Anda di halaman 1dari 52

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit
(Asri, 2010). Ada lima faktor essensial yang mempengaruhi proses persalinan
dan kelahiran. Passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passage
(jalan lahir), power (kekuatan), posisi ibu dan psychologic (respons
psikologis) (Yanti, 2009). Adapun kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu meliputi
: kebutuhan nutrisi ibu bersalin, kebutuhan eliminasi, kebutuhan pengaturan
posisi, kebutuhan psikologis dan kebutuhan pengurangan rasa nyeri (Yanti,
2009).
Sebuah penelitian ditemukan bahwa 67% ibu merasa sedikit khawatir,
12% merasa sangat khawatir dan 23% merasa tidak khawatir tentang nyeri
persalinan. Maka mengurangi rasa nyeri adalah hal yang penting dan perlu
dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan/penolong persalinan melalui upaya
mengatasi nyeri persalinan. Hal ini sejalan dengan program yang dicanangkan
kementerian kesehatan yaitu program Making Pregnancy Saver (MPS) yang
merupakan salah satu aspek penatalaksanaan dalam persalinan yaitu aspek
sayang ibu (Aryani, 2015).
Nyeri merupakan perasaan subyektif akibat timbulnya perubahan-
perubahan fungsi berbagai organ tubuh yang turut menentukan lancarnya
kelahiran bayi melalui jalan lahir (Tamsuri, 2006). Rasa nyeri pada persalinan
dalam persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut
jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak ditangani akan
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres (Bobak, 2005).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


1
2

Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya


kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi,
peregangan serviks, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah
rahim. Reseptor nyeri ditransmisikan melalui segmen saraf spinalis T11-12
dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. Sistem
ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus
dan kortek serebri (Aryani, 2015).
Nyeri persalinan kala I fase aktif diakibatkan oleh kontraksi rahim
yang mulai adekuat dimana kontraksi rahim terjadi 3 sampai 5 kali dalam 10
menit dengan lama kontraksi antara 30 sampai 60 detik. Gerakan kontraksi
rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut, menjepit pembuluh
darah, vagina dan jaringan lunak di sekitarnya meregang sehingga terasa
nyeri. Keadaan mental si ibu (ketakutan, cemas, khawatir, tegang) serta
hormon prostaglandin yang meningkat sebagai respon terhadap stress.
Intensitas nyeri selama kala 1 fase aktif ini diakibatkan oleh kekuatan
kontraksi (Suryamin, 2014).
Pijatan (massage) digunakan untuk membantu relaksasi dan
menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang
terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor raba kulit sehingga merilekskan
otot-otot, mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan perasaan yang
nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia (Asrinah,
2010).
Teknik pemijatan ada dua yang dilakukan yaitu effleurage dan
counterpressure. Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,
lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek
relaksasi. Dalam persalinan, effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung
jari yang ditekan lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa
tekanan kuat dengan cara menggosokan lembut dengan kedua telapak tangan
dan jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi
tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi 40 kali gosokan permenit,
tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit (Aryani, 2015).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


3

Hasil penelitian yang dilakukan pada 21 orang responden di BPS Tri


Handayani Gebog Kudus didapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan
setelah dilakukan massage punggung terhadap nyeri persalinan kala I, ini
menunjukkan penerapan teknik massage punggung cukup efektif untuk
mengurangi rasa nyeri persalinan kala I. Massage punggung dapat dijadikan
alternatif bagi ibu bersalin yang menginginkan metode nonfarmakologis dan
meminimalkan efek samping yang ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan
tenaga kesehatan terutama penolong.
Pengalaman saya sebagai seorang mahasiswi Keperawatan dalam
melakukan tindakan massage effleurage pada ibu bersalin kala I fase aktif
adalah membantu meringankan rasa nyeri kakak sepupu saya yaitu Ny. A, usia
27 tahun pada tanggal 30 Januari 2021. Beliau bersalin di klinik Kirana. Saya
melakukan massage effleurage berupa sentuhan telapak tangan pada daerah
yang terasa nyeri. Mengusap punggung dan abdomen secara perlahan saat
kontraksi selama 20 menit setiap jam. Hal ini terbukti dapat menurunkan nyeri
kala I fase aktif pada ibu bersalin.
Perawat dapat membuat Study Literature Review (SLR) untuk
membandingkan keefektifan massage effleurage (punggung) terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh massage effleurage (punggung)
terhadap penurunan nyeri persalinan kala I, maka penulis tertarik untuk
membuat “Study Literature Review Implementasi Massage Effleurage Dalam
Menurunkan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif”.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


4

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran asuhan keperawatan implementasi massage effleurage
dalam menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif?

1.3 Tujuan Study


Study Literature Review (SLR) ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penerapan massage effleurage
dalam menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif.

1.4 Manfaat Study


1.4.1 Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengurangi rasa nyeri
terhadap persalinan kala I fase aktif dengan teknik massage effleurage.

1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam mengurangi intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif dengan
mendeskripsikan teknik massage effleurage.

1.4.3 Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mendeskripsikan prosedur dalam
mengurangi rasa nyeri terhadap pasien persalinan kala I fase aktif dengan
teknik massage effleurage.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin


turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2012).

Persalinan normal adalah jenis persalinan dimana bayi lahir melalui


vagina, tanpa memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi) dan biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan
mengejan ibu, akan mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul.
Saat kepala janin memasuki ruang panggul, maka posisi kepala sedikit
menekuk menyebabkan dagu dekat dengan dada janin. Posisi janin ini akan
memudahkan kepala lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan beberapa
gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah kepala janin keluar, bagian
tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki
buah hati anda (Bobak, 2012).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan


Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan
dan kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger
(penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers
(kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic respons (respon
psikologis) (Bobak, 2012).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


6

1. Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,
maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
5
pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009).
2. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot
dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan
lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang
relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009).
3. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi
otot-oto perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen. Kekuatan
primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi
otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga
meneran ibu (Rohani et al, 2011).
4. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi
tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi
tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan
posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin,
dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan
pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


7

serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron
(saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
5. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan
cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk
mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau
ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon
tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah plasenta
(Manurung, 2011).
Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual;
b. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;
c. Kebiasaan adat;
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,
2011).

2.1.3 Tahap-Tahap Persalinan

Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) antara lain :


1. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2
fase pada kala satu, yaitu :
a. Fase Laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi
mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif
berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami
penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


8

b. Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada
umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung
selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif
terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase
aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm;
2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm;
3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Menurut Prawirohardjo (2012), beberapa tanda dan gejala persalinan
kala II yaitu :
a. Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi;
b. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya;
c. Perineum terlihat menonjol;
d. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka;
e. Peningkatan pengeluaran lendir darah.

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul
rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air
besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


9

badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam


(Mochtar, 2012).
Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh
regangan dan robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan
pada otot skelet perineum. Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur
somatik superfisial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan
terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus
(Mander, 2012).
3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Menurut Prawirohardjo (2012) tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :
a. Perubahan Bentuk dan Tinggi Fundus
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus biasanya turun
sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus
terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas
pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
b. Tali Pusat Memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva
dan vagina (tanda Ahfeld).
c. Semburan Darah Tiba-Tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang
terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal
plasenta (maternal portion) keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit
plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


10

atas sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc (Mochtar, 2012).
4. Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan
dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai
500 cc.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV antara lain :
a. Intensitas kesadaran penderita;
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan;
c. Kontraksi uterus;
d. Terjadinya perdarahan jenis persalinan yang aman dilakukan jenis
persalinan yang aman tentu menjadi pertimbangan untuk ibu hamil
tua, apalagi bagi mereka yang menginginkan untuk persalinan
normal (Prawirohardjo, 2012).

2.1.4 Patofisiologi

(Gambar 2.1 Proses Persalinan)

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


11

Asuhan persalinan normal adalah tindakan mengeluarkan janin yang


sudah cukup usia kehamilan dan berlangsung spontan tanpa intervensi alat.
Persalinan dikatakan normal jika janin cukup bulan (37-42 minggu), terjadi
spontan, presentasi belakang kepala janin dan tidak terdapat komplikasi
pada ibu maupun janin. Asuhan persalinan normal bertujuan agar persalinan
dapat berjalan bersih dana man sehingga angka kematian maupun kecacatan
ibu dan bayi berkurang.

Asuhan persalinan normal diindikasikan bagi semua wanita hamil


karena merupakan proses fisiologis. Setelah tanda persalinan muncul, proses
persalinan dapat berlangsung sesuai dengan kala persalinan. Asuhan
persalinan normal memiliki 4 kala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam,
yaitu kala I hingga kala IV. Kala I adalah mulai terjadinya kontraksi uterus
sampai dilatasi serviks lengkap hingga bayi lahir. Kala III adalah fase
mengeluarkan plasenta setelah janin lahir. Sedangkan kala IV merupakan
fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam postpartum.

Kontraindikasi dari persalinan normal dibagi dari kontraindikasi ibu


dan kontraindikasi janin. Keadaan yang menjadi kontraindikasi ibu adalah
Chepalopelvic Disproportion, plasenta abnormal, prolapse tali pusat,
Vaginal Birth After Cesarean Section, penyakit infeksi menular seksual,
HIV dan myopia tinggi. Keadaan janin yang dapat menjadi kontraindikasi
persalinan normal adalah malpresentasi , macrosomia dan kadang pada janin
kembar.

Komplikasi asuhan persalinan normal pada ibu dapat berbeda pada


setiap kala I-IV, di antaranya partus lama, distosia, retensio plasenta atau
perdarahan postpartum. Sedangkan komplikasi pada bayi baru lahir dapat
terjadi asfiksia atau sepsis neonatorum. Edukasi yang perlu diberikan
kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan normal adalah proses fisiologis
dan lebih baik daripada Sectio Caeserea karena pada persalinan normal
penyembuhan lebih cepat, komplikasi lebih minimal dan hubungan ibu bayi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


12

akan lebih kuat. Berikan penjelasan juga mengenai tanda pasti persalinan,
kapan ibu harus ke fasilitas kesehatan serta komplikasi yang mungkin
terjadi kepada ibu dan bayi selama proses persalinan normal berlangsung
(Meliyana, 2017).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kencing karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah di uterus (fase labor
pain). Serviks menjadi lembek, mula mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Hafifah, 2011).

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun
bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan. Diantaranya adalah
:
1. Ketuban pecah dini;
2. Partus preterm;
3. Prolaps tali pusat;
4. Distosia atau kelainan presentasi janin;
5. Vasa previa;
6. Kehamilan postmatur;
7. Persalinan disfungsional;
8. Rupture uterus;
9. Plasenta akreta;
10. Perdarahan pasca post partum dini (Irmayanti, 2011).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


13

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian komplikasi


persalinan adalah :
1. Antenatal care
2. Status paritas
3. Usia
4. Penyakit penyerta Ibu
5. Jarak tempat tinggal ke RS
6. Rumah Sakit / Instansi yang merujuk (Irmayanti, 2011).

2.1.7 Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Ibu Post Partum


Adaptasi Fisiologis Post Partum :
1. Tanda-Tanda Vital
Suhu dalam 24 jam pertama meningkat < 38° C akibat adanya dehidrasi
dan perubahan hormonal, relaksasi otot. Normal kembali dalam waktu
24 jam pertama. Bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka pasien
menunjukkan adanya sepsis puerperalis, infeksi traktus irunarius,
endometritis, mastitis. Pembengkakan payudara pada hari kedua dan
ketiga yang dapat meningkatkan suhu pasien.
2. Sistem Kardiovaskuler
Dapat terjadi bradikardi setelah persalinan, takikardi bisa terjadi
merefleksikan atau menunjukkan adanya kesulitan dalam proses
persalinan atau persalinan lama, perdarahan yang berlebih (Hemoragic
Post Partum).
3. Tekanan Darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penarnbahan sistolik 30
mmHg atau penambahan diastolic 15 mmHg khususnya bila disertai
adanya sakit kepala atau gangguan penglihatan menunjukkan
preeklampsia.
4. Laktasi
Produk ASI mulai hari ke4 post partum, pembesaran payudara, putting
susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan, areola mamae

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


14

berwarna hitam atau mengalami hiperpigmentasi dan kembali normal


setelah minggu pertama.

5. Sistem Perkemihan
Kandung kemih oedema dan sensitivitasnya menurun sehingga
mengakibatkan over distention.
6. Sistem Reproduksi
Involusio uteri terjadi segera setelah bayi lahir dan prosesnya cepat
setelah melahirkan yang terdiri dari :
a. 1 - 3 hari tinggi fundus uteri teraba 3 jari di bawah umbilicus.
b. 3 - 7 hari tinggi fundus uteri teraba 1 jari di atas simpisis pubis.
c. 7 - 9 hari tinggi fundus uteri tidak teraba.
d. Setelah melahirkan uterus membersihkan dirinya dengan debris
yaitu pengeluaran lochea, dimana lochea rubra hari ke 1-3
berwarna merah dan hitarn, terdiri dari sel desidua, verniserosa,
rambut lanuga, sisa mekonium, sisa darah, hari ke 3 - 7 lochea
sanguinolenta berwarna putih campur merah kecoklatan, lochea
serosa pada hari 7-14 berwarna merah kekuningan, sedangkan
lochea alba setelah hari ke-14 berwarna putih.
e. Akibat persalinan rnenyebabkan oederna dan luka pada dinding
vagina dan akan kembali normal pada minggu ketiga, perubahan
pada serviks, setelah persalinan teraba lembek dan ada kalanya
miring sebelah, beberapa hari setelah melahirkan, ostium menutup
secara spontan.
f. Sistem endokrin. Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala
IV.
g. Persalinan. Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estrogen dan
progesterone. Prolaktin menurun pada wanita yang tidak meneteki
bayinya dan akan meningkat pada wanita yang meneteki.
Menstruasi biasanya terjadi setelah 12 minggu post partum pada
ibu yang tidak menyusui dan 36 minggu pada ibu yang rnenyusui.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


15

Adaptasi psikologis post partum :

1. Fase taking in/ dependen/ tergantung. Ibu berperilaku tergantung pada


orang lain, perhatian berfokus pada dirinya sendiri, pasif belum ingin
kontak dengan bayi berlangsung sampai 1-2 hari.
2. Fase talking hold/ independent. Fokus perhatian Iebih luas termasuk
pada bayinya, mandiri, inisiatif dalam perawatan dirinya. Dimulai pada
hari ketiga setelah melahirkan.
3. Fase letting go/ mandiri. Memperoleh peran dan tanggung jawab baru,
perawatan dirinyaan bayinya terus meningkat, menyadari bahwa dirinya
terpisah dengan bayinya. Dimulai sekitar minggu kelima setelah
melahirkan (Mansur, 2014).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi :

1. Pemeriksaan rupture membrane plasenta;


2. Pemeriksaan USG;
3. Tes fetal fibronectin (FFN);
4. Pemeriksaan labolatorium, dapat dilakukan pemeriksaan seperti : rapid
plasma regain test, vaginal pH/wet smear/whiff test, antibody
anticardiolipin, lupus anticoaualant antibody, avtivated partial
thromboplastin time, one-hour glaucose challenge test, skrining gonore
dan klamidia, pemeriksaan TORCH, pemeriksaan HIV dan hbshg.
(Mansur, 2014).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


16

2.1.9. WOC (Web Of Causion)

Kehamilan (37-42 minggu), tanda-tanda inpartu dan proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Partus Pengeluaran bayi Kala


Kontraksi Proses kala I
I-IV
uterus lama
Rupture Pelepasan plasenta
perienum Penggunaan
Peregangan MK :
energy
otot jalan lahir Keletihan Luka bekas
meningkat
Recepnicoceptori implantasi
dan aktivitas
Dilatasi otot
serviks Ke hipotalamus meningkat
Pendarahan
Kelemahan
Perangsangan MK : Nyeri Cortex cerebri fisik
saraf sensoris melahirkan
(Bagan 2.1 Web Of Causion)

17
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
17

2.2 Nyeri Persalinan

2.2.1 Pengertian Nyeri Persalinan

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf


khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh
kontraksi rahim, dilatasi serviks dan distensi perineum. Serat saraf aferen
viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis
pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal
yang pertama (T10 sampai L1) (Asmadi, 2012).

Nyeri persalinan suatu perasaan tidak menyenangkan yang merupakan


respon individu yang menyertai dalam proses persalinan oleh karena adanya
perubahan fisiologis dari jalan lahir dan rahim. Nyeri persalinan disebabkan
oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus
uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di serviks
(Bandiyah, 2012).

2.2.2 Penyebab Nyeri Melahirkan


1. Dilatasi serviks;
2. Pengeluaran janin.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

2.2.3 Tanda dan Gejala Nyeri Melahirkan


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) :
1. Tanda Mayor : mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan, ekspresi wajah
meringis, berposisi meringankan nyeri, uterus teraba membulat.
2. Tanda Minor : mual, nafsu makan menurun/meningkat, tekanan darah
meningkat, frekuensi nadi meningkat, ketegangan otot meningkat, pola
tidur berubah, fungsi berkemih berubah, diaforesis, gangguan perilaku,
perilaku ekpresif, pupil dilatasi, muntah, fokus pada diri sendiri.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Melahirkan


Menurut Manurung (2011) faktor – faktor yang mempengaruhi respon nyeri
saat persalinan :
1. Usia
Usia dewasa menggambarkan kematangan dalam pola berfikir dan
bertindak. Respon fisiologis yang ditampilkan oleh ibu melahirkan
tergantung dari tingkat nyeri. Gambaran tersebut menyebabkan ada
perbedaan pemahaman nyeri selama bersalin. Ibu melahirkan di usia
dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


18

kerusakan fungsi. Ibu melahirkan di usia muda akan mengungkapkan nyeri


sebagai sensasi yang sangat menyakitkan di setiap fase persalinan.
2. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri
akibat yang harus diterima sebagai seorang wanita. Wanita itu adalah orang
yang harus menjalani fisiologi reproduksinya sehingga wajar menerima
apapun yang terjadi selama hamil dan melahirkan.
3. Makna nyeri
Makna nyeri berhubungan dengan pengalaman seseorang terhadap nyeri
dan bagaimana mengatasinya. Jika riwayat persalinan ibu sebelumnya
pernah mengalami sensasi nyeri yang begitu tidak menyenangkan maka
persalinan saat ini, nyeri bisa dipersepsikan sebagaimana nyeri
sebelumnya. Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa
lampau dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung
pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4. Perhatian
Klien yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri
yang menurun.
5. Ansietas
Hubungan cemas dengan nyeri adalah hubungan timbal balik. Cemas
meningkatkan persepsi terhadapat nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas. Dampak dari cemas sendiri terhadap impuls syaraf
parasimpatis yang merangsang
kelenjar adrenal bagian medulla mensekresi hormone katekolamin.
Katekolamin menyebabkan vasokontriksi vaskuler. Sehingga sirkulasi
menjadi terganggu dan asupan oksigen ke jaringan berkurang menimbulkan
sensasi nyeri semakin kuat.
6. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri. Orang akan cenderung melukai dirinya dan menyalahkan
kondisi saat ini.
7. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


19

Perhatian khusus dibutuhkan oleh seorang ibu disaat melahirkan untuk


menurunkan tingkat kecemasannya dan memenuhi kebutuhan fisik ibu.

2.2.5 Dampak Nyeri Melahirkan

1. Mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia yang


menaikkan aktivitas sistem saraf simpatis.
2. Perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan akibatnya
memengaruhi lama persalinan.
3. Kecemasan dan kelelahan atau kekuatan (tenaga untuk mengejan) ibu akan
habis saat persalinan. Nyeri merupakan yang dapat memicu stress dan
stress dapat memicu kejadian nyeri. Sehingga kejadian nyeri dapat memicu
kesejahteraan psikologis. Perawat harus memperhatikan hal-hal berikut
untuk mengetahui efek nyeri pada klien :
a. Tanda dan gejala fisik, karena adanya nyeri yang dirasakan klien bisa
berpengaruh pada fungsi normal tubuh;
b. Efek tingkah laku, seperti respon verbal, gerakan tubuh, ekspresi
wajah, dan interaksi sosial;
c. Efek pada ADL, klien mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi
secara rutin dalam aktivitas sehari-hari (Manurung, 2011).

2.2.6 Penatalaksanaan Nyeri


Mengatasi nyeri selama persalinan digunakan farmakologis yaitu dengan obat
dan cara nonfarmakologis atau tanpa obat.
1. Farmakologi. Dengan pemberian obat-obatan analgesic yang bisa
disuntikkan, melalu infuse intra vena yaitu syaraf yang mengantar nyeri
selama persalinan. Tindakan farmakologis masih menimbulkan
pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat menembus
sawar plasenta,sehingga dapat berefek pada aktivitas rahim. Efek obat yang
diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Nonfarmakologi. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung
untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan
nyeri. Bentuk-bentuk penatalaksanaan non farmakologi menurut Smeltzer
dan Bare (2012) meliputi :
a. Massage
Massage adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada pinggang dan bahu. Massage menstimulasi reseptor
tidak nyeri. Massage juga membuat pasien lebih nyaman karena
membuat pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


20

b. Terapi Es dan Panas


Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area
sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran
darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri.
c. Stimulasi Syaraf Elektris Transkutan (TENS)
TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan
elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi
kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Mekanisme ini sesuai
dengan teori gate control dimana mekanisme ini akan menutup
transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asenden sistem syaraf pusat
untuk menurunkan intensitas nyeri.
d. Distraksi ( Terapi Musik Klasik Mozart )
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa
terhadap nyeri yang dialami (Potter & Perry, 2012).

Distraksi adalah sengaja memfokuskan perhatian pada


rangsangan lain daripada rangsangan nyeri. Rasionalisasi dari
penggunaan sistem ini adalah belajar tentang perilaku baru untuk
mereseptor nyeri dan stress, sehingga dapat meningkatkan sistem
kontrol terhadap nyeri dan mengurangi nyeri serta pikiran yang
berhubungan dengan nyeri. Adapun yang termasuk dalam sistem ini
adalah pemusatan perhatian, guide imagery, dan latihan nafas dalam,
musik, dukungan dan pemberian informasi secara verbal serta distraksi
(Potter & Perry, 2012).
Menurut Hendra (2012) menyatakan bahwa musik klasik
merupakan musik yang memiliki nilai seni dan nilai ilmiah yang
tinggi. Musik klasik yang paling sering didengarkan adalah musik
klasik barat karya musisi seperti Mozart, Bach, Bethoven, Handel,
Hydn dan lain sebagainya. Musik berkerja pada sistem syaraf otonom
yaitu bagian sistem saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan
darah, denyut jantung, fungsi otak, mengontrol perasaan dan emosi.
Ketika seseorang sakit, dia akan merasa takut, frustasi dan marah, hal
inilah yang membuat otot-otot tubuh menjadi menegang, sehingga
menyebabkan rasa sakit yang semakin parah.
e. Teknik relaksasi nafas dalam
Teknik pernapasan dapat mengendalikan nyeri karena dapat
meminimalkan fungsi simpatis dan meningkatkan aktifitas komponen
parasimpatik. Teknik relaksasi nafas adalah mengajarkan kepada klien

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


21

bagaimana cara melakukan nafas dalam, napas lambat (menahan


insipirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2012).
f. Imajinasi Terbimbing
Dilakukan dengan menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara
yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Individu di instruksikan untuk membayangkan bahwa dengan setiap
napas yang diekhalasikan (dihembuskan) secara lambat akan
menurunkan ketegangan otot dan ketidak nyamanan dikeluarkan.
g. Hipnosis
Efektif untuk menurunkan nyeri akut dan kronis. Teknik ini mungkin
membantu pereda nyeri terutama dalam periode sulit.
h. Terapi murottal Al-Qur’an
Terapi murottal Al-Qur’an sudah terbukti dapat menurunkan intensitas
nyeri. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani,
Fajarsari, Asih danRohmah (2014) dengan judul : Pengaruh terapi
murottal alqur’an untuk penurunan nyeri persalinan dan kecemasan
pada ibu bersalin kala I fase aktif di RSUD. Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto. Rata-rata intensitas nyeri sebelum terapi
murottal adalah 6,57, rata-rata setelah dilakukan terapi murottal adalah
4,93. Rata-rata kecemasan sebelum terapi murottal adalah 26,67, rata-
rata setelah dilakukan terapi murottal adalah 20,52. Surat yang dipakai
dalam penelitian ini adalah Q.S Ar-Rahmaan.

2.2.7 Pengukuran Skala Nyeri Persalinan

Menurut Potter dan Perry (2010), ada beberapa cara untuk mengetahui
akibat nyeri, salah satunya menggunakan Visual Analog Scale (VAS). VAS
adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Rentang nyeri
diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap
centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang
lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.

Rentang intensitas nyeri dapat ditentukan dengan 4 cara yaitu dengan


menggunakan skala intensitas nyeri baik yang berupa skala intensitas nyeri
deskriptif sederhana, skala intensitas nyeri numerik 0 sampai dengan 10,
dengan skala analog visual (Perry & Potter, 2012).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


22

Skala intensitas nyeri numerik yaitu :

(Gambar 2.2 Visual Analog Scale / VAS Sumber : Potter & Perry (2012))

Keterangan :
1.1 : Tidak nyeri;
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik);
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik);
7-9 : Nyeri berat terkontrol (secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi);
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul).

Wong Baker FACES pain rating scale, skala ini terdiri enam wajah yang
menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum hal ini tidak
menunjukan adanya nyeri, kemudian secara berintensitas menunjukan wajah
yang kurang bahagia, wajah sangat sedih sampai wajah yang ketakutan hal ini
menunjukkan nyeri yang sangat hebat (Price & Wilson, 2012).

(Gambar 2.3 Wong Baker FACES Pain Rating Scale)

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


23

Keterangan :
0 = Ekspresi rileks, tidak merasa nyeri;
1 = Sedikit nyeri;
2 = Cukup nyeri;
3 = Lumayan nyeri;
4 = Sangat nyeri;
5 = Amat sangat nyeri (tak tertahankan).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Persalinan Kala I

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul


lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dilakukan sebelum mendapatkan
data lengkap. Pengkajian ini diprioritaskan untuk menentukan kondisi ibu dan
janin (Mitayani, 2013).
Data yang harus dikaji pada pasien asuhan keperawatan persalinan normal
yaitu:
1. Anamnesa. Identitas Ibu, nama, nama panggilan, alamat, bahasa yang
digunakan. Usia ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun). Bila
didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari
35 tahun) merupakan kelompok resiko tinggi. Pendidikan dan pekerjaan
klien (Taufan, 2014).
2. Keluhan Utama
Berisi keluhan ibu sekarang saat pengkajian dilakukan. Pada umumnya,
klien akan mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya
his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu
ingin buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit-sedikit (Rohani,
2011).
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
mempunyai riwayat penyakit seperti diabetes mellitus, dll. Riwayat
penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui adakah riwayat penyakit
menurun atau menular, adakah riwayat keturunan kembar atau tidak
(Wiknjosastro, 2009).
4. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara
38-42 minggu disertai tanda-tanda menjelang persalinan yaitu nyeri
pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, teratur,

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


24

kuat, 33 adanya show (pengeluaran darah campur lendir), kadang


ketuban pecah dengan sendirinya (Mitayani, 2009).

b. Riwayat Penyakit Sistemik


Untuk mengetahui apakah adanya penyakit jantung, hipertensi,
diabetes mellitus, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang
pernah dialami, dapat memperberat persalinan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti jantung
dan DM.
d. Riwayat Obstetri Riwayat Haid
Ditemukan amenorrhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari
37 minggu. Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing,
mual muntah, dan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung
13-14 jam dengan pembukaan 1 cm/ jam, pada multigravida
berlangsung 8 jam dengan 2 cm/ jam.
e. Riwayat Keturunan Kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam keluarga.
f. Riwayat Operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani.
g. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan.
h. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu
1) Kehamilan. Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan
hasil pemeriksaan kehamilan (Wiknjosastro, 2009).
2) Persalinan. Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada
perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2009).
3) Nifas. Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir
hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas, dan apakah ibu
tersebut mengetahui penyebabnya.
i. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
resti atau tidak, meliputi :
1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Digunakan untuk
mengetahui umur kehamilan.
2) Hari Perkiraan Lahir (HPL). Untuk mengetahui perkiraan lahir.
(Wiknjosastro, 2009).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


25

3) Keluhan-keluhan untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan


pada trimester I,II dan II (Wiknjosastro, 2009).
4) Ante Natal Care (ANC). Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak
dan tempat ANC.
j. Riwayat keluarga berencana. Untuk mengetahui apakah sebelum
kehamilan ini pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak dan
berapa lama penggunaan nya (Nursalam, 2013).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, jelek (Prawirohardjo,
2010). Pada kasus persalinan normal keadaan umum pasien baik
(Nugroho, 2010).
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien composmentis, apatis,
somnolen, delirium, semi koma dan koma. Pada kasus ibu bersalin
dengan persalinan normal kesadarannya composmentis (Rohani,
2011).
c. Tanda Vital
1) Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg (Saifuddin, 2010).
2) Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung
dalam menit (Saifuddin, 2010). Batas normalnya 69-100x/ menit
(Taufan, 2014).
3) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2010). Batas
normalnya 12-22x/ menit (Taufan, 2014).
4) Suhu : Untuk mengetahui suhu tubuh klien,
memungkinkan febris/ infeksi dengan menggunakan skala derajat
celcius. Suhu wanita 37 saat bersalin tidak lebih dari 38°C
(Wiknjosastro, 2009). Suhu tubuh pada ibu bersalin dengan
persalinan normal 38°C (Taufan, 2014).
d. Pemeriksaan tanda vital ibu, yaitu tekanan darah setiap 4 jam serta
pemeriksaan kecepatan nadi dan suhu setiap 1 ajam.
e. Pemeriksaan kontraksi uterus setiap 30 menit.
f. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap 1 jam, pemeriksaan denyut
jantung bayi yang dipengaruhi kontraksi uterus dapat dilakukan
dengan prosedur cardiotography (CTG).
g. Pemeriksaan dalam (VT) dilakukan setiap 4 jam untuk menilai
dilatasi serviks, penurunan kepala janin dan warna cairan amnion
(Meliyana, 2017).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


26

2.3.2 Pada Pemeriksaan Leopold


1. Leopold I : TFU : Teraba 3 jari dibawah prosesus xifoideus dan di bagian
fundus uteri teraba bulat lunak tidak melengking (bagian bokong janin).
2. Leopold II : Umumnya saat di palpasi bagian kanan teraba keras memanjang
(punggung janin) dan bagian kecil janin (ekstremitas) di sepanjang sisi kiri.
3. Leopold III : Di palpasi bagian terendah janin teraba keras bulat (presentasi
kepala).
4. Leopold IV : Di palpasi teraba sudah masuk PAP Pada tahapan persalinan.
a. Kala 1 : Umumnya his ; 3-4x dalam 10 menit lama kekuatan 30 detik
dengan frekuensi kuat.
b. Kala 2 : Perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka,
dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
c. Kala 3 : Keluar nya plasenta disertai dengan keluarnya darah pada
vulva, umumnya darah yang keluar tidak lebih dari 50-100 cc
d. Kala 4 : Normalnya keadaan ibu baik, tidak ada penurunan kesadaran,
TTV dalam keadaan normal, serta terjadinya perdarahan (keluarnya
darah nifas) yang tidak lebih dari 400-500 c, Auskultasi : DJJ < 120x/
menit atau > 160x/ menit (Irmayanti, 2011).

2.3.3 VT (Pemeriksaan Dalam)


Untuk mengetahui keadaan vagina, portio keras atau lunak, pembukaan serviks
berapa, penurunan kepala, UKK dan untuk mendeteksi panggul normal atau
tidak (Prawirohardjo, 2010).

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi
untuk sifilis.

2.3.5 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks.
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


27

NURSING CARE PLANNING

DATA PENDUKUNG DIAGNOSIS KEPERAWATAN LUARAN (SLKI)


INTERVENSI (SIKI)
Data Pendukung Klien Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS D.0079 Nyeri melahirkan L.08066 Setelah dilakukan asuhan I. 08238 Observasi
- Klien mengatakan merasa nyeri berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi lokasi,
perut dilatasi serviks. diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
- Klien mengatakan perineum menurun. Dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
terasa tertekan - Keluhan nyeri menurun nyeri
- Klien mengatakan merasa mual - Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
- Klien mengatakan nafsu makan - Sikap protektif menurun - Identifikasi respons nyeri
menurun - Gelisah menurun non verbal
DO - Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang
- Ekspresi wajah klien tampak - Frekuensi nadi membaik memperberat dan
meringis memperingan nyeri
- Klien tampak berposisi
meringankan nyeri Terapeutik
- Uterus klien tampak membulat - Berikan teknik
- Tekanan darah 130/70 mmHg nonfarmakologis untuk
- Frekuensi nadi 75x/m mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


28

kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DS D. 0057 Keletihan L. 05046 Setelah dilakukan asuhan I. 12362 Observasi
- Klien merasa kurang tenaga berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi kesiapan dan
- Klien mengeluh lelah kondisi psikologis diharapkan tingkat keletihan kemampuan menerima
menurun. Dengan kriteria hasil : informasi
- Verbalisasi kepulihan
DO energy meningkat Terapeutik
- Klien tampak tidak mampu - Tenaga meningkat - Sediakan materi dan media
mempertahankan aktivitas rutin - Kemampuan melakukan pengaturan aktivitas dan
- Klien tampak lesu aktivitas rutin meningkat istirahat

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


29

- Verbalisasi lelah menurun - Jadwalkan pemberian


- Lesu menurun pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya

Edukasi
- Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelelahan,
sesak napas saat aktivitas)
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan

(Tabel 2.1 Nursing Care Planning

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


30

2.4 Prosedur Terapi Relaksasi Massage Effleurage

2.4.1 Pengertian

Pengertian menurut Direktorat Pembina Kursus dan Pelatihan


(2015) massage merupakan salah satu cara memanjatkan diri, karena
sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk
menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah,
merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan
kesehatan pikiran. Massage juga merupakan tehnik integrasi sensoris
yang mempengaruhi aktivitas sistem syaraf otonom. Massage punggung
merupakan intervensi non farmakologis dengan menggunakan pendekatan
secara fisik .
(P. A. Potter & Perry, 2005).
Terapi relaksasi massage punggung yaitu sentuhan yang di
bentuk berguna untuk meningkatkan kenyamanan, mengurangi stress dan
menciptakan ketenangan (Basford & Slevin, 2006). Penggunaan massage
punggung tidak mempunyai efek samping berarti dan mudah dalam
mengaplikasikannya, penggunaan lotion diharapkan memberikan sensasi
hangat dan mengakibatkan vasodilatasi lokal sehingga meningkatkan
peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan
akan mengurangi rasa sakit.
(Kusyanti, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa massage pada punggung
selama 30 menit dapat mengurangi nyeri kala I persalinan normal. Hasil ini
sejalan dengan terdapa Mander (2004) dan Sehaerwood (2011), yang
menyatakan bahwa tekanan tersebut dapat mengaktivasi serabut saraf
berdiameter besar untuk menutup pintu gerbang hantaran nyeri yang
dibawah oleh serabut saraf berdiameter kecil sehingga tertutupnya hantaran
nyeri kekorteks serebral dan mengakibatkan nyeri berkurang hasil ini juga
sesuai dengan Price dan Wilson (2006) yang menyebutkan bahwa massage
yang dilakukan selama 30 menit akan menghambat transmisi tersebut.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


31

Penelitian-penelitian tersebut memang memiliki perbedaan baik dari


segi waktu penelitian, desain penelitian, jumlah subyek dan intervensi yang
digunakan, namun keseluruhan penelitian secara konsisten mendukung
manfaat massage effleurage (punggung) mengurangi nyeri persalinan.
Massage effleurage merupakan analgesia psikologi yang dilakukan
sejak awal bersalin (inpartu), yang dapat menimbulkan reaksi relaksasi.
Tindakan ini berupa pemberian tindakan stimulasi kutaneus, hampir sama
dengan tindakan pemberian aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga.
Massage effleurage pada punggung dan abdomen menstimulasi serabut
taktil di kulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulus dengan
massage effleurage ini menghasilkan pesan yang dikirim lewat serabut A-
beta, serabut yang menghantarkan nyeri cepat yang mengakibatkan gerbang
tertutup sehingga korteks serebri tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas
nyeri berkurang hal ini sesuai yang dikemukakan Perry (2006).
Terdapat enam gerakan dasar dalam massage. Gerakan dasar
tersebut adalah effleurage (gerakan tangan mengurut), pettrissage (gerakan
tangan mencubit), tapotement (gerakan tangan perkusi), hacking (gerakan
tangan mencincang), kneading (gerakan tangan meremas) dan cupping
(gerakan tangan membentuk seperti mangkuk). Setiap gerakan ditandai
dengan perbedaan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan untuk
mencapai pengaruh yang berbeda pada jaringan dibawahnya.
Massage effeleurage dilakukan selama 20 menit/jam selama
persalinan. Massage effleurage dimulai dengan sentuhan telapak tangan
pada daerah yang terasa nyeri. Tindakan ini dilakukan dengan mengusap-
usap punggung dan abdomen secara perlahan, lambat, panjang (tidak putus-
putus), seirama dengan pernafasan saat kontraksi yang digunakan untuk
mengalihkan pikiran ibu. Dalam persalinan massage effleurage dilakukan
dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan, tanpa tekanan
kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Teknik ini
lebih dipilih karena usapan ringan dan tanpa ada penekanan sehingga tidak
berbahaya bagi ibu dan janin.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


32

Effleurage atau pijatan pada abdomen yang teratur dalam latihan


pernapasan selama kontraksi digunakan untuk mengalihkan wanita dari
nyeri selama persalinan. Begitu pula adanya massage yang mempunyai efek
distraksi juga dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem
kontrol dasenden. Massage dapat membuat pasien lebih nyaman karena
massage membuat relaksasi otot.

2.4.2 Jenis-Jenis

Menurut Direktorat Pembina Kursus dan Pelatihan (2015) berbagai


jenis pijat telah berkembang di dunia dengan menggunakan teknik yang
menjadi ciri khas dari mana pijat tersebut berasal. Jenis-jenis pijat yang kini
dikenal, selain refleksi di antaranya adalah swedish massage, thai
massage, balinese, tuina, akupresur, shiatsu, massage dan lain-lain.
Dalam menurunkan kecemasan yang dapat dilakukan dengan mengajarkan
pasien tentang teknik relaksasi, misalnya yaitu dengan teknik relaksasi nafas
dalam, mendengar musik dan dengan massage. Terapi relaksasi massage ini
bertujuan untuk meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi
stres dan kecemasan yang dirasakan, area untuk melakukan massage
yang baik dilakukan yaitu pada area punggung (Stuart & Sundeen, 2014).
Massage punggung dapat merangsang tubuh melepaskan senyawa
endorphin yang merupakan pereda sakit alami, endorphin tersebut juga
dapat menciptakan rasa nyaman dan enak (Maryunami, 2010).

2.4.3 Tujuan

Menurut Stuart & Sundeen (2014) tindakan relaksasi massage ini


bertujuan untuk meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi
stres dan kecemasan yang dirasakan, area untuk melakukan massage yang
baik dilakukan yaitu pada area punggung. Sedangkan menurut Direktorat
Pembina Kursus dan Pelatihan (2015) menyatakan bahwa dengan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


33

melakukan massage tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan endorphin


karena pemijatan. Endorphin adalah zat yang diproduksi secara alamiah oleh
tubuh, bekerja, serta memiliki efek seperti morphin. Endorphin bersifat
menenangkan, memberikan efek nyaman, dan sangat berperan dalam
regenerasi sel-sel guna memperbaiki bagian tubuh yang sudah using atau
rusak.

2.4.4 Manfaat

Menurut Direktorat Pembina Kursus dan Pelatihan (2015) pijat


refleksi juga memberikan manfaat bagi sistem dalam tubuh yaitu stres, kurang
tidur, nyeri kepala dan sebagainya menimbulkan ketegangan pada sistem
saraf. Pijat refleksi dapat bersifat sedatif yang berfungsi meringankan
ketegangan pada saraf. Karena mempengaruhi sistem saraf, pijat refleksi
juga dapat meningkatkan aktivitas sistem vegetasi tubuh yang dikontrol
oleh otak dan sistem saraf, yakni system kelenjar-hormonal, sistem peredaran
darah, sistem pencernaan, dan lain-lain.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


34

BAB 3
METODE STUDY

3.1 Jenis Study


Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dalam bentuk
study kasus untuk mendapatkan gambaran “Implementasi Massage
Effleurage Dalam Menurunkan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif”.

3.2 Subyek Study


Subjek penelitian dalam mendapatkan gambaran pengaruh
Implementasi Massage Effleurage Dalam Menurunkan Nyeri Persalinan Kala
I Fase Aktif.

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria inklusi :
a. Pasien ibu hamil.
b. Pasien yang bersedia menjadi subyek penelitian.
c. Pasien dalam tahap persalinan.
d. Pasien dewasa diatas 20 tahun.
e. Pasien dengan kesadaran composmentis.
f. Pasien yang mengalami nyeri.

2. Kriteria eksklusi :
a. Pasien yang menolak dan melanjutkan perlakuan sebelum mencapai 3
hari perawatan.
b. Pasien post partum.
c. Pasien meninggal/pulang.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


35

3.3 Tabel PICO(S)

36
Kriteria Inklusi Ekslusi

Population Pasien dengan ibu Pasien selain ibu bersalin


bersalin kala I fase kala I fase aktif
aktif

Intervention Pemberian terapi Pemberian terapi


komplementer komplementer selain
massage effleurage massage effleurage

Comparators Tidak ada Tidak ada

Outcomes Untuk menurunkan Selain menurunkan rasa


rasa nyeri nyeri

Study design and Semua tipe design Study kasus


publication type penelitian tipe
publikasi : open
access researh
article

Publication years Setelah 2015 Sebelum 2015

Language English dan Selain bahasa English dan


Indonesia Indonesia

Journal 1 jurnal keperawatan Selain1 jurnal keperawatan


internasional dan 4 internasional dan 4 jurnal
jurnal keperawatan keperawatan nasional
nasional

(Tabel 3.1 PICO(S))

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


36

3.4 Kata Kunci

Dari rumusan PICO(S) (Population, Intervention, Comparison, Outcome dan


Study Design) kunci dalam setiap database mencakup massage effleurage
AND tingkat nyeri QR kala I OR fase aktif.

3.5 Filter Jurnal

Pencarian literature awal melalui database berjumlah 125 artikel,


PubMed 14, Science Direct 0, Google Scholar 60, Portal Garuda 10,
Semantic Scholar 23, Journal Of Islamic Nursing (JOIN) 12, Journal
International Journal Of Science and Research 6, Jurnal Keperawatan
Indonesia 0 dan Elsevier 0. Literature setelah duplikat dihapus 55, literature
dikecualikan 45 karena tidak sesuai dengan PICO-S, artikel full text kemudian
dikaji kembali kelayakannya sebanyak 25, setelah itu literature dikeluarkan
20 dan artikel yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 5 artikel atau jurnal.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


37

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pencarian mengidentifikasi 5 artikel yaitu 4 artikel nasional dan 1
artikel internasional. 4 artikel menggunakan metode Quantitative Analytical
dengan design Quasy Experimental dan 1 artikel menggunakan metode
kelompok kontrol acak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penerapan massage effleurage
(punggung) terhadap penurunan nyeri kala 1 fase aktif. Berdasarkan
jurnal/artikel yang telah didapat, sebagian besar hasil dari penelitian
mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari teknik massage
effleurage (punggung) terhadap penurunan nyeri kala 1 fase aktif.
Pencarian literature awal melalui database berjumlah 125 artikel,
PubMed 14, Science Direct 0, Google Scholar 60, Portal Garuda 10,
Semantic Scholar 23, Journal Of Islamic Nursing (JOIN) 12, Journal
International Journal Of Science and Research 6, Jurnal Keperawatan
Indonesia 0 dan Elsevier 0. Literature setelah duplikat dihapus 55, literature
dikecualikan 45 karena tidak sesuai dengan PICO-S, artikel full text kemudian
dikaji kembali kelayakannya sebanyak 25, setelah itu literature dikeluarkan
20 dan artikel yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 5 artikel atau jurnal.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


No Judul Peneliti/Tahun/Negara Tujuan Metode/Sampel Hasil Kesimpulan
1. The impact of Hashemi Zohreh Sadat, Untuk Penelitian yang Hasil penelitian Manual massage
manual massage Forghani Forugh, Heidari mengevaluasi digunakan adalah menunjukkan pada bagian lumbal
on intensity and Maryam, Masinaei Nejad efek metode true experimental perbandingan pada hingga sacrum
duration of pain Nosratollah, Shahdadi manual design dalam kelompok (punggung) mampu
at first phase of Hosein/2016/Iran/60 massage untuk kelompok eksperimental dan menurunkan rasa
the active phase. perempuan dengan 30 mengurangi eksperimental dan kontrol nilai rata- nyeri persalinan pada
kelompok eksperimen dan nyeri pada kontrol. rata pembukaan 5 kala I fase aktif.
30 kelompok persalinan kala cm sebelum
kontrol/International I fase aktif. Penelitian ini intervensi yaitu
Journal Of Medicine merupakan uji coba (massage 2.600 dan
Research, Volume 1, terkontrol acak pada kontrol 2.593)
Issue 4, September 2016, 60 wanita yang sedangkan setelah
Page No. 16-18/Semantic melahirkan intervensi yaitu
Scholar. pervaginam di (massage 1.96 dan
(www.medicinesjournal.c Amiralmomenin kontrol 2.71).
om) Hospital di Zabol
Iran. Dibagi kedalam Pada pembukaan 8
2 grup yaitu 30 cm nilai rata-rata
wanita yang keduanya yaitu
menerima massage sebelum intervensi
(A). Serta 30 wanita (massage 3.61 dan
di kelompok kontrol kontrol 3.66) dan
(B). setelah intervensi
(massage 2.31 dan
kontrol 3.72).
Visual Analog Scale
(VAS) digunakan
untuk mengukur Studi ini
skala nyeri menunjukkan
persalinan kala I fase bahwa pijat manual
aktif. mampu
Intensitas dan durasi menurunkan
nyeri dibagi menjadi intensitas nyeri

38
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
dua tahapan fase secara signifikan
aktif persalinan pada kala I fase
sebagai berikut : aktif (1.963 vs
pembukaan serviks 5 2.718, p=0.0001-
cm dan pembukaan 2.311 vs 3.720,
serviks 8 cm. p=0,0001).
Partisipan penelitian
ini pada kelompok
ekperimen berjumlah
30 orang diberikan
perlakuan massage
selama 15 menit dan
kemudian intensitas
dan durasi nyeri
direkam dan diulang
pada pembukaan 8
cm pada pasien
pertama.
Pada kelompok
kedua kelompok
kontrol, intensitas
basal dan durasi
nyeri pada
pembukaan serviks 5
cm dan 8 cm.
Direkam dengan
Visual Analog Scale
(VAS).
2. Pengaruh Sri Lestari dan Nita Tujuan Jenis penelitian Tingkat nyeri pada Massage effleurage
massage Apriyani/2019/Indonesia/ penelitian ini quasi eksperimental pasien kala I fase efektif menurunkan
effleurage Populasi dalam penelitian adalah untuk dengan aktif persalinan nyeri kala 1 fase aktif
terhadap ini adalah semua pasien mengetahui menggunakan sebelum dilakukan persalinan.
perubahan tingkat yang akan melahirkan pengaruh rancangan penelitian massage berada
nyeri pada pasien pada bulan Maret yang massage pre and post test pada kategori nyeri
kala 1 fase aktif berjumlah 42 orang dan effleurage without control. berat yaitu 30
persalinan. metode pengambilan terhadap Populasi berjumlah responden (78,9%).

39
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
sampel menggunakan perubahan 42 orang dan sampel Tingkat nyeri pada
purposive sampling tingkat nyeri 38 orang. Responden pasien kala I fase
sebanyak 38 orang/Jurnal kala 1 fase di wilayah kerja aktif persalinan
Keperawatan Vol. 10 No. aktif persalinan Puskesmas Plered setelah dilakukan
1 Tahun 2019/ Jurnal di Wilayah Kabupaten Cirebon. massage
Keperawatan Indonesia Kerja Pengumpulan data mengalami nyeri
(http://dx.doi.org/10.3816 Puskesmas dengan teknik sedang yaitu 22
5/jk) Plered wawancara, responden (57,9%).
Kabupaten Instrumen penelitian Terdapat perbedaan
Cirebon Tahun dengan skala nyeri rata-rata tingkat
2018. numerik atau nyeri pada pasien
Numerical Rating kala I fase aktif
Scale (NRS). persalinan sebelum
massage effleurage,
Massage eflleurage maka massage
dilakukan selama 20 effleurage efektif
menit setiap jam menurunkan nyeri
selama persalinan. pada pasien kala I
Hasil penelitian ini fase aktif
sesuai dengan gate persalinan.
control teori yaitu
bahwa serabut nyeri
membawa stimulasi
nyeri ke otak lebih
kecil dan perjalanan
sensasinya lebih
lambat daripada
serabut yang luas
dan sensasinya
berjalan lebih cepat.
3. Pengaruh Riris Sitorus, Nining Untuk Jenis penelitian ini Berdasarkan tabel 4 Kesimpulan pada
massage Pelawati dan Grace Erlyn mengetahui adalah Quasy pengaruh massage penelitian ini adalah
efflurage terhadap D.S/2020/Indonesia/Popul pengaruh eksperiment dengan effleurage terhadap ada pengaruh
intensitas nyeri asi penelitian ini adalah massage design one group penurunan massage efflurage
persalinan dan seluruh ibu hamil di efflurage pretestpostest. intensitas nyeri terhadap penurunan
pembukaan jalan Klinik Bersalin Nining terhadap Berdasarkan table 2 persalinan dan intensitas nyeri

40
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
lahir fase aktif. Kabupaten Deli Serdang. intensitas nyeri dapat pembukaan jalan persalinan di Klinik
Pengambilan sampel persalinan dan diidentifikasikan lahir fase aktif Bersalin Nining
dengan teknik accidental pembukaan perbedaaan skala disimpulkan Pelawati Tahun 2020
sampling (kebetulan ada) jalan lahir fase nyeri persalinan menggunakan uji dengan p-value
dan sesuai dengan kriteria aktif. sebelum diberikan statistik paired t 0,001.
inklusi yang telah dibuat massage effleurage test pada skala Dari temuan ini
peneliti sebanyak 18 dengan nilai mean nyeri sebelum dan maka disarankan
orang. Waktu penelitian 5,80 dan standar sesudah diberikan kepada ibu
dimulai dari bulan april deviasi 1,398, nilai massage effleurage Primigravida untuk
sampai agustus minimum 4, nilai dengan nilai p meningkatkan
2020/Jurnal Riset Hesti maximum 8. value 0,001 pengetahuan terkait
Medan Akper Kesdam I Hasil penelitian <a=0,05. Secara nyeri persalinan kala
BB Medan, Vol. 5, No. 2, menunjukkan bahwa statistik terdapat I dan penanganan
Desember 2020/ Jurnal daria 18 responden pengaruh massage nyeri selama
Keperawatan Indonesia dengan mean effleurage terhadap persalinan kala 1
(http://jurnal.kesdammeda sebelum dilakukan intensitas nyeri salah satunya melalui
n.ac.id/index.php/jurhesti) intervensi pada persalinan kala I metode massage
persalinan kala I fase fase aktif. effleurage.
aktif adalah 5,80 dan Bagi pelayanan
standar deviasi 1,398 kesehatan untuk
dengan kejadian dapat menerapkan
nyeri sedang 61,1% massage effluerage
dan nyeri berat dalam asuhan
38,9%. Setelah kebidanan pada ibu
intervensi meannya bersalin kala I fase
adalah 3,80 dan aktif untuk
standar deviasi 1,814 menurunkan nyeri
dengan kejadian saat proses
nyeri ringan 50%, pembukaan jalan
nyeri sedang 38,9% lahir.
dan nyeri berat
11,1%.

