TINJAUAN TEORI
A.
Nyeri kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk
sementara waktu. Kontraksi rahim menyebabkan kontraksi pada mulut rahim (segmen atas
rahim) dan menimbulkan rasa nyeri, dan juga rahim bagian bawah (segmen bawah rahim)
mengalami dilatasi (peregangan).
B.
Selama kala I persalinan, penyebab nyeri terutama akibat dari rangsangan reseptor-reseptor
adnexa, uterus dan ligamen-ligamen panggul.
Banyak study-syudy yang mendukung teori bahwa nyeri pada kala I persalinan adalah akibat
adanya dilatasi servik, segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta
perlukaan pada jaringan otot maupun ligamen yang menopang struktur di atasnya. Teori
tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat Bonika dan Mc. Donald melalui factor-faktor
berikut :
1.
Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada nyeri visceral. Intensitas
nyeri yang dialami saat kontraksi berhubungan dengan derajat dan kecepatan dilatasi servik
maupun sekmen bawah rahim.
2.
Intensitas dan lamanya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan intrauteri yang
berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut. Pada awal persalinan, tekanan intra uteri
terbentuk dan nyeri tampak kira-kira duapuluh detik setelah inisiasi dari kontraksi uterus.
Pada akhir persalinan, tekanan intra uteri lebih cepat terbentuk sehingga terjadi nyeri lebih
cepat pula.
3.
Saat servik diperlebar secara cepat pada wanita yang tidak bersalin misalnya pada saat
dilakukan tindakan digital atau kuret, mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh ibu
bersalin.
Meskipun rangsangan mekanis dari reseptor lebih besar dalam menghasilkan impuls-impuls
nyeri, namun mediatoe chemis (obat-obatan)seperti Bradykinin, prostaglandin, Serotonin, dan
asam laktat juga berpengaruh (Brownridge, 1995).
Rangsangan kala I persalinan disalurkan dari jarinagn afferen menembus bagian bawah,
tengah dan atas dari pleksus hipogastrik, rantai simpatis lumbal dan torakal bawah menujiu
ganglia akar syaraf bawah pada T10 L1. Nyeri dapat ditransfer dari daerah panggul menuju
pusar (umbulikus), paha atas dan daerah pertengahan sacrum.
Dengan penurunan janin pada kala II, rangsang nyeri ditransfer melalui syaraf pudendal
menuju pleksus sacrum ke ganglia akar syaraf akar syaraf posterior pada S2 S4. Selama
awal kala II persalinan, Ketika tidak ada tahanan dari servik, nyeri akan muncul akibat dari
reganan lanjut dari sekmen bawah rahim. Namun bila janin turun ke rongga panggul, maka
nyeri yang muncul disebabkan oleh reganan dari vagina depan dan perineum yang merubah
nyeri visceral dalam.
Tekanan dan perlukaan pada fascia, jaringan subkutan dan otot-otot skeletal merangsang
reseptor-reseptor dan menggantikan lokasi nyeri bagian luar. Tekanan pada akar-akar dari
pleksus lumbo sacral menimbulkan nyeri pada paha, lutut, vagina, perineum dan rectum.
C.
Nyeri pada saat persalina menempati score 30-50 score yang ditetapkan Wall dan Mellzack.
Score tersebut lebih tinggi dibandingkan sindrom nyeri klinik seperti nyeri punggung yang
kronik, nyeri akibat kanker, nyeri tungkai/lengan, nyeri saraf , sakt gigi, memar, nyeri tulang,
fraktur, terpotong, serta keseleo.
Rasa nyeri saat persalinan disebabkan oleh kombinasi pereganan segmen bawah rahim dan
selanjutnya servik dan iskemia (hipoksia) otot-otot rahim. Dengan peningkatan kekuatan
kontraksi, servik akan tertarik, kontraksi ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otototot rahim sehingga timbul nyeri iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan ditambah
lagi dengan kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi
relaksasi bagian tubuh lainnya dan mungkin pula menyebabkan exhaustion (kehabisan
tenaga).
Uterus terbagi atas 3 lapisan otot polos : lapisan longitudinal, lapisan dalam sirkular dan
diantara 2 lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang beranyaman tikar . Seluruh
lapaisan otot ini bekerja sama dengan baik, sehingga pada waktu his yang sempurna terdapat
sifat sifat kontraksi yang simetris, kontaraksi fundal dominan, sesudah itu terjadi kontraksi.
Tiap his (kontraksi) dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk
kedalam dinding uterus. Di tempat tersebut terdapat suatu pace maker dari mana gelombang
his berasal. Gelombang bergerak kedalam dan kebawah dengan kecepatan denagn kecepatan
2 cm per detik untuk mengikutsertakan seluruh uterus.
His yang sempurna mempunayi kejang otot paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya
paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his,
otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada sebelumnya. Dalam bahasa obstetric
disebut retraksi. Oleh karena servik krang mengandung otot maka servik tertarik dan terbuka,
lebih-lebih jika ada tekana oleh sebagian besar janin yang keras, misalnya kepala yang
merangsang pleksus saraf setempat.
Nyeri akibat kontraksi uterus sebagian besar disebabkan oleh iskemia yang terjadi pada
serabut miometrium. Karena serabut lebih banyak dan kontraksi lebih kuat pada segmen atas
uterus, nyeri dirasakan lebih hebat pada distribusi kutaneus T12 dan L1.
Banyak wanita sewaktu persalinanya mengeluh nyeri punggung, yang mungkin hebat. Ini
terjadi sewaktu dilatasi servik ketika segmen bawah uterus berkontraksi lebih kuat dari
biasanya atau ketika tidak timbul triple descending gradiet.
Dalam gate control theory mengenai mekanisme nyeri dinyatakan bahwa misteri dari nyeri
sendiri sangat kompleks terutama didemonstrasikan dengan baik oleh fakta bahwa tidak ada
satupun kenyataan apakah mekanisme neurofisiologikal yang palsu dari sensasi nyeri.
Mekanisme ini dapat diinisiasi menembus stimulasi kulit melalui pijatan atau akupunktur
atau stimulasi pada batang otak, thalamus dan kortek serebral melalui relaksasi, alterasi
stimulasi sensori.
Suplai saraf dari celah uterus menuju ke arah dua saraf thorakal (T11 dan T12) melalui
paraservikal. Syaraf-syaraf ini menyalurkan nyeri akibat adanya dilatasi servik. Pada akhir
kala I syaraf dari T10 dan L1 juga terlibat, karena letaknya yang dekat dengan panggul.
Syaraf pudendal memancarkan kembali impuls-impuls nyeri akibat penarikan dinding
panggul menuju syaraf sacral (S2, S3 dan S4 ).
D.
1.
2.
3.
Pasien dengan primipara pada usia tua dan pada usia muda
4.
5.
6.
sebagian besar ibu bersalin mengalami rasa nyeri pada waktu melahirkan
E.
Sebagian ibu bersalin mengalami rasa nyeri pada waktu melahirkan, namun intensitas rasa
nyeri ini berbeda pada setiap ibu bersalin. Hal ini sering dipengaruhi oleh psikologis ibu saat
bersalin (rasa takut dan berusaha melawan persalinan) serta ada tidaknya dukungan dari
orang sekitar selama proses persalinan.
Dalam penelitian didapatkan bahwa kecemasan-kecemasan mempengaruhi proses persalinan
yaitu dapat menyebabkan partus lama. Hal ini berarti bahwa psikologis mempunyai korelasi
terhadap kejadian partus lama yang biasanya terjadi pada kala I dan kala II.
Perpanjangan kala I dapat berupa prolonged laten phase (pembukaan serviks tidak melewati
3cm setelah 8jam inpartum). Pada kala II sering disebut prolonged second stage (pembukaan
lengkap,ibu ingin mengedan tapi tidak ada kemajuan penurunan).
Respon fisiologis terhadap nyeri persalinan termasuk hiperfentilasi yang menyebabkan ibu
mengalami hiperkarbia (Pa CO2 15-20 mmHg) dan alkalosis respiratiri (PH 7,55-7,60).
Perubahan ini dapat mengakibatkan mual, pusing, kebingungan, kejang, kepucatan dan
keringatan. Perantara rangsang nyeri oleh system syaraf otonom yang berpengaruh pada
penundaan waktu pengosongan lambung dan menurunkan peristaltic usus.
Dengan demikian disamping faktor fisik,faktor psikis juga perlu diperhatikan dalam
persalinan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri persalinan antara lain umur, social,
ekonomi, palitas, ukuran bayi maupun persentasi bayi dan sebagainya.
Pada ibu-ibu yang sangat muda atau tua dicatat mengalami nyeri yang sangat hebat pada saat
persalinan. Paritas juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri, pada primigrafida akan lebih
nyeri pada awal persalinan sedangkan pada multipara nyeri akan meningkat saat persalinan
telah lanjut (saat penurunan janin berlangsung cepat pada kala II).
Terdapat pernyataan bahwa wanita dengan kontarksi uterus yang sangat hebat, ada bayi yang
besar atau presentasi bayi tidak normal mengalami persalinan yang lebih hebat.
Terdapat bukti pula bahwa wanita dengan riwayat dismennorea juga dapat mengalami
peningkatan perdepsi nyeri yang kemungkinan akibat produksi prostaglandin
Saat ini juga telah ditemukan hubungan yang signifikan antara derajat nyeri persalinan
dengan waktu dimulainya tanda tanda persalinan, dimana skala nyeri lebih rendah pada
persalinan kala II yang dimulai pada malam hari.
Penelitian membuktikan bahwa kecemasan berhubungan dengan peningkatan nyeri
persalinan. Pengaruh persiapan terhadap persalinan, kenyakinan dan nilai-nilai serta
dukungan termasuk dalam koping terhadap nyeri persalinan.
Yang perlu diingat bahwa kecemasan yang sangat dapat meningkatkan produksi rangsang
reseptir pada tingkat kortek serebral, dimana akan meningkatkan rangsang reseptor pada
daerah panggul karena penurunan aliran darah dan peningkatan otot (Lowe, Midewifery
Comuniti-Baced Care).
F.
Setiap wanita memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi persalinan. Respon ini
sifatnya sangat individual dan tergantung pada kepribadian, kondisi emosional serta tingkat
pemahaman pasien, latar belakang cultural, keluarga serta pendidikan dan pengalaman
sebelumnya.
Wanita yang menjalani persalinan normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik
perawatan prefentif yang cermat, dukungan serta pendampingan oleh bidan yang kompeten
dan dengan analgeti yang tepat waktu serta indikasinya, cenderung untuk memberikan
pengalaman persalinan yang baik.
Persepsi nyeri selama persalinan meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta
pengetahuan tentang proses persalinan sedikit. Salah satu alas an pelatihan melahirkan adalah
untuk mengurangi rasa takut dan memperbaiki pemahaman ibu tentangf melahirkan
Rasa nyeri memiliki m3 komponen:
a.
b.
c.
Coping mechanism (mekanisme pertahanan) adalah proses tidak sadar yang dipakai untuk
melindungi diri dari kecemasan. Mekanisme peretahanan tidak memecahkan persoalan atau
merubah kondisi kecemasan itu sendiri, malah akan metrubah cara orang-orang berfikir
tentang sesuatu yang mengganggunya.
Ambang nyeri dalam persalinan dapat diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan
berbagai permasalahan jasmani seperti: demam, kelelahan, asidosis dehidrasi, ketengangan.
Ambang nyeri dapat dinaikkan oleh penggunaan obat-obatan, kesehatan fisik serta
psikologik, relaksasi dan pengalihan perhatian.
Rasa nyeri persalinan dapat dikurangi baik itu menggunakan metode farmakologik maupun
nonfarmakologik yang mana terkait dengan 3 tujuan dasar pengurangan nyeri dalam
persalinan yaitu :
1.
Mengurangi perasaan nyeri dan tenang sementara pasien dalam keadaanterjaga seperti
yang dikehendakinya
2.
Menjaga agar pasien dan janinnya sedapat mungkin terbebas dari efek depresif yang
G.
1.
Studi dari berbagai kultur terhadap berbagai pilihan-pilihan posisi wanita selama persalinan
meyakini bahwa wanita mempunyai kecenderungan untuk memilih macam-macam posisi dan
sering merubah posisisnya selama proses persalinan dan kelahiran.
Secara medis anggapan bed rest selama persalina adalah pada saat ibu membutuhkan istirahat
lebih banyak pada ibu bersalin dengan komplikasi serta adanya kesulitan untuk bergerak
karena adanya intervensi seperti pemberian cairan intra vena, pelaksanaan vetal monitoring
secara terus menerus, dan juga pada pemberian sedativ atau anastesia.
Pada saat para peneliti mengobservasi wanita dalam persalinan yang tidak dilakukan
pengaturan terhadap posisinya, mereka mencatat seringnya perubahan posisi dimana
kecenderungan wanita memilih posisi torso vertical (seolah terpuntir ke atas).
Perubahan posisi termasuk ambulasi, telah diteliti hubungannya dengan pemakaiannya
medikasi secara minimal untuk mengurangi nyeri persalianan, kontraksi uterus menjadi lebih
efektif dan meningkatkan kesadaran ibu terhadap pengaturan kelahiran.
Manfaat dari macam-macam posisi perubahan posisi seperti penjelasan pada table berikut
No
POSISI
PEN
1
Berdiri
Gaya gravitasi berpengaruh terhadap penurunan bagian bawah janin: sumbu bawah janin
menyesuaikan diri dengan sumbu panggul ibu; kontraksi uterus sedikit menimbulkan nyeri
sehingga lebih efektif; dapat meningkatkan dorongan untuk mengejan akibat tekakan bagian
tebawah janin.
2
Berjalan
Dengan gerakan membuat perubahan dalam persendian panggul sehingga membantu rotasi
dan penurunan bagian terbawah janin.
3
Berdiri dan bersandar pada pasangan atau sambil menempelkan muka pada dinding
Dengan gerakan membuat perubahan dalam persendian panggul; dengan pelukan suami akan
meningkatkan perasaan bahagia dan nyaman; massage dan pressure dapat dilakukan sambil
bergerak.
5
Jongkok: membuka kaki dengan lutut ditekuk sambil melebarkan yang lainnya
Duduk tegak
Merupakan posisi istirahat terbaik; menyediakan pengaruh grafitasi ; dapat digunakan untuk
mementau kondisi janin
8
Duduk di toilet
Setengah duduk
merangkak
Membantu mengurangi nyeri pubggung; membantu rotasi janin dari posisi OP; memfasilitasi
pergerakan panggul; menghindari tekanan pada hemorroid dan varicositas vulva
12
Miring kekiri
Merupakan posisi istirahat yang paling baik; sering dipakai untuk intervensi yang mendesak;
baik digunakan untuk mengatur kecepatan pada kala II ; memudahkan untuk istirahat diantara
kontraksi selama akhir kala satu dan pada kala dua persalinan.
2.
Pijatan (Massage)
Pijatan digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan
aliran darah pada daerah daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor raba pada
kulit sehinnga merilekskan otot-otot,perubahan suhu kulit,dan secara umum memberikan
perasaan nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia.
Pijatan dapat bernacam macam bentuk mulai dariusapan ringan (belaian), sampai dengan
pijatan mendalam pada kulit dan struktur di bawahnya.Hal ini diyakini bahwa dapat
merangsang
pengeluaran
dari
hormone
endorphin,mengurangi
produksi
hormone
catecholamine,dan merangsang hasil dari serabut syaraf afferent dalam memblokir trnsmisi
rangsang nyeri(gate control theory).
Hedstrom dan Newton (1986), dalam studi klasiknya terhadap penggunaan sentuhan dalam
persalinan,menemukan bahwa sentuhan merupakn
An metode yang digunakan secara umum dalam persalinan untuk membantu mengurangi
nyeri.
3.
murni yang dilaksanakan di Rusia mengingat manfaatnya yang sangat besar tersebut. Sebuah
publiksi penelitian disebuah jurnal medis Amerika mencatat afektifitas dari akupresurre
terhadap stimulasi dan rangsangan persalinan serta pencegahan persalinan preterm (tsueii, lai,
dan sharma).
Tekanan pada akupresurre dilakukan dengan menggunakan ujung ujung jari atau ibu jari
diatas titik akupresurre, salah satunya adalah sebuah tekanan menetap atau suatu kekuatan
dalam gerakan kecil melingkar (jungman, maternity nursing).
Stimulasi spesifik diperoleh melalui akupressurre dengan penambahan dukungan kehadiran
seseorang. Penambahan dukungan secara umum melalui penyampaian petunjuk yang di akui
sebagai syarat seperti relaksasi,sisualisasi dan pengaturan nafas.Pengaruh dari kombinasi
metode metode tersebut merupakan efek sinergi yang alamiah.
Counterpressurre merupakan tekanan yang cukup kuat pada titik tertentu dipunggung bawah
selama kontraksi dengan menggunakan ujung jari atau alat tertentu atau tekanan
menggunakan kepalan kedua tangan secara kuat.Hal ini dapat dilakukan oleh bidan maupun
keluarga yang mendampingi ibu.Metode ini sangat bermanfaat untuk mengurangi nyeri yang
hebat terutama di daerah pinggang belakang saat dimana terjadi posisi oksipito posterior.
4.
Distraksi
Dari hasil penilitian dan observasi klinik menunjukkan bahwa strategi distraksi merupakan
teknik yang sangat kuat untuk membuat nyeri yang sangat hebat dapat ditahan.
Terapi sentuhan atau usapan merupan metode distraksi dari praktek rakyat (tradisional)
dengan belaian tangan pada bagian tubuh tertentu yang membutuhkan.
Pendekatan teknik distraksi sebagian besar diambil dari metode Lamaze yang telah
melahirkan ide-ide seperti metode-metode persiapan persalinan dengan melakukan
konsentrasi pada relaksasi melalui pengaturan nafas selama kontrasi. Dengan irama nafas
yang teratur menghasilkan pengurangan nyeri serta oksigenasi yang adekuat bagi uterus.
Selain pengturan nafas, perubahan posisi dan usapan pada daerah perut juga dilakukan untuk
membantu mengalihkan rasa nyeri, dimana hal ini membutuhkan upaya kognitif dan motorik
dari pasien. Menjaga mata tetap terbuka dan memusatkan pandangan pada suatu objek
tertentu merupakan metode distraksi yang paling ringan dan mudah.
Pada umumnya metode Lamaze mengajarkan pada ibu suatu upaya yang kuat untuk
mengalihkan rasa nyeri melalui berbagai aktifitas seperti tersebut diatas.
Saat ini, distraksi dalam bentuk lain adalah dengan menambahkan satu atau lebih tekhnik lain
terhadap tekhnijk pengaturan nafas dari Lamaze, antara lain: konsentrasi, usapan perut,
kesunyian, nyanyian dengan irama 4/4 untuk di koordinasikan dengan irama nafas dan
sebagainya. Meskipun banyak cara untuk distraksi selam akontraksi, namun bidan tidat
semua cara tersebut pada ibu di setiap fase persalinan. Pada awal persalinan mungkin ibu
dapat menggunakan distrsksi melalui penyampaian nasehat selama kontraksi, akan tetapi
menjelang akhir persalinan hal itu justru akan membuat ibu mudah tersinggung. Pada akhir
persalinan yang lebih di harapkan oleh ibu adalah agar bidan melakukan sesuatu untuk
membantunya menguranginyeri selama kontraksi.
Bantuan bidan akan bermanfaat bila dilakukan diantara kontraksi, bukan pada saat kontraksi.
Ibu akan memilih satu dari tekhnik-tekhnik yang dianggap enak dan mudah untuk dicoba. Hal
ini akan lebih efektif bila bidan mendemonstrasikan terlebih dahulu baru ibu mengikuti.
5.
Deep relaksation yang saat ini telah dikombinasikan dengan penambahan sugesti atau disebut
hipnoBirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami.
Tekhnik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernafasan lambat,
dan petunjuk cara melepaskan endorphin dari dalam, tubuh yang menungkinkan calon ibu
men9ikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan. Terapi
ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan melepaskan Fear-Tension-Pain Syndrome
(kumpulan gejala yang berhubungan dengan rangkaian nyeri-tekanan-ketakutan) yang sering
kali menjadi penyebab kesakitan dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran.
Saat kita merasa takut, tubuh mengalihkan darah dan oksigen dari organ pertahanan non
esensial menuju kelompok otot besar diwilayah kaki dan tangan. Akibatnya, area wajah
menjadi berubah warna, makanya ada ungkapan pucat karena ketakutan.
Dalam situasi yang menakutkan, tubuh mempertimbangkan bahwa uterus atau rahim
dipandang sebagai organ tidak penting. Menurut Dr. Dick-Read rahim pada perempuan yang
ketakutan secara kasat mata memang tampak putih.
Hypno Birthing mengeksplorasi mitos bahwa memang rasa sakit adalah hal yang wajar
diutuhkan saat melahirkan normal. Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari rasa takut,
otot-otot di tubuhnya termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan menbuahkan
proses kelahiran yang lebih mudah dan bebas stress.
Dalam beberapa khasus, tahapan proses kelahiran juga menjadi lebih pendek, mengurangi
kelelahan selama perjuangan melahirkan bayi dan ibu akan tetap segar, penuh energi setelah
melahirkan.
Mempelajari sebuah bahasa baru melahirkan merupakan kesatuan dalam pelatihan
HypmoBirthing. Misalnya, daripada focus pada kontraksi, seorang ibu yang mendalami
HypnoBrithing mengalami sebuah gelora. Saat alam bawah sadar ibu meneriama kata
gelora tubuhnya menciptakan jawaban fisiologis seketika, sebuah respon yang amat berbeda
dari kata kontraksi.
Dengan memahamibetapa efektifnya jawaban tubuh terhadap proses melahirkan yang lebih
lembut, seorang ibu HypnoBrithing memiliki keahlian secara lisan dan visual mengenai
kemampuan alaminya dalam mengikuti cara alami ideal melahirkan.
Keterangan fisiologis untuk semuanya adalah simple, karena adanya ketakutan, begitu
persalinan akan dimulai, respon alami (dengan tubuh mengalirkan Adrenalin sebagai
hormone perangsang ketakutan dalam perlawanan/kumpulan syndrome).
Suatu cara untuk melindungi tubuh, respon anatomis yaitu dengan jantung berdetak lebih
cepat, nafas lebih cepat, mata melebar dan aliran darah menempatkan diri pada saluran otototot non esensial. Di sini terdapat dua salur dari otot-otot uterus satu vertical dan satu
sirkuler, yang bekerja bersamaan untuk membuka serviks dan mendorong dengan mantap,
bayi keluar. Jika otot-otot tersebut dirileks kan, ia akan dapat berfungsi dengan semestinya.
Latihan-latihan autohypnosis dan relaksasi sedang dikembangkan di Indonesia, tak hanya
untuk meredakan kecemasan atau depresi, melainkan juga memudahkan proses persalinan
dan meredakan rasa sakit.
Berikut adalah tips-tips untuk melakukan relaksasi saat persalinan :
a.
Sebaiknya, kita selalu ingat bahwa kehamilan adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa.
Bukankah tak semua wanita diberi kesempatan untuk hamil dan memiliki anak? Keyakinan
seperti ini bisa menjadi dasar untuk menjalani kehamilan dengan relaks, nyaman, santai, dan
bersukacita.
b.
Bila masih terasa berat, hindarilah perasaan-perasaan sesal kenapa harus menjalini
kehamilan. Tanamkan pada diri sendiri bahwa kehamilan hanya berjalan sembilan bulan,
setlah itu akan lahir bayi mungil yang sangat dinantikan. Bayi yang lahir nanti adalah hadiah
yang sangat luar biasa.
c.
Bila muncul ketegangan perasaan, kekakuan pada otot, pegal-pegal, cobalah melakukan
relaksasi dengan cara melakukan peraturan nafas. Ambil posisi yang paling nyaman dengan
mencoba sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil memejamkan
mata. Relaksasikan otot-otot seluruh tubuh, mulai dari otot kaki, pinggang, punggung, leher
dan wajah. Bernapaslah lewat hidung, tarik dan embuskan perlahan-lahan. Ulangi selama 10
sampai 20 menit atau sampai kita merasa nyaman. Sambil melakukannya, tekan perut kearah
luar. Hitunglah sampai empat. Biarkan otot pundak dan leher kita relaks. Lalu, keluarkan
napas perlahan-lahan dan tenang.
d.
Bila punya risiko psikologis tinggi, misalnya akibat tidak menghendaki kehamilan,
sebaiknya dibimbing oleh ahli, seperti dokter spesialis kejiwaan. Soalnya, permasalahan yang
dialami ibu sudah sangat berat dan sulit diatasi sendiri atau oleh bantuan orang awam
e.
Faktor penting untuk mendukung relaksasi ibu hamil adalah keterlibatan emosi dari
pihak suami. Mintalah suami untuk lebih empati ketika istri sedang menjalani kehamilan.
Dukungan suami merupakan hal yang sangat penting.
f.
Ibu hamil yang masih tetap bekerja, sedapat mungkin menghindari stress pekerjaan.
Rencanakan pekerjaan seefektif mungkin agar tidak menjadi sebuah beban yang bisa
menimbulkan stress.
g.
Kesibukan di tempat kerja kadang menjadi bea\ban tersendiri. Sesekali minta suami
untuk meringankan beban. Misalnya dengan memintanya untuk memijat bagian-bagian yang
terasa kaku dan perlu dilemaskan. Pijatan lembut, selain dapat menghilangkan kejenuhan dan
pegal-pegal selama bekerja, juga dapat menimbulkan rasa tenang dan akan sangat
berpengaruh pada janin.
h.
Luangkanlah waktu untuk berbincang bertiga : ibu, suami, dan janin. Hal ini
merupakan hiburan yang cukup berarti bagi ibu hamil dan akan menambah rasa tenang dan
nyaman.
i.
Berkomunikasi dengan janin bukan sesuatu yang dilarang. Meskipun dia masih berada
dalam rahim, janin sudah bisa mendengar apa yang diutarakan ibunya. Komunikasi ini bisa
memicu keeratan hubungan antara ibu dan janin, yang bisa menambah rasa percaya diri si ibu
sehingga perasaan relaks bisa muncul lebih kuat. Waktu terbaik untuk berbincang dengan
janin adalah sekitar jam 7 sampai 8 malam.
6.
Pada masa lampau seorang suami tidak diperbolehkan menemani isterinya pada saat-saat
kelahiran untuk menghindari infeksi dalam ruangan bersalin. Suami dianggap salah satu
penyebab adanya kontaminasi.
Tetapi pada jaman kini keterlibatan seorang suami pada masa kehamilan tidaklah berhenti di
ruangan tunggu rumah sakit saja. Suami tidak lagi dianggap sebagai orang asing didalam
ruangan bersalin.
Dari survey daftar pertanyaan yang diselenggarakan di Eropa, WHO mengemukakan bahwa
suami mungkin sangat dibtuhkan kehadirannya di Rumah Sakit sebanyak 12 dari 23 negara
(WHO 1985).
Suami hadir dalam persalinan dengan dua pertimbangan. Pertama memberikan pernyataan
pada isteri bahwa proses persalinan merupakan sebuah pengalaman yang positif. Alasan
kedua bahwa dengan kehadiran suami dalam persalinan, maka suami dapat merasakan
gambaran dari proses persalinan tersebut.
Banyak peneliti lain memperkuat bahwa kehadiran seorang suami sangat bernilai pada saat
kelahiran. Dorris R Entwisle dan Susan G. Doering membandingkan seorang suami yang
menenmani isterinya hanya pada tahap kedua saja dengan suami yang tidak terlibat sama
seklai. Ternyata kehadiran suami akan menambah pengalaman emosi positif pada isteri.
Kaum ibu lebih sering mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya
jika suami hadir pada peristiwa itu.
Peneliti Entswile dan Doering terhadap yang tidak diijinkan dalam ruang bersalin, ternyata
80% mengalami perasaan negative dan kecewa. Tetapi sebaliknya suami yang hadir pada saat
istrinya melahirkan mengungkapkan perasaan antusias dengan pengalaman itu, 90 %
mengatakan saya merasa kagum. Dalam penelitian yang sama, ternyata lebih banyak suami
yang menjamin bayi selama dalam ruangan bersalin, yakni suami sebanyak 51% dan ibu
25%. Kontak awal ini akan membawa dampak bagi proses hubungan suami dengan anak dan
isterinya selanjutnya.
Dengan demikian kehadiran seorang suami selama proses persalinan, tujuannya tidak lain
adalah menghadirkan suasana rumah menghadirkan situasi keluarga ke rumah sakit dan
memberikan makna kekeluargaan bagi peristiwa kelahiran itu.
Meskipun hasil berbagai penelitian itu bermaksud mempertajam pentingnya kehadiran suami
dalam peristiwa kelahiran namun tidak mudah member kesimpulan akhir. Kebanyakan suami
yang mau melakukan ini masih bersifat sukarela dan mungkin hanya sebagian kecil suami
yang bersedia untuk itu.
7.
Hipnotik
Hipnotik dapat mengurangi sensasi nyeri untuk wanita dalam prosess melahirkan cecaria.
Metode ini tidak afektif untuk semua orang, dipilih yang ada manfaatnya untuk wanita.
Hipnotik fleksibel tidak ada yang tahu efeknya, seperti hipotensi, muntah respirasi bayi
dengan depresi.
8.
Relaksasi
Menurut Steer, relaksasi adalah metode pengendalina nyeri non farmakologik yang paling
sering digunakan di Inggris. Metode ini menggunakan pendidikan dan latihan pernafasan
dengan prinsip wanita dapat mengurangi nyeri denmgan cara mengurangi sensasi nyeri dan
mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri.
Relaksasi dapat dilakukan dengan cara ciptakan lingkungan yang tenang , tentukan posisi
yang nyaman , konsentrasi pada suatu objek atau bayangan visual, lepaskan ketegangan.
Substansi alamiah yang berperan sebagai anestesi alamiah dalam tubuh kita saat melakukan
relaksasi disebut endorphin , merupakan kombinasi dari zat zat endogen serta morphin.,
yang mana mampu mempengaruhi pesan pesan nyeri dari luar dan mempunyai efek
penekan rasa sakit. Trasmisi dari impuls impuls nyeri menuju tingkatan cortical awarness
dapat dinyatakan kedalam 3 cara sebagai berikut :
a.
Aktifitas dalam sebagian besar dan sebagian kecil serat serat syaraf sensoris
b.
c.
H.
1. Efektif.
2. Biayanya rendah.
3. Resiko rendah.
4. Kemajuan persalinan meningkat.
5. Hasil kelahiran bertambah baik.
6. Bersifat sayang ibu.
I.
1.
Pada beberapa kasus gawat darurat obstetri,penderita dapat mengalami rasa nyeri yang
membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan sampai
menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis.Hindarilah sedasi
berlebihan.Obat narkotika dapat menekan pernafasan. Hindarilah penggunaan narkotika pada
kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi petugas tanpa
kemampuan untuk mengatasi depresi pernafasan .
2.
Anastesi.
3.
Anastesi umum
4.
Tehnik ini prinsipnya sama, hanya penangan nyerinya hanya terbatas hingga bayi lahir.
Karena tidak ada insersi kateter (selang) ke tulang belakang sehingga obat hanya diberikan
one shot dengan durasi 2-4 jam saja.
5.
Salah satu cara yang sangat efektif adalah dengan teknik bebas nyeri secara epidural. Dengan
menggunakan larutan obat anestetik lokal atau opioid dengan konsentrasi tertentu yang
dimasukkan lewat kateter halus di tulang belakang , ibu tersebut tidak mengalami rasa nyeri
lagi dan juga tidak akan mengalami perubahan hemodinamik dan gangguan fungsi motorik.
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran memungkinkan cara ini dapat dikerjakan tanpa
dirasakan nyeri oleh ibu yang sedang dalam proses persalinan, dan cara ini dapat dikerjakan
sejak awal karena tidak akan mengganggu perjalanan persalinan kala I. Selama program
bebas nyeri dengan cara ini, ibu-ibu tersebut tidak akan mengalami gangguan fungsi motorik,
artinya tenaga gerak tungkai dan kekuatan mengeden tidak akan terganggu.
Penelitian sudah membuktikan bahwa tindakan bebas nyeri saat persalinan secara epidural
tidak mempunyai efek yang mengakibatkan persalinan akhirnya harus dilaksanakan secara
operasi Seksio Caesaria. Sama sekali tidak seperti itu. Kalaupun akhirnya persalinan harus
dilakukan dengan tindakan operasi Seksio Caesaria, mungkin sekali disebabkan oleh suatu
masalah, yaitu memang sejak awal ada suatu kelainan yang tidak memungkinkan terjadinya
persalinan secara normal yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri secara berlebihan
(distosia).
J.
1.
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada
anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3.
Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4.
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana
mengatasinya.
5.
Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8.
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman
dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
K.
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri,
2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1.
2.
: Tidak nyeri
1-3
4-6
: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10
: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang
atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala
pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan.
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri
trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling
menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian
numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,
1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu
garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan
nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien
dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau
satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan
saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan
kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
L.
1.
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki
awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini
adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang.
Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih
pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat
agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses
penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda
dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
2.
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam
bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker
tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai
kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang
mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau
keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan
respon terhadap pengobatan yang
penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat
diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis.
Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak
pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
Nyeri akut
Nyeri kronik
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nyeri saat persalinan timbul akibat kontraksi uterus, dan itu merupakan suatu proses yang
alami, yang pasti dirasakan oleh setiap ibu saat persalinan. Namun rasa nyeri saat persalinan
itu dapat di kurangi dengan berbagai tehnik diantaranya yaitu distraksi, relaksasi.hipnotik,
dan masih banyak tehnik yang lain.
B.
Saran
Ibu yang mengalami nyeri saat bersalin, di saran kan untuk melakukan tehnik tehnik untuk
mengurangi rasa nyeri yang diajarkan oleh tenaga kesehatan.
Diposkan oleh flower group Kesehatan di 09.00 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi
ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Dunia Kesehatan
LEMAK JAHAT VS LEMAK BAIK
3 tahun yang lalu
Serba Serbi Q
Bayi Baru Lahir Patologi: Anenchephal
4 tahun yang lalu
kebutuhan gizi selama hamil
Kebutuhan Gizi Selama hamil
4 tahun yang lalu
asuhan kebidanan Varney
pengertian ikterus
4 tahun yang lalu
Mars APN
Mars APN
4 tahun yang lalu
Pengikut
Mengenai Saya
Foto saya
...
SEBORRHEA
A.
Pengertian Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang
Caput Succedaneum 1.
Arsip Blog
2014 (9)
Oktober (5)
September (4)
ASI EKSKLUSIF <!--[if !supportLists]-->A. <!--[e...
<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false fa...
Nyeri Persalinan
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN MIKRO TEACHING