi penurunan frekuensi inkotinensia urine sebesar
21,6% dari 10.043 kali menjadi 7,871 kali. Dari hasil
penelitian iju T-dependent test didapatkan nilai p sebesar
0,000 sehingga ada pengaruh latihan kegel terhadap
frekuensi inkontinensia urin pada lansia. Hasil penelitian ini
mengindikasi perlunya latihan kegel secara teratur dalam
kurun waktu yang relatif lama untuk mengetahui latihan
kegel terhadap penurunan frekuensi inkontinensia urin
(Mustofa, 2009)
d. Menjaga kelenturan otot-otot di dasar tulang pinggul akan
memperbaiki sirkulasi dan dapat mencegah wasir (Chopra,
2006).
e. Memulihkan dan memperkuat otot-otot yang mengelilingi
dan mendukung kandung kemih, rahim (Damayanti, 2010).
f. Mencegah masalah kandung kemih wanita (Damayanti,
2010). Seperti mengembalikan posisi kandung kemih yang
turun akibat proses persalinan Sulistyawati (2010).
g. Mempercepat penyembuhkan jahitan dengan memperbaiki
sirkulasi (Marshall, 2000).
h. Tegangan vagina akan kembali lebih cepat (Marshall, 2000).
i. Setelah bertahun-tahun lewat, latihan ini akan membantu
mencegah “mengompol” (tak dapat menahan kemih) ketika
batuk atau bersin (Marshall, 2000).
j. Memperbaiki kehidupan seksual sekalipun tanpa luka jahit
(Marshall, 2000).
3. Penatalaksanaan
Tahapan pada Kegel exercise menurut Nurdiansyah (2011), yaitu:
a. Kenali terlebih dahulu otot-otot yang berhubungan dengan
Kegel exercise dan fungsi kerjanya. Caranya, saat buang air
kecil, cobalah untuk menghentikan pancaran air seni
dengan melakukan kontraksi atau menguncupkan otot-otot
ini. Kemudian, kendurkan lagi sehingga pancaran air seni
kembali lancar. Bagian otot itulah yang akan kita latih
(Nurdiansyah, 2011).
Gambar 2.1
b. Tahap berikutnya adalah dengan melakukan kontraksi atau
menucupkan otot-otot tadi sekitar lima detik dan
mengendurkannya lagi setelah beberapa saat. Tahap ini
dapat dilakukan dimana saja, bahkan ketika sedang berdiri.
Lakukan beberapa kali dalam sehari (Nurdiansyah, 2011).
c. Jika, latihan yang pertama sudah cukup lancar, lanjutkan
dengan menguncupkan dan mengendurkanya dengan lebih
keras dan menahanya lebih lama (sekitar 10 detik).
Lakukan Kegel exercise sebanyak 2-3 kali sehari, selama
sekitar 6-8 minggu (Nurdiansyah, 2011).
4. Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Maya dan rekan (2019) di Praktik
Mandiri Bidan (PMB) Soraya dan PMB Husniati di kota
Palembang diketahui bahwa kegel exercise terbukti dapat
menurunkan kejadian edema pada jahitan perineum ibu post
partum sehingga mempercepat penyembuhan luka dan nyeri
perineum dapat dikurangi intensitasnya, dimana jahitan perineum
akibat rupture perineum merupakan penyebab utama dari gangguan
nyeri perineum yang dialami ibu selama post partum.
J. Aromaterapi
1. Pengertian
Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan
menggunakan minyak essensial yang bermanfaat meningkatkan
keadaan fisik dan psikologi seseorang agar menjadi lebih baik.
Setiap minyak essensial memiliki efek farmakologis yang unik,
seperti antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang, dan
merangsang adrenal. (Runiari, 2010; Ana, 2010)
2. Sumber Tanaman Minyak Esensial di Indonesia
Minyak esensial adalah minyak yang dihasilkan dari
tanaman dan merupakan salah satu hasil metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dan
air. Sifatnya minyak esensial adalah mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman seperti daun, buah, biji, bunga,
akar, kayu kulit, rimpang, bahkan seluruh bagian tanaman.
Tanaman yang menghasilkan minyak esensial berjumlah
150-200 spesies tanaman, yang termasuk tanaman family
Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbeliferaceae.Khusus di Indonesia, dikenal sekitar 40 jenis
tanaman penghasil minyak esensial, namun baru sebagian dari
tanaman tersebut yang digunakan sebagai sumber minyak esensial
secara komersil berikut merupakan daftar tanaman esensial
penghasil minyak yang berkembang di Indonesia (Rafika, 2013):
salah satunya yaitu : adas, akar wangi, cempaka, gaharu, jahe dan
lain-lain.
3. Bahan Pendukung Aromaterapi
Berikut merupakan bahan pendukung untuk pembuatan
Aromaterapi:
a. Minyak Atsiri
Minyak wangi ini diekstrak dari tanaman melalui destilasi
uap atau ekspresi (minyak jeruk). Namun istilah ini juga
kadang digunakan untuk menggambarkan minyak wangi
yang diekstrak dari tanaman yang menggunakan ekstrasi
pelarut. Selain itu minyak atsiri juga dikenal dengan istilah
essential oil.
b. Absolutes
Merupakan hasil ekstrasi dari bunga atau jaringan tanaman
halus melalui fluida superkritis pelarut atau naik mutlak.
Digunakan juga untuk menggambarkan minyak yang
diekstrak dari mentega harum, beton, dan pomades
enfleurage menggunakan etanol.
c. Pembawa Minyak
Biasanya berminyak tanaman dasar tricglycerides yang cair
dan biasanya minyak ini dapat digunakan pada kulit
(Almond manis).
d. Distilat Herbal atau Hydrosols
Merupakan air yang terbentuk dari proses distilasi (Air
mawar). Banyak aromaterapi yang menggunakan sulingan
herbal dan biasanya mereka dapat digunakan pada kuliner,
sebagai obat dan juga sebagai perawatan kulit. Sulingan
herbal biasanya berupa chamomile, mawar dan lemon
balm.
e. Infus
Ekstrak air dengan berbagai tanaman (misalnya infuse
chamomile).
f. Phytocendes
Merupakan berbagai senyawa organik yang mudah
menguap dari tanaman yang membunuh mikroba.
g. Penguap (Voltiazed) Herbal Baku
Biasanya memiliki kandungan senyawa yang lebih tinggi
dari senyawa tanaman dengan konten berbasis kering,
hancur dan dipanaskan untuk mengekstrak dan menghirup
uap minyak aromatik dalam modalitas penghirupan
langsung (Rafika, 2013).
4. Bentuk Aromaterapi
a. Minyak Essensial Aromaterapi
Berbentuk cairan atau minyak. Penggunaanya bermacam –
macam, pada umumnya digunakan dengan cara dipanaskan
pada tungku. Namun bisa juga jika dioleskan pada kain atau
pada saluran udara.
b. Dupa Aromaterapi
Awalnya hanya digunakan untuk acara keagamaan tertentu,
namun seiring dengan perkembangan jaman, dupa pun kini
sudah menjadi bagian dari salah satu bentuk aromaterapi.
Bentuknya padat dan berasap jika dibakar, biasanya
digunakan untuk ruangan berkukuran besar atau pada
ruangan terbuka. Jenis dupa aromaterapi ini, terdiri dari
tiga jenis, yaitu dupa aroma terapi panjang, dupa
aromaterapi pendek dan dupa aromaterapi berbentuk
kerucut.
c. Lilin Aromaterapi
Ada dua jenis lilin yang digunakan, yaitu lilin yang
digunakan untuk pemanas tungku dan lilin aromaterapi.
Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku
aromaterapi tindak memiliki wangi aroma, karena hanya
berfungsi untuk memanaskan tungku yang berisi essential
oil. Sedangkan lilin aromaterapi akan mengeluarkan wangi
aromaterapi jika dibakar.
d. Minyak Pijat Aromaterapi
Bentuk ini memiliki wangi yang sama dengan bentuk
aromaterapi yang lain, hanya saja cara penggunaannya yang
berbeda, karena ini digunakan untuk minyak pijat .
e. Garam Aromaterapi
Fungsi dari garam aromaterapi dipercaya dapat
mengeluarkan toksin atau racun yang ada dalam tubuh.
Biasanya digunakan dengan cara merendam bagian tubuh
tertentu seperti kaki, untuk mengurangi rasa lelah.
f. Sabun Aromaterapi
Bentuknya berupa sabun padat dengan berbagai wangi
aromaterapi, namun tidak hanya sekedar wangi saja. Tapi
juga memiliki berbagai kandungan atau ekstrak dari
tumbuh – tumbuhan yang dibenamkan dalam sabun ini,
sehingga sabun ini juga baik untuk kesehatan tubuh, seperti
menghaluskan kulit dan menjauhkan dari serangga (Rafika,
2013).
5. Cara Penggunaan
a. Inhalasi
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam
penggunaan metode aromaterapi yang paling sederhana dan
cepat. Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan
satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru – paru di alirkan
ke pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan
metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah
merangsang olfactory pada setiap kali bernafas dan tidak
akan mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau
yang berbeda dari minyak essensial. Aroma bau wangi yang
tercium akan memberikan efek terhadap fisik dan
psikologis konsumen. Cara ini biasanya terbagi menjadi
inhalasi langsung dan inhalasi tidak langsung. Inhalasi
langsung diperlakukan secara invidual, sedangkan inhalasi
tidak langsung dilakukan secara bersama – sama dalam satu
ruangan. Menurt Walls (2009) aromaterapi inhalasi dapat
dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau
lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah
yang sedikit pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna
untuk minyak esensial relaksasi dan penenang.
b. Pijat
Pijat merupakan tehnik yang paling umum. Melalui
pemijatan, daya penyembuhan yang terkandung dalam
minyak essensial bisa menembus melalui kulit dan dibawa
ke dalam tubuh, kemudian akan mempengaruhi jaringan
internal dan organ – organ tubuh. Minyak essesnsial
berbahaya jika dipergunakan langsung ke kulit, maka dalam
penggunaanya harus dilarutkan dulu dengan minyak dasar
seperti minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak tertentu
lainnya. Minyak lavender, ialah salah satu minyak yang
terkenal sebagai minyak pijat yang dapat memberikan
relaksasi. Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat
ini merupakan cara yang sangat digemari untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki
sirkulasi darah dan merangsang tubuh untuk mengeluarkan
racun, serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dalam
penggunaannya dibutuhkan dua tetes minyak essensial
yang ditambahkan dengan 1 ml minyak pijat.
c. Kompress
Penggunaan melalui proses kompress membutuhkan
sedikit minyak aromaterapi. Kompress hangat dengan
minyak aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan
nyeri punggung dan nyeri perut. Kompress dingin yang
mengandung minyak lavender digunakan pada bagian
perineum saat persalinan.
d. Berendam
Cara ini menggunakan aromaterapi dengan cara
menambahkan tetesan minyak essensial ke dalam air hangat
yang digunakan untuk berendam. Dengan cara ini efek
minyak essensial akan membuat perasaan (secara
psikologis dan fisik) menjadi lebihrileks, serta dapat
menghilangkan nyeri dan pegal, memberikan efek
kesehatan (Rafika, 2013).
6. Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Masoomeh Kheirkhah, Nassimeh
Setayesh Vali Pour, Leila Nisani, dan Hamid Haghani (2014)
dengan judul membandingkan efek aromaterapi dengan mawar oils
dan warm foot bath pada kecemasan persalinan kala I wanita
primigravida. Penelitian uji klinis ini dilakukan setelah mendapat
persetujuan tertulis pada 120 ibu primigravida yang secara acak
dijadikan 3 kelompok. Kelompok pertama yang diberikan
intervensi menerima 10 menit inhalasi dan warm foot bath dengan
minyak mawar. Kelompok intervensi kedua menerima 10 menit
warm water footbath. Kedua intervensi diberikan pada kedua fase
aktif dan transisi. Kelompok kontrol, menerima perawatan rutin
dalam persalinan. Kecemasan dikaji dengan Visual Analogue
Scale (VASA) pada fase aktif dan transisi sebelum dan setelah
intervensi. Skor kecemasan kelompok intervensi pada fase aktif
setelah intervensi secara signifikan lebih rendah dari kelompok
kontrol (P<0.001). Skor kecemasan sebelum dan setelah kelompok
intervensi pada fase transisi secara signifikan lebih rendah daripada
kelompok kontrol (P<0.001). Kesimpulan. Menggunakan
aromaterapi dan footbath menurunkan kecemasan pada fase aktif
wanita primigravida.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri merupakan kondisi yang paling dicemaskan oleh wanita
selama persalinan. Pemilihan metode ini disebabkan karena murah,
mudah dipelajari, dan cukup efektif untuk mengurangi nyeri selama
persalinan.
Dari beberapa studi tentang efektivitas akupresur, pelvic rocking,
Kegel exercise, relaksasi, dan aromaterapi penggunaan metode ini sangat
menjanjikan karena banyaknya wanita yang memilih metode ini.
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan bidan pada ibu bersalin dalam memberikan kenyamanan
selama proses persalinan yaitu dengan memberikan akupresure, pelvic
rocking, Kegel exercise, relaksasi, dan aromaterapi sebagai alternative
dalam mengurangi nyeri persalinan pada inpartu dalam rangka
mewujudkan Gerakan Sayang Ibu.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada ibu bersalin terutama pada ibu bersalin yang fisiologis bahwa
akupresure, pelvic rocking, Kegel exercise, relaksasi, dan aromaterapi
sangat efektif dalam mengurangi nyeri persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Nurul. (2015). Askeb II: Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta: EGC.
Judha, Muhammad, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kristiana, Agnis Sabat. (2016). Hubungan Antara Senam Zilgrei dengan Lama
Inpartu Kala II Pada Primigravida. Jurnal Ners dan Kebidanan, 3, 59-
62.
Prasetyo, SN. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Poerwadi, Rina. Aromaterapi Sahabat Calon Ibu. Jakarta: Dian Rakyat, 2006.