4. Massage Sri Penelitian ini Penelitian ini Tingkat nyeri kala I Pemberian massage
effleurage Handayani/2016/Indonesi bertujuan menggunakan fase aktif sebelum effleurage terhadap
terhadap tingkat a/Teknik pengambilan untuk metoda kuantitatif dilakukan massage ibu inpartum kala I

41
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
nyeri kala 1 fase sampel adalah mengetahui eksperimental, effleurage 15 fase aktif ,
aktif. nonprobability sampling tingkat nyeri dengan responden (53,6%) berpengaruh
yaitu sampling dan kala 1 fase menggunakan mengalami tingkat signifikan terhadap
kriteria yang ditetapkan aktif sebelum pendekatan One nyeri sedang dan 12 tingkat nyeri ibu
peneliti. Jumlah sampel dan sesudah group pretest- responden (39,3%) inpartum kala I fase
dalam penelitian ini 28 dilakukan postest design. mengalami nyeri aktif, dengan nilai
orang/Jurnal Stikes massage Teknik pengambilan berat, serta 2 p<0,05.
Yogyakarta/Semantic effleurage, sampel yang responden (7,1%)
Scholar serta digunakan adalah yang mengalami
(http://luluvikar.wordpres perubahan nonprobability tingkat nyeri ringan
s.com/2009/08/26/perseps tingkat nyeri sampling yaitu pada anggka 1 dan
i-ibu-tentang-metode- sebelum dan sampling dengan 2.
massage) sesudah kriteria yang Tingkat nyeri kala I
diberikan ditetapkan peneliti. fase aktif sesudah
tindakan Jumlah sampel dilakukan massage
massage dalam penelitian ini effleurage : 2
effleurage di 28 orang. responden (7,1%)
BP/RB Mareta Nyeri yang nyeri ringan, 14
Husada dirasakan responden (50,0%)
Srandakan dipengaruhi oleh mengalami tingkat
Bantul. faktor seperti nyeri sedang dan 2
kecemasan dan responden (7,1%)
ketakutan, mengalami tingkat
pengalaman nyeri nyeri berat.
yang lalu, persiapan Terdapat perubahan
persalinan, sistem nyeri pada kala I
pendukung fase aktif , yaitu
responden. sebelumnya ada 15
Pendidikan juga responden (53,2%)
sangat berperan menjadi 14
penting terhadap responden (50%)
pengetahuan dan dengan nyeri
persepsi terhadap tingkat sedang dan
nyeri ibu saat 12 responden
bersalin. (39,3%) dengan
Massage effleurage nyeri berat menjadi

42
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
dilakukan denga 2 responden dengan
tindakan mengusap nyeri berat (7,1%).
abdomen secara
perlahan, seirama
dengan pernafasan
kontraksi untuk
mengalihkan
perhatian ibu.
5. Pengaruh teknik Suriani, Ela Nuraini dan Untuk Jenis penelitian yang Penelitian ini sesuai Berdasarkan hasil
massage back Nurul Aini mengetahui dipakai dalam dengan pendapat penelitian dapat
effleurage Siagian/2019/Indonesia/P pengaruh penelitian ini adalah Sri Rejeki (2013), disimpulkan ada
terhadap opulasi dalam penelitian teknik analitik kuantitatif bahwa rentang pengaruh yang
pengurangan rasa ini adalah seluruh ibu massage back dengan design nyeri yang sebelum signifikan antara
nyeri persalinan hamil yang memasuki effleurage penelitian Quasy dilakukannya suatu teknik massage back
kala I fase aktif di Trimester III, dengan terhadap Eksperiment. tindakan adalah 9- effleurage terhadap
klinik bersalin jumlah sampel 25 pengurangan Penelitian ini 10 sebanyak 13 pengurangan rasa
Kurnia kecamatan responden menggunakan rasa nyeri dilakukan di Klinik responden nyeri persalinan kala
Delitua kabupaten teknik total persalinan kala Bersalin Kurnia (54,2%) , pada I.
Deli Serdang. sampling/Jurnal I fase aktif di Kecamatan Deli Tua skala 7-8 sebanyak
Penelitian Keperawatan klinik bersalin Kabupaten Deli 11 responden
Medik Vol. 2 No. Kurnia Serdang dan (45,8%). Hal ini
1/Semantic Scholar kecamatan dilaksanakan pada dapat diartikan
(http://ejournal.delihusada Delitua bulan maret sampai bahwa nyeri yang
.ac.id/index.php/JPKM) kabupaten Deli mei. Populasi dalam paling banyak
Serdang. penelitian ini adalah dialami ibu bersalin
seluruh ibu hamil sebelum dilakukan
yang memasuki tindakan
trimester III dengan merupakan nyeri
jumlah sampel 25 berat hingga nyeri
responden tak tertahankan.
menggunakan teknik Setelah dilakukan
total sampling. teknik back
Berdasarkan hasil massage effleurage
penelitian terjadi penurunan
didapatkan nyeri berat menjadi
responden termuda nyeri sedang

43
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
adalah 18 tahun dan sebanyak 18
usia tertua 32 tahun. responden (75%)
Berdasarkan hasil pada skala 3-6.
penelitian
didapatkan paritas
ibu yang primipara
(kehamilan pertama)
sebanyak 11 orang
(44%) dan ibu
multipara (sudah
berulang) sebanyak
14 orang (56%).

(Tabel 4.1 Hasil Penelitian)

44
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
45

4.2 Proses Asuhan Keperawatan Implementasi Massage Effleurage


(Punggung) Dalam Menurunkan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
Pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dilakukan sebelum
mendapatkan data lengkap. Pengkajian ini diprioritaskan untuk menentukan
kondisi ibu dan janin (Mitayani, 2013). Data yang harus dikaji pada pasien
anamnesa, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pemeriksaan
kontraksi uterus setiap 30 menit, pemeriksaan denyut jantung janin setiap,
pemeriksaan dalam (VT) dilakukan setiap 4 jam untuk menilai dilatasi
serviks, penurunan kepala janin dan warna cairan amnion (Meliyana, 2017).
Pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan
menggunakan massage effleurage. Tekhnik ini cukup simple dan mudah
dilakukan sebagai penanggulangan rasa nyeri pada ibu bersalin kala I fase
aktif. Massage ini cukup mudah dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti
bidan, dan dapat juga diterapkan oleh keluarga atau ibu yang sedang
bersalin dengan cara memberikan usapan lembut, panjang dan tidak putus-
putus. Dalam persalinan effleurage dilakukan dengan menggunakan ujung
jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan tanpa tekanan
kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Ibu dipijat
selama 20 menit setiap jam selama tahap persalinan.
Skala Analog Visual (VAS) adalah cara yang banyak digunakan untuk
menilai nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat
nyeri yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai
garis sepanjang 100 mm. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa
angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri
(nol/0), sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang
mungkin terjadi (100mm).
Verbal Rating Scale (VRS) Skala ini menggunakan angka-angka 0
sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri tetapi tidak diperlukan
gambar atau dapat pula menggunakan skala tingkatan secara verbal. Dua

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
46

ujung ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS.
Verbal rating scale dapat berupa skala tingkatan nyeri maupun skala
pengurangan nyeri. Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode
pascabedah, karena tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan
motorik. Skala verbal menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka
untuk menggambarkan tingkat nyeri.
Numeric Pain Rating Scale (NPS) dianggap sederhana dan mudah
dimengerti. NPS lebih sederhana daripada VAS terutama untuk menilai
nyeri akut, namun kekurangannya adalah tidak memungkinkan untuk
membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti. Jika VAS lebih cocok untuk
mengukur intensitas nyeri dan efek terapi pada penelitian karena mampu
membedakan efek terapi secara sensitif maka NPS lebih cocok dipakai
dalam praktek sehari-hari karena lebih sederhana.
McGill Pain Questionnaire (MPQ) Terdiri dari empat bagian: (1)
gambar nyeri, (2) indeks terkait nyeri, (3) pertanyaan-pertanyaan mengenai
nyeri terdahulu dan lokasinya; dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami
saat ini. Indeks terkait nyeri terdiri dari 78 kata sifat/ajektif, yang dibagi ke
dalam 20 kelompok. Setiap set mengandung sekitar 6 kata yang
menggambarkan kualitas nyeri yang makin meningkat. Kelompok 1 sampai
10 menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal,
lokasi/spatial, suhu/thermal). Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan
kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat otonom). Kelompok
16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifik untuk kondisi tertentu.
Penilaian menggunakan angka diberikan untuk setiap kata sifat dan
kemudian dengan menjumlahkan semua angka berdasarkan pilihan kata
pasien maka akan diperoleh angka total.
Wong Baker Faces Pain Rating Scale cocok digunakan pada pasien
dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka. Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2)
indeks terkait nyeri, (3) pertanyaan-pertanyaan mengenai nyeri terdahulu

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
47

dan lokasinya; dan (4) indeks intensitas nyeri yang dialami saat ini. Indeks
terkait nyeri terdiri dari 78 kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20
kelompok. Setiap set mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan
kualitas nyeri yang makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10
menggambarkan kualitas sensorik nyeri (misalnya, waktu/temporal,
lokasi/spatial, suhu/ thermal). Kelompok 11 sampai 15 menggambarkan
kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat otonom). Kelompok
16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifik untuk kondisi tertentu.
Metode yang sangat efektif dalam menanggulangi nyeri adalah dengan
memberikan tindakan massage effleurage yang merupakan salah satu
metode non farmakologi dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Massage
effleurage merupakan analgesia psikologi yang dilakukan sejak awal
bersalin (inpartu), yang dapat 125 menimbulkan reaksi relaksasi. Massage
effleurage adalah pemberian tindakan stimulasi kuteneus, tindakan ini
hampir sama dengan tindakan pemberian aroma terapi, hipnotis, akupuntur
dan yoga (Gadysa, 2009 dan Mander, 2003).
Perawat memainkan peran penting dalam menurunkan nyeri
persalinan kala I fase aktif melalui massage effeleurage dan
menginstruksikan suami ataupun keluarga pasien mengenai praktik yang
dapat meredakan rasa nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan.

4.3 Pembahasan
Penatalaksanaan persalinan yang baik, dapat dengan mengupayakan
persalinan yang berlangsung tidak lama, atau tidak melampaui waktu yang
seharusnya, disertai dengan rasa nyeri yang dapat ditoleransi ibu saat proses
persalinan. Sebagian ibu, selama proses persalinan merasakan waktu persalinan
yang panjang atau waktu yang lebih lama dari yang seharusnya, dan dirasakan
nyeri yang hebat. Sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri, dan 7-
14% saat bersalin tanpa rasa nyeri, (Prawirohardjo, 2007).

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
48

Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum


dialami oleh hampir semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah
pengalaman subjektif disebabkan oleh iskemik otot uteri, penarikan dan traksi
ligament uteri, traksi ovarium, tuba fallopi dan distensi bagian bawah uteri, otot
dasar panggul dan perineum. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I fase
laten dan fase aktif, pada fase laten terjadi pembukaan serviks sampai tiga cm
bisa berlangsung selama delapan jam. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus
dan dilatasi serviks. Seiring bertambahnya pembukaan, intensitas dan frekuensi
kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat. Puncak nyeri
terjadi pada fase aktif dipembukaan empat sampai 10 cm, dan berlangsung
sekitar 12-14 jam untuk primipara, dan 6-10 jam untuk multipara (Handayani,
2012).
Metode yang sangat efektif dalam menanggulangi nyeri adalah dengan
memberikan tindakan massage effleurage yang merupakan salah satu metode
non farmakologi dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Massage effleurage
merupakan analgesia psikologi yang dilakukan sejak awal bersalin (inpartu),
yang dapat 125 menimbulkan reaksi relaksasi. Massage effleurage adalah
pemberian tindakan stimulasi kuteneus, tindakan ini hampir sama dengan
tindakan pemberian aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009
dan Mander, 2003). Apabila nyeri tidak segera diatasi janin yang ada didalam
kandungan akan terjadi hipoksia akibat asidosis, detak jantung janin semakin
cepat yang akan mengakibatkan kematian pada janin didalam kandungan
(Muryanani, 2010).
Berdasarkan kelima jurnal dapat disimpulkan massage effleurage ini
dilakukan untuk melihat penurunan nyeri melahirkan kala I fase aktif.
Pengurangan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan menggunakan
massage effleurage. Tekhnik ini cukup simple dan mudah dilakukan sebagai
penanggulangan rasa nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif. Massage ini
cukup mudah dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti bidan, dan dapat juga
diterapkan oleh keluarga atau ibu yang sedang bersalin dengan cara
memberikan usapan lembut, panjang dan tidak putus-putus.

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
49

Sesuai dengan teori gate control yang menyatakan bahwa massage


effleurage pada abdomen bekerja dengan cara menstimulus serabut taktil
dikulit lalu sinyal atau impuls nyeri dihambat oleh serabut saraf delta dan
kemudian cortex serebri tidak menerima sinyal nyeri, maka gerbang nyeri
langsung tertutup serta massage ini membuat tubuh menjadi nyaman dan relaks
karena bekerja merangsang tubuh memproduksi hormone endorphin (Fitriyanti,
2017). Selain dari itu massage effleurage juga bekerja dengan cara
meningkatkan sirkulasi darah pada area nyeri dan mencegah terjadinya
hipoksia. Massage effleurage bekerja dengan cara menimbulkan efek relaksasi
karena sentuhan ringan, sehingga ketika ibu merasa relaks dan tenang, otaknya
akan kembali menjadi mode primitive dan oksitosin akan mengalir, sehingga
akan segera dibanjiri oleh hormone endhorpin yang dapat menurunkan nyeri.
Hasil penelitian (Sitorus, dkk, 2020) menunjukkan bahwa dari 18
responden dengan nilai rata-rata atau mean sebelum dilakukannya massage
effleurage pada persalinan primigravida kala I fase aktif adalah 5,80 dan
standar deviasi 1,398 dengan kejadian nyeri sedang 61,1% dan nyeri berat
38,9%. Nilai rata-rata atau mean setelah dilakukannya massage effleurage pada
persalinan primigravida kala I fase aktif adalah 3,80 dan standar deviasi 1,814
dengan kejadian nyeri ringan 50%, nyeri sedang 38,9% dan nyeri berat 11,1%.
Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kurniasih (2017), bahwa hasil menyatakan bahwa sebelum dilakukan
intervensi atau massage effleurage ada 61,8% menyatakan nyeri berat,
sedangkan setelah dilakukan massage effleurage hasil yang mengalami nyeri
berat turun menjadi 33,3%. Penelitian ini terbukti dengan hasil dari uji
bivariate dengan P-value sebesar 0,017 < 0,05. Dalam asumsi penelitiannya
dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan atau perbedaan yang jauh antara
hasil sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dana dan pengaruh massage
effleurage. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa massage effleurage dapat
memberikan ketenangan sehingga menjadi landasan dalam menciptakan
sensasi rasa aman. Menurut asumsi penulis, nyeri yang terjadi pada persalinan
karena adanya kontraksi yang timbul karena janin di dalam Rahim mencari

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
50

jalan keluar melalui serviks, sehingga menimbulkan kontraksi dan


menyebabkan rasa nyeri yang kuat,. Hal ini menandakan bahwa proses
persalinan telah dimulai dengan adanya tanda-tanda persalinan lainnya seperti
lender serviks yang bercampur dengan darah (blood show). Selain itu nyeri
persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, usia, kecemasan,
pengetahuan ibu.
Penelitian lain dari (Sri Lestari , Nita Apriyani, 2019) didapatkan hasil
bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan massage effleurage.
Pemberian massage effleurage pada abdomen menstimulasi serabut taktil
dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulasi kulit dengan effleurage
ini menghasilkan pesan yang dikirim lewat serabut beta-A, serabut yang
menghantarkan nyeri cepat, yang mengakibatkan gerbang tertutup sehingga
korteks serebri tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri berubah atau
berkurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan Gate Control Teori yaitu bahwa
serabut nyeri membawa stimulasi nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan
sensasinya lebih lambat dari pada serabut yang luas dan sensasinya berjalan
lebih cepat. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama sensasi sentuhan
berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak dan terjadi pembatasan
intensitas nyeri di otak.
Hasil penelitian dari 5 artikel jurnal didapatkan hasil yang sama
bahwa terdapat pengaruh massage effleurage terhadap penurunan rasa nyeri
pada ibu bersalin kala I fase aktif. Sehingga massage effleurage efektif
digunakan. Hasil penelitian ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh
Wiyayanti (2012) yang menyimpulkan bahwa ada 130 perbedaan tingkat nyeri
sebelum dan sesudah diberikan teknik effleurage, dimana tingkat nyeri ibu saat
bersalin, akan berkurang setelah diberi teknik effleurage.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Meilinda (2013) dan Tamsuri (2007), gate control teori yaitu bahwa serabut
nyeri membawa stimulus nyeri ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya
lebih lambat dari pada serabut sentuhan yang luas dan sensasinya berjalan lebih
cepat. Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersama sensasi, sentuhan

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
51

berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak, serta terjadi
pembatasan intensitas nyeri di otak. Massage effluurage mempunyai distraksi
yang dapat meningkatkan pembentukan endorphin dalam sistem kontrol
desenden, sehingga dapat membuat responden lebih nyaman, karena relaksasi
otot. Studi ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mons Dragon dalam
Gadysa (2009).

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu
52

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa


massage effleurage (punggung) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif. Penerapan massage effleurage
(punggung) lebih mudah digunakan sehari-hari untuk menurunkan rasa nyeri
melahirkan kala I fase aktif baik oleh perawat, suami maupun keluarga ibu
bersalin.

5.2 Saran

Dengan adanya beberapa penelitian yang telah terbukti


keefektifannya diharapkan perawat dapat melakukan massage effleurage
(punggung) dari masalah nyeri melahirkan kala I fase aktif dan dapat
mengajarkan suami atau keluarga untuk memberikan massage effleurage
(punggung) saat ibu bersalin untuk mengurangi

Poltekkes Kemenkes Poltekkes


Bengkulu Kemenkes Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai