Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL DESAIN INOVATIF

Penatalaksanaan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Nyeri

Disusun oleh:
Abdul Karim
NIM. P07220318001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga proposal desain inovatif tentang penatalaksanaan relaksasi terhadap
nyeri dapat saya selesaikan.
Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.
Proposal desain inovatif ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
praktik konsep dasar keperawatan di ruang cempaka. Selain itu, agar pembaca
dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul makalah, yang saya sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah
dilakukan.
saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama
kepada dosen pembimbing dan preceptor ruang cempaka yang telah memberikan
bimbingan dan pengajaran dalam penyelesaian proposal ini.
Semoga proposal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan saya menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah
meningkat pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa manfaat yang besar
bagi manusia. Penambahan jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor
yang tidak seimbang menyebabkan jumlah korban kecelakaan lalu lintas
meningkat, tetapi peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak terjadi di negara
berkembang. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan angka kejadian
fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi fraktur yang paling sering
terjadi adalah fraktur femur, yang termasuk dalam kelompok tiga besar kasus
fraktur yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani
pembedahan dengan konsekuensi didapatkan efek nyeri setelah operasi.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak luput
juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya teknologi
banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit baru dan
bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang
digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh
pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri.
Teknik relaksasi merupakan salah satu metode manajemen nyeri non
farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping metode TENS
(Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo dan
distraksi.
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress, karena dapat mengubah 2 persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien.
Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri (Potter & Perry,
2005). Menurut Carpenito (2000) kebutuhan rasa nyaman adalah suatu
keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindungi dari ancaman
psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri. Perubahan rasa nyaman akan

1
menimbulkan perasaan yang tidak enak atau tidak nyaman dalam berespon
terhadap stimulus yang berbahaya. Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat
menimbulkan stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara
biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik
meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu
badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat
merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun dalam
peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan
mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2001).
Pemberian analgesik dan pemberian narkotik untuk menghilangkan
nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosa
(Sjamsuhidajat, 2005). Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri (Lawrence, 2002).
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu
manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Manajemen nyeri
dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan tindakan eksternal yang
mempengaruhi 4 Karena kondisi fraktur femur merupakan salah satu kasus
yang menempati urutan terbanyak di RS Karima Utama Surakarta, dan
berdasarkan data di RS Karima Utama selama satu tahun ini terdapat 249
kasus, tetapi menurut penggolongan usia 25 sampai 40 tahun terdapat 68
kasus fraktur femur, dan RS Karima Utama merupakan salah satu Rumah
Sakit swasta di Karesidenan Surakarta yang walaupun baru berdiri selama
kurang lebih satu tahun tetapi sudah banyak menangani berbagai macam
pasien yang salah satunya adalah pasien dengan fraktur femur, sehingga
penulis tertarik untuk melakukan penelitian disana karena jumlah pasien
fraktur femur terbilang banyak dan hal itu memudahkan penulis dalam
melakukan penelitian selain itu juga karena belum banyak yang melakukan
penelitian disana.

2
Hampir semua pasien fraktur femur dilakukan tindakan pembedahan
atau sering dikenal dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Lama
waktu pemulihan pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu
sampai dua jam (Pooter & Perry, 2005). Menurut Mulyono (2008) pemulihan
pasien post operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga
pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama
sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah
keluar dari kamar sadar. Menurut Walsh dalam Harnawatiaj (2008) pada
pasien post operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-
obat analgesik yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi
dengan baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pasien. Maka penulis tertarik untuk memberikan
teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien
pasca operasi.

B. Tujuan
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan
ventilasialveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkanefesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun
emosional yaitumenurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tekhnik relaksasi adalah suatu tekhnik merilekskan ketegangan otot
yangdapat menunjang nyeri (Brunner dan Suddarth, 2002 : 233)Teknik
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasienyang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasimenurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, danketegangan
otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot(McCaffery,
1998) Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasanyeri pada
klien yang mengalami nyeri kronis.
Relaksasi sempurna dapatmengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan
kecemasan sehingga mencegahmenghebatnya stimulus nyeri.Teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukannapas dalam,
napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimanamenghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri,teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru danmeningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,
2002)Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi
merupakanmetode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan
pengalaman sensori danemosional yang tidak menyenangkan dengan
mekanismenya yang menghentikansiklus nyeri

4
B. Mekanisme

C. Teknik / Cara
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Usahakan tetap rileks dan tenang
5. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
6. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
7. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
8. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
9. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
10. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

5
11. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
12. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
13. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
14. Lakukan evaluasi
15. Cuci tangan

6
BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

A. Jenis Intervensi
Tekni relaksasi nafas dalam
B. Tujuan
Mengurangi tingkat nyeri pada pasien post operasi
C. Waktu
Tanggal :
Jam :
D. Setting
Ruang Cempaka RSUD AWS Samarinda
E. Media
Kertas, pulpen
F. Prosedur Opresional Teknik Relaksasi Nafas Dalam

SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Pengertian :

Ialah metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada ulu hati pasien yg
mengalami gastritis. Rileks sempurna yg dapat mengurangi ketegangan otot, rasa
jenuh dara perasaan cemas sehingga mencegah menghebatnya nyeri.

Ada tiga faktor yang utama dalam teknik relaksasi :

1. Posisikan pasien dengan tepat sehingga klien merasa nyaman


2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yg santai/tenang
Tujuan :

Untuk dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pada ulu hati

Indikasi :

Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri pada ulu hati

7
Prosedur pelaksanaan :

Tahap pra interaksi

1. Melakukan pengkajian dan membaca mengenai status pasien


2. Mencuci tangan
3. Meyiapkan alat
4. Tahap orientasi
5. Mengucapkan salam teraupetik kepada pasien
6. Validasi kondisi pasien saat ini
7. Menjaga keamanan privacy pasien
8. Menjelaskan tujuan & prosedur yg akan dilakukan terhadap pasien &
keluarga

Tahap kerja

1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang
kurang dipahami/jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga
paru berisi udara
4. Intruksikan pasien dengan cara perlahan & menghembuskan udara
membiarkanya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal
yang indah dan merasakan betapa nikmatnya rasanya
5. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat ( 1-2
menit )
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan & merasakan saat ini udara mulai
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru seterusnya udara &
rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh

8
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki & tangan, udara yg
mengalir & merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan & kai &
rasakan kehangatanya
8. Instruksiakan pasien buat mengulani teknik-teknik ini apabila rasa mual
kembali lagi
9. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri

Tahap terminasi

1. Evaluasi hasil gerakan


2. Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan

9
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta: Salemba


Medika.
Priharjo, R. (2003). Perawatan nyeri. Jakarta. EGC.
Setyoadi, Kushariyadi. Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik.
Salemba Medika. Jakarta; 2011.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa :
Agung waluyo. Jakarta. EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Teknik relaksasi nafas dalam. [diunduh pada tanggal 9 Januari 2017] tersedia
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312001/bab2.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai